Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI

BRONKOPNEUMONIA DENGAN MASALAH HIPERTERMI

Anisia Puspitarini, Felisitas A Sri S, Maria Magdalena Setyaningsih,


Prodi D-III Keperawatan, STIKes Panti Waluya Malang
E-mail: anisiapuspita98@gmail.com

Abstrak
Bronkopneumonia merupakan suatu peradangan parenkim paru hingga bronkeolus pada anak yang menyebabkan
hipertermi. Hipertermi pada anak harus segera ditangani karena dapat menimbulkan komplikasi. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah hipertermi. Pada bronkopneumonia desain penelitian
menggunakan studi kasus terhadap 2 responden. Waktu penelitian tiap anak adalah 3 hari pada Februari 2019. Pengkajian
didapatkan pada anak 1 mengalami hipertermi, batuk pilek serta tidak mau makan dan memiliki riwayat bronkopneumonia
sejak lama, anak 2 mengalami hipertermi diawali dengan demam tinggi. Selanjutnya, pada kedua anak direncanakan dan
dilakukan tindakan keperawatan yang sama. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil yang sama yaitu anak 1 dan anak 2
dapat mempertahankan suhu tubuh normal setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari. Tindakan keperawatan
yang tepat untuk mengatasi hipertermi pada anak bronkopneumonia adalah pemberian kompres hangat dan menganjurkan
untuk menghindari faktor resiko yang dapat menimbulkan bronkopneumonia.

Kata kunci : Anak, Bronkopneumonia, Hipertermi

Abstract
Bronchopneumonia is an inflammation in pulmonary parenchyma that to bronchioles on children that causes
hyperthermia. Hyperthermia in children must be treated immediately because can cause complication. The purpose of
this research was gave nursing care for children with hyperthermia problem. In bronchopneuminia the design of this
research used a case study for 2 respondent. The research time for each child was 3 days in February 2019. Assessment
was found that first child experiencing hyperthermia, cough cold and didn’t want to eat and had a history of
bronchopneumonia since long time, child 2 had hyperthermia begun with high fever. Furthermore, the same nursing
actions were planned and given out in both children. Based on the research the same results were obtained, that is first
child and second child could maintain normal body temperature after nursing care for 3 days. Appropriate nursing actions
to treat hyperthermia in children have bronchopneumonia, provide warm compresses and recommend to avoid risk factors
that can cause bronchopneumonia with hyperthermia problems.

Keywords: Child, Bronchopneumonia, Hypertermia

1
PENDAHULUAN menderita Bronkopneumonia sebanyak 195
anak pada tahun 2017 dan terdapat 180 anak
Bronkopneumonia merupakan suatu
pada tahun 2018 (Rekam Medis Rumah Sakit
peradangan pada parenkim paru yang meluas
Panti Waluya Malang, 2018)
sampai bronkeoli melalui hematogen dengan
cara penyebaran langsung melalui saluran
Fenomena yang ditemukan penulis ketika
pernapasan. Bronkopneumonia pada anak
praktek klinik di RS Panti Waluya Malang
sering disebabkan oleh pneumokokus yang
terdapat 2 pasien anak yang mengalami
menyebar ke bronkeolus dan menimbulkan
penyakit Bronkopneumonia. Pada kedua pasien
reaksi peradangan. (Riyadi, Sujono &
tersebut gejala yang muncul ada persamaan
Sukarmin, 2013)
yaitu demam dan batuk. Pasien anak yang
berumur 2 tahun menunjukkan gejala saat
Menurut WHO bronkopneumonia menyerang
datang anak mengalami batuk, suhu tubuhnya
semua umur di semua wilayah, namun
mencapai 37,8°C, mukosa bibir kering dan
terbanyak adalah di Asia dan Afrika.
anak tersebut rewel. Pasien anak yang berumur
Bronkopneumonia merupakan penyebab 16%
4 tahun memperlihatkan gejala yang sama yaitu
kematian pada anak di bawah usia 5 tahun,
batuk, suhu tubuhnya 38°C, dan kulit terlihat
sekitar 920.136 balita di Nigeria tahun 2015
memerah
(WHO, 2015). Di Indonesia dari tahun 2008
hingga 2014 angka cakupan penemuan
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh
bronkopneumonia pada anak mengalami
infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
peningkatan yaitu berkisar antara 20%-30%,
beberapa hari, suhu tubuh dapat naik mendadak
pada tahun 2015 meningkat menjadi 63,45%,
(Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2013). Sebagian
dan tahun 2016 meningkat menjadi 65,27%
besar demam pada anak merupakan akibat dari
atau sekitar 326.001.000 pada anak usia 1-4
perubahan termoregulasi (perubahan pada pusat
tahun dengan angka kematian 0,15% (Sutarjo,
panas) di hipotalamus. Penyakit yang
2016). Jumlah kasus pneumonia pada anak
menyerang sistem tubuh ditandai dengan
umur 0-5 tahun di provinsi Jawa Timur tahun
adanya demam, selain itu demam berperan
2013 yaitu 31,62% meningkat menjadi 80,5%
dalam meningkatkan perkembangan imun atau
di tahun 2015 dengan angka kematian 10%
pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).
(Santoso, 2016). Prevalensi di Malang pada
Demam pada anak membutuhkan perlakuan
tahun 2015 terdapat angka kejadian 64,44%
dan penanganan tersendiri dibandingkan orang
dengan angka kematian sebanyak 1.248 anak
dewasa, hal ini dikarenakan demam dapat
(Nuswantari, 2016). Prevalensi yang didapat di
membahayakan keselamatan anak jika
Rumah Sakit Panti Waluya Malang
penangananya terlambat karena dapat
menunjukkan data anak (0-5 tahun) yang
2
menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi, oleh ibunya, pada tanggal 13 Februari
kejang, penurunan kesadaran, hipotensi, dan kondisi bertambah parah lalu dibawa ke
demam menjadi berat( Potter & Perry, 2010 IGD pada pukul 15.00 dan juga didapati
dan Maharani, 2011) muntah, pukul 16.40 klien dipindahkan ke
ruangan rawat inap dan suhu tubuh klien
Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya masih panas yaitu 39°C. Tangal 16 Februari
bisa melakukan tindakan yang tepat untuk 2019 dilakukan pengkajian pukul 09.00
mengatasi hipertermi pada anak, jika tindakan didapatkan hasil suhu : 37,5°C, nadi :
penanganan tersebut terlambat maka akan 105x/i, RR : 23x/i, terdapat suara nafas
menyebabkan gejala yang lebih parah. Perawat tambahan, terpasang infus C 1:2
harus selalu mengobservasi tanda-tanda vital, 1400cc/24jam di tangan kiri serta anak
melakukan pengukuran suhu setiap 1 jam sekali masih tidak mau makan.
agar tetap terpantau. Tindakan non Pada klien 2 didapatkan data pada tanggal
farmakologis yang bisa dilakukan oleh perawat 15 Februari 2019 anak panas, kulit teraba
adalah tindakan kompres hangat yang bertujuan panas, lalu keadaan semakin memburuk
untuk menurunkan suhu tubuh klien (Sodikin, dikarenakan anak bertambah batuk pada
2012) tanggal 16 Februari 2019, lalu orang tua
klien memutuskan untuk membawa klien ke
METODE IGD, setelah diperiksa didiagnosa bahwa
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus klien mengalami susp BP+Hiperpireksia dan
pada anak yang mengalami bronkopneumonia disarankan untuk MRS. Pada pukul 16.50
dengan masalah hipertermi. Pengambilan data dilakukan pengkajian dan didapatkan hasil
pada kedua klien yaitu pada tanggal 13-16 suhu : 39,3°C, nadi : 124x/i, RR : 24x/i ,
Februari 2019 di Rumah Sakit Panti Waluya terpasang infus C 1:4 700cc/24jam di tangan
Malang. Penulis mengumpulkan data dengan kanan, anak rewel, tidak mau makan dan
melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan terdapat suara nafas tambahan ronchi
fisik dan dokumentasi meliputi pengkajian,
analisa data, rencana keperawatan, 2. Diagnosa Keperawatan
impelmentasi dan evaluasi keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian pada klien 1
dan klien 2 dapat ditegakkan diagnosa
HASIL keperawatan yaitu hipertermi berhubungan
1. Pengkajian dengan proses infeksi (saluran nafas bawah)
Klien 1 mengalami demam naik turun,
batuk, pilek, tidak nafsu makan pada 6
Februari 2019, lalu diberikan parasetamol

3
3. Rencana Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 telah disusun intervensi
PEMBAHASAN
sesuai dengan teori, terdapat 8 intervensi
1. Pengkajian
yaitu observasi tanda-tanda vital (suhu, RR,
Menurut penulis pada kedua klien anak
nadi, dan tekanan darah), memantau tanda
mengalami penyakit bronkopneumonia
perubahan warna kulit dan suhu,
dengan masalah hipertermi dapat ditandai
memberikan dorongan untuk minum sesuai
dengan akral panas, kulit memerah, nafas
dengan kebutuhan, melakukan tindakan
cepat, dan suhu diatas normal. Pada kedua
pendinginan sesuai kebutuhan, selimuti
klien anak mengalami tanda mayor seperti
pasien dengan selimut tipis, pemberian
yang disebutkan, kedua klien anak
cairan intravena, pemberian antipiretik yang
mengalami demam (suhu tubuh diatas
akan dilakukan secara mandiri maupun
normal), akral panas, dan nafas cepat. Serta
kolaboratif sesuai dengan kondisi atau
pada kedua klien anak mengalami batuk,
keadaan klien
pilek, tidak mau makan, muntah saat makan
disebabkan karena bronkopneumonia yang
4. Implementasi Keperawatan
diderita kedua anak sejak kecil. Menurut
Pada kedua klien dari 8 intervensi yang
teori Padila (2013) yang menyatakan bahwa
telah direncanakan seluruhnya dilakukan
pada anak yang mengalami
dalam bentuk tindakan keperawatan maupun
bronkopneumonia keluhan yang paling
tindakan kolaborasi pemberian tindakan
dirasakan adalah demam tinggi, batuk,
farmakologi maupun non farmakologi tanpa
kesulitan bernapas, nafas cepat, batuk ,
ada perbedaan diantara keduanya
anoreksia. Hipertermi merupakan suatu
5. Evaluasi Keperawatan
keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
Setelah diberikan asuhan keperawatan
akibat peningkatan pusat pengaturan tubuh
selama 3 hari, pada kedua klien masalah
di hipotalamus menurut Sodikin (2012)
teratasi pada hari ke 3 dan didapatkan hasil
masalah teratasi dengan mencapai semua
2. Diagnosa
kriteria hasil yang telah di tetapkan. Adapun
Menurut penulis, pada anak 1 dan anak 2
kreteria hasil yaitu, klien mengalami
mengalami hipertermi dengan etiologi yang
penurunan suhu tubuh, wajah klien tidak
sama yaitu infeksi pada saluran napas
memerah, tidak terjadi peningkatan
bawah. Pada anak 1 hipertermi diakibatkan
frekuensi napas dan nadi, akral teraba
oleh riwayat bronkopneumonia di dukung
hangat. Pada kedua klien tidak ada
oleh anak menjadi tidak mau makan, nafas
perbedaan yang sugnifika, dari awal gejala
cepat, kulit memerah, pertahanan tubuh
samapi masalh yang timbul sama, hanya
melemah menyebabkan infeksi semakin
usia yang membedakan.

4
meningkat sehingga menyebabkan panas. perbaikan cairan melalui pemberian cairan
Sedangkan pada anak 2 melemahnya sistem IV, pertahankan intake ora, kompres hangat
imun diawali oleh panas, batuk, pilek serta serta pemberian antibiotik. Namun pada
muntah yang dialami anak serta serangan anak 2 pemberian cairan lebih diperhatikan
bronkopenumonia yang berulang dengan dengan cara pemberian banyak cairan serta
keadaan anak yang tidak mau makan. memperhatikan antara input dan output
Menurut peneliti kedua klien anak karena anak mengalami muntah dan tidak
mengalami hipertermi karena proses mau makan. Pemakaian pakaian tipis
peradangan pada jalan parenkim paru akibat bertujuan untuk mempermudah proses
dari penyakit bronkopneumonia yang evaporasi tubuh. Untuk memberi rasa
berulang dan menyebabkan panas. Menurut nyaman pada anak dilakukan penggantian
Sodikin (2012) hipertermi atau demam pakaian atau laken yang basah saat terjadi
merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas evaporasi. Selanjutnya untuk menurunkan
normal sebagai akibat peningkatan pusat suhu tubuh diberikan antipiretik. Rencana
pengaturan suhu di hipotalamus. Sebagian keperawatan yang dilakukan kepada kedua
besar demam pada anak merupakan akibat anak (anak 1 dan anak 2) sudah sesuai
dari perubahan pada pusat panas dengan apa yang telah penulis tuliskan , ada
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyaki ini sembilan intervensi atau rencana
ditandai dengan adanya demam dapat keperawatan yang telah dilakukan pada anak
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam 1 dan anak 2, dari sembilan intervensi
mungkin berperan dalam meningkatkan tersebut sudah dilakukan semua. Intervensi
perkembangan imunitas dalam membantu yang telah direncanakan bagi kedua anak
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi telah sesuai dengan teori menurut SIKI
(2018) pemantauan suhu dan warna kilit
sangat dibutuhkan. Menurut Ackley (2011)
3. Rencana Keperawatan
yaitu anjurkan klien mengenakan selimut
Menurut penulis pada anak 1 dan anak 2
tipis, beri tindakan untuk memberi rasa
telah ditetapkan rencana keperawatan
nyaman, pertahankan intake cairan sesuai
(intervensi) sesuai dengan tinjauan pustaka.
dengan kebutuhan tubuh, kolaborasi dalam
Penulis merencanakan 8 intervensi yang
pemberian antipiretik. Intervensi menurut
sama yang akan dilakukan pada kedua anak
Sujino, Riyadi dan Sukarmin (2013) berupa
karena setiap intervensi yang akan dilakukan
kolaborasi dalam pemberian antibiotik juga
tersebut sesuai dengan kondisi terkini anak
dapat digunakan dalam hal menurunkan
yang didapat saat pengkajian. Intervensi
suhu panas tubuh. Sesuai pernyataan Ackley
tersebut bertujuan untuk menurunkan suhu,
(2011), intervensi berupa observasi
meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara
5
kehilangan cairan dan fasilitasi intake oral menurut Nikmatur & Walid (2014) yang
atau pemberian cairan IV dapat juga menyatakan bahwa implementasi
dilakukan sebagai tindakan keperawatan merupakan fase ketika perawat
dalam menurunkan suhu panas tubuh. mengimplementasikan intervensi
keperawatan yang terdiri atas melakukan
4. Implementasi dan mendokumentasikan tindakan yang
Menurut penulis Implementasi merupakan merupakan tindakan keperawatan khusus
pelaksanaan tindakan dari intervensi yang diperlukan untuk melaksanakan atau
keperawatan yang telah disusun mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
sebelumnya. Penelitian ini penulis intervesi yang disusun dalam tahap
memberikan implementasi sesuai dengan perencanaan. Menurut Sodikin (2012)
intervensi yang sudah direncanakan. pemberian kompres hangat sangat efektif
Intervensi yang terdiri dari 8 rencana untuk menurunkan demam pada anak
tindakan tersebut dilakukan pada anak 1 dan karena dapat memberikan vasodilatasi pada
anak 2. Berdasarkan data diatas baik pada pori-pori sehingga melepakan panas
anak 1 dan anak 2 dilakukan implementasi
keperawatan sesuai dengan keadaan kedua 5. Evaluasi
anak dalam bentuk tindakan yang bersifat Menurut penulis masalah hipertermi pada
mandiri maupun kolaborasi. Adapun anak 1 teratasi pada hari ke-3 perawatan
implementasi yang tidak dilakukan pada hari karena selain mendapat terapi non-
pertama pada anak 1 dan anak 2 yaitu farmakologi kompres daun lidah buaya
kompres lidah buaya dikarenakan kedua untuk menurunkan suhu tubuh, anak juga
anak sangat rewel pada hari tersebut mendapatkan terapi farmakologi yaitu
sehingga penulis tidak melakukan kompres Antrain (3 x 200 mg), Sanmol (3 x 200 mg),
tersebut, hanya menggunakan kompres Meropenem (3x1/3 flsh) yang digunakan
hangat saat anak tertidur. Kompres lidah sebagai antipiretik dan antibiotik sehingga
buaya dilakukan pada implementasi hari anak dapat mencapai suhu tubuh dalam
kedua dan ketiga pada kedua anak , anak 1 batas normal. Pada anak 2, masalah
sangat kooperatif saat dilakukan kompres hipertermi teratasi pada hari ke-3 karena
hangat, berbeda dengan anak 2 yang saat anak sudah dapat mempertahankan suhu
dilakukan kompres hangat begitu rewel. tubuh normal karena selain mendapat terapi
Saat dilakukan kompres hangat pada anak non-farmakologi berupa kompres daun lidah
1dan anak 2 hasil yang didapatkan yaitu buaya, anak juga mendapat terapi
suhu mengalami penurunan 1°C pada kedua farmakologi berupa Antrain (3 x 150 mg),
anak. Hal tersebut sesuai dengan teori Sanmol (100 mg (K/p)), dan Vicilin (3 x 400

6
mg) yang digunakan sebagai antipiretik dan Nurarif, Amin Huda. 2015. Panduan
Penyusunan Asuhan Keperawatan
antibiotik. Menurut Nurafif (2015) kriteria
Profesional. Jakarta: Medi Actions
hasil yang dapat dicapai pada anak yang Publishing
mengalami bronkopneumonia dengan
Nursalam. 2013. Metodologi Riset
masalah hipertermi adalah suhu tubuh dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
batas normal (36oC-37oC), nadi dalam
rentang normal, respiratory rate dalam batas Nuswantari, Rachmi. 2016. Profil Kesehatan
Kota Malang 2014. Malang : Dinas
normal, akral hangat, dan tidak ada Kesehatan Kota Malang
perubahan warna kulit. Hal tersebut sesuai
Padila, 2013. Asuhan keperawatan penyakit
dengan teori dari Nursalam (2013) bahwa Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Potter, Perry. 2010. Fundamental
Keperawatan. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta:
ECG
KESIMPULAN
Rekam Medis. 2018. Privalensi
Asuhan Keperawatan Anak yang
Bronkopneumonia. Malang : Rekam
Mengalami Bronkopneumonia dengan Medis Rs Panti Waluya
Masalah Hipertermi di Rumah Sakit Panti
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2013. Asuhan
Waluya Malang telah dilaksanakan dan pada Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Klien 1 dan Klien 2 dapat berhasil Graha Ilmu
dilaksanakan pada klien dan masalah Santoso, Hari. 2016. Profil Kesehatan Jawa
hipertermi teratasi pada hari ke tiga. Timur 2015. Surabaya : Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur

DAFTAR PUSTAKA Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam


Ackley J Betty and Ladwig B Gail. 2011. Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Belajar
NURSING DIAGNOSIS HANDBOOK An
Enidence-Based Guide to Planning Care. Sutarjo, Suseno. 2016. Profil Kesehatan
United States of America : Mosby Indonesia 2015. Jakarta : Kementerian
Elsevier Kesehatan RI

Maharani.2011.‘Efektifitas pemberian kompres Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar
hangat dan tepid sponge terhadap Intervensi Keperawatan Indonesia.
penurunan suhu tubuh balita yang Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
mengalami demam di puskesmas rawat
inap karya wanita sumber pesisir’ Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar
Nursing Journals Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Nikmatur & Walid. 2014. Proses Keperawatan
Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz World Health Organization (WHO). 2015.
Media. World Health Statistics

7
3
4

Anda mungkin juga menyukai