TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Auditing
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.”
orang yang independen dan kompeten. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk
memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis
serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat
setelah memeriksa bukti tersebut. Auditor yang juga harus memiliki sikap mental
Menurut Sunarto (2003 : 19-21), terdapat empat jenis auditor yang paling
umum dikenal yaitu akuntan publik, auditor pemerintah, auditor pajak dan auditor
intern.
jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik
b. Auditor Pemerintah
c. Auditor pajak
d. Auditor Intern
auditor mengenai simpulan dari sisi laporan keuangan tersebut dimana pendapat
dan hasil audit tertuang pada paragraf ketiga di dalam laporan audit yang
yaitu:
wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Semua aspek dalam ketiga standar umum SPAP telah dipatuhi dalam
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul dan auditor telah
berlaku.
wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai
pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut
profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup
dan penyusunan laporan audit. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2011: 150.1 - 105.2)
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian
c. Standar Pelaporan
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
saling tergantung satu sama lain. Keadaan yang berhubungan erat dengan
penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar dapat berlaku juga untuk standar
yang lain.
Apapun tugas yang dilakukan oleh auditor, yang dibutuhkan adalah sebuah
bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang
independen sebagai mediator pada hubungan antara principal dan agen sangat
diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih
cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi.
kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan
bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau
yang tinggi karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap
termasuk masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja tetapi auditor juga
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum. Hal tersebut sesuai dengan standar pelaporan
prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai kriteria yang ditetapkan. Istilah
prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam standar pelaporan pertama
penerapannya.
Pemerintah, kualitas dari laporan hasil audit mengharuskan laporan auditnya tepat
waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, jelas, dan seringkas mungkin untuk
1. Tepat Waktu
audit harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat
disampaikan nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan hasil audit. Oleh
semestinya dan melakukan audit dengan dasar pemikiran tersebut. Selama audit
sementara untuk hal yang material kepada auditi dan/atau kepada pihak lain yang
terkait.
laporan hasil audit akhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat terkait terhadap hal
2. Lengkap
Agar menjadi lengkap, maka laporan hasil audit harus memuat semua
informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran audit, memberikan
pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi
persyaratan isi laporan hasil audit. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil audit
penyimpangan dibandingkan dengan jumlah kasus atau transaksi yang diuji, serta
Hal ini diperlukan agar pembaca memperoleh pemahaman yang benar dan
kesalahan atau kekurangan data pendukung oleh karenanya informasi yang terinci
perlu diungkapkan dalam laporan hasil audit untuk meyakinkan pengguna laporan
3. Akurat
Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan
keyakinan kepada pengguna laporan hasil audit bahwa apa yang dilaporkan
hasil audit dapat menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut
dan dapat mengalihkan perhatian pengguna laporan hasil audit dari substansi
laporan tersebut. Demikian pula, laporan hasil audit yang tidak akurat dapat
merusak kredibilitas APIP yang menerbitkan laporan hasil audit dan mengurangi
efektifitas laporan hasil audit. Laporan hasil audit harus memuat informasi yang
didukung oleh bukti yang kompeten dan relevan dalam kertas kerja audit.
Apabila terdapat data yang material terhadap temuan audit tetapi auditortidak
melakukan pengujian terhadap data tersebut, maka auditor harus secara jelas
menunjukkan dalam laporan hasil auditnya bahwa data tersebut tidak diperiksa
Bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil audit harus masuk akal dan
yang benar berarti penjelasan secara akurat tentang lingkup dan metodologi audit,
serta penyajian temuan yang konsisten dengan lingkup audit. Salah satu cara
untuk meyakinkan bahwa laporan hasil audit telah memenuhi standar pelaporan
Proses referensi adalah proses dimana seorang auditor yang tidak terlibat
dalam proses audit tersebut menguji bahwa suatu fakta, angka, atau tanggal telah
audit dan bahwa simpulan dan rekomendasi secara logis didasarkan pada data
pendukung.
4. Obyektif
dan redaksi. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak
memihak, sehingga pengguna laporan hasil audit dapat diyakinkan oleh fakta yang
disajikan.
Laporan hasil audit harus adil dan tidak menyesatkan. Ini berarti auditor
atas dasar temuan dan rekomendasi auditor. Meskipun temuan auditor harus
disajikan dengan jelas dan terbuka, auditor harus ingat bahwa salah satu
menghindari bahasa laporan yang menimbulkan adanya sikap membela diri dan
menentang dari entitas yang diaudit. Meskipun kritik terhadap kinerja yang telah
lalu seringkali dibutuhkan, laporan hasil audit harus menekankan perbaikan yang
diperlukan.
5. Meyakinkan
dengan cara ini dapat membantu pejabat yang bertanggung jawab untuk
memusatkan perhatiannya atas hal yang memerlukan perhatian itu, dan dapat
audit.
6. Jelas
Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan
bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang lugas dan
istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka hal itu
laporan hasil audit. Ringkasan tersebut memuat jawaban terhadap sasaran audit,
merupakan hal yang penting untuk memberi kejelasan dan pemahaman bagi
pengguna laporan hasil audit. Penggunaan judul, sub judul, dan kalimat topik
(utama) akan membuat laporan lebih mudah dibaca dan dipahami. Alat bantu
visual (seperti gambar, bagan, grafik, dan peta) dapat digunakan untuk
7. Ringkas
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang daripada
pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga harus dihindari. Meskipun banyak
peluang untuk mempertimbangkan isi laporan, laporan yang lengkap tetapi
standar audit APIP, maka kualitas audit dapat diukur dengan menggunakan
hasil audit.
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain
bahwa :
Jadi kesimpulan dari definisi di atas bahwa pengalaman adalah gabungan dari
semua yang dialami, dijalani, dirasai, dan ditanggung melalui interaksi secara
bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan
1. mendeteksi kesalahan,
2. memahami kesalahan, dan
3. mencari penyebab munculnya kesalahan.
2.1.3.2 Penerapan Standar Auditing
auditor bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang
untuk melakukan proses audit maka pengalaman auditor merupakan salah satu
faktor yang sangat penting. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Standar
yang melaksanakan tugas audit adalah orang yang benar-benar memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Keahlian dan pelatihan teknis
tersebut diperoleh auditor dari pengalamannya yaitu dilihat dari lamanya bekerja
No.423/KMK.06/2002) yaitu:
berpengalaman harus memiliki minimal 1.000 jam dalam 5 tahun berakhir dan
apa yang terjadi pada kita, tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana kita
yang berkualitas.
“Hal yang baru, yang mengherankan akan menjadi biasa dan hilang dalam
kontinuitas dengan adanya pengalaman, sebagai contoh: Waktu kita
belajar bersepeda tidak disadari kalau kita sudah pandai. Hal asing yang
disadarai akan menjadi biasa dengan pengalaman.”
diri auditor akan semakin bertambah besar. Artinya dengan adanya pengalaman,
Apabila seorang auditor sering melakukan tugas auditnya, maka dia akan
dimiliki seorang auditor, maka ia akan mampu memberikan hasil audit yang lebih
2.1.4 Independensi
pihak manajemen, tetapi juga terhadap pihak ketiga sebagai pemakai laporan
suatu pandangan yang tidak memihak. Oleh karena itu, independensi harus
dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting dalam menentukan
bahwa:
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan fakta
pendapatnya. Independensi dalam hal ini lebih dapat disamakan dengan sikap
yang menyatakan:
dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari
kerja yang baik dengan auditi terutama dalam saling memahami diantara peranan
aspek, yaitu:
1. Independence in fact exists when the auditor is actually able to
maintain an unbiased attitude throughout the audit.
2. Independence in appearance is the result of others interpretations of
this independence.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa
individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam
akuntan publik.
audit.
yang dipilih.
c. Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain untuk
2. Independensi investigatif.
pemeriksaan.
3. Independensi pelaporan
multi tafsir.
Dari instrumen yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980) maka
independensi pelaporan.
2.1.5 Obyektivitas
dengan profesi yang lain. Auditor harus menjaga integritas dan obyektivitas dalam
kondisi yang sebenarnya (Sunarto, 2003:73). Dengan adanya hal tersebut, maka
yang diterbitkan.
“Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen
dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya”.
meningkat. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka
“Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun auditor bekerja dalam
kapasitas yang berbeda tetapi setiap auditor dalam melakukan tugas auditnya
auditor salah satunya yaitu obyektifitas. Dalam prinsip tersebut auditor dituntut
agar:
sesuai dengan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (2001) ,dan
pengungkapan sesuai dengan fakta sesuai dengan Kode etik APIP (2008).
(Pusdiklatwas, 2005). Hal tersebut berkaitan dengan hasil laporan auditing dalam
bentuk opini yang merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Auditor
Karena adanya ruang lingkup audit yang terbatas maka hal ini dapat berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit yang dinyatakan dalam bentuk laporan auditing.
batasan bagi auditor dalam melakukan proses audit baik dari sasarannya,
menyatakan bahwa:
kerja pemeriksaan. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa dalam praktiknya
auditor tidak dapat mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku dan juga tidak
dapat mengundurkan diri dari penugasan pemeriksaan. Dengan demikian, auditor
yang berlaku umum, alasan yang mendasarinya, dan dampaknya terhadap hasil
ruang lingkup memiliki pengaruh besar terhadap laporan auditor, jika terdapat
pembatasan ruang lingkup audit maka respons yang tepat adalah menerbitkan
pemeriksaan, maka laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini
pernyataan menolak memberikan opini adalah tidak mengikuti bentuk baku laporan
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan sehingga dapat berdampak pada kualitas
hasil audit.
Menurut Arens et al. (2012:76), ada dua kategori utama pembatasan ruang
ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam kasus seperti ini, standar
piutang yang material atau pengujian fisik persediaan. Alasan bagi klien
keinginan untuk menghemat fee audit dan dalam kasus konfirmasi piutang
berbeda.
b. Those caused by conditions beyond the control of either the client or the
kendali klien atau auditor yaitu apabila auditor tidak dapat melaksanakan
wajar, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diterbitkan dan jika
prosedur altenatif tersebut tidak dapat dilaksanakan maka ruang lingkup
kasus dari yang disebabkan oleh situasi yang berada di luar kendali klien
Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang dikenakan oleh klien maupun
oleh keadaan disebabkan oleh faktor seperti waktu pelaksanaan audit, kegagalan
atau pernyataan tidak memberikan pendapat. Hal ini sesuai dengan standar
bahwa:
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk
tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor
Dari penjelasan di atas maka untuk variabel lingkup audit dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan indikator yaitu pembatasan oleh klien dan
pembatasan oleh situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor.
berlangsung.
Auditor yang efektif mengakui bahwa risiko ada dan berhubungan dengan
risiko dengan cara yang tepat. Kebanyakan risiko auditor pertemuan sulit untuk
dapat merespons dengan tepat. Menanggapi risiko ini dengan baik adalah penting
“Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material”.
risiko yang tanpa disadari dimana auditor menyatakan pendapatnya tetapi dalam
“Audit risk is the likelihood or probability that the auditor will conclude
that all material assertion made by management are true when, in fact, at
least one material assertion is incorrect.”
Dari definisi di atas, kita dapat melihat unsur-unsur suatu risiko audit yaitu:
2002:165).
2. Auditor menyimpulkan bahwa semua asersi yang dibuat manajemen secara
unsur yakni risiko inheren (risiko melekat), risiko pengendalian dan risiko deteksi.
1. Risiko inheren atau risiko melekat adalah ukuran risiko yang terkait dengan
bukti-bukti audit akan gagal mendeteksi adanya kesalahan. Jadi risiko deteksi
auditor. Makin besar nilai risiko deteksi makin besar kemungkinan audit tidak
dapat mendeteksi adanya kesalahan. Jadi, berbeda dengan risiko inheren dan
a. Risiko sampling yaitu risiko yang terjadi jika sampel yang diuji tidak
mewakili populasi (tidak representatif). Jadi risiko sampling berkaitan
dengan metode sampling yang digunakan oleh auditor. Untuk
mengatasi terjadinya risiko sampling, maka auditor harus merancang
metode samplingnya sedemikian rupa agar sampel mewakili populasi.
b. Risiko non sampling yaitu risiko yang terjadi tanpa ada hubungannya
dengan pelaksanaan audit secara sampling. Risiko non sampling
dipengaruhi oleh dua faktor, kompetensi auditor dan prosedur audit
yang dipilih. Auditor akan mengalami risiko deteksi atau gagal
menemukan kesalahan jika auditor yang ditugaskan melakukan
pengujian tidak kompeten, misalnya auditor tidak mengetahui
kesalahan apa yang harus ditemukan.
2.1.7.2 Penerapan Standar Auditing
bahwa tidak ada salah saji yang material dalam laporan keuangan, dan bahwa
(Tuanakotta:150, 2011).
Berdasarkan SA Seksi 312 risiko audit dapat berpengaruh terhadap
termasuk pengendalian internalnya untuk menilai risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan klien. Selain itu, risiko auditor juga dapat berpengaruh
dalam laporan auditor bentuk baku dimana dalam laporan tersebut auditor dapat
teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur
Gambar 2.1
Independensi (+)
Kualitas audit(+)
Obyektifitas (+)
a. Mayangsari (2003)
penelitian adalah auditor dan mahasiswa akuntansi semester VII yang telah
dengan auditor yang tidak ahli dan tidak independen. Dengan kata lain
b. Suraida (2005)
KAP besar yang berafiliasi dengan KAP Internasional, KAP Nasional besar,
KAP Nasional menengah, dan KAP Nasional kecil sesuai dengan ketentuan
yang dikirim berjumlah 154 kuisioner dengan metode penentuan sampel yaitu
c. Sukriah (2009)
dengan populasi seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada
Inspektorat sepulau Lombok, dengan tekhnik penentuan sampel yaitu
variabel dependen adalah kualitas hasil pemeriksaan. Dari hasil penelitian ini
d. Asih (2006)
kualitas auditor dalam bidang auditing. Responden penelitian ini adalah para
auditor yang bekerja di KAP Jawa Barat dengan 12 Kantor Akuntan Publik
ini adalah auditor pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali dengan populasi
f. Christiawan (2002)
Publik yang berada di daerah Jawa dan memiliki profesi partner, supervisor,
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
dependen:
peningkatan
kualitas
auditor dalam
bidang
auditing
5. Dodik Pengaruh Variabel Regresi Pemeriksaan
Pemeriksaan independen: linear interim,
Ariyanto Interim, Lingkup pemeriksaan berganda lingkup audit
Audit, Dan interim, dan
(2009) Independensi lingkup audit, independensi
terhadap dan baik secara
Pertimbangan independensi simultan
Opini Auditor Variabel maupun
dependen: parsial
pertimbangan berpengaruh
opini auditor terhadap
pertimbangan
pemberian
opini auditor
6. Christiawan Kompetensi Dan Variabel Regresi kompetensi
Independensi independen: linear dan
(2002) Akuntan Publik: kompetensi berganda independensi
Refleksi Hasil dan akuntan
Penelitian independensi publik
Empiris akuntan
publik berpengaruh
terhadap
Variabel kauitas audit
dependen:
kualitas audit
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman audit yang cukup dalam profesi
seseorang mempunyai kemampuan dalam bidang lain, namun dia harus dilatih
dengan benar dan mempunyai keahlian dalam bidang audit. Seseorang yang
terlatih dalam bidang bisnis dan keuangan tidak selalu berarti terlatih sebagai
pelatihan serta keahlian melalui pendidikan dan pengalaman khusus dalam bidang
diajukan adalah:
konflik dari objek yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan, dan pihak lainnya
yang dapat mempengaruhi independensi auditor. Dalam menghadapi tekanan atau
konflik tersebut, auditor harus profesional berdasarkan fakta dan tidak berpihak.
Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para
pihak mana pun. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan
adalah:
kata lain, semakin tinggi tingkat obyektivitas auditor maka semakin baik kualitas
diajukan adalah:
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit karena
lingkup audit maka dapat mempengaruhi kualitas hasil laoran audit yang
keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai. Auditor yang
efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
tersebut dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit