Anda di halaman 1dari 33

ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH


AGRIINDUSTRI MANISAN PALA UD PUTRI DI KOTA BITUNG

Eyverson Ruauw
Th. M. Katiandagho
Priska A.P.Suwardi

ABSTRACT
This study aims to determine how much profit and value added processing business candied nutmeg.
The research was carried out on an industrial UD Women in the Village District Girian Weru Girian
Bitung City. The primary data obtained through interviews with the owners daughter UD production
period in March 2011. Descriptive analysis of data presented in tabular form, and to know the profit
and value-added use profit and loss analysis of value-added analysis. The results showed that profits
candied nutmeg on UD daughter of Rp14,983,402.8. Value-added meat processing nutmeg candied
nutmeg to Rp45,070 per kilogram of meat nutmeg, with a ratio of 95 percent.
Keywords: profit analysis, value added, candied nutme

PENDAHULUAN ers), dan produk pertanian yang menguntungkan


dan mempunyai prospek pasar (Soekartawi,
Latar Belakang 2005).
Pembangunan pertanian harus dipandang Simatupang dan Purwoto (1990) menye-
dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak butkan, pengembangan agriindustri di Indonesia
bisa dipisahkan, yaitu pertama, pilar pertanian mencakup berbagai aspek, diantaranya mencipta-
primer (on-farm agriculture/agribusiness) yang kan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja,
merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan meningkatkan penerimaan devisa, pemerataan
sarana dan prasarana produksi (input factors) un- pendapatan, bahkan mampu menarik pembangu-
tuk menghasilkan produk pertanian primer; ke- nan sektor pertanian sebagai sektor penyedia ba-
dua, pilar pertanian sekunder (down-stream agri- han baku. Tujuan dari setiap usaha yang didirikan
culture/agribusiness) sebagai kegiatan mening- pada umumnya adalah untuk memperoleh keun-
katkan nilai tambah produk pertanian primer me- tungan yang semaksimal mungkin, dimana keun-
lalui pengolahan (agriindustri) beserta distribusi tungan yang diperoleh akan dapat digunakan oleh
dan perdagangannya (Napitupulu, 2000). suatu industri untuk mengembangkan usaha yang
Pertanian yang sebagian besar diusahakan dijalankan. Salah satu komoditas pertanian yang
dilahan sempit yang menggunakan teknologi mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam
modern, produknya mempunyai nilai tambah agriindustri adalah pala. Daging buah pala yang
yang tinggi, produk yang dijual sebaiknya produk merupakan bagian terbesar dari hasil panen buah
dari upaya diversifikasi produk yang vertikal pala merupakan suatu potensi bahan baku yang
maupun yang horisontal (misalnya: tanaman ubi- sangat besar untuk dapat dimanfaatkan. Salah satu
kayu tidak dijual umbinya, namun produk deriva- upaya pemanfaatan daging buah pala adalah pem-
tive-nya, yaitu keripik singkong (cassava creek- buatan manisan pala, yang umumnya dilaksana-

31
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

kan oleh usaha kecil rumah tangga. Manisan pala suatu produk, demkian halnya di sektor pertanian.
merupakan salah satu jenis makanan ringan yang Sumber-sumber nilai tambah adalah manfaat fak-
tergolong dalam kelompok manisan buah-buahan. tor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam
Manisan pala mempunyai nilai tambah tersendiri, dan manajemen. Faktor-faktor yang mendorong
dimana aspek itu bisa dilihat dari segi fisik, eko- terciptanya nilai tambah (Anderson and Hatt,
nomi, maupun sosial. Kebutuhan terhadap produk 1994) yaitu.
manisan pala masih cukup besar, pangsa pasarnya 1. Kualitas artinya produk dan jasa yang dihasil-
masih cukup luas dan beragam. Berdasarkan fe- kan sesuai atau tebih dari ekspektasi yang di-
nomena tersebut di atas maka permasalahan yang harapkan oleh konsumen.
muncul adalah berapa besar keuntungan dan nilai 2. Fungsi, dimana produk dan jasa yang dihasil-
tambah yang diperoleh melalui usaha pengolahan kan sesuai dengan fungsi yang diminta dari
manisan pala. masing-masing pelaku.
3. Bentuk, produk yang dihasilkan sesuai dengan
Tujuan dan Manfaat Penelitian bentuk yang diinginkan konsumen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 4. Tempat, produk yang dihasilkan sesuai den-
berapa besar keuntungan dan nilai tambah yang gan tempat
diperoleh dari usaha pengolahan manisan pala. 5. Waktu, produk yang dihasilkan sesuai dengan
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membe- waktu
rikan informasi kepada pemilik industri manisan 6. Kemudahan, dimana produk yang dihasilkan
pala tentang besarnya keuntungan dan nilai tam- mudah dijangkau oleh konsumen.
bah yang diperoleh pada satu bulan produksi, ser- Pengertian nilai tambah (value added) ada-
ta dapat memberikan informasi kepada masyara- lah pertambahan nilai suatu komoditas karena
kat tentang peluang usaha manisan pala. mengalami proses pengolahan, pengangkutan
ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Da-
TINJAUAN PUSTAKA lam proses pengolahan nilai tambah dapat didefi-
nisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan
Pengertian Nilai Tambah
nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak
Definisi nilai tambah menurut Wurgler
termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah
(2000) sebagai berikut: Nilai tambah menggam-
selisih antara nilai produk dengan harga bahan
barkan sebagai nilai pengiriman barang-barang
bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup kompo-
memproduksi (keluaran) kurang ongkos barang-
nen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga
barang intermediate/antara dan memerlukan jasa (
kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha
tetapi belum termasuk bekerja keras), dengan pe-
pengolahan (Hayami et al, 1987). Analisis nilai
nyesuaian. Menurut Biro Pusat Statistik (2005),
tambah melalui metode Hayami ini dapat meng-
nilai tambah sebagai selisih antara nilai output
hasilkan beberapa informasi penting, antara lain
produksi yang dihasilkan perusahaan dengan in-
berupa :
put (biaya antara) yang dikeluarkan.
a) Perkiraan nilai tambah, dalam rupiah
Konsep nilai tambah ini menjadi sangat ter-
b) Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi,
gantung dari permintaan yang ada dan seringkali
dalam persen
mengalami perubahan sesuai dengan nilai-nilai
c) Imbalan jasa tenaga kerja, dalam rupiah
dalam suatu produk yang diinginkan oleh konsu-
d) Bagian tenaga kerja, dalam persen
men, pendapatan dan lingkungan banyak menjadi
e) Keuntungan yang diterima perusahaan, dalam
faktor yang merubah preferensi konsumen akan
rupiah

32
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

f) Tingkat keuntungan perusahaan, dalam persen atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan
(d) menambah pendapatan dan keuntungan pro-
Analisis nilai tambah menurut Hayami (1989) dusen.
sebagai berikut: Agriindustri sebagai salah satu subsistem
penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi
Hasil produksi dari sekali proses produksi
Faktor Konversi = untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
Jumlah bahan baku sekali proses produksi
tinggi karena pangsa pasar dan nilai tambah yang
relatif besar dalam produk nasional. Agriindutri
Nilai produk = Faktor Konversi x Harga proses juga dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi
kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum
Koefisien Tenaga Kerja = kegiatannya yang sangat luas (Saragih, 2001).
Agriindustri pengolahan hasil pertanian,
Jumlah tenaga kerja sekali proses produksi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat
Jumlah bahan baku dalam sekali proses produksi
meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan
Nilai tambah = Nilai produk− Harga Bahan Baku – Sumban- produk yang dapat dipasarkan atau digunakan
gan Input Lain* atau dimakan, (c) meningkatkan daya saing, dan
Nilai tambah
(d) menambah pendapatan dan keuntungan produ-
Ratio Nilai tambah (%) = Nilai x 100% sen. Pembangunan industri hasil-hasil perta-
produk
nian/agriindustri akan meningkatkan nilai tambah
Imbalan tenaga kerja = koefisien tenaga kerja x upah rata-rata
dari hasil-hasil pertanian dan menciptakan ke-
Bagian tenaga kerja (%) =
Imbalan tenaga kerja
x 100%
sempatan kerja. Melalui proses pengolahan, pro-
Nilai tambah duk-produk pertanian akan menjadi lebih beragam
Keuntungan** = Nilai tambah – Imbalan tenaga kerja kegunaannya (Soekartawi, 1993).
Keuntungan
Tingkat Keuntungan (%) = Nilai
tambah
x 100% Pengembangan Industri Pengolahan
Hasil Pertanian
Keterangan: Pengembangan industri pengolahan hasil
* = Bahan penolong
** = Imbalan bagi modal dan manajemen
pertanian sangat penting untuk dilakukan agar
produk yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
Pengertian Agriindustri tuntutan pasar. Produk yang dihasilkan tersebut
mengharuskan komoditi pertanian untuk diolah
Agriindustri merupakan industri pengolahan menjadi produk baru. Faktor-faktor yang mendu-
yang mengolah bahan baku hasil pertanian. kung pengembangan pengelolaan hasil pertanian
Agriindustri pertama kali diungkapkan oleh Aus- yaitu:
tin (1981) yaitu perusahaan yang memproses ba-
han nabati (yang berasal dari tanaman) atau he- 1. Bahan Baku
wani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang Bahan baku adalah faktor yang sangat me-
digunakan mencakup pengubahan dan pengawe- nunjang dan proses produksi suatu industri. Per-
tan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyim- sediaan bahan baku yaitu persediaan dari barang-
panan, pengemasan dan distribusi. Menurut Hicks barang berlanjut yang digunakan dalam proses
(1995), agriindustri adalah kegiatan dengan ciri: produksi. Bahan baku industri ini diperlukan oleh
(a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasil- suatu industri untuk di olah, yang setelah melalui
kan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan

33
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi Menurut Winardi (1989), pemasaran terdiri
(Assauri, 1998). dari pelaksanaan aktivitas bisnis yang mengalih-
kan barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak
2. Tenaga Kerja konsumen atau pemakai. Kegiatan pemasaran
Soekartawi (1991) menjelaskan bahwa te- yang diklasifikasikan sebagai berikut : (1) produc,
naga kerja dalam pengembangan industri pengelo- (2) price, 3 promotion, dan 4. place.
laan hasil pertanian harus diperhatikan baik dalam
ketersediaannya maupun kualitas dan ketrampilan 7. Keuntungan
kerja. Keuntungan adalah selisih antara hasil pen-
jualan dan biaya yang dikeluarkan (Rp/bulan).
3. Modal
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah Konsep Biaya
barang atau uang yang dipakai untuk menghasil- Menurut Ahyari (1980), biaya merupakan
kan suatu produk. Barang dapat berupa produksi nilai dari barang dan jasa untuk menghasilkan
yang digunakan, bangunan pabrik dan bahan- produk tertentu. Biaya terdiri dari biaya tetap dan
bahan yang dapat dipakai utuk menghasilkan pro- biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang se-
duk sedangkan uang adalah alat tukar yang digu- lalu tetap jumlahnya dan tidak terpengaruh oleh
nakan untuk memperoleh sesuatu yang dibutuh- besar kecilnya tingkat produksi. Sedangkan biaya
kan seperti membeli mesin atau alat-alat keper- variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah
luan produksi dan membayar upah tenaga kerja. seesuai dengan tingkat produksi perusahaan.

4. Manajemen Konsep Laba


Peranan manajemen dalam pelaksanaan sis- Menurut Munansa (1994) laba adalah se-
tem produksi yaitu agar dapat dicapainya tujuan lisih antara pendapatan yang diperoleh perusahaan
yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mempro-
barang dan jasa dalam jumlah dan waktu yang duksi suatu barang. Rusue dan Pitoyo (1995) juga
telah ditetapkan dan direncanakan (Assauri, mengemukakan bahwa laba merupakan kelebihan
1998). penghasilan dari semua biaya suatu usaha.

5. Teknologi Konsep Rugi Laba


Mubyarto (1989), mengungkapkan bahwa Menurut Djahidin (1983) laporan rugi la-
teknologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhu- ba merupakan laporan tentang keuangan yang be-
bungan dengan ketrampilan di bidang industri. rasal dari kegiatan operasi keuangan. Hasil kegia-
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ke- tan operasi keuangan diukur dari selisih antara
tat maka teknologi sangat dibutuhkan oleh suatu penjualan yang diperoleh perusahaan dengan bi-
perusahaan di dalam menghasilkan suatu produk aya yang dikeluarkan. Apabila hasil penjualan
sehingga dapat meningkatkan mutu produk, bisa tersebut memperoleh laba dan sebaliknya jika ha-
unggul dalam bersaing dengan produk-produk sil penjualan yang diterima lebih kecil dari biaya
sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain. yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut men-
derita kerugian.

6. Pemasaran METODOLOGI PENELITIAN

34
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

Metode Pengumpulan Data 8. Nilai tambah yaitu pertambahan nilai pada


Metode penelitian yang digunakan adalah komoditas yang telah mengalami proses pen-
metode studi kasus pada UD Putri di Kota Bitung. golahan, pengemasan, pengangkutan maupun
Pengumpulan data dilakukan dengan mengguna- penyimpanan sehingga menjadi suatu produk
kan data primer. Data primer adalah data yang yang akan dipasarkan atau dijual ke konsu-
diambil secara langsung dengan melakukan wa- men.
wancara dengan pemilik UD Putri.
Metode Analisis Data
Konsep Pengukuran Variabel Analisis data yang digunakan dalam pene-
Variabel yang di ukur dalam penelitian ini litian ini adalah analisis data secara deskriptif dan
adalah : disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian diguna-
1. Harga jual, adalah harga manisan pala yang kan perhitungan rugi laba industri manisan pala
ditetapkan oleh industri (Rp/bungkus) disajikan dalam bentuk laporan rugi-laba dan nilai
2. Volume produksi, adalah jumlah produksi tambah sebagai berikut:
manisan pala yang dinyatakan dalam ukuran No. Variabel (Output, Input,
kemasan (bungkus) Notasi
Harga)
3. Biaya produksi, yaitu besarnya biaya yang 1. Hasil/ produksi (kg/proses) a
2. Bahan baku (kg/proses) b
dikeluarkan pada pengolahan manisan pa- 3. Tenaga kerja c
la,yang di bagi atas : (a) biaya tetap terdiri da- (orang/proses)
4. Faktor konversi (1/2) d = a/b
ri pajak dan penyusutan dinyatakan dalam ru- 5. Koefisien tenaga kerja e = c/b
piah; dan (b) biaya variabel, terdiri dari: ba- (3/2)
6. Harga produk rata-rata F
han baku, peralatan dan perlengkapan, tenaga
(Rp/kg)
kerja dan transportasi dinyatakan dalam ru- 7. Upah rata-rata (Rp/orang) 1 g
piah. x produksi
Pendapatan dan Keuntungan
4. Bahan baku adalah jumlah bahan baku daging 8. Harga bahan baku (Rp/kg) h
buah pala yang dipakai dalam produksi dan 9. Sumbangan input lain I
bahan penolong (kg). (Rp/kg)*
10. Nilai produk (Rp/kg) (4x6) j=d×f
5. Modal adalah sarana atau peralatan yang di- 11. a. Nilai tambah (Rp/kg) k =j–h−i
gunakan dalam pengolahan industri manisan (10-8-9)
pala dalam pengolahan industri manisan pala b. Ratio nilai tambah (%) l (%) =
(11a/10) k/jx100%
(Rp) 12. a. Imbalan tenaga kerja m=e×g
6. Pemasaran yaitu teknik atau tata cara penyalu- (Rp/hk) (5x7)
ran barang dari produsen ke konsumen,yang b . Bagian tenaga kerja (%) n (%) =
(12a/11a) m/kx100%
meliputi: (a) saluran pemasaran adalah proses 13. a. Keuntungan (Rp) (11a – o=k–m
penyaluran manisan pala dari produsen ke 12a)**
b. Tingkat keuntungan (%) p(%) =
konsumen; (b) lokasi pemasaran adalah tem- (13a/11a) o/kx100%
pat dimana produsen/penghasil manisan pala 14. Margin (10-8) (Rp) q=j−h
a. Pendapatan tenaga kerja (%) r (%) =
menjual produknya (12a/14) (m/q)x100%
7. Keuntungan yaitu selisih antara hasil penjua- b. Sumbangan input lain (%) s (%) =
lan dan biaya yang dikeluarkan (Rp/bulan) (9/14) (i/q)x100%
c. Keuntungan perusahaan (%) t (%) =

35
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

(13a/14) (o/q)x100% Berdasarkan hasil penelitian, struktru orga-


Keterangan: nisasi dari industri rumah UD Putri ini sangat se-
* = Bahan penolong derhana. Struktur organisasi UD Putri tersebut
** = Imbalan bagi modal dan manajemen dapat dilihat pada Gambar 1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mu- Pimpinan
lai dari persiapan hingga penyusunan laporan yai-
tu mulai dari bulan Februari sampai April 2011.
Penelitian berlokasi di UD Putri Kecamatan Gi-
rian Kota Bitung.

HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian Produksi Bagian Pemasaran


Deskripsi Umum Industri Gambar 1. Struktur Organisasi Industri Ru-
A. Keadaan Umum Industri Rumah Tangga mah Tangga UD Putri
Manisan Pala
Industri UD Putri masih tergolong sebagai Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa struktur
industri rumah tangga. Usaha industri rumah organisasi industri rumah tangga UD Putri ini
tangga merupakan usaha rumah tangga yang termasuk dalam struktur pengendalian langsung
mengolah bahan hasil pertanian menjadi produk dimana pimpinan merupakan pemilik industri ju-
baru dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang ga sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga. Pe-
termasuk pengusaha. Selain dilihat dari jumlah laksana dalam kegiatan produksi yaitu pemilik
pekerjanya, yang tergolong dalam industri rumah industri itu sendiri juga sebagai penentu segala
tangga juga dapat dilihat dari jumlah produksi kebijakan dan bertanggung jawab terhadap selu-
yang dihasilkan, modal yang terbatas, teknologi ruh kegiatan dalam perusahaan ditambah dengan
yang masih sederhana serta strategi pemasaran. 4 orang tenaga kerja yang berasal dari luar ke-
Pemilik industri rumah tangga UD Putri luarga. Tenaga kerja pada industri ini bekerja se-
adalah Nur Ain Tahir, berumur 39 tahun dan pen- bagai tenaga borongan, sedang pelaksana dalam
didikan terakhirnya adalah SMA. Awal berdirinya kegiatan pemasaran dilakukan oleh pemilik indus-
Industri UD Putri ini yaitu pada tahun 1992 yang tri, sehingga semua kegiatan dalam industri terse-
dimulai dengan usaha manisan pala, karena per- but dikendalikan langsung oleh pemilik industri.
kembangan usaha tersebut semakin maju , maka C. Lokasi Perusahaan
industri ini kemudian membuka usaha sampingan Industri UD Putri berlokasi di Kelurahan
seperti usaha keripik pisang, kue kacang vernis, Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung. Le-
dan kue kering lainnya sejak tahun 2000. Telah tak lokasi industri UD Putri berhadapan dengan
terdaftar pada departemen perindustrian dan per- jalan raya Girian dan dekat dengan pasar Girian.
dagangan dengan No.07/IKAH/2000 dan pada Produk yang dihasilkan dari suatu perusahaan
Departemen Kesehatan RI atau industri akan tercipta karena adanya
No.SP.1229/18.04/2000.
B. Struktur Organisasi

36
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

ketersediaan dan penggunaan bahan baku. Buah pasir sebanyak 90kg, serta garam sebagai bahan
pala yang digunakan diperoleh dari pemasok luar penolong sebanyak 60kg.
daerah, sedangkan gula pasir diperoleh dari peda-
Peralatan
gang yang berada dekat dengan lokasi industri.
Peralatan yang di perlukan dalam pengola-
Serta garam yang menjadi bahan penolong dipe-
han manisan pala seperti pisau kupas dan pisau
roleh juga dari pedagang yang berada dekat den-
potong yang digunakan untuk mengiris dan men-
gan lokasi industri. Selain itu, UD Putri menjalin
gupas buah pala, papan pres dingunakan untuk
hubungan kerjasama dengan pemasok dan peda-
proses pencucian daging buah pala dimana untuk
gang tersebut, sehingga kebutuhan bahan baku
disisihkan airnya sampai agak kering, loyang
selalu tersedia. Penggunaan bahan baku dan ba-
yang digunakan untuk tempat untuk menaruh ma-
han penolong dalam pengolahan manisan pala
nisan pala yang telah jadi, dan alat lem plastik
selama 1 bulan dapat dilihat pada Tabel 1.
kemasan yang digunakan untuk mengemas mani-
Penggunaan bahan baku oleh UD Putri untuk
san pala.
periode Maret 2011 selama empat kali produksi
adalah daging buah pala sebanyak 480kg dan gula

Pemilihan buah pala

Persiapan alat dan bahan

Perendaman dengan air


garam

Pengupasan

Pengirisan dan penumbukan daging buah pala

Pencucian (di tiriskan airnya sampai agak kering,

Perendaman dengan gula pasir secara bertahap

Pengemasan

Manisan pala

Gambar 2. Proses Pengolahan Manisan Pala Industri UD Putri

37
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

Tabel 1. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Manisan Pala


Selama Periode Maret 2011
Jumlah
1 kali Harga
Nilai (4 kali Nilai
No Jenis bahan produksi Satuan
(Rp) produksi) (Rp/bulan)
(Kg) (Rp)
(Kg)
1 Daging buah pala 120 5.000 600.000 480 2.400.000
2 Gula pasir 90 11.000 990.000 360 3.960.000
3 Garam 15 2.000 30.000 60 120.000
Sumber : Diolah dari data primer, 2011

Modal Usaha dalam Industri Rumah Tangga usaha manisan pala ini dapat dilihat pada Tabel 2.
UD. Putri Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai modal te-
Berdasarkan hasil penelitian pada industri tap sebesar Rp1.800.000. Total penyusutan sebe-
rumah tangga manisan pala UD Putri ini, modal sar Rp11597,2 untuk 47 unit jenis modal tetap.
yang digunakan berasal modal sendiri atau modal Jenis dan nilai modal tidak tetap sebesar
keluarga. Jenis dan nilai modaltetap dalam usaha Rp2.035.000 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2. Jenis dan nilai modal tetap serta biaya penyusutan pada indus-
tri UD Putri
Har- Total Har- Umur
Jumlah
No Jenis peralatan ga/unit ga pemakaian Penyusutan
(Unit)
(Rp) (Rp) (minggu)
1 Pisau kupas 3 10.000 30.000 48 312,5
2 Pisau potong 4 7.500 30.000 48 312,5
3 Papan pres 1 50.000 50.000 144 347,2
4 Loyang 36 40.000 1.440.000 192 7.500
5 Alat Perekat 2 150.000 300.000 96 3.125
Total 47 1.800.000 11.597,2
Sumber: Diolah dari data primer, 2011

Tenaga Kerja dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja dan untuk


pengemasan serta pemasaran dilakukan oleh 2
Setiap proses produksi selalu melibatkan te-
orang.
naga kerja untuk menghasilkan barang jadi. Oleh
Pembagian upah tenaga kerja yang terjadi
karena itu faktor tenaga kerja begitu penting da-
pada industri UD Putri yaitu mulai dari kegiatan
lam pencapaian tujuan produksi. Berdasarkan pe-
pemilihan buah pala hingga perendaman dengan
nelitian terhadap penggunaan tenaga kerja pada
gula pasir dilakukan setiap selesai melakukan pe-
industri UD Putri untuk pengolahan manisan pala
kerjaan dengan sistem borongan dimana upah
menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja
yang dibayar dihtung berdasarkan banyaknya
dalam proses produksi yaitu mulai dari pemilihan
penggunaan bahan yaitu untuk setiap 30 kg buah
buah pala hingga perendaman dengan gula pasir
pala yang digunakan upahnya sebesar Rp75.000

38
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

per orang. Untuk kegiatan pengemasan dan pema- satu kali proses produksi, sehingga digolongkan
saran, upahnya sebesar Rp250.000. untuk setiap menjadi upah tenaga kerja langsung.

Tabel 3. Jenis dan nilai modal tidak tetap selama satu kali
produksi pada industri Manisan Pala UD Putri
Kebutuhan Harga satuan Total Biaya
No Jenis Bahan
Unit (Rp) (Rp/)
1 Daging buah pala (kg) 120 5.000 600.000
2 Gula pasir (kg) 90 11.000 990.000
3 Garam (kg) 15 2000 30.000
4 Plastik (kg) :
12× 22 (100𝑔𝑟𝑎𝑚) 1 30.000 30.000
15 × 26 200𝑔𝑟𝑎𝑚 0,7 30.000 21.000
5 Toples mika (buah) 140 2200 308.000
5 Label (buah) 1120 50 56.000
Jumlah modal 2.035.000

Sumber : di olah dari data primer, 2011

Volume Produksi hasilkan suatu barang jadi. Kegiatan produksi


manisan pala UD Putri dilakukan secara teratur
Produksi merupakan kegiatan inti dari in-
dalam setiap kali produksi, seperti pada Tabel 4.
dustri pengolahan, dimana dalam kegiatan pro-
duksi semua bahan-bahan yang diperlukan disatu-
kan atau di kombinasikan, sehingga meng-

Tabel 4. Volume Produksi Manisan Pala selama Periode Satu Bulan Maret
pada industri UD. Putri
Volume produksi
Periode Proses Produksi 500 gram 250 gram 100 gram
(kemasan) (kemasan) (kemasan)
I 140 280 700
II 140 280 700
III 140 280 700
IV 140 280 700
Jumlah(kemasan) 560 1120 2800
Harga Jual (Rp/kemasan) 15.000 8.000 4.000
Nilai Produksi (Rp) 2.100.000 2.240.000 2.800.000
Total Nilai Produksi (Rp) 7.1400.000
Sumber: diolah dari data primer, 2011

39
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa produksi yang Pemasaran


dihasilkan pada bulan Maret 2011 yaitu untuk Pemasaran merupakan pemindahan produk dari
ukuran 500gram dengan harga jual Rp15.000 pihak produsen ke konsumen. Saluran pemasaran
produksi yang dihasilkan sebanyak 140 bungkus dari produk manisan pala dapat dilihat pada
dengan nilai produksi sebesar Rp2.100.000. untuk Gambar 3.
ukuran 250 gram dengan harga jual Rp8.000
produksi yang dihasilkan sebanyak 280 bungkus Pola 1 :
dengan nilai produksi sebesar Rp2.240.000. untuk
Produsen Konsumen
ukuran 100 gram dengan harga jual Rp4.000
produksi yang dihasilkan sebanyak 700 bungkus
dengan nilai produksi sebesar Rp2.800.000.
Pola 2 :
Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan Produsen Pedagang
Pengecer Konsumen
biaya variabel yang digunakan untuk mempro-
duksi manisan pala pada industri UD Putri. Be-
sarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh in- Gambar 3. Saluran Pemasaran Produk Manisan Pala
dustri UD Putri dapat dilihat pada Tabel 5. Total UD Putri
biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan mani-
san pala selama periode Maret 2011 sebesar Rp. Saluran pemasaran produk manisan pala pola 1
12.976.597,2. merupakan saluran pemasaran tanpa tingkat (a
zero level channel) atau secara langsung yaitu
Tabel 5. Biaya Produksi Pembuatan Manisan Pala produk manisan pala dijual langsung pada kon-
Selama Periode Maret 2011
sumen dari lokasi industri UD Putri itu sendiri.
Jenis Biaya Jumlah (Rp) Dalam hal ini yang bertindak sebagai produsen
Biaya Tetap adalah industri UD Putri. Sedang saluran pemasa-
Biaya penyusutan 11.597.2 ran pola 2 merupakan saluran pemasaran satu
Biaya pajak (retribusi) 25.000
tingkat (a one level channel ) atau secara tidak
Biaya Variabel
Biaya bahan baku 6.360.000
langsung dimana produk tersebut dari produsen
Biaya bahan penolong 120.000 (industri UD Putri) dijual melalui pedangan pen-
Biaya tenaga kerja 3.200.000 gecer dengan harga yang telah di tetapkan oleh
Biaya perlengkapan industri UD Putri. Adapun cara pemasarannya
 Label 224.000 yaitu industri UD Putri, menjual produknya pada
 Toples Mika 1.232.000 pedagang pengecer (toko-toko) untuk kemasan
 Plastik 500gram harganya Rp15.000; 250 gram harganya
2× 22 (100𝑔𝑟𝑎𝑚) 120.000 Rp8.000, dan untuk 100 gram harganya Rp4.000.
15 × 26 200𝑔𝑟𝑎𝑚 84.000
Distribusi produk dari industri ke pedagang
Biaya transportasi 1.200.000
400.000
pengecer dilakukan dengan cara mengantar lang-
Biaya listrik
sung ke toko swalayan/supermarket. Perjanjian
TOTAL BIAYA 12.976.597,2
antara industridan swalayan/ supermarket dalam
Sumber : di olah dari data primer, 2011 hal pembayaran yaitu pembayaran tunai (cash)
ditentukan oleh pihak industri berdasarkan jumlah
produk yang diminta. Perjanjian antara industri
dan pedagang pengecer untuk produk tidak ter-

40
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

jual, yang ditarik kembali oleh pihak industri dan yang tersedia diproduksi cepat terjual, produk di-
diganti dengan yang baru. jual ke 4 lokasi penjualan yaitu Bitung, Manado,
Kotamobagu dan Gorontalo dengan sistem pem-
Perhitungan Rugi Laba
bayarannya secara tunai.
Setiap perusahaan ingin mendapatkan keun-
tungan dari produk yang dihasilkannya bila ingin Analisis Nilai Tambah
mendapatkan keuntungan maka total penjualan
Analisis nilai tambah merupakan metode
harus lebih besar dari total biaya yang dikelua-
perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat
rkan. Namun bila ternyata total penjualan yang
perlakuan mengalami perubahan ini, sehingga
diterima lebih kecil atau lebih sedikit dari total
menimbulkan nilai tambah yang dipengaruhi oleh
biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut
teknologi yang digunakan dalam proses pengola-
mengalami kerugian. Hasil kegiatan operasi keu-
han. Adapun analisis nilai tambah pengolahan
angan dari industri Manisan Pala pada UD Putri
Pala menjadi manisan pala dapat dilihat pada Ta-
dapat dilihat pada Tabel 6. Keuntungan yang di-
bel 7.
peroleh UD Putri dari industri manisan buah pala
per satu bulan produksi adalah Rp14.983.402,8. Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Industri Manisan Pala UD. Putri
Perhitungan rugi-laba menunjukkan bahwa pada No Variabel (Output, Input, Harga) Notasi
bulan Maret 2011 pihak industri memulai pengo- 1. Hasil/ produksi (kg/proses) 210
lahan manisan pala dengan bahan baku dan bahan 2. Bahan baku (Kg/proses) 120
penolong yang baru. 3. Tenaga kerja (orang/proses) 4
4. Faktor konversi (1/2) 1,75
Tabel 6. Perhitungan rugi laba industri manisan pala UD. Putri
periode Maret 2011(dalam rupiah) 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,03
Penjualan 28.560.000 6. Harga produk rata-rata (Rp/kg) 34.000
Biaya Produksi : 7. Upah rata-rata (Rp/proses produksi/orang) 75.000
- Bahan baku 6.360.000
- Tenaga kerja 3.200.000 Pendapatan dan Keuntungan
- Biaya over head pabrik : 8. Harga bahan baku (Rp/kg) 5.000
Bahan penolong 120.000
Listrik 400.000 9. Sumbangan input lain (Rp/kg)* 9.430
Telepon 300.000 10. Nilai produk (Rp/kg) (4x6) 59.500
Pajak 25.000
Penyusutan 11.597.2 10.416.597,2
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) (10-8-9) 45.070
Barang dalam proses awal 0 b. Ratio nilai tambah (%) (11a/10) 75
Barang dalam proses akhir 0
Harga pokok produksi 18.143.402,8
12. a. Imbalan tenaga kerja (Rp/hk) (5 x 7 ) 2.250
b . Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a) 5
Persediaan barang jadi awal 0 13. a. Keuntungan (Rp) (11a – 12a)** 42.820
Persediaan barang jadi akhir 0
Harga pokok penjualan 18.143.402,8 b. Tingkat keuntungan (%) (13a/11a) 95
14. Margin (10-8) (Rp) 54.500
Laba kotor 18.143.402,8
Beban operasi : 1.200.000 a. Pendapatan tenaga kerja (%) (12a/14) 4
- Biaya transportasi 1.660.000 b. Sumbangan input lain (%) (9/14) 17
- Biaya perlengkapan 300.000
- Biaya pemeliharaan c. Keuntungan perusahaan (%) (13a/14) 78
Beban-beban operasi 3.160.000 Sumber : diolah dari data primer, 2011
Laba bersih 14.983.402,8
Sumber : diolah dari data primer, 2011

Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi se-


Selama periode bulan Maret 2011 penjua- tiap kali proses pengolahan sebanyak 210 kg den-
lan manisan pala sangat lancar, sehingga produk gan harga Rp34.000/kg dalam kemasan (0,5kg;

41
Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah ................................... (Eyverson Ruauw, Th.M. Katiandagho, Priska Suwardi)

0,25kg; 0,1kg). Menggunakan 120 kg daging si Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratu-
buah pala sebagai bahan baku dengan harga langi, Manado.
Rp5000/kg, 4 orang tenaga kerja dengan upah Anonimous. 2008. Tentang Manisan Pala.
rata-rata/proses produksi/orang Rp75.000. Proses (http://jenizjamure.blogspot.com/2008/11/tent
produksi dilakukan 1 kali dalam 1 minggu. Nilai ang-manisan-pala-definisipengertian.html)
tambah sebesar Rp45.070 jadi semakin banyak diakses pada tanggal 18 November 2010.
bahan baku yang dibutuhkan dalam setiap proses Djahidin, 1985. Analisa Laporan Keuangan. Gha-
semakin banyak bahan modal dan manajemen lia Indonesia, Jakarta.
yang dalam hal ini dilakukan sekaligus oleh pemi- Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan.
lik industri. Proses pengolahan dilakukan hanya Bumi Aksara, Jakarta.
satu kali dalam seminggu. Hayami, Y et. AL, 1987. Analisis Nilai Tambah
Dan Distribusi kripik Nangka. Lembaga Pe-
nelitian Universitas Muhammadiyah Malang.
KESIMPULAN DAN SARAN Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian.
LP3S. Jakarta.
Kesimpulan
Munansa, 1999. Kamus Istilah Ekonomi dan Pa-
Biaya produksi industri manisan pala UD sar Modal. Arikha Media Cipta, Jakarta.
Putri untuk bulan Maret 2011 sebesar Mulawarman, Aji, 2009. KONSEP NILAI TAM-
Rp12.976.597,2 dengan keuntungan selama 1 bu- BAH SYARIAH: Pengertian dan Definisi Nilai
lan periode Maret 2011 sebesar Rp14.983.402,8. Tambah (62-konsep-nilai-tambah-syariah-
Nilai tambah pengolahan daging buah pala men- pengertian-dan-definisi-nilai-tambah-bagian-
jadi manisan pala sebesar Rp45.070/kg daging pertama.htm) di akses pada tanggal 27 Mei
buah pala, dengan rasio sebesar 95 persen. 2010
Napitupulu, 2000. Analisis Nilai Tambah Dan
Saran Distribusi kripik Nangka. Lembaga Penelitian
Pihak industri disarankan untuk menambah Universitas Muhammadiyah Malang.
variasi model kemasan dan jenis rasa manisan Riwayati, Hedwigis Esti. Dan Markonah. 2008.
pala. Perluasan kerjasama dengan pihak lain un- Matematika Ekonomi Bisnis. Gramedia Wi-
tuk meningkatkan produksi dan perluasan pasar. diasarana Indonesia, Jakarta.
Produk manisan pala terus dikembangkan karena Rusue A dan Pitoyo H, 1995. Kamus Istilah Keu-
dapat mendatangkan keuntungan yang cukup be- angan dan Perbankan PT. Halirang, Jakarta.
sar. Berdasarkan nilai tambah yang diperoleh, Simatupang, P dan A. Purwoto. 1990. Pengem-
maka diharapkan pemilik industri mampu mem- bangan Agro Industri Sebagai Penggerak
pertahankan atau meningkatkannya di masa akan Pembangunan Desa. Dalam P. Simatupang, E.
datang. Dan untuk wilayah penghasil pala diha- Pasandaran, F. Kasryno, dan A. Zulham (Pe-
rapkan memperbanyak produk daging buah pala nyunting) Agro Industri Faktor Penunjang
menjadi manisan pala dan produk turunan lain- Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Pe-
nya. nelitian Agro Ekonomi. Bogor, pp. 1-20.
Soekartawi, 2001. Pengantar Agroindustri. Raja
DAFTAR PUSTAKA Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori Dan Aplika-
Ahyari, 1980. Profil Usaha Industri Kue Kacang sinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Vernis UD. Putri di Kelurahan Aertembaga
Kecamatan Bitung Timur Kota Bitung. Skrip-

42
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 31 - 44

Winardi. 1989. Profil Usaha Industri Kue Pia www.jabar.bps.go.id/web2007/update2007/.../nila


Boulevard Manado. Skripsi Fakultas Perta- ioutput2.html di akses pada tanggal 6 De-
nian Universitas Sam Ratulangi, Manado. sember 2009
www.jimmykurniaindradjaya.com/2008/03/26/fak www.wikipedia.com di akses pada tanggal 10
tor-kali-dan-nilai-tambah-dalam- Mei 2010 pukul 17.39
bisnis/+nilai+tambah.com di akses pada tang-
gal 6 Desember 2009

43
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

HUBUNGAN ANTARA ETOS KERJA, MOTIVASI, SIKAP INOVATIF DAN


PRODUKTIVITAS USAHATANI
(Studi Kasus Pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Tumpaan
Kabupaten Minahasa Selatan)

Vicky R.B. Moniaga


Jelly Memah
Christy Rondonuwu

ABSTRACT
This study aims to (a) describe these three psychological factors and productivity of rice farming, and
(b) to study whether there is a significant relationship between these psychological factors (work ethic,
achievement motivation and innovative attitude) with farm productivity. Based on the analysis of descriptions
of the main variables of the study, then through the method of "Likert's Summated Ratings" in the
measurement of psychological variables in the know that the three psychological variables were in levels of
"High" (from 5 measurement scales: from very low to very high). relatively variable work ethic scores 79.4
percent, 71.1 percent motivation, and innovative attitude of 78.4 percent.While for the variable productivity
of rice varies from 1163.64 to 3030.30 kg / ha with an average of 2042.30 kg / ha of rice equivalent.
In the method of Pearson correlation analysis then known that the variable work ethic and innovative
attitude variables are very significant berhubingan with rice productivity, which in this case addressed by the
magnitude of correlation coefficient (r = 0.67, p = 0.00) for variable ethos employment and productivity, and
(r =0.696, p =0.00) for variable innovative attitude and productivity. this means that the size of the
productivity of paddy rice farming posiyif no relationship with work ethic and innovative attitude of the
farmers. while the motivation is not there a significant relationship with lowland rice farming productivity
variable (r = 0.21, p =0.27). This means that farmers in increasing their business productivity is not driven
by emotional intelligence but more driven olek because of necessity (there is no other choice) in developing
rice farming. so that the size of the productivity is not determined by the high and low motivation of farmers.

Keywords: Work ethic, achievement motivation, innovative attitude, farm productivity

PENDAHULUAN mengamanatkan komitmen pemerintah Provinsi


Sulawesi Utara dalam membangun Sektor
Latar Belakang Pertanian dan Peternakan secara terencana,
Kebijakan dan strategi pembangunan terpadu dan menyeluruh dengan tujuan untuk :
pertanian di Sulawesi Utara merupakan a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
perpaduan antara kebijakan pembangunan b) Menurunkan kemiskinan dan pengangguran,
pertanian nasional dan perencanaan pembangunan c) Meningkatkan produksi dan mutu hasil
pertanian daerah. Secara umum kebijakan
pertanian,
pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Utara
didasarkan atas Dokumen perencanaan d) Meningkatkan akses petani, ke sentra
pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Utara produksi, sumber permodalan, pengolahan
berupa Rencana Pembangunan Jangka dan pemasaran dan sumber teknologi (Dinas
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Pertanian & Peternakan Prov. Sulut, 2009)
Utara Tahun 2005-2010 dan Grand Design Program Revitalisasi Pertanian merupakan
Revitalisasi Pertanian Provinsi Sulawesi Utara. kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah
Dari dua dokumen tersebut secara tegas dan jelas provinsi Sulawesi Utara dalam rangka mengatasi

44
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

masalah: a). Kemiskinan, b). Pengangguran, c), akibat rendahnya tingkat produktivitas. Tahun
Ketahanan Pangan, d) Pelestarian Lingkungan 2009 ditargetkan produksi padi di Sulawesi Utara
Hidup, untuk mencapai peningkatan sebesar 546.825 ton tetapi realisasinya hanya
kesejahteraan masyarakat, terutama petani dan 461.450 ton atau sekitar 84 persen dan
peternak di pedesaan. Untuk mempercepat produktivitas padi sawah baru sekitar 5 ton per
penanggulangan masalah ketahanan pangan hektar (BPS Sulut, 2008), sementara untuk
khususnya, pemerintah daerah Provinsi Sulawesi mencapai swasembada beras, produktivitasnya
Utara juga telah mencanangkan suatu gerakan sekitar 6 ton per hektar, dengan asumsi luas lahan
swasembada beras yang ditargetkan tercapai pada dan kondisi lainnya tetap (Dinas Pertanian dan
tahun 2010 ini. Untuk itu, setiap daerah Peternakan Sulut, 2009). Masalah lainnya adalah
(kabupaten/kota) berupaya mendukung program semakin menyusutnya lahan sawah akibat
peningkatan pangan, khususnya beras melalui peralihan fungsi (menjadi lahan pemukiman,
berbagai pendekatan dan strategi pembangunan. industri, penggembalaan ternak, dan lainnya),
Meskipun berbagai kebijakan, strategi dan sementara bangunan irigasi untuk pengairan
program telah digalakkan oleh pemerintah selama sawah tidak ada peningkatan; semakin
ini, tetapi nampaknya belum dapat memberikan meningkatnya jumlah penduduk yang akan
perubahan yang berarti terhadap kinerja mendorong meningkatnya permintaan terhadap
pembangunan pertanian. Khususnya untuk beras; adanya kendala dalam distribusi sarana
komoditas padi sebagai sumber karbohidrat utama produksi pertanian (terutama pupuk dan benih);
bahan pangan penduduk masih dijumpai banyak serta lemahnya kelembagaan petani.
masalah, antara lain masih rendahnya produksi

Tabel 1. Luas Tanam. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten
Minahasa Selatan
No. Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Modoinding 23 33 158,2 4,79


2 . Tompaso Baru 2 083 2 087 0 034,3 4,81
3 . Maesaan 1 983 2 018 9 700,5 4,81
4 . Ranoyapo 2 287 2 321 1 157,0 4,81
5 . Motoling 240 226 1 084,3 4,80
6 . Kumelembuai 39 40 191,2 4,78
7 . Motoling Barat *) *) *) *)
8 . Motoling Timur *) *) *) *)
9 . Sinonsayang 538 557 2 674,7 4,80
10 . Tenga 1 729 800 8 668,8 4,82
11. Amurang 17 22 105,4 4,79
12 . Amurang Barat 178 183 875,7 4,79
13 . Amurang Timur 315 303 452,9 4,80
14. Tareran 719 567 721,0 4,80
15 . Sulta *) *) *) *)
16. Tumpaan 853 771 704,7 4,81
17 . Tatapaan 879 763 663,2 4,80
Jumlah/Total 11 883 11 691 56 191,9 4,81
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Selatan (2010)

45
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

Dari fakta di atas dapat menjelaskan bahwa luas panen padi sawah sebesar 3.842 hektar
keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya dengan tingkat produktivitas di antara 4,7 – 4,8
peningkatan produksi dan produktivitas padi ton per hektar (BPS Minsel, 2008) dan
sawah tidak saja teretak pada peran pemerintah Kecamatan Tumpaan sendiri memiliki luas tanam
melalui rumusan kebijakan dan strategi dan luas panen berturut-turut sebesar 853 ha dan
pembangunannya serta jajaran operasionalnya 771 ha dengan jumlah produksi pada tahun 2007
(para petugas penyuluhan pertanian); dan tidak sebesar 704,7 ton dan produktivitas 4,81 ton/ha.
pula tergantung semata pada penggunaan
teknologi produksi yang teredia. Tetapi Perumusan Masalah
keberhasilan pembangunan pertanian sangat Berdasarkan latarbelakang diatas maka
tergantung pada peran serta petani. Menurut masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
Tuyuwale (2008), untuk mengoptimalkan peran dapat dirumuskan sebagai berikut:
serta petani ada dua aspek yang berperan, a. Seberapa tinggi etos kerja, motivasi kerja dan
pertama, aspek keperilakuan (behavioral) yang sikap inovatif petani dalam hubungan dengan
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pengembangan usahataninya serta seberapa
(afektif); dan kedua, aspek kepribadian
tinggi produktivitas usahatani padi sawah
(personality) yang meliputi etos kerja, motivasi
dan sikap mental (attitude). yang digarap petani?;
Menurut Iskandar (2002), untuk b. Apakah terdapat hubungan antara etos kerja
meningkatkan produktivitas petani khususnya petani dengan produktivitas usahatani padi
dalam meningkatkan produksi beras maka sawah?
diperlukan tidak hanya dari peningkatan c. Apakah terdapat hubungan antara motivasi
produktivitas melalui pengelolaan lahan pertanian kerja petani dengan produktivitas usahatani
dan sarana produksi seperti penggunaan pupuk,
padi sawah?
penggunaan varietas baru dan perluasan areal
irigasi seperti telah diuraikan sebelumnya, akan d. Apakah terdapat hubungan antara sikap
tetapi perlu dicari upaya lain untuk meningkatkan inovatif petani dengan produktivitas usahatani
produksi pertanian yaitu melalui peningkatan padi sawah?
managemen usaha para petani itu sendiri yang e. Dan apakah ada faktor-faktor lain yang
menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani berhubungan dengan produktivitas usahatani
seperti, etos kerja, motivasi keberhasilan dan padi sawah?
sikap inovatif mereka dalam bidang pertanian
khususnya usahatani padi sawah.
Sehubungan dengan fenomena di atas maka Tujuan dan Manfaat Penelitian
menarik untuk diteliti aspek psikologis petani Berdasarkan rumusan masalah penelitian
tersebut yang meliputi etos kerja, motivasi kerja yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
(achievement motivation) dan sikap inovatif ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
petani dikaitkan dengan produktivitas usahatani a. Untuk mendeskripsikan etos kerja petani,
padi sawah dengan mengambil kasus di salah satu motivasi kerja petani dan sikap inovatif
daerah sentra produksi padi sawah di daerah petani serta produktivitas petani (dalam hal
Kabupaten Minahasa Selatan, yaitu Kecamatan ini produktivitas usahatani padi sawah yang
Tumpaan. Mengapa di Kecamatan Tumpaan? digarap petani);
Seperti diketahui bahwa di Kabupaten Minahasa
b. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
Selatan ada upaya untuk memacu pembangunan
pertanian melalui pengembangan kawasan cepat yang signifikan antara etos kerja petani dan
tumbuh ”TURANGA” (Tumpaan, Amurang dan produktivitas usahatani padi sawah;
Tenga). Kawasan pengembangan ini memiliki

46
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

c. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan Variabel dan Konsep Pengukuran


yang signifikan antara motivasi berprestasi Variabel-variabel yang diukur pada
dan produktivitas usahatani padi sawah; dan penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu:
Produktivitas padi sawah, etos kerja petani,
d. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
motivasi keberhasilan petani, dan sikap inovatif
yang signifikan antara sikap inovatif petani petani.
dan produktivitas usahatani padi sawah.
e. Untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor a. Produktivitas padi sawah
lain yang memiliki hubungan signifikan
dengan produktivitas usahatani padi sawah di Produktivitas padi sawah merupakan
Kecamatan Tunpaan? perbandingan antara totalitas produuksi padi
sawah dengan luas lahan yang akan diusahakan
Adapun manfaat penelitian ini adalah: pada musim tanam terakhir, yang diukur dalam
a. Dapat memberikan informasi bagi petugas kg/ha eq. Beras.
penyuluh pertanian dalam menyusun dan
mengembangkan strategi penyuluhan b. Etos kerja petani
pertanian;
b. Bermanfaat bagi pengembangan ilmu Etos kerja petani adalah semangat dan
pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi mentalitas petani yang berwujud menjadi
seperangkat perilaku kerja yang positif.
dan penyuluhan pertanian. Pengukurannya melalui penilaian petani sendiri
terhadap beberapa ”item” yang merujuk pada
METODOLOGI PENELITIAN semangat dan mentalitas petani dalam bekerja
Metode Pengumpulan Data dengan cara memberikan skor 1 s/d 5 pada setiap
Dalam penelitian ini metode yang item, dimana :
digunakan adalah survei. Data yang dikumpulkan - Skor 1 : sangat rendah
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data - Skor 2 : rendah
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung - Skor 3 : ragu-ragu
menggunakan Instrumen Penelitian berupa - Skor 4 : tinggi
Angket, yang terdiri dari 3 bagian, yaitu - Skor 5 : sangat tinggi
instrumen pengumpul data etos kerja, instrumen -
pengumpul data motivasi keberhsilan, dan
c. Motivasi kerja
instrumen pengumpul data sikap inovatif. Data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang Motivasi yang dimaksud adalah dorongan
terkait. yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
perbuatan atau tingkahlaku dalam hubungan
Metode Pengambilan Sampel dengan pencapaian tujuan yang diharapkan.
Penentuan lokasi (Desa) sampel dilakukan Pengukuran motivasi didasarkan atas tiga
secara sengaja yaitu tiga desa yang memiliki areal komponen yang membentuknya yaitu: motif,
sawah yang luas di Kecamatan Tumpaan. pengharapan (expectation), dan insentif.
Adapun sampel yang dijadikan responden dari Motif adalah dorongan yang ada dalam diri
penelitian ini diambil secara acak sederhana seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan
(Simple Random Sampling) dari populasi petani dalam rangka mencapai tujuan. Dorongan-
padi sawah di tiga desa tersebut. Jumlah sampel dorongan tersebut berupa alasan-alasan yang
yang diambil 10 petani padi sawah di setiap desa menjadi dasar seseorang melakukan sesuatu.
terpilih, sehingga jumlah sampel penelitian ini Pengharapan (expectation) merupakan
sebanyak 30 petani padi sawah. keyakinan terhadap keberhasilan yang dicapai

47
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Sedangkan untuk item-item negatif nilai


Pengharapan dapat diukur melalui hal-hal yang skor sebaliknya, yaitu:
menyangkut keyakinan akan keberhasilan dari - Skor 1 sangat setuju
usahanya, harapan akan adanya jaminan masa - Skor 2 setuju
depan, harapan akan jaminan kesejahteraan, - Skor 3 ragu-ragu
harapan akan adanya perlindungan pemerintah.
- Skor 4 tidak setuju
Insentif merupakan perangsang atau daya tarik
yang sengaja diberikan kepada seseorang agar - Skor 5 sangat tidak setuju
dapat berperilaku sesuai yang diharapkan.
Pengukurannya didasarkan atas hal-hal yang Analisis Data
memberikan daya tarik seperti adanya jaminan Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
pemasaran produk yang dihasilkan, adanya terdiri dari:
bantuan permodalan, tersedianya fasilitas a. Analisis deskriptif, yaitu untuk
produksi yang memadai adanya kebijakan menggambarkan keadaan aktual dari setiap
pemerintah yang berpihak kepada petani. variabel penelitian; dan
Pengukuran variabel motivasi adalah seberapa b. Analisis korelasi dari Pearson (Pearson’s
besar dorongan, harapan dan insentif yang correlation) yang digunakan untuk
diraakan petani dalam hubungan dengan kegiatan
mengetahui ada-tidaknya hubungan yang
usahataninya. Besarnya motivasi diukur melalui
pemberian skor 1 s/d 5 terhadap item-item yang signifikan antara etos kerja, motivasi kerja
merujuk pada ketiga aspek motivasi tersebut dan sikap inovatif dengan produktivitas padi
(motif, harapan dan insentif), dimana : sawah,
- Skor 1 : sangat rendah Adapun rumus korelasi yang akan
- Skor 2 : rendah digunakan mengikuti formula yang
- Skor 3 : ragu-ragu dikemukakan oleh Daniel (2001) :
- Skor 4 : tinggi ∑xiyi
- Skor 5 : sangat tinggi Rxy =
-
√ (∑xi2) (∑yi2)
d. Sikap Inovatif
Di mana:
Sikap inovatif adalah derajat kesetujuan R adalah koefisien korelasi
seseorang terhadap sesuatu inovasi sebagai obyek x adalah variabel etos kerja/ motivasi/
yang disikapi (given object). Untuk mengukur sikap inovatif
derajat kepositifan seseorang terhadap ionovasi y adalah variabel produktivitas usahatani
disusunlah seperangkat pernyataan (item) yang padi sawah
berhubungan dengan kemanfaatan dari inovasi
tersebut. Pengukuran sikap menggunakan metode Nilai R di uji tingkat signifikansi pada α
Likert’s Summated Ratings (LSR) dengan skala =0,1. Jika nilai thitung > ttabel maka terdapat
yang terdiri dari 5 tingkatan (skor 1 s/d skor 5) hubungan yang signifikan antara variabel-variabel
(Riduwan 2002). Untuk item-item positif nilai yang di korelasikan dan sebaliknya, jika nilai
skor berlaku seperti berikut ini: thitung < ttabel maka tidak terdapat hubungan yang
- Skor 1 sangat tidak setuju signifikan antara variabel-variabel yang di
- Skor 2 tidak setuju korelasikan.
- Skor 3 ragu-ragu
- Skor 4 setuju
- Skor 5 sangat setuju

48
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

Pelaksanaan Kegiatan - SR = 1 x ∑I x ∑R
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga - ST = 5 x ∑I x ∑R
bulan yaitu bulan Mei 2010 sampai dengan buan - Derajat/Tingkat dari setiap variabel dihitung
Juli 2010, mulai dengan persiapan, pengumpulan
sebagai berikut: (TS : ST) x 100%
data, sampai penyusunan laporan penelitian.
Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan (Dimana: SR = Skor Terendah; ST = Skor
Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan. Tertinggi; ∑I = jumlah Item alat ukur; ∑R
= jumlah Responden; 1= skala terendah
dari setiap Item alat ukur; dan 5 = skala
HASIL PENELITIAN DAN tertinggi dari setiap Item alat ukur, dan TS
PEMBAHASAN = Total Skor yang diperoleh responden).
Atau, dapat dengan secara langsung melihat letak
Deskripsi Faktor-Faktor Psikologis total skor yang diperoleh semua responden pada
Dalam penelitian ini faktor-faktor skala kategori (0 s/d 100%). Kedua, dengan cara
psikologis yang diteliti adalah (1) etos kerja menghitung frekuensi sebaran normatif, dengan
petani, (2) motivasi berprestasi (achievement cara sebagai berikut: Jika, SR adalah skor
motivation), dan sikap inovatif petani. Hasil terendah yang diperoleh responden; ST adalah
penelitian ini pertama-tama mendeskripsikan skor tertinggi yang diperoleh responden; L
keberadaan (eksistensi) dari ketiga faktor adalah lebar kelas = (ST-SR)/K dan K adalah
psikologis tersebut kemudian selanjutnya banyaknya kelas, maka :
menganalisis keterkaitannya dengan kinerja - Kelas/kategori I = SR + L;
petani dalam mengembangkan usahatani padi - Kelas/Kategori II = batas atas kelas I+L;
sawah, dalam hal ini produktivitas usahatani).
- Kelas/Kategori III = batas atas kelas II + L;
Secara operasional ketiga faktor (variabel)
psikologis tersebut diukur melalui penilaian - Kelas/Kategori IV = batas atas kelas III + L;
sendiri (self evaluation) oleh petani responden - Kelas/kategori V = batas atas kelas IV + L
terhadap seperangkat item yang merujuk pada
indikator masing-masing faktor psikologis 1. Etos Kerja Petani
tersebut. Hasil pengukuran diberikan dalam 5 Etos kerja petani adalah semangat dan
skala (skor) yang menunjukkan derajat dari mentalitas petani yang berwujud menjadi
masing-masing faktor, yaitu : seperangkat perilaku kerja yang positif. Hasil
- Skor 1 : sangat rendah/sangat tidak setuju penelitian menunjukkan skor terendah (SR) yang
- Skor 2 : rendah/tidak setuju diperoleh petani responden sebesar 450
- Skor 3 : netral/sedang/cukup (1x15x30), sementara skor tertinggi (ST) yang
diperolah petani responden sebesar 2250
- Skor 4 : tinggi/setuju
(5x15x30). Dengan demikian derajat Etos Kerja
- Skor 5 : sangat tinggi/sangat setuju Petani adalah total skor (TS) dari semua
Untuk mendeskripsikan ketiga variabel responden (1787) dibagi dengan skor tertinggi
psikologis tersebut dilakukan dalam dua cara, (ST) dari semua item alat ukur (2250) dikalikan
yaitu: pertama secara kumulatif, yaitu dengan dengan 100 persen, maka diperoleh: (1787/2250)
menghitung secara relatif total skor yang x 100% = 79,42 persen. Angka ini terteltak pada
diperoleh semua responden terhadap total yang skala kriteria ’tinggi’. Dengan demikian, etos
seharusnya dari setiap variabel psikologis. kerja petani padi sawah di Kecamatan Tumpaan
Perhitungannya mengikuti konsep yang tegolong ’tinggi’. Secara skematis dapat dilihat
dikemukakan oleh Riduwan, 2002, seperti pada Gambar 1.
berikut ini :

49
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

Kriteria menurut Persentase:


0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi


Kriteria menurut Skor: Derajat Etos Kerja (1787=79,4)

0 450 900 1350 1800 2250

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi

Gambar 1. Posisi Derajat Etos Kerja Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor

Berdasarkan tabel frekuensi, maka dapat 2. Motivasi Berprestasi (Achievement


dikemukakan bahwa 50 persen responden telah Motivation)
memiliki etos kerja yang tinggi sampai sangat Secara teori, motivasi berprestasi dibentuk
tinggi, sedangkan responden yang memiliki etos oleh tiga komponen, yaitu: motif, pengharapan
kerja ”rendah’ dan ’sangat rendah’ hanya sekitar (expectation), dan insentif. Pengukuran variabel
23 persen. motivasi dikembangkan dari 3 komponen tersebut
melalui pengembangan suatu instrumen (alat
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden ukur) penelitian yang terdiri dari 16 item yang
Menurut Derajat Etos Kerja merujuk pada indikator-indikator motivasi kerja
(motivasi berprestasi). Hasil penelitian
Jumlah menunjukkan bahwa :
Derajat Etos Kerja Resp. Persentase
(org)
SR = 1 x 16 x 30 = 480;
ST = 5 x 16 x 30 = 2400;
Sangat Rendah (40-46) 2 6.67 TS = 1706 (total skor kumulatif yang
Rendah (47-53) 5 16.67 diperoleh dari 30 responden)
Netral (54-60) 8 26.67 Dengan demikian motivasi berprestasi dari
Tinggi (61-67) 10 33.33 petani responden adalah (TS/ST) x 100% =
Sangat Tinggi 68+) 5 16.67 (1706/2400) x 100% = 71,1 persen. Angka ini
berada pada skala persentase yang ’tinggi’. Hasil
Jumlah 30 100
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut
(Gambar 3). Dilihat dari frekuensi sebaran jumlah
responden menurut skala motivasi maka dapat
dijelaskan bahwa perolehan skor oleh petani
responden berkisar antara 49 s/d 71.

50
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

0%Kritria menurut
20%Persentase: 40% 60% 80% 100%

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi


Kriteria menurut Skor:

Derajat Motivasi (1706 = 71,1%)


Kriteria menurut Skor:

0 480 960 1440 1920 2400

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi

Gambar 2. Posisi Derajat Motivasi Berprestasi Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor

Berdasarkan sebaran data tersebut motivasi terdiri dari 21 item. Setiap item merupakan
berprestasi dikategorikan kedalam 5 kelas dan pernyataan yang berhubungan dengan inovasi dan
hasilnya diperoleh 43,3 persen responden disikapi oleh petani responden dalam 5 skala,
memiliki motivasi yang ”tinggi” dan ”sangat yaitu: sangat tidak setuju; setuju; tidak
tinggi” (Tabel 3). memberikan respon (netral); setuju; dan sangat
setuju. Untuk item pernyataan positif diberi skor
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden 1 untuk sangat tidak setuju dan skor 5 untuk
menurut Derajat Motivasi sangat setuju. Sebaliknya, untuk item pernyataan
Jumlah negatif diberi skor 1 untuk sangat setuju dan skor
Derajat Motivasi Persentase 5 untuk sangat tidak setuju. Dengan cara
(Org)
Sgt Rendah (49-53) 4 13,33 perhitungan seperti yang dilakukan sebelumnya,
Rendah (54-57) 8 26,67 diketahui bahwa:
Sedang (58-61) 5 16.67 - SR = 1 x 21 x 30 = 630
Tinggi (62-65) 9 30,00 - ST = 5 x 21 x 30 = 3150
Sgt Tinggi (66-71) 4 13,33
Jumlah - Total Skor yang diperoleh keseluruhan
30 100
responden (TS) = 2407
3. Sikap Inovatif Maka derajat sikap petani responden adalah:
Sikap inovatif adalah derajat kesetujuan (2407/3150) x 100 = 76,41%. Perolehan nilai skor
seseorang terhadap sesuatu inovasi sebagai obyek dari semua responden menunjukkan bahwa sikap
yang disikapi (given object). Untuk mengukur inovatif petani responden berada dalam kategori
derajat sikap inovatif petani dilakukan dengan ’tinggi’ (Gambar 3)
meggunakan instrumen pengukuran sikap yang

51
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

Kriteria menurut Skala Persentase:


0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi


Derajat Sikap (2407 = 76,41%)
Kriteria menurut Skala Skor:

0 630 1260 1890 2520 3150

Sgt Rendah Rendah Sedang Tinggi Sgt Tinggi

Gambar 3. Posisi Derajat Sikap Inovatif Petani dalam Skala Persentase dan Nilai Skor

Berdasarkan perolehan skor masing-masing memiliki motivasi ”sangat tinggi” (Tabel 4). Dari
responden, maka skor terendah adalah 49 dan hasil analisis data ketiga variabel psikologis
skor tertinggi 71. Jika dikategorikan dalam 5 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ketiga
skala maka sebagian besar responden (36,67%) variabel tersebut tergolong tinggi (menurut 5
memiliki motivasi ”tinggi” dan 20 persen skala yang ditetapkan).

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden menurut Derajat


Motivasi
Derajat Motivasi Jumlah (Org) Persentase
Sgt. Rendah (49-53) 4 13.33
Rendah (54-57) 5 16.67
Menengah (58-61) 4 13.33
Tinggi (62-65) 11 36.67
Sgt. Tinggi (66-71) 6 20.00
Jumlah 30 100

Tabel 5. Rekapitulasi Derajat Ketiga Faktor Psikologi


Faktor Psikologis SR ST TS % Derajat
Etos Kerja 450 2250 1787 79,4 Tinggi
Motivasi Berprestasi 480 2400 1706 71,1 Tinggi
Sikap Inovatif 630 3150 2407 76,41 Tinggi
Keterangan:
- SR = Skor Terendah dari semua Item Instrumen Pengumpul Data
- ST = Skor Tertinggi dari semua Item Instrumen Pengumpul Data
- TS = Total Skor yang diperoleh semua responden dari hasil penelitian

52
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

Kinerja Petani (Produktivitas Usahatani) setara beras. Sedangkan produktivitas di atas


Kinerja petani diukur dari produktivitas 2.408 kg/ha hanya 13 persen dan masih cukup
usahatani yang dikembangkannya, yaitu usahatani banyak petani (16,67%) yang produktivitasnya di
padi sawah. Besarnya produktivitas diukur dari bawah 1.786 kg/ha.
perbandingan antara total produksi padi sawah
yang dihasilkan dengan luas tanam padi sawah. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden menurut
Karena kebanyakan petani menjual produknya Produktivitas Usahatani Padi Sawah di
dalam bentuk beras maka produktivitas padi Kecamatan Tumpaan
sawah diukur dalam equivalen beras.
Produktivitas Jumlah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Kg/Ha)*) (Org)
Persentase
poduktivitas padi sawah di tingkat petani
1164 - 1786.0 5 16.67
bervariasi antara 1.163,64 sampai dengan 1786.1 - 2408.0 21 70.00
3.030,30 kg/ha dengan rata-rata 2.042,30 kg/ha > 2408 4 13.33
setara beras. Jika dikonversi ke dalam gabah Jumlah 30 100
kering giling (GKG), dimana rendemen 1:0,6 *)
Equivalen beras
maka produktivitas rata-rata di tingkat petani
responden sebesar 34,04 kw/ha. Jika Analisis Hubungan
dibandingkan dengan angka produktivitas padi Sebagaimana yang menjadi salah satu
sawah di tingkat nasional maupun di tingkat tujuan penelitian ini, yaitu mencari hubungan
Provinsi Sulawesi Utara, maka angka antara variabel-variabel psikologis dengan kinerja
produktivitas rata-rata di tingkat petani sampel usahatani yang dalam hal ini adalah besarnya
masih jauh lebih kecil. Untuk jelasnya dapat produktivitas usahatani padi sawah, maka pada
dilihat perbandingan angka produktivitas padi bagian ini akan dikemukakan hasil analisis
sawah dalam satuan gabah kering giling (GKG)
hubungan antar variabel-variabel tersebut. Metode
seperti pada Tabel 6. analisis yang digunakan adalah analisis korelasi
product moment dari Pearson (Pearson’s
Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi
Sawah Di Beberapa Daerah dan Petani Correlation). Dengan bantuan program ”Minitab”
Sampel makadapat diketahui besaran koefisien korelasi
Luas Produksi Produktivitas antar variabel yang dianalisis.
Daerah
Panen (Ton) (Kw/Ha)
Nasional1) - - 44,00 1. Etos Kerja dan Produktivitas Usahatani Padi
Prov. Sulut2) 94.523 473.940 50,14 Sawah
Kab. Minsel2) 16.346 63.959 39,13 Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson
Kec. Tumpaan3) 771 3.704,7 48,10
Rata2 Sampel4) - - 34,04 (Pearson’s Correlation) maka antara variabel Etos
Sumber:1) Vitriani, Vina (2009); 2) BPS Sulut (2008); Kerja dan variabel Produktivitas memiliki
3)
BPS Minsel (2008) 4) Petani Sampel hubungan yang sangat signifikan (r=0,67;
p=0,00). Artinya makin tinggi etos kerja petani,
Selanjutnya, jika sebaran angka maka makin tinggi produktivitas usahatani padi
produktivitas padi sawah di tingkat petani sawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tasmara
sampel dikelompokkan ke dalam kelas tingkat dalam Iskandar (2002), etos kerja yang tinggi
produktivitas (dalam satuan eq. Beras) maka mempunyai makna bersungguh-sungguh
dapat dilihat seperti pada Tabel 7 berikut ini. menggerakkan seluruh potensi dirinya untuk
Berdasarkan tabel frekuensi maka dapat dilihat mencapai sesuatu, dan juga orang yang
bahwa sebagaian besar (21%) petani responden mempunyai etos kerja tinggi sangat menghargai
angka produktivitas usahatani padi sawah berada waktu, tidak pernah merasa puas, berhemat dan
di antara 1.786 s/d 2.408 kilogran per hektar memiliki semangat kerja yang tinggi.

53
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

Adanya hubungan yang berarti antara etos Keterangan:


X1 = Variabel Etos Kerja
kerja dan produktivitas memberi pengertian X2 = Variabel Motivasi Berprestsi
bahwa etos kerja merupakan variabel yang X3 = Variabel Sikap Inovatif
penting untuk diperhatikan dalam menjelaskan X4 = Umur (thn)
veriabel produktivitas petani dalam menggarap X5 = Tingkat Pendidikan
X6 = Pengalaman berusahatani (thn)
lahan pertanian. Banyak cara yang dapat X7 = Jumlah tanggungan keluarga (org)
diterapkan untuk mengembangkan dan Y = Produktivitas usahatani padi sawah (kg/ha eq. beras)
meningkatkan etos kerja, karena etos kerja adalah
sikap mendasar terhadap diri, serta merupakan Tidak adanya hubungan yang signifikan
aspek evaluatif yang bersifat menilai (Morgan antara motivasi dan produktivitas dapat dijelaskan
1961), diantaranya adalah membangkitkan bahwa petani dalam meningkatkan produktivitas
kesadaran, agar etos kerja petani meningkat usahanya bukan didorong oleh kecerdasan
sehingga akan meningkatkan pendapatan dan emosionalnya tetapi lebih banyak didorong oleh
mensejah-terakan kehidupan petani. karena adanya keharusan (tidak ada pilihan lain)
dalam mengembangkan usahatani padi sawah.
2. Motivasi dan Produktivitas Usahatani Padi Sehingga besar kecilnya produktivitas tidak
Sawah ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi petani.
Hasil analisis menunjukkan bahwa anatara
variabel motivasi berprestasi dan produktivitas 3. Sikap Inovatif dan Produktivitas Usahatani
usahatani tidak terdapat hubungan yang berarti. Padi Sawah
Hal ini dapat diliht dari besarnya koefisien korelsi Sikap inovatif merupakan salah satu unsur
(r=0,21; p=0,27). Secara teoritis motivasi banyak kepribadian yang dimiliki seseorang dalam
dipengaruhi oleh emosi. Seseorang yang memilki menentukan tindakan dan bertingkah laku
kecerdasan emosional akan mengarahkan terhadap suatu obyek disertai dengan perasaan
emosinya menjadi motivasi yang mengarah positif dan negatif. Sikap inovatif mempunyai
kepada keberhasilan prestasi kerjanya. Motivasi hubungan positif yang sangat signifikan dengan
dapat juga disebut sebagai dorongan, hasrat atau produktivitas petani (r=0,696; p=0,00). Oleh
kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan sebab itu variabel sikap inovatif petani merupakan
tertentu (Rogers 1971). variabel penting untuk diperhatikan, karena sikap
sebagai suatu sistem yang memiliki tiga
Tabel 8. Koefisien Korelasi dari Pearson dan komponen yang saling tergantung yakni kognisi,
Derajat Signifikansi Antar Beberapa afeksi dan konasi (Simanjuntak, 1995). Kognisi
Variabel Penelitian menyangkut keyakinan terhadap obyek sikap,
afeksi menyangkut perasaan dan konasi
X1 X2 X3 Y X4 X5 X6 X7 menyangkut kecenderungan untuk berbuat
X2 0.377
0.040 (Suriasumantri 1989). Sedang menurut Gagne
X3 0.461 0.143 (1985), sikap adalah predisposisi untuk merespon,
0.010 0.451 tetapi berbeda dengan kecenderungan terhadap
Y 0.668 0.206 0.696 suatu respon evaluasi, seseorang cenderung untuk
0.000 0.274 0.000
X4 0.064 -0.141 0.033 -0.082 memilih tindakan dalam rangka meningkatkan
0.738 0.458 0.861 0.666 rasa senang terhadap obyek tertentu.
X5 -0.001 -0.021 0.099 0.348 -0.416
0.997 0.912 0.604 0.060 0.022
X6 0.062 -0.072 0.040 -0.162 0.632 -0.486
4. Hubungan antar Variabel Psikologis
0.743 0.706 0.835 0.393 0.000 0.006 Hasil analisis korelasi antar bariabel-
X7 -0.216 -0.032 -0.045 -0.030 -0.170 0.233 -0.439 variabel psikologis: etos kerja, motivasi
0.251 0.867 0.813 0.875 0.369 0.215 0.015 berprestasi dan sikap inovatif, menunjukkan
Cell Contents: Pearson correlation P-Value bahwa yang memiliki hubungan signifikan adalah

54
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

antara variabel etos kerja dan motivasi berprestasi KESIMPULAN DAN SARAN
(r=0,38; p=0,04) dan antara variabel etos kerja
Kesimpulan
dan variabel sikap inovatif (r=0,46; p=0,01).
(1) Ketiga variabel psikologis yang diteliti (etos
Sementara antara variabel motivasi dan variabel
sikap inovatif tidak menunjukkan adanya kerja, motivasi berprestasi dan sikap inovatif
hubungan yang berarti. Hal ini menjelaskan tergolong dalam kategori ”tinggi” (dalam lima
bahwa variabel etos kerja memiliki hubungan skala kategori) pada petani padi sawah di
yang luas sehingga keberadaannya sebagai Kecamatan Tumpaan
variabel psikologis begitu penting dan utama (2) Produktivitas padi sawah sebagai wujud
dalam meningkatkan kinerja usahatani. kinerja petani dalam mengelola usahatani padi
sawah bervariasi antara 1.163,64 sampai
5. Hubungan antara Variabel-Variabel
Karakteristik Petani dan Variabel- dengan 3.030,30 kg/ha dengan rata-rata
Variabel Psikologis 2.042,30 kg/ha setara beras atau 34,04 kw/ha
Ternyata dari hasil analisis korelasi tidak GKG.
ada satupun variabel karakteristik petani yang (3) Variabel-variabel psikologis yang memiliki
memiliki hubungan yang signifikan dengan hubungan positif yang signifikan dengan
variabel-variabel psikologis (etos kerja, motivasi kinerja usahatani padi sawah adalah variabel
berprestasi dan sikap inovatif). Hal ini berarti
etos kerja dan variabel sikap inovatif.
bahwa tinggi rendahnya etos kerja, motivasi
berprestasi dan sikap inovatif petani tidak ada Sedangkan variabel motivasi tidak nyata
hubungannya dengan karakteristik petani (umur hubungannya dengan variabel kinerja
(X4), Tingkat Pendidikan (X5), Pengalaman usahatani padi sawah. Artinya, variabel etos
berusahatani (X6), dan jumlah tanggungan kerja dan variabel sikap inovatif dapat
keluarga (X7). menjelaskan besar kecilnya produktivitas
usahatani padi sawah di Kecamatan Tumpaan.
6. Hubungan antara Variabel Karakteristik
Petani dan Produktivitas (4) Variabel etos kerja memiliki peran penting
Variabel-variabel karakteristik petani yang karena memiliki hubungan yang luas dengan
diteliti adalah umur (X4), Tingkat Pendidikan variabel psikologis lainnya, yaitu dengan
(X5), Pengalaman berusahatani (X6), dan jumlah variabel motivasi dan variabel sikap inovatif
tanggungan keluarga (X7). Setelah dikorelasikan (5) Variabel-variabel karkteristik petani tidak ada
dengan variabel produktivitas usahatani padi kaitan sama sekali dengan variabel-variabel
sawah maka hanya variabel tingkat pendidikan
psikologis, artinya tinggi fendahnya etos
yang berhubungan signifikan dengan variabel
produktivitas usahatani (r=0,35;p=0,06). Hal ini kerja, motivasi berprestasi dan sikap inovatif
dapat menjelaskan bahwa petani yang petani tidak tergantung pada variabel-variabel
berpendidikan formal yang tinggi cenderung karakteristik petani.
memiliki produktivitas usahatani yang tinggi pula. (6) Dari semua variabel karakteristik petani,
Sementara variabel-vriabel karakteristik lainnya hanya variabel tingkat pendidikan formal
tidak menunjukkan adanya hubungan yang petani yang berhubungan positif dengan
berarti.
produktivitas usahatani. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan formal masih
berperan penting dalam mewujudkan kinerja
bagi petani.

55
Hubungan antara Etos Kerja, Motovasi, Sikap, …...................( Vicky R.B. Moniaga, Jelly Memah, Christy Rondonuwu)

Saran Morgan, T. Clifford. 1961. Introduction to


(1) Jika selama ini penyuluhan pertanian lebih Psychology. New York: Mc Graw Hill
diarahkan pada aspek fisik-teknis (hard skill) Book Company Inc.
saja, maka sekarang dianjurkan agar Nur Cahaya, 1987. Pengaruh Motivasi,
Kepemimpinan, Komunikasi dan Kondisi
bersamaan dengan spek teknis tersebut aspek
Fisik Tempat Kerja terhadap Semangat
non-teknis (soft skill) juga termasuk etos Kerja Pegawai dalam Kerlinger &
kerja, motivasi dan sikap inovatif) perlu Pedhazur: Korelasi dan Analisis Regresi
mendapat perhatian dalam pelaksanaan Berganda, UGM Yogyakarta
penyuluhan bagi para petani. Riduwan, 2002. Skala Pengukuran Variabel-
Variabel Penelitian, Alfabeta Bandung
(2) Perlu adanya penelitian lanjutan yang sama Rafael L, 1996. Komunikasi Penyuluhan
yang dilakukan lebih komprehensif lagi pada Pertanian. PT. Citra Aditya Bakti,
cakupan wilayah dan populasi yang lebih Bandung.
besar, guna mendapatkan pembuktian yang Rogers, E.M dan Flloyd Shoemaker, 1971.
Communication of Innovation: A Cross
lebih valid bahwa aspek psikologis itu sangat Cultural Approach, McGraw-Hill New
penting bagi petani dalam upaya York
meningkatkan kinerja usahanya. Siahaan. S. M, 1991. Komunikasi, Pemahaman
dan Penerapannya. PT. BPK Gunung
Mulia, Jakarta.
Simanjuntak, P. J. (ed). 1995. Peningkatan
DAFTAR PUSTAKA Produktivitas dan Mutu Pelayanan Sektor
Anonimous, 2009. Sulawesi Utara Dalam Angka, Pemerintah. Jakarta: Dewan Produktivitas
BPS Sulut Manado Nasional.
Anonimous, 2009. Kabupaten Minahasa Selatan Sinamo, Jansen, 2009. Etos Kerja. http://de-
Dalam Angka, BPS Minsel 2009. kill.blogspot.com/2009/01/etos-kerja.html
Daniel, Moehtar, 2001. Metode Penelitian Sosial Suprapto T dan Fahrianoor, 2004. Komunikasi
Ekonomi, Bumi Aksara, Jakarta. Penyuluhan. Arti Bumi Intaran,
Fitriani, Vina, 2009. Era Bercocok Tanam Yokyakarta.
Padi Sawah, Suriasumantri, Jujun S. 1989. Berpikir Sistem.
http://nirhono.wordpress.com/ Konsep, Penerapan Teknologi dan
2009/06/28/era-bercocok-tanam-padi- Strategi Implementasi. Jakarta: FPS IKIP
sawah/ Jakarta.
Iskandar, Otto, 2002, Etos Kerja, Motivasi, dan Suriatna S, 1988. Metode penyuluhan pertanian.
sikap Inovatif Terhadap Produktivits PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Petani. Jurnal Makara, Sosial Humaniora Tampubolon, Biatna Dulbert, 2007, Analisis
Vol.6 No.1, Juni 2002. Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor
Kerlinger Fred dan E. J. Pedhazur,1987. Korelasi Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
dan Analisis Regresi Ganda, Nur Cahaya. Pada Organisasi Yang Telah Menerapkan
Mardikanto. T. S dan S. Sutarni, 1992. Pengantar SNI 19-9001-2001. Jurnal Standardisasi
Penyuluhan Pertanian, Surakarta. Vol.9 No.3 2007.
Margono S, 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Tri Gunarsih, Binawan Nur Tjahjono,(?).
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Budaya
Maslow, Abraham H. 1954. Motivation and Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai
Personality. New York: Harver & Raw Dilingkungan Dinas Bina Marga Propinsi
Publisher. Jawa Tengah.

56
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 45 - 58

Tuyuwale, John A., 2008. Dasar Penyuluhan Wright. Ch . R, 1988. Sosiologi Komunikasi
Pertanian, Bahan Ajar Fakultas Pertanian Massa. Remaja Karya CV, Bandung.
Unsrat, Manado http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/07/pr
oduktivitas-kerja-definisi-dan.htm. Senin
8 Maret 2010, Pukul 11.45.

57
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DENGAN KEI-


KUTSERTAAN DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA KAMANGA KECAMATAN
TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

Welson Marthen Wangke

ABSTRACT

This study aims to analyze the relationship between socio-economic characteristics rice farmers in participat-
ing in agricultural extension in the Village District of Tompaso Kamanga.
The method used in this research is quantitative method. The research was conducted in the Village District
of Tompaso Kamanga Minahasa regency. The number of respondents were 30 farmers: Simple Random Sam-
pling. By using questionnaires. The variables measured were: age is measured in (year), education is formal
education (elementary Graduate, Graduate from junior high school, go to college, PT), revenue is measured
from the income of the paddy rice farming (USD), the status of land ownership (see from their own land and
tenants and or penyakap), participation in agricultural extension (seen from the frequency of attendance). To
determine the socio-economic factors that influence the selection of a variety of extension methods used
Spearman Rank correlation formula (Siegel, 1997). The results showed that the characteristics of the mem-
bers of the real touch with the level of participation and vice versa if the value of the probability (P)> α,
mean that there is no real relationship between the characteristics of the members of the participation rate.
Keywords: Relationship, Characteristics, Farmers, Agricultural Extension

PENDAHULUAN efektif jika mampu melibatkan/membentuk orga-


nisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluar-
Penyuluhan pertanian diartikan sebagai ga/kekerabatan, c) keragaman budaya artinya pe-
proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku nyuluh pertanian harus memperhatikan adanya
usaha agar mau dan mampu menolong dirinya keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan per-
dalam mengakses informasi, teknologi, permoda- tanian harus selalu disesuaikan dengan budaya
lan, dan sumber lainnya sebagai upaya untuk me- lokal yang neraga, d) perubahan budaya artinya
ningkatkan produktivitas, efisiensi usaha penda- setiap kegiatan penyuluhan pertanian mengaki-
patan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesa- batkan perubahan budaya yang harus dilaksana-
tuan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. kan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan
Jadi, petani dibantu agar dapat membantu diri yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan
sendiri, dididik agar dapat mendidik diri sendiri budaya.
(UU no.16/2006) . Jalan yang diyakini dapat mengatasi per-
Menurut Dahama dan Bhatnagar (Departemem masalahan (ketidakberdayaan) petani dan mem-
Pendidikan Nasional: 2006), prinsip-prinsip pe- bebaskan manusia petani dari kemiskinan adalah
nyuluhan itu adalah: a) minat dan kebutuhan ar- melalui pendidikan. Yang menjadi pertanyaan
tinya penyuluhan pertanian akan efektif jika sela- pendidikan seperti apakah yang dibutuhkan petani
lu mengacu kepada minat dan kebutuhan masya- untuk membebaskan, memanusiakan dan pada
rakat mengenai hal ini harus dikaji secara menda- akhirnya mengubah situasi hidupnya.
lam apa yang harus menjadi minat dan kebutuhan Karakteristik sasaran termasuk salah satu faktor
yang dapat menyenangkan setiap individu mau- yang dipertimbangkan dalam kegiatan
pun segenap masyarakatnya, b) organisasi masya- penyuluhan agar mendukung efektivitas
rakat bawah artinya penyuluhan pertanian akan penyampaian pesan pembangunan. Beberapa

58
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63

hasil penelitian tentang karakteristik keinovatifan Berasarkan latar belakang perumusan masalah,
antara lain dilakukan oleh Subagiyo (2005), di tujuan penelitian, tinjauan pustakan dan kerangka
mana karakteristik yang berkaitan dengan pemikiran maka dirumuskan hipotesis penelitian
keinovatifan petani dalam menerima informasi sebagai berikut:
dan inovasi antara lain umur, tingkat pendidikan Ada hubungan nyata antara umur petani dengan
dan pengalaman bekerja, motivasi, terhadap keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan
informasi dari media, kekosmopolitan, serta pertanian. Makin muda umur petani semakin
keterlibatan dalam organisasi. tinggi keikutsertaannya dalam penyuluhan perta-
nian.
Perumusan Masalah Ada hubungan nyata antar tingkat pendidikan pe-
Berdasarkan uraian pada latar belakang tani dengan tingkat keikutsertaan dalam
maka dirumuskan masalah yaitu bagaimana penyuluhan pertanian. Makin tinggi tingkat pen-
hubungan karakteristik sosial ekonomi petani padi didikan semakin tinggi keikutsertaan dalam
sawah dengan keikutsertaan dalam penyuluan penyuluhan pertanian..
pertanian di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso. Ada hubungan nyata antara tingkat pendapatan
petani dengan keikutsertaan petani dalam
Tujuan Penelitian penyuluhan pertanian. Makin tinggi pendapatan
Menganalisis hubungan antara petani makin tinggi keikutsertaan dalam
karakteristik sosial ekonomi petani padi sawah penyuluhan pertanian.
dengan keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian Ada hubungan nyata antara status pemilikan tanah
di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso. petani dengan keikutsertaan dalam penyuluhan
pertanian. Status pemilikan milik sendiri
keikutsertaannya lebih tinggi daripada petani
METODOLOGI PENELITIAN
penggarap dan atau penyakap.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Konsepsi Pengukuran Variabel
Kamanga Kecamatan Tompaso Kabupaten Mina- Dari hipotesis yang telah dirumuskan,
hasa pada bulan Oktober 2011. Jumlah responden maka definisi operasionalnya dan pengukuran
sebanyak 30 petani secara: “ Simple Random masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Sampling”. Dengan menggunakan daftar Umur adalah usia petani pada saat wawancara
pertyanyaan. yang dinyatakan dalam tahun. Dikategorikan se-
bagai berikut:
Metode Analisis Data Umur muda = ≤ 46 tahun
Untuk mengetahui faktor-faktor sosial Umur sedang = 47 – 60 tahun
ekonomi yang berpengaruh terhadap pemilihan Umur tua = ≥ 61 tahun
ragam metode penyuluhan digunakan rumus kore- Tingkat pendidikan adalah tingkat pendi-
lasi Rank Spearman (Siegel, 1997), yaitu : dikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh
d2 petani, dikategorikan ke dalam tiga golongan:
rs = 1  Rendah = Tamat SD
n(n 2  1)
Sedang = Tamat SMP
Dimana : Tinggi = Tamat SMA ke Atas (Diploma dan S1)
n : jumlah responden Tingkat pendapatan adalah total pendapa-
Rs : koefisien korelasi rank spearman tan yang diperoleh rumah tangga petani dari usa-
d2 : selisih ranking hatani maupun luar usahatani per satuan waktu.
 : angka konstan, α=0,05 Kategori:
Hipotesis
Rendah = ≤ 1.000.000

59
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)

Sedang = 1.500.000 – 4.500.000 Dalam hipotesis dinyatakan bahwa umur


Tinggi = ≥5.000.000 mempengaruhi tingkat partisipasi petani, yaitu
Status kepemilikan lahan dibagi atas 2 semakin muda umur, tingkat partisipasinya sema-
(dua) kategori kedudukan petani sebagai pemilik kin tinggi. Hal ini disebabkan karena kelompok
dan kategori petani sebagai penyewa dan atau umur muda memiliki wawasan dan pandangan ke
penyakap. Kategori pemilik lahan skore =1 dan depan yang lebih baik dibandingkan dengan ke-
penggarap, dan atau penyakap skore =2. lompok umur tua(Lalaenoh, 1994). Dan sejalan
Keikutsertaan petani dalam penyuluhan dengan itu Tamadi (1994) menyatakan bahwa pe-
pertanian adalah keterlibatan petani dalam kegia- tani yang sudah tua cenderung daya tahan tubuh-
tan-kegiatan yang diselenggarakan oleh penyuluh nya sudah berkurang, dengan demikian kemam-
pertanian (kegiatan penerapan teknologi kegiatan puannya untuk berpartisipasi dalam berbagai ke-
mencari informasi, kegiatan perencanaan dan eva- giatan akan berkurang.
luasi). Dari hasil penelitian ditemukan pada ke-
Kategori: lompok umur muda, kelompok umur sedang dan
Rendah = jumlah skor 17 – 24 kelompok umur tua, cenderung berpartisipasi pa-
Sedang = jumlah skor 25 - 32 da tingkat sedang yaitu masing-masing sebesar
Tinggi = jumlah skor 33 - 39 66,67% ; 61,54%. Dan 70% Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 2. Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi anggota pada setiap kelompok umur
HASIL PENELITIAN DAN cenderung sedang. Hal ini disebabkan karena
PEMBAHASAN anggota menyadari pentingnya kelompok tani se-
bagai wadah kerjasama dalam melaksanakan ke-
Umur dan Tingkat Partisipasi Anggota Ke- giatan usahatani mereka tanpa memandang umur
lompok Tani mereka.
Umur anggota kelompok tani dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu umur muda ( ≤46 Tabel 2. Distribusi Anggota Menurut Tingkat
tahun), umur sedang (47 – 60 tahun) dan umur tua Umur dan Tingkat Partisipasi Pada Ke-
(≥61 tahun). Sebaran anggota menurut tingkat lompok Tani Desa Kamanga Kecama-
umurnya dapat dilihat pada Tabel 1. Distribusi tan Tompaso
tingkat umur petani sebagian besar berusia sedang
Tingkat Par- Tingkat Umur
yaitu sebanyak 43,33 %, Sedangkan yang beru-
tisipasi
sia muda dan tua masing-masing sebanyak 23,33 Muda Sedang Tua
% dan 33,33 %. Rendah 1 2 1
(16,67) (15,38) (10)
Tabel 1. Distribusi Tingkat Umur Petani Respon- Sedang 4 8 7
den di Desa Kamanga Kecamatan (66,67) (61,54) (70 )
Tompaso
Tinggi 1 3 2
Tingkat Umur Jumlah Presentase(%) (16,67) (23,08) (20)
Muda (≤ 46 ta- 7 23,33 Jumlah 6 13 10
hun) Keterangan :angka pada ( ) adalah persentase
Sedang (47 – 60 13 43,34
tahun) Hal ini diperkuat dengan uji Korelasi Spearman
Tua (≥ 61 tahun) 10 33,33 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang nya-
Jumlah 30 100 ta antara umur dengan tingkat partisipasi anggota.
Dari hasil analisis diperoleh nilai P = 0,29 > α =
0,05. Hal ini menunjukkan karakteristik umur

60
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63

tidak mempengaruhi tingkat partisipasi petani da- Tabel 4. Hubungan Pendidikan Petani dan Kei-
lam kelompok tani. kutsertaan dalam Penyuluhan Pertanian
Tingkat Par- Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan Keikutsertaan dalam Penyu- tisipasi Rendah Sedang Tinggi
luhan Pertanian Rendah 6 2 0
Pendidikan seseorang mempunyai penga- (42,86) (40) (0)
ruh terhadap keikutsertaan dalam penyuluhan. Sedang 7 2 3
Makin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh (50) (40) (27,27)
maka makin tinggi keikutsertaan dalam penyulu- Tinggi 1 1 8
han pertanian. Karena dengan semakin tinggi (7,14) (20) (72,73)
tingkat pendidikan semakin mudah untuk diberi Jumlah 14 5 11
pengertian dan pembinaan(Ajiswarman, 1996). (100) (100) (100)
Tingkat pendidikan dalam penelitan ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang Dari Tabel 4 terlihat petani yang berpen-
dan tinggi. Kelompok tingkat pendidikan rendah didikan rendah sebagian besar (50%) berpartisi-
adalah kelompok petani yang tamat SD. Kelom- pasi sedang. Pada kelompok anggota yang ber-
pok tingkat pendidikan sedang adalah petani yang pendidikan sedang sebagian berpartisipasi sedang.
tamat SMP dan tingkat pendidikan tinggi yaitu Terli pula bahwa pada tingkat pendidikan tinggi,
petani yang tamat SMA ke atas. Pada Tabel 3 di anggota yang berpartisipasi tinggi, lebih besar
bawah ini dapat dilihat sebaran anggota menurut dari kelompok lainnya yaitu sebesar 72,73%. Hal
tingkat pendidikanya. Berdasarkan tabel tersebut ini disebabkan karena anggota yang berpendidi-
diketahui bahwa sebagian besar petani yaitu 53,33 kan tinggi mudah untuk diberi pengertian dan
% tergolong dalam kategori pendidikan rendah pembinaan. Mereka aktif dalam mencari infor-
yaitu menempuh pendidikan hanya sampai SD. masi mengenai kegiatan usahataninya, karena me-
Sedang yang menempuh pendidikan SMP sebesar reka mengetahui bahwa hal itu penting dalam
26,67 %, serta yang tergolong pendidikan tinggi rangka peningkatan produksi mereka.
yaitu SMA ke atas hanya 20%. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearmen juga me-
nunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
Tabel 3. Distribusi Petani Menurut Tingkat tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi. Hasil
Pendidikan di desa Kamangan Keca- uji ini menghasilkan P = 0,020 < α = 0,05.
matan Tompaso Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat
Presentase pendidikan mempengaruhi partisipasi anggota
Tingkat Pendidikan Jumlah
(%) kelompok tani, yaitu makin tinggi tingkat pendi-
Rendah 16 53,33 dikan petani maka semakin tinggi tingkat partisi-
(Tamat SD) pasinya dalam kelompok tani.
Sedang 8 26,67
(Tamat SMP) Pendapatan dan Keikutsertaan dalam Penyu-
Tinggi 6 20 luhan Pertanian
(Tamat SMA ke Pendapatan petani mempunyai pengaruh
Atas) terhadap keikutsertaan petani dalam penyuluhan
Jumlah 30 100 pertanian. Makin tinggi tingkat pendapatan, se-
makin tinggi keikutsertaannya dalam penyuluhan
Sebaran responden menurut pendidikan dan kei- pertanian. Distribusi pada tabel 5 menunjukkan
kutsertaan dalam penyuluhan pertanian, dapat di- bahwa sebagian besar ( 50%) anggota kelompok
lihat bahwa kecenderungan sedang, lihat Tabel 4. tani mempunyai pendapatan sedang.

Tabel 5. Distribusi Petani Menurut Pendapatan

61
Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan .....................................................(Welson Marthen Wangke)

Tingkat Pendapatan Jumlah Presentase (%)


Rendah 7 23,33 Luas Lahan dan Keikutsertaan dalam Penyu-
Sedang 15 50 luhan Pertanian
Tinggi 8 26,67 Luas Lahan dibagi atas 3 (tiga) kategori
Jumlah 30 100 yaitu <0,5 Ha (Kecil); 0,5-1 Ha (Sedang) dan >1
Ha (Besar). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Hubungan antara tingkat pendapatan ang-
gota kelompok tani dengan keikutsertaan dapat Tabel 7. Distribusi Luas Lahan dan Jumlah
dilihat pada Tabel 6. Petani
Luas Sawah Presentase
Jumlah
Tabel 6. Hubungan Petani Menurut Pendapatan (ha) (%)
dan Keikutsertaan dalam Penyuluhan <0,5 12 40
Pertanian 0.5 – 1 17 56,67
Keikutsertaan Tingkat Pendapatan >1 1 3,33
Dalam Penyu- Rendah Sedang Tinggi Jumlah 30 100
luhan Perta-
nian Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa, persen-
Rendah 6 0 0 tase jumlah petani yang mempunyai luas lahan
( 28,57) (0)) (0) 0,5-1 Ha adalah yang paling tinggi yaitu 56,67%
Sedang 10 1 2 dan diikuti oleh luas <0,5 Ha atau 40% dan luas
(47,62) (20) (50) lahan >1 Ha hanya 3,33%.
Tinggi 5 4 2 Hubungan luas lahan dengan keikutser-
(23,80) (80) (50) taan dalam penyuluahn pertanian, dapat dilihat
Jumlah 21 5 4 pada Tabel 8.
(100) (100) (100)
Tabel 8. Luas Lahan dan Jumlah Petani
Pada Tabel 6 terlihat bahwa petani yang Keikutsertaan Luas Lahan (Ha)
mempunyai tingkat pendapatan sedang dan tinggi, Dalam Penyu-
tidak ada yang berpartisipasi rendah. Namun pa- luhan Perta- Rendah Sedang Tinggi
da kelompok tingkat pendidikan rendah ada nian
23,80% yang berpartisipasi rendah. Hal ini ber- Rendah 6 0 0
hubungan dengan kemampuan petani, dalam hal ( 28,57) (0)) (0)
ini modal berusahatani, dalam hal ini modal beru- Sedang 10 1 2
sahatani, dimana petani yang mempunyai tingkat (47,62) (20) (50)
pendapatan rendah tidak mampu untuk membeli Tinggi 5 4 2
sarana produksi usahataninya sehingga mereka (23,80) (80) (50)
tidak dapat menerapkan teknologi. Sebaliknya Jumlah 21 5 4
pada anggota yang mempunyai tingkat pendapa- (100) (100) (100)
tan sedang dan tinggi, lebih mampu untuk mem-
beli sarana produksi untuk usahataninya. Pada Tabel 8 terlihat bahwa petani yang
Hal ini didukung dengan uji Korelasi mempunyai luas lahan rendah keikutsertaan pada
Spearmen, di mana diperoleh hasil P = 0.00 < α penyuluhan pertanain persentase yang paling
= 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang nyata tinggi pada criteria sedang (4,62%), petani yang
atau positif antara status sosial ekonomi dengan mempunyai luas lahan sedang keikutsertaannya
tingkat partisipasi, yaitu makin tinggi status sosial dalam penyuluhan pertanian sangat tinggi (80%),
ekonomi petani, maka semakin tinggi tingkat par- dan petani yang mempunyai luas lahan yang crite-
tisipasinya sebagai anggota kelompok tani.

62
ASE – Volume 8 Nomor 1, Januari 2012: 59 - 63

ria tinggi keikutsertaan dalam penyuluhan perta- Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengu-
nian sedang (50%) dan tinggi (50%). kurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Hal ini didukung dengan uji Korelasi Spearmen, Gerungan, D. P. 1996. Psikologi Sosial. PT. Eres-
di mana diperoleh hasil P = 0.00 < α = 0,05. Hal co Bandung. Bandung.
ini berarti ada hubungan yang nyata atau positif Hawkins, H. S. dan A. W. Van den Ban. 1999.
antara luas lahan dan keikutsertaan dalam penyu- Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogya-
luhan pertanian, yaitu makin tinggi (makin luas karta
lahan pertanian), maka semakin tinggi kecende- zwar, S. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengu-
rungan keikutsertaan dalam penyuluhan perta- kurannya. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
nian. Gerungan, D. P. 1996. Psikologi Sosial. PT. Eres-
co Bandung. Bandung.
Hawkins, H. S. dan A. W. Van den Ban. 1999.
KESIMPULAN DAN SARAN Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogya-
karta
Kesimpulan Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan
 Karakteristik umur petani tidak mempenga- Pertanian. Sebelas Maret University
ruhi keikutsertaan petani dalam penyuluhan Press. Surakarta.
pertanian. Mardikanto, T. dan Sutarni, S. 1982. Pengantar
Penyuluhan Pertanian dalam Teori dan
 Karakteristik pendidikan petani tidak mem- Praktek. Hapsara. Surakarta.
pengaruhi keikutsertaan petani dalam penyu- Sajogyo, E dan Sajogyo, P. 1991. Sosiologi Pede-
luhan pertanian. Karakteristik pendapatan pe- saan Jilid 1 (edt). Gadjah Mada Universi-
tani mempengaruhi keikutsertaan petani da- ty Press. Yogyakarta.
lam penyuluhan pertanian. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk
 Karakteristik luas lahan petani mempengaru- Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M dan soffan, E. I. 1981. Metode
hi keikutsertaan petani dalam penyuluhan
Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta
pertanian. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Pertanian. Indonesia university Press. Ja-
Saran karta.
Disarankan kepada para penyuluh dan in- Surakhmat, W. 1994. Pengantar Penelitian Il-
stansi terkait untuk dapat memperhatikan petani miah : Dasar Metode Teknik. Penerbit
yang keikutsertaannya tinggi dalam penyuluhan Tarsito. Bandung.
pertanian, agar supaya penyuluhan itu dapat ber- Suriatna, S. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian.
hasil dan selalu memberi dampak positif bagi pe- Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
tani dan masyarakat pada umumnya. Winarni, S. 2001. Hubungan Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani dengan Pemilihan Ragam
DAFTAR PUSTAKA
Metode Penyuluhan. Sebelas Maret Uni-
versity Press. Surakarta.

63

Anda mungkin juga menyukai