4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Kota Jambi pada semester genap di
kelas XI MIPA. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas sampel yang
saran dari guru kimia yang mengajar di kelas XI MIPA. Sampel yang diteliti
dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru sebagai data kualitatif dan
Dari setiap aspek kegiatan pada aktivitas guru dibuat kolom komentar untuk
data dari lembar observasi keterlaksanaan model oleh guru dapat dilihat pada
47
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran PjBL oleh Guru
Sintaks Aspek Kegiatan Komentar penilaian
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Mengingatkan kembali Guru belum Guru telah Sudah terlaksana Sudah terlaksana
pada konsep yang telah maksimal dalam memberikan apersepsi dengan cukup baik
di pelajari memberikan dengan cukup baik
apersepsi
Pendahuluan Memberikan tugas Terlaksana dengan Sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana
proyek yang harus di cukup baik
kerjakan secara
berkelompok tentang
hidrolisis garam
Mengarahkan siswa Guru belum sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana
secara berkelompok maksimal dalam
menentukan proyek mengarahkan siswa
yang akan di kerjakan, dalam penentuan
menetukan judul serta proyek yang akan
permasalahan yang dikerjakan
akan di kembangkan
Menyampaikan kriteria Sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana
penilaian proyek yang dengan cukup baik
Mendesain rancangan di lakukan
proyek Mengarahkan siswa Belum terlaksana Guru telah Guru telah Sudah terlaksana
secara berkelompok mengarahkan siswa maksimal dalam
merancang tahapan dalam merancang mengarahkan
penyelesaian proyek penyelesaian proyek siswa untuk
yang akan di lakukan namun belum penyelesaian
maksimal proyek
Memfasilitasi siswa Guru belum mampu Guru telah mampu Sudah terlaksana Sudah terlaksana
untuk berkonsultasi sepenuhnya memfasilitasi siswa
48
Tabel 4.1 Lanjutan.......................
tahapan penyelesaian memfasilitasi siswa dalam penyelesaian
proyek dalam penyelesaian proyek
proyek
Menyusun jadwal Mengarahkan siswa Guru belum Guru telah Sudah terlaksana Sudah terlaksana
menyusun jadwal maksimal mengarahkan siswa
kegiatan penyelesaian mengarahkan siswa dalam menyusun
proyek yang akan di dalam menyusun jadwal kegiatan
lakukan jadwal kegiatan penyelesaian proyek
penyelesaian proyek
Memonitor siswa dan Memonitoring siswa Guru belum Masih ada siswa yang Sudah terlaksana Sudah terlaksana
memperbaiki proyek selama melakukan maksimal dalam main-main cukup baik dengan baik
pengamatan memonitor siswa
penyelesaian proyek selama penyelesaian
proyek
Menguji hasil Memfasilitasi siswa Guru belum Masih ada siswa yang Sudah terlaksana Sudah terlaksana
melakukan presentasi maksimal dalam malu-malu untuk cukup baik
hasil proyek meminta siswa mempresentasikan
untuk presentasu hasil proyek mereka
hasil proyek yang
mereka kerjakan
Mengevaluasi Melakukan refleksi Belum terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana
pengalaman bersama siswa terhadap namun belum dengan baik dengan baik
kegiatan dan produk maksimal
yang telah di lakukan
Penutup Melakukan tanya jawab Kegiatan tanya Sudah terlaksana Sudah terlaksana Sudah terlaksana
dan mengarahkan siswa jawab belum dengan cukup baik dengan baik dengan baik
membuat rangkuman maskimal namun belum
mengenai materi yang maksimal
di pelajari
49
50
oleh siswa diperoleh melalui lembar observasi pada aspek kuantitatif.. Adapun
hasil dari lembar observasi keterlaksanaan model oleh siswa dapat disimpulkan
pada tabel 4.2. Data secara rinci dapat dilihat pada lampiran 16.
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model PjBl oleh Siswa
Sintaks Aspek Kegiatan Komentar Penilaian
Tabel 4.3 Persentase Hasil Observasi Keterlaksanaan Model PjBL oleh Siswa
Pertemuan Persentase Kategori
Pada kemampuan berpikir kritis siswa ini data yang diamati berupa tes
essay yang diisi oleh siswa pada pertemuan terakhir. Tes esai ini berisi 7
pertanyaan yang dijawab oleh siswa dinilai dengan melihat rubrik ( Lampiran
15) yang telah dibuat dengan menggunakan 4 kriteria setiap soal. Berikut
Tabel 4.4 Data Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
model dapat dilihat dari lembar observasi keterlaksanaan model oleh siswa.
1. Uji Korelasi
metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Hasil uji
korelasi yang didapatkan yaitu rxy sebesar 0,5806. Setelah itu nilai rxy yang
koefisien relasi menurut Sugiyono (2016), nilai rxy 0,5806 memiliki tingkat
hubungan sedang karena berada pada rentang 0,40 – 0,599. Jadi korelasi
kritis siswa pada penelitian ini memiliki tingkat hubungan yang sedang.
4.2 Pembahasan
Pada sub ba ini akan dibahas tiga pokok masalah utama yang menjadi
project based learning oleh guru diamati oleh satu orang observer
memperbaiki proyek, (5) menguji hasil, (6) mengevaluasi pengalaman dan (7)
penutup.
learning guru didukung oleh data kualitatif yang telah dianalisis (table 4.1).
Data kualitatif tersebut akan dibahas dalam uraian deskriptif berikut ini:
Pertemuan pertama
model pembelajaran project based learning oleh guru, diuraikan bahwa pada
pertama guru mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari
apersepsi secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari kurangnya respon yang
terlihat karena pertama kali mengajar dikelas ini jadi kedekatan dan interaksi
yang terjadi antara guru dan siswa masih kurang. Chalil (2008) mengatakan
antara peserta didik dan pendidik harus ada interaksi. Aspek kedua, guru telah
jarang untuk bisa berinteraksi dengan seluruh siswa, kemudian belum semua
masing kelompok. Menurut observer pada aspek ini, guru belum maksimal
dalam mengarahkan kepada siswa dan belum bisa mengarahkan siswa untuk
bertanya terkait permasalahan yang diberikan pada LKS. Hal ini seperti yang
dikatakan Usman (2010) dalam Sulaiman (2014) guru dalam proses belajar
proyek yang dilakukan. Menurut observer pada aspek ini guru telah
menyampaikan kriteria penilaian dengan cukup baik, artinya aspek kedua ini
telah terlaksana dengan baik. Aspek ketiga yaitu mengarahkan siswa secara
sama halnya seperti aspek kedua menurut observer guru belum maksimal
kecanggungan guru ketika berinteraksi dengan siswa, pada spek ini guru
siswa ingin bertanya dan bingung akan masalah yang diberikan oleh guru.
yang akan dilakukan. Menurut observer guru belum maksimal dalam tahapan
ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang masih kebingungan dalam
monitoring pada setiap kelompok dan masih banyak kelompok yang bingung
interaksi yang terjalin antar guru dan siswa. Sehingga pada pertemuan ini,
guru baru pertama kali mengajar di kelas dan interaksi antara guru dan siswa
Hal ini secara keseluruhan juga didukung oleh vidio selama proses
kelompok siswa masih kebingungan dalam mendesain proyek dan guru belum
Pertemuan kedua
project based learning ini adalah orientasi. Peneliti membagi tahapan ini
kembali pada siswa konsep yang telah dipelajari pada materi sebelumnya,
menurut observer tahapan ini sudah cukup baik dibandingkan pada pertemuan
pertama, dimana pada pertemuan kedua ini telah terlihat adanya respon balik
hasil, guru meminta siswa untuk mempresentasikan proyek yang telah mereka
pembelajaran berjalan lebih baik. Namun pada saat guru meminta sisa
waktu antara 140-200 menit yang berlangsung dalam 1-4 kali pertemuan.
kesiapan guru, guru sudah melakukan pendekatan dengan siswa dengan cara
Hal ini sejalan dengan pendapat Cristy (2017), kesiapan seseorang dalam
bidangnya, minat, bakat, keselarasan dengan tujuan yang ingin dicapai dan
Pertemuan ketiga
meangemen kelas dengan baik, sehingga proses pembelajaran lebih aktif dan
waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. Hal ini
diharapkan proses belajar menagajar dapat berjalan secara efektif dan efisien
mengajar salah satunya adalah peran guru. Menurut Trianto ( 2014) salah satu
ingin tahu secara alami dengan siswa. Begitu juga dengan siswa, pada sintaks
ini siswa secara aktif bertanya, menjawab dan membuat sebuah proyek, guru
telah melakukan sesuai sintaks yang terdapat pada RPP. Membuat siswa harus
berpikir secara kritis dalam pembuatan sebuah proyek, hal yang sama juga
terjadi pada siswa, siswa aktif dalam mendesain dan membuat sebuah proyek.
pembelajaran ini didukung oleh teori Bruner dalam Trianto (2014) bahwa
benar bermakna.
based learning oleh guru pada tiap pertemuan didukung juga dengan semakin
duduk secara berkelompok sehingga pada saat guru masuk pada tahap
61
baik.
Pertemuan keempat
guru pada saat mengajar telah mulai mengenali situasi kelas, sehingga guru
lebih mudah untuk mengelola kelas dalam proses pembelajaran dengan baik,
dan siswa sudah bisa beradaptasi dengan model yang digunakan oleh guru.
agar siswa terdorong untuk berkerja atau belajar sebaik mungkin untuk
langkah awal yang perlu dilakukan guru adalah berusaha mengenal siswanya
dengan baik. Guru perlu mengenal lebih dalam tentang bakat, minat,
sikap terbuka dan sabar dengan hati yang jernih dan rasional agar dapat
memahami siswamya.
62
Sanjaya (2006) guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Dengan kata
Hal ini didukung oleh Ali (2007) dan Arifin (2009) yang
evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar. Dengan kata lain,
pembelajaran.
menurut observer aktivitas pada langkah ini untuk pertemuan pertama masih
Hal ini dikarenakan guru belum mampu siswa termotivasi. Untuk pertemuan
kedua dengan skor sebesar 3,18, menurut observer siswa cenderung hanya
diberikan guru. Hal ini sesuai dengan tindakan guru yang tidak mengaitkan
materi minggu lalu dengan materi yang akan dipelajari. Pada pertemuan
pertemuan ketiga ini sama saja dengan pertemuan kedua siswa masih
pertanyaan yang diberikan guru. Padahal pada pertemuan ketiga ini guru telah
mengaitkan materi minggu lalu dengan materi yang akan dipelajari. Pada
memberikan respon dan aktif menjawab pertanyaan. Hal ini sesuai dengan
tindakan guru yang telah menyampaikan apersepsi dengan baik. Dari keempat
oleh guru yang dilaksanakan dengan baik dan meningkat setiap pertemuannya
berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, begitu pula menurut Sagala
memberi tahu untuk membuat sebuah proyek yang berkaitan dengan materi
rata sebesar 2,50, dimana siswa telah mengerjakan LKS namun kurang
tidak ikut berdiskusi dalam mengisis LKS serta perancangan proyek. Hal ini
terjadi karena guru hanya membagikan LKS namun tidak menegur siswa
yang ribut. Hamalik (2001) mengatakan bahwa salah satu tanggung jawab
dimana siswa pada saat guru membagikan LKS masih dalam keadaan ribut
dan kurang aktif berdiskusi dalam mengerjakan LKS. Hal ini dikarenakan
guru masih kurang mengkondisikan siswa yang ribut. Untuk pertemuan ketiga
didapat skor rata-rata sebesar 3,59 dimana siswa telah cukup aktif berdiskusi
yang terdapat pada LKS. Hal ini dikarenakan guru telah mampu
rata-rata sebesar 3,74, dimana siswa pada saat guru membagikan LKS telah
sangat aktif dalam berdiskusi mengerjakan permasalahan yang ada pada LKS
mengajar oleh guru yang dilaksanakan dengan baik dan dapat mendapat
respon yang baik dari tindakan belajar siswa dari yang tidak memperhatikan,
mendapatkan skor rata-rata sebesar 2,12, dimana siswa masih bingung dalam
menentukan desain proyek yang mereka lakukan. Hal ini dikarenakan guru
learning ini juga hanya dilakukan pada pertemuan pertama. Aspeknya yaitu
penilaian yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan guru telah
siswa.
project based learning ini juga hanya dilakukan pada pertemuan pertama.
observer aspek ini mendapatkan skor rata-rata sebesar 2,68, dimana sebagian
66
siswa kurang aktif berdiskusi dalam perancangan proyek dalam kelompok dan
ada juga siswa yang main-main bahkan ada yang main hp, bercerita dengan
yang dibelakang merasa tidak diperhatikan oleh guru. Hal ini senada dengan
project based learning ini dimulai dari pertemuan kedua aspeknya yaitu
mendapatkan skor rata-rata sebesar 2,44, dimana masih banyak siswa yang
enggan untuk berkonsultasi pada guru mengenai proyek akan mereka buat.
Hal ini disebabkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga siswa
yang mereka temui didalam penyelesaian proyek. Hal ini dikarenakan guru
motivasi agar siswa terdorong untuk berkerja atau belajar sebaik mungkin
67
rata sebesar 2,79, dimana siswa sudah mulai berani dan bersemangat untuk
learning ini dimulai dari pertemuan kedua yaitu menyusun jadwal, guru
proyek serta mereka terlalu pasif untuk bertanya pada guru terkhusus nya
sehingga mereka bisa bertanya mengenai kendala yang mereka dapati ketika
yang dihadapi. Hal ini senada dengan Ahmadi dan Supriyono (2014) guru
siswa, dengan adanya pendekatan tersebut guru akan mengenali siswa secara
proyek. Hal ini dikarenakan guru telah sangat bagus dalam menjelaskan apa-
68
apa saja yang harus mereka lakukan dalam menyususn jadwal penyelesaian
proyek.
based learning ini dimulai dari pertemuan kedua yaitu memonitoring siswa
pertemuan kali ini masih banyak siswa yang main-main dalam diskusi
jumlah siswa, selain itu banyaknya siswa yang ribut dan main hp yang
(2001) mengatakan bahwa salah satu tanggung jawab guru adalah mampu
dimana siswa yang ribut sebelumnya sudah sedikit berkurang dan suasana
kelas sudah kondusif. Hal ini dikarenakan guru telah mampu mengarahkan
maupun didepan. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandar (2009) dimana
based learning ini dimulai dari pertemuan ketiga yaitu menguji hasil. Guru
dimana banyak sekali siswa yang tidak siap untuk mempresentasikan hasil
proyek yang telah mereka buat. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
respon terhadap situasi yang dihadapi melalui cara sendiri. Selain itu hal ini
sebelumnya, namun pada pertemuan keempat ini tidak semua kelompok maju
Kebetulan pada saat penelitian berlangsung sekolah pada saat itu sedang
dalam mempresentasikan kedepan, selain itu siswa telah resah ingin cepat
guru hanya memberi waktu setengah dari waktu semestinya untuk masing-
produk yang telah dilakukan. Pada pertemuan pertama didapat skor rata-rata
sebesar 2,76 dimana siswa tidak terlalu mendengarkan apa yang disampaikan
guru bahkan ada yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Hal ini
disampaikan guru tanpa merespon balik. Untuk pertemuan kedua didapat skor
respon balik. Untuk pertemuan ketiga didapat skor rata-rata sebesar 3,50
dimana siswa sudah ada yang memberikan respon balik terhadap apa yang
disampaikan oleh guru. Pada pertemuan keempat skor rata-rata yang didapat
mereka belum pahami. Sehingga secara keseluruhan pada langkah ini sudah
pertama mendapat skor rata-rata sebesar 2,97 dimana hanya ada dua
kelompok yang mau melakukan tanya jawab pada guru, sebagian besar siswa
menurut observer guru telah cukup baik dalam memancing siswa untuk
sebesar 2,62 dimana sebagian siswa masih pasif dalam tanya jawab yang
sebesar 3,29 dimana sebagian siswa telah aktif dalam tanya jawab. Hal ini
sejalan dengan tindakan guru yang telah membimbing siswa serta memancing
semua siswa telah berani bertanya kepada guru serta memberikan respon
dilihat skornya dari empat kriteria yang telah dibuat dalam rubrik.
Soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 7 soal pada pertemuan
berpikir kritis tidak hanya dikembangkan dalam pembelajaran saja, tetapi juga
evaluasi yang diberikan harus mampu melatih kemampuan berpikir kritis. Hasil
tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari pada lampiran 17. Berdasarkan
data persentase kemampuan berpikir kritis siswa (tabel 4.3) Soal pertama
memahami konsep saja. Siswa akan mendapat skor 1 jika tidak ada jawaban.
secara lengkap. Siswa akan mendapat skor 1 jika tidak ada jawaban. Persentase
suatu larutan garam. Siswa akan mendapat skor 4 jika mampu menafsirkan
materi secara tepat dan jelas. Siswa akan mendapat skor 3 jika mampu
dengan konsep materi namun kurang tepat dan jelas. Siswa akan mendapat skor
perubahan namun tidak sesuai dengan materi. Siswa akan mendapat skor 1 jika
tidak ada jawaban. Persentase soal pada indikator ketiga sebesar 53,68 %.
asam dan basa suatu larutan garam untuk mempertimbangkan jawaban yang
dan alasan dibalik kesimpulan secara tepat dan dapat memberikan bukti dengan
dan alasan dibalik kesimpulan secara tepat namun tidak dapat memberikan
mengidentifikasi kriteria dan alasan dibalik kesimpulan secara tidak tepat dan
tidak dapat memberikan bukti dengan benar. Siswa akan mendapatkan skor 1
jika tidak ada jawaban. Persentase soal pada indikator keempat sebesar 52,21
%.
73
larutan garam berdasarkan pernyataan pada soal. Siswa akan mendapatkan skor
berdasarkan pernyataan pada soal. Siswa akan mendapatkan skor 3 jika mampu
pernyataan pada soal. Siswa akan mendapatkan skor 2 jika kurang mampu
pada soal. Siswa akan mendapatkan skor 1 jika tidak ada jawaban. Persentase
berdasarkan pernyataan pada soal. Siswa akan mendapatkan skor 4 jika mampu
mendapatkan skor 1 jika tidak ada jawaban. Persentase soal pada indikator ini
Hal ini sesuai dengan matriks hubungan antara tindakan yang dilakukan
Hal ini sesuai menurut Gagne dalam Slameto (2013) yang menyatakan bahwa
sikap dapat diubah dari kebiasaan-kebiasaan yang secara rutin dilakukan. Sikap
merupakan faktor yang berperan menentukan prestasi yang dapat dicapai siswa
74
keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes
60%.
belajar terjadi dalam suatu proses melalui latihan dan pengalaman serta
diberikan pernguatan secara bertujuan dan terarah. Hal ini sesuai dengan
kritis siswa. Respon positif siswa terhadap kemampuan berpikir kritis ini tidak
learning
dilakukan tes kemampuan berpikir kritis. Kemudian setelah diperoleh semua data,
maka untuk melihat pengaruhnya terlebih dahulu dilakukan uji korelasi, uji ini
(lampiran 17) terdapat korelasi yang signifikan antara dua variabel, baik itu
kemampuan berpikir kritis siswa. Karena nilai r = 0,5806 maka dapat disimpulkan
dengan kemampuan berpikir kritis siswa adalah kategori sedang. Sedangkan pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Nur Hikmah, dkk (2016) dan penelitian yang
telah dilakukan oleh Muntari, dkk (2018) memiliki tingkat hubungan yang sangat
baik. Hal ini diindikasikan karena beberapa faktor, saat penelitian dilakukan saat-
saat jam siang karena saat jam-jam siang banyak siswa yang sudah tidak konsen
untuk belajar, siswa juga sering telat dengan alasan baru selesai makan jadi
waktunya kurang efektif. Senada dengan pendapat Hakim (2005) seorang siswa
akan dapat mencapai keberhasilan dalam belajar, jika ia memiliki waktu yang
tepat untuk belajar dan bisa mengatur waktu tersebut agar lebih efisien sehingga
proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu pada saat proses pembelajaran
sehingga semua siswa dipulangkan sebelum waktunya, hal ini menjadi salah satu
pemicu siswa tidak konsen lagi untuk mendengarkan arahan guru ketika proses
setengah dari waktu yang seharusnya. Selain itu keinginan dan kegairahan belajar
dipengaruhi oleh kondisi siswa itu sendiri pada saat belajar, jika kondisi yang
untuk belajar ataupun kurang konsentrasi dalam mengikuti setiap pelajaran yang
diberikan. Faktor lainnya yaitu pada guru, karena guru yang mengajar baru
persekolahan (PLP) selama kurang lebih dua bulan sehingga ada kegugupan atau
dahulu dilakukan tes kemampuan berpikir kritis (tabel 4.3). Kemudian dilakukan
Dengan demikian ini dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu terdapat pengaruh
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi hidrolisis garam kelas XI MIPA 4
SMAN 5 Kota Jambi. Hasil temuan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur
Hikmah, dkk (2016) dan Muntari dkk (2018) yang menyatakan ada pengaruh
siswa.
faktor diantaranya yaitu, pada saat proses pembelajaran berlangsung sekolah akan
mengadakan pra try out UN serta guru-guru mengadakan rapat dalam beberapa
lingkungan sekolah pada saat itu kurang kondusif yang membuat siswa kurang
learning. Hal ini didukung oleh Sirait (2016) Lingkungan yang baik dan sehat
dapat mendorong siswa untuk memiliki keinginan dan kegairahan belajar. Selain
77
lingkungan, keinginan dan kegairahan belajar dipengaruhi oleh kondisi siswa itu
sendiri pada saat belajar, jika kondisi yang dihadapi kurang mendukung biasanya
siswa akan cenderung kurang berminat untuk belajar ataupun kurang konsentrasi