GOUT ARTRITIS
Oleh :
Preseptor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
1
BAB 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Penyakit artritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh terhadap urat. Apabila kadar asam urat
di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan
tubuh, penyakit artritis gout ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan
monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan
meningkat. Penyakit gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras
manusia. Prevalensi asam urat cenderung memasuki usia semakin muda yaitu usia
Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar
32% dan kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2%.2 Faktor
risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah asupan
(terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam urat
2
dalam darah, selain menyebabkan gout, menurut suatu penelitian merupakan salah
asam urat menurun (90% pasien) atau sintesis asam urat meningkat (10% pasien).
Keadaan ekskresi asam urat yang menurun terdapat pada pasien-pasien dengan
penurunan fungsi ginjal karena usia. Sedangkan keadaan sintetis asam urat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Artritis gout atau yang biasa dikenal dengan artritis pirai merupakan suatu
penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan
atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler.3 Artritis gout
merupakan suatu penyakit metabolik yang terkait dengan peradangan sendi akibat
suatu keadaan dimana kadar asam urat serum diatas normal yaitu lebih dari 7
mg/dL pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita. Keadaan hiperurisemia
terjadi akibat ekskresi asam urat menurun atau sintesis asam urat meningkat.
Keadaan sintesis asam urat meningkat diakibatkan oleh pengaruh asupan makanan
yang tinggi akan purin, faktor genetik dan asupan alkohol. Peningkatan asam urat
urat (MSU) yang terdeposit dalam sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal
tersebut berbentuk seperti jarum dan apabila menumpuk maka akan memicu
reaksi peradangan, bila berlanjut maka akan menimbulkan nyeri hebat di daerah
terkait.
2.2. Epidemiologi
maupun negara berkembang dalam beberapa dekade terakhir ini. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kondisi geografis, etnis dan konstitusi faktor genetik. Prevalensi
2-7:1 yang proporsi puncaknya pada usia lima puluhan. Penelitian meta-analisis di
4
Cina pada tahun 2011 mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 21,6% pada
Jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum jelas karena data
yang masih sedikit. Hal ini disebabkan negara Indonesia memiliki berbagai
macam jenis etnis dan kebudayaan sehingga kejadian artritis gout lebih banyak
Penderita artritis gout pada pria terjadi pada usia yang lebih muda yaitu
pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32%.6 Pada wanita, kadar asam urat
28%. Di daerah Minahasa pada tahun 2003, proporsi kejadian artritis gout sebesar
29,2% dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata
telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.
2.3.Etiologi
adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain.
karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah
hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada
Hiperurisemia dan gout primer terbagi menjadi dua yaitu dengan kelainan
molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena adanya
5
kelainan enzim spesifik.
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya produksi asam urat dalam
tubuh dan pengeluaran asam urat melalui ginjal yang kurang adekuat namun
meningkatknya produksi asam urat dalam tubuh dapat disebabkan oleh sintesis
atau pembentukan asam urat yang berlebihan oleh karena defisiensi sebagian dari
ditandai dengan kadar fractional uric acid clearance pada hiperurisemia primer
yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan
novo biosynthesis terdiri dari kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada sindrom
phosphate aldolase.7
6
2.4.Patofisiologi
merupakan hasil metabolisme asam nukleat yang secara langsung diubah dari
makanan. Pemecahan nukelotida purin terjadi di semual sel, tetapi asam urat
terutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya
adalah 300-600 mg per hari, dari diet 600 mg per hari lalu diekskresikan ke urin
rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg per hari. Pada keadaan normal,
90% metabolit nukleotid (adenine, guanine dan hipoxantin) dipakai kembali untuk
pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga
yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral, asam urat dalam
bentuk ion asam urat (monosodium urat) banyak terdapat dalam darah.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa,
dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotransferase, suatu enzim yang dihambat oleh
produk nukleotida IMP, AMP dan GMP.5 Ketiga nukleotida ini juga menghambat
7
merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan
nukelotida adenine dan guanine. AMP berasal dari IMP melalui penambahan
sebuah gugus amino aspartate ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang
GMP berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino
glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP. Selanjutnya
AMP mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami
defosforilasi menjadi inosin dan guanosin.5 Basa hypoxanthine terbentuk dari IMP
yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xanthine oxidase menjadi xhantine
8
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa asam urat dalam
MSU dalam plasma berlebih atau dalam keadaan hiperurisemia yaitu lebih dari
7,0 mg/dL maka akan membentuk kristal. Hal ini terjadi dikarenakan kristal MSU
diketahui pasti. Diduga kelarutan asam urat dipengaruhi oleh pH, suhu dan ikatan
membran lipid dan protein melalui membran sel dan glikoprotein pada fagosit.
menginduksi pengeluaran interleukin (IL) pada sel monosit dan merupakan faktor
receptor (TLR) 2 dan TLR 4 yang kemudian kedua reseptor tersebut beserta TLR
9
tersebut mengakitfkan NLRP3, MSU juga menginduksi pelepasan ATP yang
nantinya akan mengaktifkan P2X7R. Ketika P2X7R diaktifkan akan terjadi proses
pengeluaran cepat kalium dari dalam sel yang merangsang NLRP3. Kompleks
makro molekular yang disebut dengan inflamasom terdiri dari NLRP3, ASC dan
IL-1alfa.5
yaitu sitokin dan kemokin yang berperan pada adhesi endotel dan proses
transmigrasi. Sejumlah faktor yang diketahui berperan dalam proses artritis gout
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kadar MSU dalam darah
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu produksi dan ekskresi. Apabila kedua faktor
tersebut terganggu maka akan memengaruhi kadar MSU, bisa berlebih ataupun
bisa berkurang. Hiperurisemia adalah kadar MSU dalam darah yang berlebih yaitu
antaralain:
10
2.4.1. Nutrisi
suatu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat atau asam inti dari sel
dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Makan-
makanan yang mengandung purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram) misalnya
jeroan baik dagin sapi, kambing maupun babi, makanan hasil laut (seafood),
serangan gout akut. Namun terdapat makanan yang tinggi purin yang tidak
2.4.2. Obat-obatan
MSU dalam darah yaitu dengan meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal
2.4.3. Obesitas
urat dan juga memberikan beban penopang sendi tubuh yang lebih berat. Obesitas
urat pada ginjal melalui urate dependent anion transporter-1 (URAT1) atau
melalui sodium dependent anion cotransporter pada brush border yang terletak
pada membran ginjal bagian tubulus proksimal.5 Hal ini mengakibatkan gangguan
11
pada proses fosforilasi oksidatif sehingga kadar adneosin dalam tubuh meningkat.
Peningkatan adenosine dalam tubuh menyebabkan retensi sodium, asma urat dan
2.4.4. Usia
Hiperurisemia dapat terjadi pada semua tingkat usia namun kejadian ini
meningkat pada laki-laki dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan wanita setelah
menopause atau berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena pada
usia ini wanita mengalami gangguan produksi hormon estrogen. Hormon tersebut
2.4.5. Genetik
atau memengaruhi ekskresi asam urat oleh karena defek sistem transport asam urat
pada ginjal. Orang-orang berkulit hitam juga memiliki risiko tinggi terjadinya
hiperurisemia.
Gambaran klinis artritis gout terdapat beberapa tahapan yaitu terdiri dari
artritis gout asimptomatik, artritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun
dengan tofus.
gejala/asimptomatik. Kondisi ini dapat terjadi untuk beberapa jangka waktu lama
dan ditandai dengan penumpukan asam urat pada jaringan yang bersifat silent.3,5
Pada tahap ini harus diupayakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah
12
2. Akut artritis gout
Tahap ini terjadi radang sendi yang timbul sangat cepat dan dalam waktu
yang singkat. Radang sendi muncul tiba-tiba ketika bangun pagi, pasien akan
merasakan sakit yang hebat sampai kesulitan dalam berjalan. Radang sendi
biasanya terjadi pada salah satu sendi pada ekstremitas atas atau bawah
terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa
lelah. Pada 50% kasus, serangan artritis gout akut terjadi pada
berlanjut dan tidak terobati maka serangan dapat bersifat poliartikular yaitu
terjadi pada sendi-sendi lainnya misalnya sendi lutut, pergelangan kaki, sendi-
sendi pada jari tangan, dll, selain itu dapat timbul rekurensi yang multipel, interval
3. Interkritikal gout
Fase ini merupakan kelanjutan daripada serangan akut gout dan biasanya
dapat sembuh sendiri walaupun tidak diobati. Setelah serangan terdapat interval
waktu atau jeda waktu dimana pasien tidak timbul gejala dan sifatnya
gejala namun pada aspirasi sendi dapat ditemukan kristal urat yang menunjukkan
bahwa proses peradangan tetap berlanjut atau kemungkinan deposit asam urat
secara silent.3,5 Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun atau
Pada stadium ini umumnya disertai dengan tofus yang banyak dan bersifat
13
poliartikuler. Tofus terbentuk pada masa artritis gout kronis akibat insolubilitas
bursa infrapatelar dan heliks telinga. Tofus dapat menghilang apabila diterapi
dengan cepat. Tofus yang besar dapat dilakukan ekspirasi namun hasilnya kurang
memuaskan.5 Pada stadium ini biasanya tofus disertai dengan penyakit ginjal
menahun. Tofus biasanya sangat sulit dibedakan dengan nodul pada artirits
rheumatoid sehingga perlu observasi yang lebih teliti untuk menegakkan diagnosis
gout menahun.
a. Pemeriksaan Klinis
dapat menggali seperti adakah keluarga yang menderita hiperurisemia dan gout,
14
perkiraan diagnosis setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik lengkap.
Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan adalah kadar asam urat dalam darah
dan urin 24 jam. Kadar asam urat dalam urin 24 jam penting dikerjakan untuk
underexcretion. Kadar asam urat dalam urin 24 jam pada orang normal adalah
mikroskop untuk melihat Kristal urat atau monosodium urate (Kristal MSU)
dalam cairan sendi. Hal ini dilakukan dengan mengaspirasi cairan sendi dengan
Pemeriksaan ini paling efektif apabila penyakit sudah berlangsung kronis dan
magnetic resonance imaging (MRI).7 Hal ini dilakukan untuk melihat kelaianan
baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi.
b. Kriteria Diagnostik
klinisi dalam identifikasi akut artritis gout dengan gold standart yaitu tetap
berdasarkan dari pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosis ini telah disepakati oleh
Rheumatism (EULAR) pada tahun 2015.8 Menurut kriteria yang dibuat oleh kedua
badan internasional tersebut, ada beberapa langkah yang harus diidentifikasi untuk
ditandai dengan pada pasien terdapat satu episode bengkak, nyeri atau sensitive
terhadap nyeri di daerah peripheral joint atau di bursa.8 Kemudian langkah kedua
15
adalah sufficient criterion yaitu adanya bukti jelas kristal MSU pada sendi atau
pasien memenuhi kriteria pada langkah kedua maka pasien tidak perlu memenuhi
kriteria selanjutnya pada langkah ketiga, artinya diagnosis pasien sudah tegak
mengalami artritis gout. Langkah ketiga yaitu criteria, digunakan apabila pada
langkah kedua tidak terjadi pada pasien.8 Pada langkah ketiga terbagi menjadi dua
I.Secara klinis
yaitu adakah eritema disekitar sendi-sendi yang terserang (dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik oleh klinisi atau keluhan utama pasien datang berobat), pasien
tidak berani untuk menyentuh bagian-bagian yang terserang dan keluhan tersebut
resolusi gejala dalam waktu kurang dari 14 hari dan resolusi komplit yang terjadi
4. Bukti klinis dari tofus. Hal ini ditandai dengan adanya nodul subkutaneus
yang kering atau putih seperti kapur. Lokasi yang sering terkena di sendi, daun
16
II.Laboratorium
1. Kadar serum urat. Idealnya pasien diperiksa kadar serum uratnya saat tidak
mengonsumsi ULT dan lebih dari 4 minggu setelah awal episode serangan
2. Analisis cairan sendi/synovial yang diaspirasi dari sendi atau bursa yang
bersangkutan
III. Imaging
1. Adanya bukti nyata deposit urat pada sendi atau bursa yang mengalami
2. Adanya bukti kerusakkan sendi yang diduga oleh karena gout dengan
17
Gambar 2. Diagnosis Kriteria Gout menurut ACR dan EULAR 2015.8
c. Penatalaksanaan
pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri,
18
diberikan harus dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya artritis gout dan
I. Tatalaksana farmakologis
penanganan pasien dengan serangan gout akut dan terapi selanjutnya yaitu:9
19
3. Terapi profilaksis dari - Kolkisin - Dosis
serangan gout - NSAID - Kolkisin 0,5-1 mg/hari
- Diberikan 6 bulan setelah - NSAID:
menjalani terapi obat - Naproxen 250 mg, 2x1
penurun asam urat/uric tablet (dosis rendah)
lower therapy (ULT)
- Kontraindikasi kolkisin:
pasien yang menjalani
terapi P- glycoprotein
dan/atau CYP3A4
inhibitor seperti
siklosporin atau
klaritromisin
- Kontraindikasi NSAID:
pada pasien dengan
gangguan ginjal berat
4. Terapi ULT - Diberikan pada pasien - Dosis
yang mengalami serangan- Allopurinol 200-300
gout akut lebih dari 2 mg/hari
kali/tahun, terdapat tophi,
artropati urat dan atau
batu ginjal.
5. Monitoring pada pasien - Serum asam urat harus-
dengan terapi ULT dimonitor dan dijaga < 6
mg/dL
- Kadar serum urat < 5
mg/dL harus dicapai pada
pasien dengan gout berat
yang ditandai dengan
tophi, artropati kronik
dan serangan yang sering
- Kadar asam urat < 3
mg/dL tidak
direkomendasi dengan
terapi ULT jangka
panjang
20
6. Inisisasi terapi ULT - Pada saat awal terapi- Dosis
ULT harus menggunakan- Allopurinol
dosis rendah yang- Dosis awal: 100 mg/hari,
kemudian dosis di tritasi kemudian ditingkatkan
sampai kadar serum asam menjadi 600-800 mg/hari
urat mencapai target yaitu- Febuxostat
< 6 mg/dL - Dosis: 80-120 mg/hari
- Kadar asam urat harus
dijaga < 6 mg/dL seumur- Urikosurik
hidup Benzbromarone Dosis:
- Obat yang digunakan 50-200 mg/hari
adalah kombinasi- Probenesid Dosis: 1-2
allopurinol dengan g/hari
urikosurik, febuxostat
(menjadi pilihan apabila
pasien tidak respon
dengan kadar asam urat
belum mencapai target)
7. Terapi ULT pada pasien - pasien seperti ini, dosis
dengan gangguan ginjal berat alluporinol yang dipakai
maksimum harus di
setarakan dengan klirens
kreatinin. Apabila target
serum asam urat tidak
tercapai, maka diganti
dengan febuxostat atau
benzbromaron dengan
atau tanpa allopurinol,
termasuk pada pasien
dengan laju filtrasi
glomerulus < 30
mL/menit
8. Terapi ULT pada pasien - Pegloticase, ULT yang
dengan kronik gout tofus dan sangat kuat berasal dari
angka harapan hidup rendah strain yang dimodifikasi
secara genetik dari
kuman Escherichia coli
yang mengkatalisasi
oksidasi dari asam urat
menjadi bentuk yang
mudah larut yaitu
allantoin
21
9. Terapi pada pasien yang - Segera mengganti obat
mendapatkan terapi diuretic anti-hipertensi ke
golongan seperti calcium
channel blocker (CCB)
atau apabila pasien juga
hyperlipidemia, maka
menggunakan obat
golongan statin atau
fenofibrat
22
Gambar 4. Algoritme Manajemen Terapi Hiperurisemia.9
rokok dan konsumsi air yang cukup. Modifikasi diet untuk penderita obesitas
adalah dengan target mencapai indeks masa tubuh yang ideal. Diet yang terlalu
ketat dan diet tinggi protein atau rendah karbohidrat harus dihindari. Pada
penderita gout dengan riwayat batu saluran kemih disarankan untuk mengonsumsi
d. Komplikasi
degenaritve arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga
23
destruksi kartilago dan erosi tulang.5 Kristal MSU urat mengaktivasi osteoblas
MSU dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang
ginjal. Hal tersebut dikarenakan pH urin rendah yang mendukung terjadinya asam
urat yang tidak larut. Batu ginjal atau nefrolitiasis asam urat merupakan
pembentukkan massa keras seperti batu di dalam ginjal yang dapat menyebabkan
nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.3,5 Terdapat tiga hal
yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita batu ginjal
e. Prognosis
menyertainya. Penyakit ini sering dikaitkan dengan morbiditas yang cukup besar
Artritis gout yang diterapi lebih dini dan benar akan membawa prognosis
yang baik jika kepatuhan penderita terhadap pengobatan juga baik. Jarang artritis
Penyakit ini biasanya sering terkait dengan penyakit yang berbahaya lainnya
24
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
b. Pekerjaan/pendidikan : IRT
c. Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Nyeri dan bengkak pada pergelangan kaki kiri sejak 1 hari yang lalu.
- Nyeri pada persendian terutama lutut sejak 1 hari yang lalu hilang timbul.
Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari, tidak menjalar, dan terasa panas pada
persendian.
- Pasien sudah dikenal mengalami asam urat tinggi sejak 2 tahun yang lalu dan
sudah pernah mendapat obat anti asam urat sebelumnya. Namun, tidak
kontrol kadar asam uratnya karena keluhannya sudah berkurang, tapi hanya
24
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga menderita keluhan yang sama seperti pasien
- Kesadaran : CMC
- Nadi : 84 x/ menit
- Nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,8 0C
- BB : 69 kg TB : 150 cm
Thorax
- Paru
Perkusi : sonor
- Jantung
25
- Abdomen
- Ektremitas
8. Diagnosis Kerja
Artritis Gout
9. Diagnosis Banding
- OA
- RA
10. Manajemen
a. Preventif :
- Pola diet sehat (rendah purin): kurangi makan makanan tinggi purin
b. Promotif :
26
c. Kuratif :
- Amlodipin 1 x 10 mg
- Allopurinol 1 x 100 mg
- Na diklofenac 2 x 50 mg
- Ranitidine 2 x 150 mg
d. Rehabilitatif :
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Air Dingin poli Lansia dengan keluhan utama nyeri dan panas pada persendian
persendian. Selain itu pasien juga sering makan jeroan daging sapi, dan kacang
Pada pemeriksaan fisik, paru, jantung dan abdomen dalam batas normal.
ditemukan kadar asam urat yang meningkat yaitu 7,4 mg/dl (normal perempuan
2,6-6 mg/dl)
pada pasien berupa edukasi untuk minum air cukup setiap hari (8-10 gelas/hari),
mengelola obesitas dengan menjaga berat badan ideal, hindari konsumsi alkohol,
kurangi memakan makanan tinggi lemak, pola diet sehat (rendah purin): kurangi
makan makanan tinggi purin (seperti: Jeroan, daging merah, seafood, kacang-
28
Terapi kuratif berupa pemberian medikamentosa yaitu agen penurun asam
urat, Allopurinol dengan dosis 100 mg per hari, dan NSAID, Na Diklofenak
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Tehupeiroy ES. Artrtritis pirai (arthritis gout). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.hal.2550-60.
2. Shalihah, Fatwa Moratus. Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. Lampung:
J. Majority;2014.
3. Widyanto FW. Artritis Gout dan Perkembangannya. Ejournal. Vol. 10. No. 2.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4182/4546.
4. DianatiNA. Gout dan Hiperurisemia. J MAJORITY. Vol. 4. No. 3. 2015.
5. Khanna D et al. American College of Rheumatology Guidlelines for
Management of Gout, Part 1: Systematic Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapeutic Approaches to Hyperuricemia. American College of Rheumatology.
Vol. 64. No. 10, pp. 1431-46. 2012.
6. Sholihah, FM. Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. J MAJORITY. Vol. 3.
No. 7. 2014.
7. PutraTJ. Hiperurisemia. Dalam Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF (eds).Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid
III.Jakarta: Interna Publishing. hal. 1213-16.
8. Neogi T, Jansen TLTA, Dalbeth N, et al. Gout classification criteria: an
American College of Rheumatology/European League Against Rheumatism
collaborative initiative Ann Rheum Dis 2015;74:1789-98.
9. Richette P et al. 2016 Updated EULAR Evidence-Based Recommendations for
the Management of Gout. Group.bmj.com. 76:29-42. 2017.
30