Kelompok A6:
Nihla Adinda Faradila 181610101056
Iris Amelinda Zainina 181610101057
Ainunnisak Ayuningtyas 181610101058
Berliana Syifa Jolanda Putri 181610101059
Ega Tiara Iman Sari 181610101060
Arlin Riski Kusumawardani 181610101061
Dicky Khatami Kamal 181610101062
Belva Nuriana Rosidea 181610101063
Yogiardi S Summase 181610101064
Al Masari 181610101065
Naila Azifatur Rahmat 181610101066
Dari tabel ini didapatkan angka skor tertinggi adalah 216 maka penyakit TB
Paru menjadi prioritas 1 dan angka 144 penyakit malaria mendapat prioritas
masalah kesehatan nomor 2 dan begitu seterusnya.
Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama
penentuan nilai skor sebetulnya didasarkan pada penilaian kualitatif atau keilmuan
oleh para pakar yang bisa saja tidak objektif, kedua masih kurang spesifiknya
kriteria penetuan pakar tersebut. Kelebihan cara ini adalah mudah dilakukan dan
bisa dilakukan dalam tempo relatif cepat. Disamping itu dengan metode ini
beberapa kriteria penting sekaligus bisa dimasukkan dalam pertimbangan
penentuan prioritas.
1.3 Tabulasi Data
Penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tujuan tabulasi adalah agar data mudah
disusun, dijumlah, dan mempermudah penataan data untuk disajikan serta dianalisis. Proses
pembuatan tabulasi bisa dilakukan dengan metode tally, menggunakan kartu, ataupun
menggunakan komputer.
Pembuatan tabel yang berisikan berbagai data yang sudah diberi kode sesuai dengan
analisis yang dibutuhkan. Macam-macam tabulasi data antara lain:
a. Tabel analisis yaitu tabel yang berisi informasi yang sudah dianalisa.
b. Tabel pemindahan, yang berfungsi sebagai arsip, yaitu tabel yang digunakansebagai
tempat untuk memindahankan kode dari pencatatan pengamatan atau kuisioner. Tabel ini
berfungsi sebagai arsip.
c. Tabel biasa yaitu tabel yang disusun berdasarkan tujuan tertentu dan sifat responden
tertentu.
1.4 Tehnik Pengumpulan Data
1) Tehnik Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada suatu penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan
terhadap objek di tempat terjadi/berlangsungnya peristiwa.
a. Observasi Langsung: observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama
objek yang diselidiki.
b. Observasi tidak langsung: observasi yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya
suatu peristiwa yang akan diteliti, misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide,
atau foto.
2) Tehnik Komunikasi
a. Tehnik komunikasi langsung (interview/wawancara) : suatu interaksi dan
komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang
diinginkan.interview merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula melalui kontak langsung dan
tatap muka. Jenis-jenis wawancara sebagai berikut:
Wawancara terstruktur: pertanyaan dan alternative jawaban telah ditetapkan lebih
dulu, jawaban lebih mudah dikelompokkan dan dianalisis.
Wawancara tak terstruktur: bersifat informal. Luwes, disesuaikan dengan subjek
dan suasana.
b. Tehnik komunikasi tidak langsung (angket/kuesioner): angket atau kuesioner
merupakan alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.
3) Tehnik Pengukuran
a. Tes: seperangkat rangsangan atau stimulus yang diberikan kepada seseorang dengan
maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor angka.
Jenis tes antara lain:
Tes lisan
Tes tertulis (esai, objektif-benarsalah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi,
jawaban singkat)
b. Daftar inventori kepribadian: dimaksudkan untuk mendapat ukuran kepribadian dari
objek penelitian. Para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang
menggambarkan pola tingkah laku, diminta untuk menunjukkan apakah tiap
pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan cara memberi tanda cek pada
jawaban.
c. Tehnik proyektif: ukuran yang dilakukan dengan meminta seseorang memberikan
respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak tersusun. Banyak
digunakan oleh ahl jiwa klinis untuk mempelajari dan menetapkan diagnosis orang
yang mendpat gangguan emosional.
d. Skala: seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek/tingkah lkau
dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasa digunakan untuk mengukur sifat nilai dan
minat. Macam-macam skala natara lain:
skala likert (summated rating scale): sejumlah pertanyaan positif dan negative
mengenai suatu objek sikap.
Skala Thurstone: mengembangkan suatu metode untuk menentukan skala tertentu
pada hal-hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenagkan.
Skala guttman: skala berdimendi tunggal. Suatu sikap dianggap berdimensi tunggal
hanya kalau sikap itu menghasilan skala kumulatif yaitu skala yang butirnya
berkaitan satu sama lain ehingga seorang subjek yang setuju dengan pertanyaan
juga setuju dengan pernyataan.
Skala perbedaan makna (Sementic differential scale): didasarkan pada pandangan
bahwa objek mempunyai dua mavam makna bagi seseorang yaitu makna denotative
dan konotatif.
4) Tehnik Sosiometris
Tehnik ini digunkaan untuk mempelajari organisasi kelompok kecil. Prosedur dasarnya
dapat berupa permintaan para anggota untuk mengurutkan teman pilihannya menurut
kriteria tertentu.
5) Tehnik Dokumenter
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku
tentang teori, pendapat, dalil, hukum. Merupakan alat pengumpul data utama pada
penelitian kualitatif karena pembuktian hipotesisnya diajukan secara logis dan rasional
melalui pendapat dan teori.
1.4 Contoh Identifikasi Masalah dan Tabulasi Data
Pengembangan Indeks Kejadian Tuberculosis Resisten Obat (TB-MDR)
Di Kabupaten Gresik Jawa Timur
Multidrug resistance merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan program
kasus TB – MDR tertinggi di Jawa Timur. Namun, Kabupaten Gresik tidak termasuk ke dalam
kabupaten dengan kasus TB regular tertinggi di Jawa Timur. Hal ini merupakan fakta yang
menarik, pada umumnya jumlah penderita TB – MDR diikuti dengan jumlah TB reguler yang
tinggi pula. Penderita TB – MDR harus menjalani pengobatan selama 2 tahun. Selain itu,
penderita TB – MDR harus mendapat injeksi selama 6 bulan dan obat minum minimal 4 macam
obat lini kedua yang masih sensitif setiap hari selama 18 bulan setelah konversi (Hudoyo,
2012).
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor risiko
terjadinya TB – MDR. Kejadian TB – MDR erat kaitannya dengan perilaku dari penderita TB
itu sendiri. Berdasarkan teori segitiga epidemiologi, terjadinya penyakit dipengaruhi oleh
faktor agent, host dan environment. Sedangkan berdasarkan teori web of causation, kejadian
penyakit umumnya berkaitan dengan sejumlah penyebab. Faktor utama penyebab terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tatalaksana pengobatan
pasien TB yang tidak dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat
tersebut dapat ditinjau dari sisi petugas, pasien dan program pengendalian TB (Kemenkes,
2014).
obat. Prevalensi tinggi pada TB resisten obat disuatu komunitas, akan meningkatkan paparan
TB resisten obat di komunitas tersebut. Seseorang yang terinfeksi kuman TB yang sudah
resistensi terhadapap OAT, maka orang tersebut akan langsung terinfeksi kuman TB yang
sudah resisten terhadap OAT. Kondisi lingkungan penderita yang kurang baik, seperti kondisi
lingkungan rumah kurang baik dan kepadatan hunian, merupakan faktor yang dapat
menyebabkan transmisi bakteri resisten obat (WHO, 2014). Hal ini serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elizabeth, et al. (2003), yang menyatakan bahwa salah satu faktor risiko
Perilaku dari individu sangat mempengaruhi status sehat seseorang. Perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit. Perilaku seseorang untuk melakukan imunisasi, tidak merokok dan tidak minum
minuman keras merupakan salah satu contoh dari perilaku sehat. Vaksin BCG dapat mencegah
infeksi TB pada anak dan dapat mengurangi resiko infeksi paru pada anak – naka dan orang
dewasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriyanti (2014), riwayat imunisasi
BCG terbukti sebagai faktor risiko terjadinya TB - MDR. Penelitian yang dilakukan oleh
Elizabeth, et al. (2003) menyatakan bahwa faktor risiko terjadinya TB-MDR yaitu kebiasaan
Penelitian yang dilakukan oleh Feleke, et al. (2015) menyatakan bahwa riwayat
melakukan kajian literatur bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB - MDR
yaitu riwayat pengobatan dan efek samping obat. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
faktor risiko TB – MDR menunjukkan hasil hampir semua penenlitian menyatakan riwayat
pengobatan penderita merupakan faktor risiko terjadinya TB – MDR. Salah satu efek samping
gangguan pencernaan, akan meningkatkan resiko penderita tersebut untuk tidak melanjutkan
pengobatan TB. Mulyono (2014) menjelaskan bahwa penyakit penyerta HIV/AIDS pada
pasien TB merupakan faktor risiko terjadinya TB-MDR. Selain itu, penderita TB dengan DM
juga merupakan faktor risiko terjadinya TB-MDR. Peneltian yang dilakukan oleh Simion
(2007), pada penderita TB dengan DM dijumpai MDR-TB sebanyak 8 orang, berbeda pada
penderita TB tanpa DM ditemukan TB-MDR sebanyak 1 orang. Resiko relatif terjadinya TB-
(Andriyanti, 2014, Sondakh, 2014). PMO pada penderita TB bertugas untuk mengawasi agar
OAT benar – benar diminum oleh penderita. Selain itu, motivasi dari PMO dan keluarga
merupakan hal yang sangat penting bagi keteraturan penderita TB dalam meminum OAT.
Motivasi yang rendah selama pengobatan merupakan faktor risiko terjadinya TB-MDR
(Mulyono, 2014). Motivasi penderita TB juga dipengaruhi oleh waktu tempuh penderita TB
dari rumah menuju ke fasilitas kesehatan. Penelitian mengenai karakteristik penderita TB MDR
sangat diperlukan untuk mengetahui profil dan keadaan penderita TB di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan. Karakteristik responden yang akaln diteliti dalam penelitian ini yaitu
umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan keluarga penderita
TB.
faktor risiko terjadinya TB – MDR. Sondakh (2014) pernah melakukan penelitian mengenai
Kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu menggunakan data sekunder, sehingga
terdapat beberapa variabel yang menjadi faktor risiko terjadi TB – MDR yang tidak diteliti.
Faktor risiko terjadinya TB – MDR dapat dirumuskan menjadi indeks (kumpulan dari beberapa