Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

RESUME
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran Bidang Studi
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Hodidjah, M. Pd.

Oleh,
Candra Widi Prasetya (1604204)
Dwi Utami (1604581)
Lita Puspa Finurika (1601868)
Sri Rahayu (1608082)
Kelompok 1 / Kelas 3E PGSD

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2019
A. Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional


yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
(Depdiknas, 2005). KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum
yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni
sekolah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2006:21). Dengan demikian, KTSP
merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi
kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing.

Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan


dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan
oleh BSNP (BSNP, 2006a). Secara subtansial, KTSP sama dengan KBK. Hanya
saja, KTSP tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas,
guru dan sekolah bebas mengembangkan sendiri sesuai kondisi murid dan
daerahnya (Zatnika, 2006). Pernyataan ini dipertegas oleh Muslich (2007:17),
perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada. Keduanya sama-sama
seperangkat rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil
belajar peserta didik. Perbedannya menampak pada teknis pelaksanaan. Jika KBK
disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas, KTSP disusun oleh
tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang
bersangkutan, walaupun tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan
penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independen yaitu BSNP. Selanjutnya
bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba
KBK, ditargetkan sudah menerapkan SI dan SKL secara bertahap dalam waktu
paling lama 3 tahun atau sampai tahun ajaran 2009/2010 (BSNP, 2006c:4).

Muslich (2007) berpendapat, dalam rangka pencapaian standar kompetensi


perlu upaya-upaya terencana dan konkret berupa kegiatan pembelajaran bagi
siswa. Pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual menjadi pilihan utama dalam KTSP karena dua hal. Pertama,
kehadiran KTSP dijiwai oleh semangat kompetensi yang hendak dicapai melalui
pembelajaran. Kedua, kompetensi akan lebih cepat tercapai apabila dalam
pembelajarannya didukung oleh konteks atau kenyataan yang dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tersebut mempunyai tujuh


prinsip dasar sebagai berikut: (a) konstruktivisme. Prinsip ini menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari
pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang
bermakna, (b) questioning (bertanya) dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengerahkan siswa untuk memperoleh
informasi, membimbing dan mengetahui kemampuan berpikir siswa, (c) inquiri
adalah kegiatan yang diawali dengan pengamatan untuk memahami
konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk
menghasilkan temuan, (d) learning community (masyarakat belajar) adalah
kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi
pengalaman dengan orang lain, (e) modelling adalah kegiatan pemberian model
dengan tujuan untuk membahasakan gagasan, melakukan apa yang kita inginkan
agar siswa melakukannya, (f) reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang
telah kita pelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas atau
pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, (g) authentic assessment (penilaian
autentik) dilakukan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa secara
menyeluruh. Dalam penilaian autentik digunakan berbagai bentuk penilaian yang
merefleksikan proses pembelajaran yang dialami siswa, kemampuan siswa,
motivasi, dan sikap-sikap yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Priyatni,
2006:5--6).

Jadi KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang


memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki
keleluasaan dalam menglelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Sebagai kurikulum baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam
penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi
baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat
berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten/Kota, Dinas
Pendidikan Propinsi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi, dan
Depdiknas. Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat bermitra dengan
stakeholder pendidikan dalam merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri,
kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar
kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar sesuai dengan kebutuhan di
lapangan.

B. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan


memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif


sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola


pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh
satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu
apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta
lebih efesien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah
lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif
dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah
daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.

C. Landasan Pengembangan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan


peraturan pemerintah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 36 sampai dengan Pasal 38;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25 sampai dengan
Pasal 27;
c. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
d. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
e. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
Nomor 22 dan Nomor 23.

D. Karakteristik KTSP

Dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut :


1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kondisi setempat, diberi kewenangan dan
kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat, juga diberi
kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan
prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi
aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggungjawab bersama
dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan
profesional.
2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Orang tua dan masyarakat melalui komite sekolah dan dewan
pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka menjalin kerja sama
sebagai narasumber pada berbagai kegiatan untuk meningkatkan kualitas
tersebut.
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang
memiliki kemampuan dan integritas profesional. Kepala sekolah adalah
manajer pendidikan yang profesional untuk mengelola segala kegiatan
sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut
adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam
pengambilan keputusan kepala sekolah mengimplementasikan proses
secara demokratis, sehingga semua pihak bertanggungjawab terhadap
keputusan dan pelaksanaannya.
4. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis seusai
dengan posisinya masing-masing. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa
atau paling berjasa, tetapi berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu
dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Dalam pelaksaan pihak-pihak
terkait bekerjasama secara professional untuk mencapai tujuan atau target
yang disepakati bersama.
Disamping beberapa karakteristik, terdapat beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP :
1. Sistem Informasi yang jelas dan transparan
Sekolah atau satuan pendidikan yang melaksanakan KTSP perlu
memiliki informasi jelas tentang program yang netral dan transparan,
karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi dan
posisi sekolah. Informasi ini diperlukan untuk monitoring, evaluasi dan
akuntabilitas pembelajaran. Informasi penting untuk dimiliki sekolah
antara lain kemampuan guru, prestasi peserta didik, sumber-sumber
belajar, kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi
sekolah.
2. Sistem Penghargaan dan Hukuman
Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan
produktivitas warga sekolah, khususnya yang berkaitan dengan
prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, sistem penghargaan dan
hukuman yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil dan
transparan.
SESI DISKUSI
Pertanyaan
1. Khaerunnisa Sriwahyuni :
Dalam proses pembelajaran, hal apa yang perlu diperhatikan setelah
memahami KTSP dan bagaimana langkah teknis dalam penyusunan
KTSP??
Jawaban :
Setelah pendidik memahami apa itu KTSP, yang harus diperhatikan adalah
bagaimana cara menerapkan kurikulum tersebut ke setiap tingkat satuan
pendidikan (khususnya Sekolah Dasar) dan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Langkah teknis dalam penyusunan KTSP :
a) Membentuk Tim Pengembang KTSP
b) Menganalisis Konteks dan Kebutuhan
c) Menentukan Aspek Khusus dalam Rancangan Kurikulum
d) Menyusun Dokumen 1 KTSP
e) Menyusun Dokumen 2 KTSP
f) Pengesahan Oleh Kepala Sekolah (tanda tangan)

2. Maudi Lestari :
Bagaimana penjelasan karakteristik tentang pemberian otonomi daerah
kepada satuan pendidikan serta masyarakat?
Jawaban :
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan
paradigm baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada satuan
pendidikan dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di Sekolah. Otonomi diberikan
agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam
mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.
3. Rifan Rahman S :
Bagaimana bentuk penilaian autentik dalam KTSP?
Jawaban :
Sebelum kepada bentuk, pengertian penilaian autentik itu sendiri adalah
penilaian yang secara langsung bermakna, apa yang dinilai adalah
merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan
nyata sehari-hari. Teknik mengumpulkan data adalah cara penilaian
kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi
dasar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-
indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif
maupun psikomotor.
Bentuk penilaian autentik : a) Penilaian Kinerja, b) Evaluasi Diri, c) Esai,
d) Proyek, e) portofolio.

4. Muhammad Itsnan Shidiq :


Bagaimana kualitas pendidikan yang dicapai?
Jawaban :
Kualitas pendidikan yang dicapai seperti termaktub dalam visi
pendidikan nasional yaitu mewujudkan system pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
Negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan pro aktif menjawab tantangan zaman yang sudah
berubah.
Untuk mewujudkan manusia yang cerdas, demokratis serta mampu
bersaing diperlukan perbaikan serta penyempurnaan dunia pendidikan,
terutama terhadap substantive pendukungnya yaitu kurikulum.

5. Raudhatul Jannah :
Apa yang menjadikan KTSP di istimewakan?
Jawaban :
Bukan diistimewakan, hanya saja karena program pendidikan di Indonesia
khususnya kurikulum berlaku selama 10 tahun sekali, jadi ketika ada
perubahan kurikulum pada saat ini maka akan tetap mengacu dan melihat
kurikulum sebelumnya yaitu KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan).
Satuan pendidikan yang belum mampu menggunakan kurikulum terbaru
(kurtilas) mereka tentu menggunakan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP,
maka dari itu kurikulum ini akan tetap tersorot meskipun sudah berganti.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Rini. 2015. Hakikat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. [online].


Diakses dari :
https://www.membumikanpendidikan.com/2015/01/hakikat-kurikulum-
tingkat-satuan.html?m=1. Diakses pada tanggal 14 Februari 2019
Mulyasa, E. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Muslich, Masnur. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :


Bumi Aksara

Kemenristekdikti. 2016. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. [online]. Diakses dari :
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://kele
mbagaan.ristekdikti.go.id/wp=content/uploads/2016/08/uu_no_20_th_2
003.pdf&ved=2ahUKEwjjvYvCwrrgAhUREnIKHdduCj0QFjAAegQI
BxAB&usg=AOvVaw2WG7atTYSzSQIJ8OFdDJsS. Diakses pada
tanggal 14 Februari 2019

Wahyono, Budi. 2013. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP. [online].


Diakses dari : http://www.pendidikanekonomi/2013/03/landasan-dan-
prinsip-pengembangan-ktsp.html?m=1. Diakses pada tanggal 14
Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai