Anda di halaman 1dari 11

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY


PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN
KOPI BUBUK BALI CAP “BANYUATIS”
I Gusti Ayu Widi Astuti1 , Wayan Cipta1,
Made Ary Meitriana2

Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

E-mail: {widi.anggel@yahoo.com, wayancipta123@gmail.com ,


ary.metriana@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) perhitungan persediaan bahan baku yang diterapkan perusahaan, (2)
perhitungan persediaan bahan baku bila menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), dan (3)
perbedaan pada metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan metode konvensional pada
persediaan bahan baku di Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap “Banyuatis” Singaraja. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif komparatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Kopi Bubuk
Bali Cap “Banyuatis” Singaraja Kecamatan Buleleng, sedangkan objek dari penelitian ini adalah
penentuan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dan penentuan persediaan bahan baku
dengan metode Economic Order Quantity (EOQ.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) metode perhitungan persediaan
bahan baku yang diterapkan perusahaan dengan cara pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku,
biaya pemesanan, biaya penyimpanan, perhitungan biaya total persediaan (2) persediaan bahan baku
bila menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah Reorder Point (ROP) yaitu 7.557 kg,
persediaan pengaman (Safety Stock) yaitu 6.207 kg, Total Inventory Cost sebesar Rp 64.880.574,00. (3)
Terdapat perbedaan yang dilakukan antara penentuan persediaan bahan baku yang diterapkan
perusahaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilihat dari frekuensi
pembelian, total pembeliaan, Total Inventory Cost.

Kata kunci: persediaan, bahan baku, dan Economic Order Quantity.

Abstract
This research aimed at (1) calculating the material stock which had been determined by the company, (2)
calculating the material stock by using Economic Order Quantity (EOQ) method, and (3) differentiating
Economic Order Quantity (EOQ) method and conventional method in calculating the material stock of
Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap “Banyuatis”, Singaraja. This research was a descriptive qualitative
study. The subject of this research was Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap “Banyuatis” Singaraja
Kecamatan Buleleng, and the object was determining the material stock which has been done by the
company, and determining the material stock by using Economic Order Quantity (EOQ) method. The
data analysis technique used in this research was descriptive comparative analysis technique. The result
of this research was (1) the method of material stock calculation which was used by the company
consisted of material purchasing, material using, ordering cost, storage cost, and total calculation of
stock cost, (2) the material stock calculation by using Economic Order Quantity (EOQ) method consisted
of Reorder Point (ROP) in amount of 7,557 kg, Safety Stock in amount of 6,207 kg, Total Inventory Cost
in amount of Rp 64,880,574.00, (3) There were differences between the calculation of material stock
which was done by the company and the calculation of material stock which was done through Economic
Order Quantity (EOQ) method, that could be seen from the purchasing frequency, the total of purchasing,
and Total Inventory Cost.

Key words: stocks, material, Economic Order Quantity


Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

PENDAHULUAN Perusahaan sering mengalami


Kopi merupakan salah satu komoditi kelebihan ataupun kekurang bahan baku.
pertanian yang sudah dikenal oleh Misalkan, untuk memproduksi atau
masyarakat dunia. Sehingga industri kopi menghasilkan 1200 kg kopi bubuk,
sangat potensial untuk dikembangkan. Di diperlukan 1.600 kg biji kopi. Namun yang
Indonesia tanaman kopi sudah banyak tersedia di gudang perusahaan pada saat
dikembangkan. Salah satu jenis tanaman itu hanya 1.460 kg. Hal ini tentu saja akan
kopi yang banyak ditanam yaitu kopi menghambat proses produksi perusahaan.
robusta (coffea robusta) dan kopi arabika Disisi lain perusahaan juga pernah terjadi
(coffea arabika). Salah satu produk yang kelebihan bahan baku, sehingga terjadi
banyak dikembangkan adalah kopi bubuk. pemborosan modal kerja yang tertanam
Selain karena proses pembuatannya yang dalam persediaan bahan baku tersebut. Ini
sederhana, kopi bubuk banyak dikonsumsi terjadi pada saat perusahaan melakukan
oleh masyarakat. pembelian sebanyak 1.410,43 kg tetapi
Perusahaan kopi harus bahan baku yang digunakan hanya
mengutamakan kualitas bahan baku yang sebanyak 1.300,11 kg. Jadi bahan baku
digunakan. Bahan baku yang berkualitas yang tersisa sebanyak 110,32 kg akan
baik akan menghasilkan kopi bubuk yang disimpan dalam gudang sebagai
baik pula. Dalam hal ini persediaan bahan persediaan. Selama penyimpanan ini akan
baku kopi memberikan fleksibilitas. membutuhkan biaya – biaya yang harus
Persediaan bahan baku kopi yang cukup dikeluarkan untuk menjaga kualitas bahan
tersedia dapat menjamin kelancaran baku tersebut. (sumber: bagian produksi,
produksi. Perusahaan harus bisa mengelola Desember 2012). Apabila kondisi seperti ini
persediaan dengan baik agar dapat dibiarkan terus-menerus, maka akan dapat
memiliki persediaan yang seoptimal mengganggu proses produksi. Persediaan
mungkin demi kelancaran operasi adalah bagian utama dari modal kerja,
perusahaan dalam jumlah, waktu, mutu merupakan aktiva yang pada setiap saat
yang tepat serta dengan biaya yang mengalami perubahan (Gitosudarmo,
serendah-rendahnya. Pendiri industri kopi 2002). Freddy Rangkuti (2004) dan Herlina
sangatlah menjajikan untuk dikembangkan. (2007) menyatakan bahwa pada umumnya
Banyak industri kopi yang berkembang di jenis persediaan dibagi menjadi tiga
Indonesia. Bali merupakan salah satu kelompok, sebagai berikut.(1)Persediaan
daerah penghasil kopi yang cukup potensial bahan mentah (raw material), yaitu
sehingga banyak industri kopi yang persediaan barang-barang berwujud,
didirikan di Bali. Salah satu pabrik kopi seperti besi, kayu, serta komponen-
yang ada dibali adalah Perusahaan Kopi komponen lain yang digunakan dalam
Bubuk Banyuatis. proses produksi. (2) Persediaan barang
Berdasarkan observasi awal yang dalam proses (work in process), yaitu
dilakukan, persediaan bahan baku pada persediaan barang-barang yang merupakan
Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap keluaran dati tiap-tiap bagian dalam proses
“Banyuatis” belum direncanakan dengan produksi atau telah diolah menjadi suatu
baik sehingga persediaan bahan baku yang bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
ada di perusahaan kurang optimal dan lanjut menjadi barang jadi. (3) Persedian
proses produksi tidak dapat berjalan barang jadi (finished goods), yaitu
dengan lancar. Pada saat perusahaan persediaan barang-barang yang telah
mendapatkan pesanan produk kopi, selesai diproses atau diolah dalam pabrik
perusahaan baru melakukan pembelian dan siap dijual atau dikirim kepada
bahan baku sehingga apabila terjadi pelanggan. Menurut Mulyadi (2008) ada
keterlambatan datangnya bahan baku dua altenatif sistem pengendalian
perusahaan tidak dapat melakukan proses persediaan yaitu sebagai berikut. (a) Sistem
produksi. Fisik yaitu pada sistem fisik, harga pokok
penjualan baru dihitung dan dicatat pada
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

akhir periode akuntansi. Cara yang kebijaksanaan persediaan bahan. Harga


dilakukan dengan menghitung kuantitas bahan baku ini merupakan dasar
barang yang ada di gudang pada setiap penyusunan perhitungan berapa besar
akhir periode, kemudian mengalikan dana perusahaan yang harus disediakan
dengan harga pokok per satuannya. untuk investasi dalam persediaan bahan
Dengan cara ini, maka jumlah persediaan baku tersebut. Sehubungan dengan
baik fisik maupun harga pokoknya, tidak masalah ini, maka biaya modal (cost of
dapat diketahui setiap saat. capital) yang dipergunakan dalam
Konsekuensinya, jumlah barang yang persediaan bahan baku tersebut harus pula
hilang tidak dapat dideteksi denga sistem diperhitungkan.(3) Biaya-biaya persediaan
ini. (b) Sistem Perpetual yaitu dalam sistem Biaya-biaya untuk menyelenggarakan
perpetual, perubahan jumlah persediaan persediaan bahan baku ini sudah
dimonitor setiap saat. Caranya adalah selayaknya diperhitungkan pula didalam
dengan menyediakan satu kartu persediaan penentuan besarnya persediaan bahan
untuk setiap jenis persediaan. Kartu ini baku.(4)Pemakaian senyatanya Pemakaian
berfungsi sebagai buku pembantu bahan baku senyatanya dari periode-
persediaan dan digunakan untuk mencatat periode yang lalu (actual demand)
mutasi setiap hari. Sedangkan EOQ merupakan salah satu faktor yang perlu
(Economic Order Quantity) adalah jumlah diperhatikan karena untuk keperluan proses
pesanan yang dapat meminimumkan total produksi akan dipergunakan sebagai salah
biaya persediaan, pembelian yang optimal. satu dasar pertimbangan dalam pengadaan
Untuk mecari berapa total bahan yang tetap bahan baku pada periode berikutnya.
untuk dibeli dalam setiap kali pembelian Seberapa besar penyerapan bahan baku
untuk menutup kebutuhan selama satu oleh proses produksi perusahaan serta
periode (kasmir, 2010: 274) Adapun Carter bagaimana hubungannya dengan perkiraan
(2009: 314) dalam bukunya Akuntansi pemakaian yang sudah disusun harus
Biaya berpendapat bahwa Economic Order senantiasa dianalisa. Dengan demikian
Quantity atau kuantitas pemesanan maka dapat disusun perkiraan bahan baku
ekonomis adalah jumlah persediaan yang mendekati pada kenyataan.(5) Waktu
dipesan pada suatu waktu yang tunggu Waktu tunggu (lead time) adalah
meminimalkan biaya persediaan tahunan. tenggang waktu yang diperlukan (yang
Menurut Ahyari (2003) untuk dapat terjadi) antara saat pemesanan bahan baku
mencapai tujuan tersebut maka perusahaan dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
harus memenuhi beberapa faktor tentang Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena
persediaan bahan baku. Adapun faktor- sangat erat hubungannya dengan
faktor tersebut adalah sebagai berikut.(1) penentuan saat pemesanan kembali
Perkiraan pemakaian Sebelum kegiatan (reorder point). Dengan waktu tunggu yang
pembelian bahan baku dilaksanakan, maka tepat maka perusahaan akan dapat
manajemen harus dapat membuat membeli pada saat yang tepat pula,
perkiraan bahan baku yang akan sehingga risiko penumpukan persediaan
dipergunakan didalam proses produksi atau kekurangan persediaan dapat ditekan
pada suatu periode. Perkiraan bahan baku seminimal mungkin. Manajemen
ini merupakan perkiraan tentang berapa perusahaan harus dapat menentukan
besar jumlahnya bahan baku yang akan model pembelian yang paling sesuai
dipergunakan oleh perusahaan untuk dengan situasi dan kondisi bahan baku
keperluan produksi pada periode yang akan yang dibeli. Model pembelian yang optimal
datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku atau Economic Order Quantity (EOQ). (6)
tersebut dapat diketahui dari perencanaan Persediaan bahan pengaman (safety stock)
produksi perusahaan berikut tingkat Persediaan pengamanan adalah
persediaan bahan jadi yang dikehendaki persediaan tambahan yang diadakan untuk
oleh manajemen.(2) Harga dari bahan melindungi atau menjaga kemungkinan
Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi terjadinya kekurangan bahan (stock out).
salah satu faktor penentu pula dalam Selain digunakan untuk menanggulangi
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

terjadinya keterlambatan datangnya bahan dilaksanakan, berapa pun jumlah unit yang
baku. Adanya persediaan bahan baku dipesan pada setiap kali pemesanan
pengaman ini diharapkan proses produksi tersebut. (2) Biaya Penyimpanan
tidak terganggu oleh adanya ketidakpastian merupakan biaya yang harus ditanggung
bahan. Persediaan pengaman ini akan oleh perusahaan sehubungan dengan
merupakan sejumlah unit tertentu, dimana adanya bahan baku yang disimpan dalam
jumlah ini akan tetap dipertahankan, perusahaan.(3) Biaya tetap persediaan
walaupun bahan bakunya dapat berganti adalah seluruh biaya yang timbul karena
dengan yang baru.(7) Pemesanan kembali adanya persediaan bahan didalam
(reorder point) Reorder point adalah saat perusahaan yang tidak terkait baik dengan
atau waktu tertentu perusahaan harus frekuensi pembelian maupun jumlah unit
mengadakan pemesanan bahan baku yang disimpan dalam perusahaan tersebut.
kembali, sehingga datangnya pemesanan
tersebut tepat dengan habisnya bahan baku METODE
yantg dibeli, khususnya dengan metode Penelitian ini merupakan penelitian
EOQ. Menurut pendapat Martono dan deskriptif komparatif. Subjek dari penelitian
Harjito (2008: 88) bahwa reorder point ini adalah Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
adalah saat harus diadakan pesanan lagi “Banyuatis” Singaraja Kecamatan Buleleng.
sehingga penerimaan bahan yang dipesan Objek dari penelitian ini adalah penentuan
tepat pada waktu persediaan di atas safety persediaan bahan baku yang dilakukan
stock sama dengan nol. Ketepatan waktu perusahaan dan penentuan persediaan
tersebut harus diperhitungkan kembali agak bahan baku dengan metode Economic
mundur dari waktu tersebut akan Order Quantity (EOQ). Jenis data dalam
menambah biaya pembelian bahan baku penelitian ini mempergunakan Data
atau stock out cost (SOC), bila terlalu awal kuantitatif berupa data jumlah produksi
akan diperlukan biaya penyimpanan yang yang dihasilkan, Reorder Point (ROP),
lebih atau extra carrying cost (ECC). Ada persediaan pengaman (Safety Stock), Total
beberapa cara untuk menetapkan besarnya Inventory Cost atau Biaya simpan dan
reorder point, yaitu sebagai berikut.(a) biaya pesan yang dikuantitatifkan berupa
Menetapkan jumlah penggunaan selama perbedaan antara metode konvensional
lead time ditambah prosentase tertentu persediaan bahan baku yang disusun oleh
sebagai safety stock.(b) Menetapkan perusahaan dengan metode Economic
jumlah penggunaan selama lead time Order Quantity (EOQ) Sumber data yang
ditambah penggunaan selama periode digunakan dalam penelitian ini adalah data
tertentu sebagai safety stock.(c) primer berupa hasil wawancara dengan
Menetapkan lead time dengan biaya manajer bagian produksi yaitu data tentang
minimum.Penentuan atau penetapan sitem proses produksi yang dilaksanakan
reorder point haruslah memperhatikan oleh perusahaan serta data persediaan
faktor Penggunaan bahan selama tenggang bahan baku yang diperoleh dari dokumen
waktu untuk mendapatkan bahan dan kasub produksi mengenai bahan-bahan
besarnya safety stock. yang dipergunakan dalam membuat produk
Menurut Ahyari (2003), biaya yang kopi.
dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan Adapun teknik analisis data yang
dengan penyelengaraan persediaan digunakan dalam penelitian ini adalah
didalam suatu perusahaan terdiri dari tiga teknik analisis deskriptif dengan
macam, yaitu biaya pemesanan, biaya pendekatan komparatif yang dipergunakan
penyimpanan, dan biaya tetap persediaan. untuk membahas mengenai perbandingan
(1) Biaya pemesanan merupakan biaya- penentuan persediaan bahan baku yang
biaya yang terkait langsung dengan diterapkan perusahaan dan penentuan
kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh persediaan bahan baku dengan metode
perusahaan yang bersangkutan. Hal yang Economic Order Quantity (EOQ). Menurut
diperhitungkan dalam biaya pemesanan Arikunto (2000: 38) langkah-langkah
adalah berapa kali pemesanan analisis data dalam penelitian deskriptif
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

adalah (1) mengidentifikasi data yang telah “Banyuatis” seperti nampak pada Tabel 4.1.
ada, (2) membandingkan data yang Berdasarkan tabel tersebut, dapat
diperoleh dengan teori yang ada, (3) diketahui bahwa pembelian bahan baku
menggambarkan hasil analisis tersebut dan kopi pada tahun 2012 mengalami fluktuasi.
menarik kesimpulan. Pembelian terendah terjadi pada bulan
maret. Pada bulan tersebut, perusahaan
melakukan pembelian 8000 kg bahan baku
dengan harga per kilogram sebesar Rp
21.173,33. Sehingga, pada bulan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN harga pembeliaan adalah Rp
HASIL 168.000.000,00. Sedangkan jumlah
Perhitungan biaya bahan baku pembelian terbesar terjadi bulan
dengan menggunakan metode september. Pada bulan tersebut,
konvensional yang terjadi pada Perusahaan perusahaan melakukan pembelian 32.500
Kopi Bubuk Cap “Banyuatis” Singaraja kg bahan baku dengan harga per kilogram
pada tahun 2012 adalah. sebesar Rp 20.876,92. Sehingga pada
(1) Pembelian Bahan Baku bulan tersebut harga pembeliaan adalah Rp
Pembelian Bahan Baku pada dari 678.500.000,00.
perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap

Tabel 4.1 Pembelian Bahan Baku Kopi Tahun 2012

Jumlah Harga / Kg Harga


No Bulan
(Kg) (Rp) Pembelian (Rp)
1 Januari 22.500 21.173,33 476.400.000,00
2 Febuari 21.950 20.975,85 460.420.000,00
3 Maret 8.000 21.000,00 168.000.000,00
4 April 9.200 21.355,98 196.475.000,00
5 Mei 20.700 21.201,57 438.872.500,00
6 Juni 21.050 21.044,18 442.980.500,00
7 Juli 21.403 20.986,09 448.780.000,00
8 Agustus 18.000 21.208,33 381.750.000,00
9 September 32.500 20.876,92 678.500.000,00
10 Oktober 29.050 18.998,11 551.895.000,00
11 November 14.246 18.240.00 259.847.000,00
12 Desember 27.258 18.628,02 507.762.625,00
Jumlah 245.857 245.670 5.011.682.125,00
Sumber: Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap Banyuatis

Berdasarkan Tabel 4.1 total cadangan produksi berikutnya. Data


pembelian yang dilakukan perusahaan kopi mengenai penggunaan bahan baku di
Bubuk Bali Cap Banyuatis selama tahun Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
2012 adalah Rp 5.001.682.125,00. Dengan “Banyuatis” Singaraja seperti nampak pada
demikian, harga bahan baku perkilogram Tabel 4.2. Berdasarkan Tabel 4.2, rata- rata
adalah Rp 20.000,00 perbulannya dengan penggunaan bahan baku per bulan pada
rata-rata jumlah pembelian perbualannya 2012 mencapai 20.238 kg. Data tersebut
sebesar 20.488 kg. apabila dibandingkan dengan data rata-rata
(2) Penggunaan Bahan Baku pembelian perbulan 20.488 kg, maka dapat
Bahan baku yang tersedia di gudang dikalkulasikan bahwa rata-rata penggunaan
sebagian besar digunakan untuk proses lebih kecil dari pada rata-rata pembeliaan.
produksi dan sebagian disimpan untuk
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

Tabel 4.2 Penggunaan Bahan Baku tahun 2012 (Dalam Kilogram)

No Bulan Penggunaan
1 Januari 18.003
2 Februari 19.500
3 Maret 20.365
4 April 10.415
5 Mei 20.850
6 Juni 20.400
7 Juli 21.904
8 Agustus 17.819
9 September 25.600
10 Oktober 24.900
11 November 23.000
12 Desember 20.101
Jumlah 242.857
Rata-rata 20.238
Sumber: Perusahaan Kopi Bubuk bali Cap Banyuatis

(3) Biaya Pemesanan Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap


Biaya pemesanan pada tahun 2012 Banyuatis seperti nampak pada Tabel
4.3

Tabel 4.3 Biaya Pemesanan Bahan Baku Kopi (Dalam Rupiah)

Jenis Biaya Tahun 2012


Biaya Adm dan umum 9.925.000,00
Biaya pengangkutan 17.060.000,00
Biaya penerimaan barang 8.680.000,00
Biaya penempatan order 7.668.000,00
Jumlah 43.333.000,00
Sumber: Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap Banyuatis

Dalam tabel terlihat bahwa pada jumlah persediaan kopi yang disimpan,
tahun 2012 biaya pemesanan yang begitu juga sebaliknya, biaya ini akan
dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp mengalami penurunan jika persediaan kopi
43.333.000,00 dengan rata-rata per bulan yang disimpan juga berkurang. Besarnya
Rp 3.611.083,00. biaya penyimpanan pada Perusahaan Kopi
(1) Biaya Penyimpanan Bubuk Bali Cap Banyuatis oleh pihak
Biaya penyimpanan merupakan biaya manejemen produksi ditetapkan sebesar 10
yang terkait dengan proses penyimpanan % dari harga kopi per kg. Biaya
bahan baku mulai dari tangan penduduk penyimpanan Perusahaan Kopi Bubuk Bali
sampai ke tangan produsen. Biaya ini akan Cap Banyuatis dapat digambarkan sebagai
meningkat seiring dengan meningkatnya berikut :

Tabel. 4.4 Persentase Biaya simpan, Harga per Kg dan Biaya penyimpanan
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

Tahun % Biaya Harga(Rp) Per Kg Biaya


Simpan Penyimpanan
per kg
2012 10% 20.000 2.000
Sumber: Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap Banyuatis tahun 2012
(2) Perhitungan Biaya Total Persediaan Bubuk Bali Cap Banyuatis Singaraja
(Total Inventory Cost). Kecamatan Buleleng Tahun 2012
Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
Pada Perusahaan Kopi Bubuk Bali Banyuatis telah melakukan perhitungan
Cap “Banyuatis” Singaraja persediaan rata- persediaan bahan baku pada tahun 2012.
rata perusahaan dengan menggunakan Perhitungan persediaan bahan baku pada
persediaan metode rata-rata adalah 21.270 perusahaan ada tiga macam, yaitu
kg, biaya penyimpanan sebesar Rp 2000, pembelian, biaya pemesanan, biaya
biaya pemesanan tiap kali pesan seharga penyimpanan. Dalam perhitungan metode
Rp 3.611.083, dan frekuensi pembelian Economic Order Quantity (EOQ) disebutkan
yang dilakukan oleh perusahaan sebesar ada persediaan pengaman (safety stock),
12. Jadi perhitungan TIC menurut penentuan pemesanan kembali (reoder
perusahaan yaitu, biaya total persediaan point), penentuan Persediaan maksimal
yang dikeluarkan perusahaan pada tahun (maximum inventory), dan perhitungan
2012 yaitu Rp 85.872.996,00 biaya total Persediaan. Sesuai data yang
diperoleh dari Perusahaan Kopi Bubuk Bali
Persediaan Bahan Baku bila Cap Banyuatis maka perhitungan metode
menggunakan Metode Economic Order Econimic Order Quantity (EOQ) ditunjukan
Quantity (EOQ) pada Perusahaan Kopi pada Tabel 4.5

Tabel. 4.5 Penggunaan, Pemesanan Dan Biaya Penyimpanan Bahan Baku

Tahun Penggunaan Biaya pemesanan Biaya


Penyimpanan Per
tahun
2012 242.857 kg Rp 43.333.000 Rp 2.000

Sumber: Data primer diolah( Lampiran 2 dan 3)

Besarnya jumlah pesanan standar Perhitungan Safety Tock dilakukan


didasarkan atas pertimbangan efisiensi, untuk melindungi perusahaan dari risiko
yang disebut dengan jumlah pesanan yang kehabisan bahan baku dan untuk
ekonomis (Economic Order Quantity) menghindari adanya keterlambatan
Dengan menggunakan rumus EOQ, penerimaan bahan baku yang dipesan.
pembelian bahan baku optimal perusahaan Untuk menentukan penyimpangan-
Kopi Bubuk Bali Cap “Banyutis” Singaraja. penyimpangan yang terjadi antara
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perkiraan pemakaian dan pemakaian yang
pembeliaan bahan baku yang optimal untuk sesungguhnya dapat dilihat pada
kali pesan pada tahun 2012 yaitu 102.585 perhitungan tabel deviasi, dapat diketahui
kg. bahwa nilai standar deviasi untuk tahun
Frekuensi perhitungan pesananan 2012 dengan nilai standar deviasi tersebut
maka, pembelian 2,4 dibulatkan menjadi 2 maka besarnya safety stock untuk tahun
kali 2012 cara untuk menentukan jumlah
persediaan pengaman adalah 6.207 kg.
(1) Penentuan Persediaan Pengaman Dari perhitungan safety stock diatas,
(Safety Stock) dapat diketahui besarnya jumlah pesediaan
yang dapat dicadangkan sebagai
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

pengaman kelangsungan proses produksi Besarnya persediaan maksimal atau


dari risiko kehabisan bahan baku (Stock maximum inventory yang ada di gudang
Out). Persediaan pangaman sejumlah unit dapat dicari dengan menjumlahkan
ini akan tetap dipertahankan walaupun kuantitas persediaan menurut EOQ dengan
bahan bakunya dapat diganti yang baru. jumlah persediaan pengaman (safety
stock). Adapun untuk mengetahui besarnya
(2) Penentuan Pemesanan Kembali persediaan maksimum adalah sejumlah
(Reorder Point) 108.792 kg.
Pada tahun 2012 jumlah persediaan yang
Saat pemesanan kembali atau
boleh ada di gudang adalah sebesar 10.792
Reorder Point (ROP) adalah saat dimana
kg. Bila jumlah persediaan kopi yang ada di
perusahaan harus melakukan pemesanan
gudang melebihi jumlah tersebut, maka
bahan bakunya kembali, sehingga
dikhawatirkan jumlah biaya penyimpanan
penerimaan bahan baku yang dipesan
yang akan dikeluarkan untuk persediaan
dapat tepat waktu,karena dalam melakukan
tersebut akan semakin besar.
pemesanan bahan baku tidak dapat
langsung diterima hari itu juga. Besarnya
(4) Perhitungan Total Biaya Persediaan
sisa bahan baku yang masih tersisa hingga
Bahan Baku (TIC)
perusahaan harus melakukan pemesanan
kembali adalah sebesar ROP yang telah Untuk memperoleh total biaya
dihitung. Yang dimaksud dengan lead time persediaan bahan baku yang minimal maka
dalam penelitian ini adalah tenggang waktu diperhitungkan total biaya bahan baku
yang diperlukan antara saat pemesanan (TIC). Hal tersebut dilakukan untuk
bahan baku dilakukan dengan datangnya mengetahui berapa besar penghematan
bahan baku yang dipesan. Adapun waktu biaya persediaan total dalam perusahaan.
tunggu datangnya bahan baku perusahaan Perhitungan total biaya persediaan menurut
adalah 2 hari. Dengan demikian dapat metode EOQ maka perhitungan total
dihitung ROP-nya. Sehingga ROP dapat
biaya persediaan menurut metode EOQ
dihitung sebanyak 7.557kg
adalah sebesar Rp 64.880.574.
(3) Penentuan Persediaan Maksimum
(Maximum Inventory) Perbedaan Pada Metode Economic Order
Quantity (EOQ) dengan Metode
Persediaan maksimal merupakan Konvensional pada Persediaan Bahan
jumlah persediaan yang paling banyak yang Baku di Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
boleh ada di gudang. Penentuan “Banyuatis” Singaraja Kecamatan Buleleng
persediaan maksimal ini diperlukan agar Metode Economic Order Quantity
jumlah persediaan yang ada di gudang (EOQ) dengan Metode konvensional pada
tidak berlebihan, sehingga tidak persediaan bahan baku dapat dilihat Tabel
menimbulkan biaya yang lebih besar untuk 4.6
penyimpanan persediaan tersebut.

Tabel 4.6 Perbedaan Frekuensi dan Jumlah Pembelian Bahan Baku berdasarkan Cara
Perhitungan perusahaan dengan Metode EOQ (Dalam Kg)

Tahun Frekuensi Pembelian Rata-rata pembelian Jumlah total pembelian

Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ


2012 12x 2x 21.637 - 259.639 102.585

Sumber: data primer diolah


pembelian bahan baku berdasarkan
Dalam Tabel 4.6 dapat dilihat perhitungan perusahaan dengan metode
perbedaan antara frekuensi dan jumlah Economic Order Quantity (EOQ) pada
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

tahun 2012 . Jumlah pembelian bahan baku perusahaan tersebut dibandingkan dengan
yang selalu meningkat dan frekuensi total inventory dengan menggunakan
pembelian yang terlalu sering tentunya metode Economic Order Quantity (EOQ )
menyebabkan membengkaknya total biaya tahun 2012. Perbedaan dapat dilihat pada
pembelian. Perusahaan telah menyusun Tabel 4.7
total inventory cost yang disusun oleh

Tabel 4.7 Perbedaan Total Inventory Cost perusahaan dengan Total Inventory Cost menurut
EOQ tahun 2012 (Dalam rupiah)

TIC Perusahaan TIC EOQ


85.872.996,00 64.880.574,00

Dari Tabel 4.7 telah dilakukan dengan metode Economic Order Quantity
perbandingan antara Total Investory Cost (EOQ), dapat dilihat pada Tabel 4.7, tabel
perusahaan dengan Total Inventory Cost tersebut menjelaskan perhitungan EOQ
Menurut Economic Order Quantity (EOQ). yang telah dilaksanakan. Dari perhitungan
Terlihat jelas perbedaan bahwa bila tersebut, diperoleh biaya total persediaan
perusahaan menggunakan metode yang lebih kecil dibandingkan dengan biaya
Economic Order Quantity (EOQ ) terjadi total persediaan yang harus dikeluarkan
penghematan biaya sebesar oleh perusahaan bila menggunakan metode
Rp 20.992.442,00 pada tahun 2012. konvensional. Pada tahun 2012, dengan
metode EOQ perusahaan harus
PEMBAHASAN mengeluarkan biaya total persediaan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil sebesar Rp 64.880.574,00 . Jumlah ini lebih
perhitungan yang telah dilakukan maka kecil jika dibandingkan dengan biaya total
diketahui bahwa pemakaian bahan baku persediaan yang harus dikeluarkan oleh
kopi pada Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap perusahaan untuk periode yang sama
Banyutis masih berfluktuasi. Hal ini dengan metode konvensional yang
dibuktikan dari pemakaian bahan baku kopi mencapai Rp 85.872.996,00 .
yang selalu berbeda beda setiap bulannya. Namun jika kita lihat pada Tabel 4.6
Dengan demikian penting kiranya bagi frekuensi pembelian dalam satu tahun lebih
perusahaan untuk melaksanakan suatu sedikit, yaitu sebanyak 2 kali dalam setahun
metode pembelian persediaan yang lebih bila menggunakan metode Economic Order
efisien, sehingga biaya yang dikeluarkan Quantity (EOQ) dibandingakan
untuk persediaan dapat ditekan seminimal menggunakan metode konvensional.
mungkin. serta dapat meningkatkan taraf Jumlah frekuensi ini lebih kecil mengingat
hidup masyarakat. lead time yang harus dialami oleh
Sedangkan untuk mengatasi perusahaan yang terlalu lama untuk setiap
pemakaian yang berfluktuasi tersebut dapat kali pemesanan (kurang lebih 2 hari). Lead
digunakan sebuah metode pembelian yang time yang lama tersebut lebih dipengaruhi
biasa dikenal dengan Economic Order oleh faktor prosedur pembelian pada
Quantity (EOQ). EOQ merupakan metode Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap
pembelian persediaan yang mampu Banyuatis. Selain itu, frekuensi pembelian
meminimalkan biaya langsung yang lebih sedikit akan lebih menekan
penyimpanan. Dalam perhitungannya biaya pemesanan yang harus dikeluarkan
metode ini, dipertimbangkan beberapa hal, oleh perusahaan. Tetapi perlu diingat juga
antara lain jumlah kebutuhan bahan baku, bahwa metode pembelian persediaan
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. dengan metode EOQ juga memiliki banyak
Perbedaan yang muncul antara keterbatasan dan kondisi-kondisi yang
metode yang diterapkan perusahaan harus dipenuhi, misalnya tentang
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

perubahan harga. Karena Metode ini tidak SARAN


memperhitungkan tentang perubahan harga Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan
yang kemungkinan terjadi, maka pembahasan, dapat diajukan beberapa
hendaknya perusahaan juga saran sebagai berikut. (1)Sebaiknya
memperhatikan faktor perubahan harga perusahaan meninjau kembali kebijakan
dalam menentukan pembelian persediaan persediaan bahan baku yang selama ini
bahan baku. Selain itu dalam penggunaan telah dilakukan. Hal tersebut, karena dari
metode EOQ terdapat beberapa asumsi hasil penelitian ditemukan bahwa
yang harus dipenuhi, antara lain permintaan perhitungan metode konvensional dengan
akan produk, harga per unit produk, biaya menggunakan metode rata-rata kurang
penyimpanan per unit per tahun produk, efisie. Biaya Total Inventory Cost
biaya pemesanan, waktu antara perusahaan lebih besar dibandingkan
pemesanan dilakukan sampai dengan dengan Total Inventory Cost metode
barang diterima seharusnya konstan, dan Economic Order Quantity (EOQ).
ketersedian bahan baku dipasar. (2)Perusahaan sebaiknya menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ)
SIMPULAN DAN SARAN dengan cara memperhitungkan persediaan
SIMPULAN pengaman (Safety Stock),Pemesanan
Berdasarkan hasil penelitian dan Kembali (Reorder Point), dan Persediaan
pembahasan, maka dapat ditarik Maksimum (Maximum Inventory).
kesimpulkan sebagai berikut.(1)Metode Perhitungan persediaan bahan baku
perhitungan Persediaan bahan baku yang dengan menggunakan metode Economic
diterapkan Perusahaan Kopi Bubuk Bali Order Quantity (EOQ) bertujuan untuk
Cap “Banyuatis” Singaraja Kecamatan menghindari resiko kehabisan bahan baku
Buleleng Tahun 2012 dapat dilihat dengan (Stock Out) dan juga kelebihan bahan baku
cara pembeliaan bahan baku, penggunaan sehingga dapat meminimalisasi biaya
bahan baku, biaya pemesanan, biaya bahan baku bagi perusahaan.
penyimpanan, dan perhitungan biaya total
persediaan.(2)Persediaan Bahan Baku bila DAFTAR PUSTAKA
menggunakan Metode Economic Order Ahyari, Agus. 2003. Efisiensi Persedian
Quantity (EOQ) pada Perusahaan Kopi Bahan. Yogyakarta : BPFE
Bubuk Bali Cap Banyuatis Singaraja
Kecamatan Buleleng Tahun 2012 dapat Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur
dilihat perhitungan dengan cara Reorder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Point (ROP) yaitu 7.557 kg, persediaan Jakarta: Rineka Cipta
pengaman (Safety Stock) yaitu 6.207 kg,
Total Inventory Cost sebesar Rp Gitosudarmo, Indrio. 2002. Manajemen
64.880.574,00 ini memiliki perbedaan Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE
dengan persediaan bahan baku yang
diterapkan Perusahaan Kopi Bubuk Bali Herlina. 2007. Manajemen Keuangan.
Cap Banyuatis.(3) Terdapat perbedaan Handout Mata Kuliah Manajemen
yang dilakukan antara penentuan Keuangan Universitas Kristen
persediaan bahan baku yang diterapkan Maranatha, Bandung
perusahaan dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu dari Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen
frekuensi pembelian, total pembeliaan, Produksi dan Operasi. Jakarta:
serta Total Inventory Cost terjadi selisih Grasindo
sebesar Rp 20.992.422,00. Penentuan
persediaan bahan baku yang digunakan Kasmir. 2010. Pengantar Manejemen
metode Economic Order Quantity (EOQ) Keuangan. Jakarta: Kencana
lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan metode konvesional perusahaan.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2013

Martono dan D. Agus Harjito. 2008.


Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen
Ekonisia FE UII Persediaan. Edisi Kedua. Jakarta:
Rajawali Pers
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntasi. Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai