ABSTRAK
Evaluasi toleransi terhadap cekaman kekeringan dapat dilakukan dengan membandingkan
berdasarkan penurunan biji kondisi cekaman dengan kondisi optimum, mengamati karakter
skunder berkorelasi dengan sifat toleransi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
toleransi galur jagung terhadap cekaman kekeringan dan mengetahui karakter penanda sifat
toleransi terhadap kekeringan. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balitsereal, Maros
pada bulan Juni-Oktober 2013. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak Terpisah dimana
petak utama kondisi air, terdiri atas kondisi normal dan kekeringan. Anak petak adalah 31
genotipe jagung inbrida yang diulang 3 kali. Perlakuan kekeringan dilakukan dengan
menghentikan pengairan pada saat tanaman berumur 40 HST kemudian diberi pengairan
kembali ketika tanaman berumur 70 HST. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman,
tinggi letak tongkol, selisih umur berbunga jantan dan betina (ASI), kandungan klorofil daun,
sudut daun, aspek penuaan daun, stay green, panjang tongkol, diameter tongkol, dan hasil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 genotipe yang termasuk dalam kategori
medium toleran dan 15 genotipe peka. ASI bisa bisa digunakan sebagai karakter skunder
penanda toleransi kekeringan dikarenakan mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil pada
kondisi kekeringan dengan nilai koefisien lintas -0,505.
Kata kunci: jagung, cekaman kekeringan, karakter skunder
PENDAHULUAN
Ketersediaan air mutlak bagi tanaman karena merupakan faktor yang penting
untuk produksi tanaman. Air bersama karbondioksida dengan bantuan sinar matahari
didalam klorofil disintesis menjadi karbohidrat. Selain itu air merupakan penyusun
utama protoplasma dan pengangkut bahan hasil fotosintesa untuk didistribusikan ke
seluruh bagian tanaman (Salisbury dan Ross 1995).
Cekaman kekeringan didefinisikan sebagai tidak tersedianya air dalam jumlah
cukup pada suatu siklus hidup tanaman yang ditandai dengan hilangnya air dari sel
dan jaringan (Wood 2005). Cekaman kekeringan menyebabkan terhambatnya proses
penyerapan nutrisi, pembelahan dan pembesaran sel, penurunan aktivitas enzim serta
penutupan stomata sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi
terhambat. Selain itu cekaman kekeringan bisa mengakibatkan penurunan potensial
tanaman, gugurnya bakal biji dan sterilitas pollen yang berdampak pada penurunan
hasil (Barnabas et al. 2008)
Jagung merupakan tanaman yang memiliki kebutuhan air sedang, namun
ketersediaan air harus dalam waktu dan jumlah yang tepat sesuai dengan fase
pertumbuhan agar produksinya bisa maksimal. Cekaman kekeringan pada fase
pembungaan mengakibatkan selisih umur berbunga jantan dan betina menjadi lebih
lama yang mengaakibatkan tidak terjadinya sinkronisasi antara bunga jantan dan
betina sehingga proses penyerbukan tidak sempurna (Suwardi dan Azrai 2013).
69
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....
Apabila cekaman kekeringan pada saat masa pengisian biji akan mengakibatkan
ukuran biji kecil sehingga hasil akan turun (Bänzinger et al. 2000)
Respon tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan sangat komplek .
respon tersebut antara lain pengurangan laju pertumbuhan, aktivasi atau inaktivasi gen
tertentu, menaikkan kadar ABA, akumulasi larutan tertentu dan enzim pelindung,
peningkatan kadar antioksidan dan penekanan jalur konsumsi energi (Waseem et al.
2011; Efendi dan Azrai 2010). Mekanisme yang lazim tanaman jagung dalam
merespon kekeringan antara lain dengan memperpanjang akar, memperpendek selisih
umur berbunga jantan dan betina dan stay green.
Evaluasi toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Evaluasi secara langsung dilakukan dengan
membandingkan berdasarkan penurunan biji kondisi cekaman dengan kondisi
optimum. Evaluasi tidak langsung dengan mengamati karakter morfologi dan fisiologi
berkorekasi dengan sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan (Banziger et al.
2000). Perakitan varietas jagung toleran kekeringan diawali dengan pemilihan galur-
galur yang toleran terhadap cekaman kekeringan, kemudian galur terpilih dijadikan
sebagai tetua dalam perakitan jagung hibrida toleran kekeringan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi toleransi galur jagung terhadap cekaman kekeringan.
70
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
di mana
Yp = rata-rata bobot biji/tanaman suatugenotipe yang mendapat cekaman
kekeringan,
Y= rata-rata bobot biji/tanaman suatu genotipe yang tidak mendapat cekaman
kekeringan,
Xp = rata-ratabobot biji/tanaman seluruh genotipe yang mendapat cekaman
kekeringan
X = rata-ratabobot biji/tanaman seluruh genotipe yang tidak mendapat
cekaman kekeringan.
Kuadrat tengah
Variabel KK (%)
K G KxG
Tinggi Tanaman 22.638,20 * 931,17 ** 175,31 ** 8,6
Tinggi letak tongkol 205,65 tn 614,47 ** 68,03 * 13,2
ASI 85,35 ** 8,24 ** 2,71 ** 23,0
Kandungan Klorofil daun 659,73 * 94,15 ** 23,32 tn 10,1
Sudut Daun 5,97 tn 191,65 ** 25,95 ** 11,4
Aspek Penuaan Daun 3.896,06 * 83,18 * 37,58 tn 17,9
Stay green 2,26 tn 1,24 * 0,21 tn 9,4
Panjang tongkol 71,61 ** 374,70 ** 64,40 tn 11,1
Diameter Tongkol 495,30 * 1.621,13 ** 439,98 * 8,9
Hasil 74,73 ** 26,47 ** 10,07 ** 11,9
K=Kadar air, G= Genotipe KK= Koefisien Korelasi
71
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....
72
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
Tabel 2. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap bobot biji jagung dan nilai indeks
sensitivitas pada kondisi cekaman kekeringan (ISK).
73
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....
Tabel 3.Analisis korelasi antar variabel tanaman jagung pada kondisi cekaman kekeringan
Tabel 4.Analisis sidik lintas dari beberapa variabel terhadap hasil jagung pada kondisi cekaman kekeringan.
Variabel pengaruh langsung TT T TKL ASI SPAD SDT SNS SG P TKL D TKL
TT 0,009 0,009 0,005 0,001 -0,001 0,001 0,000 0,001 -0,001 -0,001
T TKL 0,191 0,100 0,191 -0,009 -0,054 -0,018 -0,017 -0,022 0,054 0,000
ASI -0,505 -0,057 0,024 -0,505 0,037 0,034 0,060 -0,021 -0,020 0,189
SPAD 0,262 -0,033 -0,074 -0,019 0,262 0,022 0,011 0,006 -0,006 0,094
SDT 0,266 0,044 -0,025 -0,018 0,023 0,266 0,085 0,097 -0,051 0,042
SNSC 0,067 -0,003 -0,006 -0,008 0,003 0,021 0,067 0,044 -0,016 0,017
SG -0,247 -0,023 0,029 -0,010 -0,006 -0,090 -0,161 -0,247 0,104 -0,029
P TKL 0,315 -0,046 0,090 0,012 -0,008 -0,060 -0,076 -0,132 0,315 0,075
D TKL -0,029 0,002 0,000 0,011 -0,010 -0,005 -0,007 -0,003 -0,007 -0,029
TT= Tinggi tanaman, T TKL=Tinggi letak tongkol, ASI= Anthesis Silking Interval, SPAD= Kandungan klorofil daun, SDT= Sudut Daun, SNS= Skor
Penuaan Daun, S G= Stay Green, P TKL=Panjang Tongkol, D TKL=Diameter Tongkol.
74
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
Sudut daun berkorelasi 0,37 terhadap stay green (Tabel 3). Stay green adalah
skoring terhadap tetap hijaunya jagung. Tanaman dengan nilai stay green kecil
merupakan tanaman yang memiliki penampilan yang baik sedangkan tanaman dengan
stay green tinggi adalah tanaman yang memiliki penampilan kurang baik. Salah satu
adaptasi jagung terhadap kekeringan adalah dengan mengubah sudut daun pada
posisi hampir sejajar dengan arah datangnya cahaya. Penempatan sudut daun pada
posisi sejajar dengan arah datangnya cahaya akan mengurangi suhu daun. Semakin
besar sudut daun maka suhu daun semakin meningkat sehingga nilai stay green
semakin tinggi. Skor penuaan daun berkorelasi positif dengan stay green sebesar 0,65.
Stay green berkorelasi negatif dengan nilai panjang tongkol sebesar -0,42 da panjang
tongkol berkorelasi positif dengan hasil sebesar 0,37 (Tabel 3).
Variabel yang berkorelasi nyata terhadap hasil pada kondisi kekeringan adalah
ASI, panjang tongkol dan diameter tongkol (Tabel 3). Namun hasil analisis korelasi
tersebut tidak cukup menggambarkan hubungan antara masing-masing variabel
terhadap hasil. Hal ini disebabkan masing-masing variabel saling berkorelasi dan
memberikan pengaruh terhadap hasil baik secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah ini bisa dipecahkan dengan penggunaan analisis sidik lintas (Nasution 2010).
Analisis sidik lintas mampu pengaruh langsung maupun tidak langsung suatu variabel
terhadap variabel hasil (Mohammadi et al. 2003).
Hasil analisa sidik lintas menggambarkan bahwa karakter ASI memiliki
pengaruh langsung terhadap hasil tertinggi dibandingkan karakter lainnya yaitu
sebesar -0,501 (Tabel 4). Hal ini berarti karakter ASI bisa digunakan sebagai karakter
skunder seleksi toleransi jagung terhadap kekeringan karena memiliki pengaruh
langsung tertinggii dibandingkan karakter lainnya. Selain itu karakter ASI juga memiliki
nilai koefisien korelasi terhadap hasil terbesar diantara karakter lainnya yaitu sebesar
0,55.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan nilai ISK 31 genotipe uji terbagi dalam dua kategori yaitu 16 genotipe
yang termasuk dalam kategori medium toleran dan 15 genotipe peka.
2. ASI bisa bisa digunakan sebagai karakter skunder penanda toleransi kekeringan
dikarenakan mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil pada kondisi
kekeringan dengan nilai koefisien lintas -0,505.
DAFTAR PUSTAKA
Bänziger, M., G.O. Edmeades, D. Beck, and M. Bellon. 2000. Breeding for drought and
nitrogen stress tolerance in maize: From theory to practice. Mexico,
D.F.CIMMYT.
Barnabás, B., K. Jäger and A. Fehér. 2008. The effect of drought and heat stress
reproductive processes in cereals. Plant, Cell and Environment 31: 11–38.
Efendi, R. dan M. Azrai. 2010. Tanggap genotipe jagung terhadap cekaman
kekeringan: Peranan Akar. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 29
(1): 1-10.
75
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....
Fischer, R.A. and R. Maurer. 1978. Drought resistance in spring wheat cultivar: I. Grain
yield response. Aust. J. Agric. Res.(29): 897-912
Golabadi, M. , A. Arzani, and S. A. M. M Maibody. 2006. Assessment of drought
tolerance in segregating populations in durum wheat. African Journal of
Agricultural Research 1 (5): 162-171
Gomez, K.A. dan A. A. Gomez. 1983. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian.
Terjemah oleh E. Syamsuddin dan Justika S. Baharsyah 1995. Edisi Kedua. UI-
Press.
Guttieri M.J, J.C. Stark, K O’Brien, E Souza.2001. Relative sensitivity ofspring wheat
grain yield and quality parameters to moisture deficit.Crop Sci. 41 (2): 327-335.
Khayatnezhad, M., M. Hasanuzzaman, and R. Gholamin. 2011. Assessment of yield
and yield components and drought tolerance at end-of season drought
condition on corn hybrids (Zea mays L.) Australian Journal of Crop Science
5(12):1493-1500.
Mohammadi S.A., B.M. Prasanna, N.N. Singh. 2003. Sequential path model for
determining interrelationships among grain yield and related characters in Mize.
Crop Science. 43:1690-1697.
Nasution, M.A. 2010. Analisis korelasi dan sidik lintas antara karakter morfologi dan
komponen buah tanaman nenas (ananas comosus L. Merr). Crop Agro 3(1):1-
9.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. ITB. Bandung. 173
hal.
Shiri, M. 2011. Identification of informative simple sequence repeat (SSR) markers for
drought tolerance in maize. African Journal of Biotechnology 10 (73): 16414-
16420.
Suwardi dan M. Azrai. 2013. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap hasil genotipe
jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2013. Maros, 18 Juni 2013. P
139-147.
Waseem, M.,A. Ali, M.Tahir, M. A. Nadeem, M. Ayub, A. Tanveer, R. Ahmad and
M.Hussain. 2011. Mechanism of drought tolerance in plant and its management
through different methods. Continental J. Agricultural Science 5 (1): 10 -25,
Wood, A.J. 2005. Eco-physiological adaptations to limited water environments. In Plant
abiotic stress. Matthew A. Jenks and Paul M. Hasegawa (Eds) p 270. Blackwell
Publishing Ltd.
76