Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi


Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi Selatan
E-mail: s.bambangpriyanto@gmail.com

ABSTRAK
Evaluasi toleransi terhadap cekaman kekeringan dapat dilakukan dengan membandingkan
berdasarkan penurunan biji kondisi cekaman dengan kondisi optimum, mengamati karakter
skunder berkorelasi dengan sifat toleransi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
toleransi galur jagung terhadap cekaman kekeringan dan mengetahui karakter penanda sifat
toleransi terhadap kekeringan. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balitsereal, Maros
pada bulan Juni-Oktober 2013. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak Terpisah dimana
petak utama kondisi air, terdiri atas kondisi normal dan kekeringan. Anak petak adalah 31
genotipe jagung inbrida yang diulang 3 kali. Perlakuan kekeringan dilakukan dengan
menghentikan pengairan pada saat tanaman berumur 40 HST kemudian diberi pengairan
kembali ketika tanaman berumur 70 HST. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman,
tinggi letak tongkol, selisih umur berbunga jantan dan betina (ASI), kandungan klorofil daun,
sudut daun, aspek penuaan daun, stay green, panjang tongkol, diameter tongkol, dan hasil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 genotipe yang termasuk dalam kategori
medium toleran dan 15 genotipe peka. ASI bisa bisa digunakan sebagai karakter skunder
penanda toleransi kekeringan dikarenakan mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil pada
kondisi kekeringan dengan nilai koefisien lintas -0,505.
Kata kunci: jagung, cekaman kekeringan, karakter skunder

PENDAHULUAN
Ketersediaan air mutlak bagi tanaman karena merupakan faktor yang penting
untuk produksi tanaman. Air bersama karbondioksida dengan bantuan sinar matahari
didalam klorofil disintesis menjadi karbohidrat. Selain itu air merupakan penyusun
utama protoplasma dan pengangkut bahan hasil fotosintesa untuk didistribusikan ke
seluruh bagian tanaman (Salisbury dan Ross 1995).
Cekaman kekeringan didefinisikan sebagai tidak tersedianya air dalam jumlah
cukup pada suatu siklus hidup tanaman yang ditandai dengan hilangnya air dari sel
dan jaringan (Wood 2005). Cekaman kekeringan menyebabkan terhambatnya proses
penyerapan nutrisi, pembelahan dan pembesaran sel, penurunan aktivitas enzim serta
penutupan stomata sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi
terhambat. Selain itu cekaman kekeringan bisa mengakibatkan penurunan potensial
tanaman, gugurnya bakal biji dan sterilitas pollen yang berdampak pada penurunan
hasil (Barnabas et al. 2008)
Jagung merupakan tanaman yang memiliki kebutuhan air sedang, namun
ketersediaan air harus dalam waktu dan jumlah yang tepat sesuai dengan fase
pertumbuhan agar produksinya bisa maksimal. Cekaman kekeringan pada fase
pembungaan mengakibatkan selisih umur berbunga jantan dan betina menjadi lebih
lama yang mengaakibatkan tidak terjadinya sinkronisasi antara bunga jantan dan
betina sehingga proses penyerbukan tidak sempurna (Suwardi dan Azrai 2013).

69
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....

Apabila cekaman kekeringan pada saat masa pengisian biji akan mengakibatkan
ukuran biji kecil sehingga hasil akan turun (Bänzinger et al. 2000)
Respon tanaman dalam menghadapi cekaman kekeringan sangat komplek .
respon tersebut antara lain pengurangan laju pertumbuhan, aktivasi atau inaktivasi gen
tertentu, menaikkan kadar ABA, akumulasi larutan tertentu dan enzim pelindung,
peningkatan kadar antioksidan dan penekanan jalur konsumsi energi (Waseem et al.
2011; Efendi dan Azrai 2010). Mekanisme yang lazim tanaman jagung dalam
merespon kekeringan antara lain dengan memperpanjang akar, memperpendek selisih
umur berbunga jantan dan betina dan stay green.
Evaluasi toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Evaluasi secara langsung dilakukan dengan
membandingkan berdasarkan penurunan biji kondisi cekaman dengan kondisi
optimum. Evaluasi tidak langsung dengan mengamati karakter morfologi dan fisiologi
berkorekasi dengan sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan (Banziger et al.
2000). Perakitan varietas jagung toleran kekeringan diawali dengan pemilihan galur-
galur yang toleran terhadap cekaman kekeringan, kemudian galur terpilih dijadikan
sebagai tetua dalam perakitan jagung hibrida toleran kekeringan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi toleransi galur jagung terhadap cekaman kekeringan.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balitsereal, Maros pada bulan
Juni-Oktober 2013. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Petak Terpisah dengan
petak utama kondisi air dan anak petak galur inbrida. Kondisi air terdiri atas kondisi
normal dan kekeringan. Genotipe jagung inibrida terdiri dari 31 genotipe : CML 161/NEI
9008 (G1), CY11 (G2), CY12 (G3), CY14 (G4),CY15 (G5), CY6 (G6), G2013631 (G7),
G2013645 (G8), MR-14 (G9), NEI 9008 (G10), CLRCY017 (G11), CLRCY034 (G12),
CLRCY039 (G13), CLYN249 (G14), CLYN253 (G15), CLYN257 (G16), CLYN260
(G17), CLYN261 (G18), DTPYC9-F13-2-3-1-2-B (G19), DTPYC9-F46-1-2-1-2-B (G20),
DTPYC9-F46-3-9-1-1B (G21), DTPYC9-F65-2-2-1-1-B (G22), G2013649 (G23),
G2013627 (G24), G20133077 (G25), G20133036 (G26), AMB20 (G27), 1044-30
(G28), 1042-69 (G29), AMB07 (G30), dan G-180 (G31).
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 75 x 20 cm, (ditanam 1-2
biji/lubang). Setelah tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST) dilakukan
penjarangan menjadi satu tanaman perlubang sehingga terdapat 25 tanaman per
baris. Ukuran petak percobaan adalah 3 x 5 m. Pemupukan dilakukan dua tahap,
pemupukan pertama saat umur tanaman 7 HST dengan takaran 135 kg N,45 Kg P2O5
dan 45 kg K2O per Ha. Pemupukan kedua saat tanaman berumur 30 HST dengan
takaran 90 kg N/ha. Pemeliharaan tanaman antara lain penyiangan, pengairan, dan
pembumbunan dilakukan secara optimal. Perlakuan kekeringan dilakukan dengan cara
menghentikan pengairan pada saat tanaman berumur 40 HST pada perlakuan
kekeringan kemudian diberi pengairan kembali ketika tanaman berumur 70 HST.
Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, selesih
umur berbunga jantan dan betina, kandungan klorofil daun, sudut daun, aspek
penuaan daun, stay green, panjang tongkol, diameter tongkol, dan hasil.

70
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Data untuk dianalisis menggunakan analisis sidik ragam guna mengetahui


pengaruh cekaman kekeringan terhadap masing-masing variabel. Indeks sensitivitas
cekaman kekeringan (ISK) berdasarkan bobot biji/tanaman yang dihitung
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Fischer dan Maurer (1978):

di mana
Yp = rata-rata bobot biji/tanaman suatugenotipe yang mendapat cekaman
kekeringan,
Y= rata-rata bobot biji/tanaman suatu genotipe yang tidak mendapat cekaman
kekeringan,
Xp = rata-ratabobot biji/tanaman seluruh genotipe yang mendapat cekaman
kekeringan
X = rata-ratabobot biji/tanaman seluruh genotipe yang tidak mendapat
cekaman kekeringan.

Kriteria untuk penentuan tingkat toleransi terhadap cekaman kekeringan adalah


jika nilai ISK < 0,5 maka genotipe tersebut toleran, jika 0,5 < ISK < 1,0 maka genotipe
tersebut medium toleran, dan jika ISK>1,0 maka genotipe tersebut peka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perlakuan kekeringan berpengaruh kepada semua variabel yang diamati
kecuali tinggi letak tongkol, sudut daun dan stay green. Genotipe berpengaruh pada
semua variabel yang diamati. Interaksi antara genotipe dan kekeringan terdapat pada
variabel tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, ASI, sudut daun, diameter tongkol dan
hasil biji (Tabel 1).

Tabel 1. Rangkuman analisis sidik ragam

Kuadrat tengah
Variabel KK (%)
K G KxG
Tinggi Tanaman 22.638,20 * 931,17 ** 175,31 ** 8,6
Tinggi letak tongkol 205,65 tn 614,47 ** 68,03 * 13,2
ASI 85,35 ** 8,24 ** 2,71 ** 23,0
Kandungan Klorofil daun 659,73 * 94,15 ** 23,32 tn 10,1
Sudut Daun 5,97 tn 191,65 ** 25,95 ** 11,4
Aspek Penuaan Daun 3.896,06 * 83,18 * 37,58 tn 17,9
Stay green 2,26 tn 1,24 * 0,21 tn 9,4
Panjang tongkol 71,61 ** 374,70 ** 64,40 tn 11,1
Diameter Tongkol 495,30 * 1.621,13 ** 439,98 * 8,9
Hasil 74,73 ** 26,47 ** 10,07 ** 11,9
K=Kadar air, G= Genotipe KK= Koefisien Korelasi

71
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....

Toleransi tanaman terhadap kekeringan bisa dievaluasi dengan cara


membandingkan hasil pada kondisi kekeringan dan pada kondisi optimum (Fisher dan
Maurer 1978). Salah satu parameter yang digunakan dalam mengukur toleransi
tanaman terhadap cekaman adalah Indeks sensitivitas cekaman kekeringan (ISK). ISK
digunakan untuk mengukur stabilitas hasil yang diakibatkan oleh perubahan pada
lingkungan yang lebih berkaitan kepada mekanisme ketahanan tanaman dan
sensitivitas genotipe terhadap perubahan lingkungan (Shiri 2011). Seleksi berdasarkan
pada ISK akan memilih genotipe yang toleran terhadap cekaman dan berdaya hasil
tinggi (Golabadi et al. 2006 dan Khayatnezhad et al. 2011).
Nilai ISK menunjukkan bahwa terdapat 16 genotipe termasuk medium toleran
yaitu CML 161/NEI 9008, CY11, CY15, G2013631, MR-14, NEI 9008, CLRCY034,
CLRCY039CLYN257, DTPYC9-F13-2-3-1-2-B, DTPYC9-F46-1-2-1-2-B, DTPYC9-F46-
3-9-1-1B, 2013649, G2013627, G20133036 dan 1044-30 dengan penurunan hasil
berkisar 29,42- 53,38%. Genotipe CLYN257 merupakan genotipe paling toleran
dibandingkan genotipe yang diuji dengan nilai ISK 0,55 dan penurunan hasil sebesar
29,42%. Genotipe CY12, CY14, CY6, G2013645, CLRCY017, CLYN249, CLYN253,
CLYN260, CLYN261, DTPYC9-F65-2-2-1-1-B, G20133077, AMB20, 1042-69, AMB07,
G-180 tergolong peka dengan penurunan hasil berkisar 54,16-79,10%. Genotipe
CLYN249 merupakan genotipe yang paling peka diantara seluruh genotipe uji dengan
nilai ISK 1,47 dan penurunan hasil sebesar 79,10% (Tabel 2).
Analisis korelasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Nilai koefisien korelasi (r)
berkisar antara 1 dan -1, nilai r negatif menggambarkan apabila ada perubahan positif
pada satu variabel maka akan diikuti perubahan negatif pada variabel lainnya dengan
nilai yang sama. Nilai r positif berarti perubahan positif pada satu variabel maka akan
diikuti perubahan pada variabel lainnya dengan nilai yang sama. Sedangkan nilai r=0
menunjukkan tidak adanya hubungan atara kedua variabel (Gomez dan Gomez 1983).
Korelasi sangat penting dalam bidang pemuliaan, karena dengan adanya korelasi
antar sifat akan mempermudah dan mempersingkat waktu seleksi.
Hasil analisa korelasi antarvariabel pada kondisi kekeringan menunjukkan
bahwa variabel tinggi tanaman bekorelasi nyata dengan variabel tinggi tongkol sebesar
0,53. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi kekeringan rasio tinggi letak tongkol
dengan tinggi tanaman sebesar 0,5. Salah satu idiotipe jagung adalah letak tongkol
berada di tengah batang jagung. ASI berkorelasi negatif dengan diameter tongkol dan
hasil biji tanaman, masing-masing sebesar -0,37 dan -0,55.
Kandungan klorofil daun berkorelasi positif sebesar 0,36 terhadap diameter
tongkol. Semakin tinggi kandungan klorofil daun maka proses fotosintesis akan
berjalan semakin optimal sehingga fotosintat yang didistribusikan ke tanaman
termasuk ke tongkol semakin besar dan diameter tongkol berkorelasi nyata terhadap
hasil sebesar 0,36.

72
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Tabel 2. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap bobot biji jagung dan nilai indeks
sensitivitas pada kondisi cekaman kekeringan (ISK).

Hasil Biji Persentase


Genotipe ISK Kriteria
Kering Normal Penurunan
CML 161/NEI 9008 1,18 2,21 46,48% 0,86 medium toleran
CY11 1,26 2,49 49,13% 0,91 medium toleran
CY12 1,02 3,35 69,48% 1,29 peka
CY14 1,04 3,48 70,09% 1,30 peka
CY15 1,27 2,12 40,12% 0,74 medium toleran
CY6 0,85 1,85 54,16% 1,00 peka
G2013631 1,42 3,01 52,83% 0,98 medium toleran
G2013645 1,29 3,29 60,71% 1,13 peka
MR-14 1,13 1,86 39,42% 0,73 medium toleran
NEI 9008 1,68 3,44 51,06% 0,95 medium toleran
CLRCY017 0,50 1,29 61,57% 1,14 peka
CLRCY034 0,93 1,64 42,93% 0,80 medium toleran
CLRCY039 1,06 2,28 53,38% 0,99 medium toleran
CLYN249 0,47 2,24 79,10% 1,47 peka
CLYN253 1,02 2,49 59,01% 1,09 peka
CLYN257 0,95 1,35 29,42% 0,55 medium toleran
CLYN260 0,91 2,29 60,15% 1,11 peka
CLYN261 1,12 2,58 56,76% 1,05 peka
DTPYC9-F13-2-3-1-2-B 1,58 2,51 37,16% 0,69 medium toleran
DTPYC9-F46-1-2-1-2-B 1,14 2,23 49,11% 0,91 medium toleran
DTPYC9-F46-3-9-1-1B 1,39 2,27 38,87% 0,72 medium toleran
DTPYC9-F65-2-2-1-1-B 1,07 2,60 58,93% 1,09 peka
G2013649 1,57 2,76 43,13% 0,80 medium toleran
G2013627 1,29 2,31 44,38% 0,82 medium toleran
G20133077 0,94 2,18 56,93% 1,06 peka
G20133036 0,78 1,64 52,57% 0,97 medium toleran
AMB20 1,05 2,55 58,69% 1,09 peka
1044-30 1,55 2,35 33,94% 0,63 medium toleran
1042-69 0,51 2,20 76,80% 1,42 peka
AMB07 0,81 2,18 62,96% 1,17 peka
G-180 0,76 1,79 57,62% 1,07 peka
ISK= Indeks Sensitivitas Kekeringan

73
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....

Tabel 3.Analisis korelasi antar variabel tanaman jagung pada kondisi cekaman kekeringan

Variabel TT T TKL ASI SPAD SDT SNS SG P TKL D TKL HASIL


TT 1,00 0,53** 0,11 -0,13 0,17 -0,05 0,09 -0,15 -0,06 -0,01
T TKL 0,53** 1,00 -0,05 -0,28 -0,09 -0,09 -0,12 0,29 0,00 0,23
ASI 0,11 -0,05 1,00 -0,07 -0,07 -0,12 0,04 0,04 -0,37* -0,55**
SPAD -0,13 -0,28 -0,07 1,00 0,09 0,04 0,02 -0,02 0,36* 0,25
SDT 0,17 -0,09 -0,07 0,09 1,00 0,32 0,37* -0,19 0,16 0,17
SNSC -0,05 -0,09 -0,12 0,04 0,32 1,00 0,65** -0,24 0,25 -0,04
SG 0,09 -0,12 0,04 0,02 0,37* 0,65** 1,00 -0,42* 0,12 -0,28
P TKL -0,15 0,29 0,04 -0,02 -0,19 -0,24 -0,42* 1,00 0,24 0,37*
D TKL -0,06 0,00 -0,37* 0,36* 0,16 0,25 0,12 0,24 1,00 0,36*
HASIL -0,01 0,23 -0,55** 0,25 0,17 -0,04 -0,28 0,37* 0,36* 1,00
TT= Tinggi tanaman, T TKL=Tinggi letak tongkol, ASI= Anthesis Silking Interval, SPAD= Kandungan klorofil daun, SDT= Sudut Daun,
SNS= Skor Penuaan Daun, S G= Stay Green, P TKL=Panjang Tongkol, D TKL=Diameter Tongkol,

Tabel 4.Analisis sidik lintas dari beberapa variabel terhadap hasil jagung pada kondisi cekaman kekeringan.

Variabel pengaruh langsung TT T TKL ASI SPAD SDT SNS SG P TKL D TKL
TT 0,009 0,009 0,005 0,001 -0,001 0,001 0,000 0,001 -0,001 -0,001
T TKL 0,191 0,100 0,191 -0,009 -0,054 -0,018 -0,017 -0,022 0,054 0,000
ASI -0,505 -0,057 0,024 -0,505 0,037 0,034 0,060 -0,021 -0,020 0,189
SPAD 0,262 -0,033 -0,074 -0,019 0,262 0,022 0,011 0,006 -0,006 0,094
SDT 0,266 0,044 -0,025 -0,018 0,023 0,266 0,085 0,097 -0,051 0,042
SNSC 0,067 -0,003 -0,006 -0,008 0,003 0,021 0,067 0,044 -0,016 0,017
SG -0,247 -0,023 0,029 -0,010 -0,006 -0,090 -0,161 -0,247 0,104 -0,029
P TKL 0,315 -0,046 0,090 0,012 -0,008 -0,060 -0,076 -0,132 0,315 0,075
D TKL -0,029 0,002 0,000 0,011 -0,010 -0,005 -0,007 -0,003 -0,007 -0,029
TT= Tinggi tanaman, T TKL=Tinggi letak tongkol, ASI= Anthesis Silking Interval, SPAD= Kandungan klorofil daun, SDT= Sudut Daun, SNS= Skor
Penuaan Daun, S G= Stay Green, P TKL=Panjang Tongkol, D TKL=Diameter Tongkol.

74
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015

Sudut daun berkorelasi 0,37 terhadap stay green (Tabel 3). Stay green adalah
skoring terhadap tetap hijaunya jagung. Tanaman dengan nilai stay green kecil
merupakan tanaman yang memiliki penampilan yang baik sedangkan tanaman dengan
stay green tinggi adalah tanaman yang memiliki penampilan kurang baik. Salah satu
adaptasi jagung terhadap kekeringan adalah dengan mengubah sudut daun pada
posisi hampir sejajar dengan arah datangnya cahaya. Penempatan sudut daun pada
posisi sejajar dengan arah datangnya cahaya akan mengurangi suhu daun. Semakin
besar sudut daun maka suhu daun semakin meningkat sehingga nilai stay green
semakin tinggi. Skor penuaan daun berkorelasi positif dengan stay green sebesar 0,65.
Stay green berkorelasi negatif dengan nilai panjang tongkol sebesar -0,42 da panjang
tongkol berkorelasi positif dengan hasil sebesar 0,37 (Tabel 3).
Variabel yang berkorelasi nyata terhadap hasil pada kondisi kekeringan adalah
ASI, panjang tongkol dan diameter tongkol (Tabel 3). Namun hasil analisis korelasi
tersebut tidak cukup menggambarkan hubungan antara masing-masing variabel
terhadap hasil. Hal ini disebabkan masing-masing variabel saling berkorelasi dan
memberikan pengaruh terhadap hasil baik secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah ini bisa dipecahkan dengan penggunaan analisis sidik lintas (Nasution 2010).
Analisis sidik lintas mampu pengaruh langsung maupun tidak langsung suatu variabel
terhadap variabel hasil (Mohammadi et al. 2003).
Hasil analisa sidik lintas menggambarkan bahwa karakter ASI memiliki
pengaruh langsung terhadap hasil tertinggi dibandingkan karakter lainnya yaitu
sebesar -0,501 (Tabel 4). Hal ini berarti karakter ASI bisa digunakan sebagai karakter
skunder seleksi toleransi jagung terhadap kekeringan karena memiliki pengaruh
langsung tertinggii dibandingkan karakter lainnya. Selain itu karakter ASI juga memiliki
nilai koefisien korelasi terhadap hasil terbesar diantara karakter lainnya yaitu sebesar
0,55.

KESIMPULAN
1. Berdasarkan nilai ISK 31 genotipe uji terbagi dalam dua kategori yaitu 16 genotipe
yang termasuk dalam kategori medium toleran dan 15 genotipe peka.
2. ASI bisa bisa digunakan sebagai karakter skunder penanda toleransi kekeringan
dikarenakan mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil pada kondisi
kekeringan dengan nilai koefisien lintas -0,505.

DAFTAR PUSTAKA
Bänziger, M., G.O. Edmeades, D. Beck, and M. Bellon. 2000. Breeding for drought and
nitrogen stress tolerance in maize: From theory to practice. Mexico,
D.F.CIMMYT.
Barnabás, B., K. Jäger and A. Fehér. 2008. The effect of drought and heat stress
reproductive processes in cereals. Plant, Cell and Environment 31: 11–38.
Efendi, R. dan M. Azrai. 2010. Tanggap genotipe jagung terhadap cekaman
kekeringan: Peranan Akar. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 29
(1): 1-10.

75
Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi: Evaluasi Galur Jagung ....

Fischer, R.A. and R. Maurer. 1978. Drought resistance in spring wheat cultivar: I. Grain
yield response. Aust. J. Agric. Res.(29): 897-912
Golabadi, M. , A. Arzani, and S. A. M. M Maibody. 2006. Assessment of drought
tolerance in segregating populations in durum wheat. African Journal of
Agricultural Research 1 (5): 162-171
Gomez, K.A. dan A. A. Gomez. 1983. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian.
Terjemah oleh E. Syamsuddin dan Justika S. Baharsyah 1995. Edisi Kedua. UI-
Press.
Guttieri M.J, J.C. Stark, K O’Brien, E Souza.2001. Relative sensitivity ofspring wheat
grain yield and quality parameters to moisture deficit.Crop Sci. 41 (2): 327-335.
Khayatnezhad, M., M. Hasanuzzaman, and R. Gholamin. 2011. Assessment of yield
and yield components and drought tolerance at end-of season drought
condition on corn hybrids (Zea mays L.) Australian Journal of Crop Science
5(12):1493-1500.
Mohammadi S.A., B.M. Prasanna, N.N. Singh. 2003. Sequential path model for
determining interrelationships among grain yield and related characters in Mize.
Crop Science. 43:1690-1697.
Nasution, M.A. 2010. Analisis korelasi dan sidik lintas antara karakter morfologi dan
komponen buah tanaman nenas (ananas comosus L. Merr). Crop Agro 3(1):1-
9.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. ITB. Bandung. 173
hal.
Shiri, M. 2011. Identification of informative simple sequence repeat (SSR) markers for
drought tolerance in maize. African Journal of Biotechnology 10 (73): 16414-
16420.
Suwardi dan M. Azrai. 2013. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap hasil genotipe
jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2013. Maros, 18 Juni 2013. P
139-147.
Waseem, M.,A. Ali, M.Tahir, M. A. Nadeem, M. Ayub, A. Tanveer, R. Ahmad and
M.Hussain. 2011. Mechanism of drought tolerance in plant and its management
through different methods. Continental J. Agricultural Science 5 (1): 10 -25,
Wood, A.J. 2005. Eco-physiological adaptations to limited water environments. In Plant
abiotic stress. Matthew A. Jenks and Paul M. Hasegawa (Eds) p 270. Blackwell
Publishing Ltd.

76

Anda mungkin juga menyukai