Anda di halaman 1dari 18

JPPI Vol 5 No 1 (2015) 19 - 36

Jurnal Penelitian Pos dan Informatika


578/AKRED/P2MI-LIPI/07/2014

e-ISSN: 2476-9266
p-ISSN: 2088-9402

DOI: 10.17933/jppi.2015.0501002

PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PENGAMBILALIHAN


PADA INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

MERGER, CONSOLIDATION AND ACQUISITION IN THE


TELECOMMUNICATION INDUSTRY IN INDONESIA
1
Diah Arum Maharani dan 2Helena Wirastri Wulandari
1
Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika – Kementerian Kominfo
Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110, Indonesia
2
Faculty of Law, Freie Universitaet Berlin – Jerman
1
diah003@kominfo. go. id, 2helena_wulandari@yahoo. de

Naskah diterima : 1 Juni 2015; Direvisi : 29 Juli 2015; Disetujui : 31 Juli 2015

Abstrak
Kajian tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dari penyelenggara (operator)
telekomunikasi seluler di Indonesia dilakukan untuk lebih menciptakan iklim yang sehat dan membangun
perekonomian nasional tanpa merugikan pemain di sektor ini dan juga konsumen. Evaluasi penggabungan,
peleburan, dan pengambilalihan dilakukan oleh masing-masing instansi terkait sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh Undang-Undang. Koordinasi tata cara/prosedur penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan antara instansi terkait perlu dilakukan. Beberapa hal yang disarankan perlu dilakukan oleh
Kemkominfo/BRTI terhadap penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan penyelenggara
telekomunikasi seluler diantaranya penilaian pre-merger dan pengawasan post-merger. Penilaian pre-
merger melalui nilai perusahaan dan penilaian kelayakan (pre-merger) dalam hal strategic and business due
diligence (kecuali isu hukum persaingan usaha); technological & integration issues; financial &
commercial due diligence (kecuali isu hukum perusahaan); dan public interest. Sementara itu, pengawasan
post-merger meliputi: laporan berkala tentang pencapaian komitmen, laporan berkala tentang kinerja, dan
pengawasan terhadap kewajiban interkoneksi.

Kata Kunci : penggabungan, peleburan dan pengambilalihan;pre-merger, post-merger

Abstract
Studies on merger, consolidation and acquisition of mobile telecommunications
providers(operators) in Indonesia is to be carried out to further create a healthy climate, and build the
national economy, which would not be detrimental to the players and consumers in the sector. The
evaluation of merger, consolidation, and acquisitions were carried out by each of the relevant agencies in
accordance with the authority granted by the Act. The coordination of the procedure / merger procedure,
consolidation or acquisition between the relevant agencies is to be implemented. Based on this study
Kemkominfo / BRTI is recommended to assess the pre-merger and supervision of post-merger through the
company's value and feasibility assessment (pre-merger) in terms of strategic and business due diligence
(except in the law concerning competitive issues); technological and integration issues; financial &
commercial due diligence (except for the company's legal issues); and public interest. The post-merger
includes: periodic reports on the achievement of commitments, periodical reports on the performance and
supervision of interconnection obligations.

Keywords: merger, acquisition and consolidation, pre-merger, post-merger


19
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

PENDAHULUAN jaringan tersebut. Pesatnya pertumbuhan pelanggan


seluler menunjukkan tingginya kebutuhan
Industri telekomunikasi merupakan salah masyarakat terhadap layanan komunikasi seluler di
satu industri yang menjanjikan profit besar bagi Indonesia.
investornya, apalagi dengan jumlah penduduk yang
Walaupun menjadi pasar yang menjanjikan,
banyak tentunya akan menjadi pasar yang baik bagi
pasar telekomunikasi Indonesia dipenuhi dengan
investor di bidang ini. Kondisi ini juga menjadi
tantangan-tantangan bagi operator seluler.
pertimbangan bagi pelaku bisnis telekomunikasi
Tantangan ini diantaranya disebabkan oleh
untuk melakukan investasi di Indonesia. Luas
banyaknya operator seluler yang beroperasi yang
wilayah Indonesia dan jumlah penduduk Indonesia
membuat jumlah pemain banyak, sehingga akan
yang besar menjadikan Indonesia sebagai pasar
sangat kompetitif. Jumlah pemain operator seluler
yang baik bagi industri telekomunikasi.
di Indonesia saat ini cukup banyak, dengan regulasi
Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia
yang ketat, melalui pemberian ijin per jenis layanan.
ditandai dengan jumlah pelaku usaha maupun
Selain itu, kenaikan jumlah pelanggan di industri ini
pelanggan layanan telekomunikasi yang meningkat.
tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan
Sampai dengan akhir Desember 2012, mengikuti pertambahan jumlah penggunanya,
terdapat sebanyak 125 izin sebagai penyelenggara operator tidak dapat mengandalkan pendapatan dari
jaringan telekomunikasi di Indonesia. voice dan SMS saja tetapi juga harus dapat ber-
Penyelenggaraan telekomunikasi ini meliputi transformasi dalam memberikan layanan data.
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, jasa
Kedepannya dalam memenuhi kebutuhan
telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi
layanan data tentunya akan meningkatkan
khusus. Peningkatan terbanyak terdapat pada
kebutuhan bandwidth yang semakin besar bagi
penyelenggara jaringan tetap dengan peningkatan
operator seluler, hal ini belum lagi ditambah dengan
sebesar 12,63% pada tahun 2012. Sementara untuk
transformasi penyelenggara BWA yang akan
penyelenggara jaringan bergerak mengalami
menjadi penyelenggara seluler tentunya semakin
peningkatan juga sebesar 5,88% pada tahun 2012.
memperbanyak operator. Di tengah ketatnya
Sementara, jumlah pelanggan seluler di Indonesia
persaingan saat ini, operator yang ingin berhasil
hingga tahun 2011 mencapai 249,80 juta pelanggan
haruslah mempunyai gambaran seperti apa industri
atau terjadi peningkatan sekitar 18,23% dari tahun
telekomunikasi seluler Indonesia di masa depan.
sebelumnya. Peningkatan juga terjadi pada tahun
Operator yang dapat memprediksi masa depan
2012 sebesar 12,87% dengan jumlah pelanggan
dunia telekomunikasi akan dapat mempersiapkan
pada tahun 2012 mencapai 281 juta pelanggan
strategi yang tepat untuk mengatasinya.
(Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2013).
Perkembangan dalam bidang telekomunikasi Penggabungan, peleburan dan

khususnya seluler baik dari sisi perangkat telepon pengambilalihan telah menjadi strategi andalan

maupun penyelenggaraan jaringan bergerak seluler industri telekomunikasi selama bertahun-tahun.

sangat terlihat dari perkembangan jumlah pelanggan Selama dekade terakhir industri telekomunikasi

20
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

telah menghabiskan USD 1,5 triliun untuk kegiatan METODE


penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Penelitian ini menggunakan pendekatan
(Jean-Christophe Lebraud, 2012). Strategi investasi kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif
ini mengubah lanskap industri menjadi lebih terhadap data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
kompetitif. Namun, motivasi dibalik terjadinya ini juga menggunakan pendekatan normatif analisis
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dengan fokus penelitian pada pengembangan
didorong oleh terjadinya persaingan dan gangguan hukum sektor industri penyelenggaraan
pada industri telekomunikasi. Perubahan struktur telekomunikasi seluler, khususnya mengenai
kepemilikan operator telekomunikasi di Indonesia penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
melalui perpindahan penguasaan saham mayoritas
juga pernah terjadi di Indonesia, contohnya Penelitian diawali dengan melakukan
penggabungan PT. Indosat, PT. Satelindo, PT. IM3, identifikasi masalah terkait penggabungan,
dan PT. Bimagraha (Puslitbang SDPPI, 2013). peleburan dan pengambilalihan dalam industri
Penggabungan ini menyebabkan Indosat menguasai telekomunikasi seluler. Selanjutnya dilakukan
frekuensi GSM900 dan DCS1800 yang dimiliki pemetaan penyelenggaraan telekomunikasi seluler
oleh Satelindo. Perubahan struktur kepemilikan yang menggambarkan kondisi industri
melalui saham juga otomatis memindahkan telekomunikasi seluler, penjelasan mengenai
kepemilikan seluruh aset perusahaan termasuk struktur pasar, perilaku penyelenggara
spektrum frekuensi kepada pemilik saham yang telekomunikasi seluler, dan performa industri
baru. Perubahan struktur kepemilikan saham terjadi telekomunikasi seluler.
pada hampir seluruh operator di Indonesia, Untuk pemetaan tersebut diperlukan data
termasuk operator besar seperti Telkomsel, Indosat, mengenai jumlah penyelenggara telekomunikasi
XL-Axiata, Mobile-8 dan lain-lain. seluler termasuk dengan kepemilikan ijin, baik
sebagai penyelenggara jaringan dan/atau jasa,
Di sisi lain, berdasarkan Undang-Undang
maupun pangsa pasar masing-masing
No. 36 Tahun 1999, dalam penyelenggaraan
penyelenggara. Data tentang teknologi
telekomunikasi dilarang melakukan kegiatan yang
telekomunikasi seluler dan kepemilikannya serta
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
perilaku penyelenggara telekomunikasi seluler juga
dan persaingan usaha tidak sehat diantara
akan diidentifikasi. Perilaku yang dimaksudkan
penyelenggara telekomunikasi. Untuk menciptakan
disini meliputi perilaku yang berkaitan dengan
kondisi yang sehat bagi seluruh pemain di industri
penyediaan interkoneksi, tarif, dan perilaku lainnya
telekomunikasi, perlu dilakukan penelitian
yang relevan dengan penyelenggaraan
mengenai penggabungan, peleburan dan
telekomunikasi seluler yang sehat.
pengambilalihan dari sektor telekomunikasi
Indonesia sehingga tercipta iklim yang sehat dan
membangun perekonomian nasional yang tidak
merugikan pemain di sektor ini dan juga konsumen.

21
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

Data lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan telekomunikasi seluler di


menggambarkan kondisi industri telekomunikasi Indonesia.
seluler adalah data-data mengenai kinerja
penyelenggaraan telekomunikasi seluler, yaitu data- HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang berkaitan dengan kualitas layanan, tarif,
ketersediaan alternatif layanan bagi konsumen, dan 1. Kondisi Industri Seluler Saat Ini
data-data kualitatif lainnya yang berkaitan dengan Berdasarkan data Information and
kepuasan pelanggan atau konsumen telekomunikasi Communication Technology (ICT) mengenai
seluler. kesiapan jaringan yang dimiliki oleh Indonesia
Berdasarkan data dan hasil analisis maka masih berada dalam urutan kempat dibawah
akan disusun rekomendasi mengenai kebijakan dan beberapa Negara ASEAN lainnya dalam Network
aturan-aturan tentang penggabungan, peleburan dan Readiness Index (NRI). (Sutjipto, 2014).
pengambilalihan sebagai solusi dari permasalahan

Gambar 1. ICT Indonesia Today (WEF & ITU)


Sumber: Presentasi Telkom pada Seminar Kominfo di Makasar, November 2014

Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa menghadapi persaingan dengan negara lain.
kesiapan jaringan Indonesia masih berada dibawah Mengacu pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa
Singapura, Malaysia dan Brunei. Oleh karena itu jaringan yang dimiliki oleh Indonesia masih belum
perlu ada upaya peningkatan NRI jaringan mencukupi untuk menghadapi persaingan kedepan.
Indonesia dalam meningkatkan kesiapan Indonesia Sedangkan jaringan yang ada saat ini dikuasai oleh

22
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

Telkomsel (peringkat 1), XL (peringkat 2) dan berdasarkan total produksi data pada Tahun 2012
Indosat (peringkat 3). dikuasai oleh PT. SmartFren Telecom, , yaitu
Dalam menentukan struktur pasar, salah sebesar 33%. Penguasaan pangsa pasar kedua
satu komponen penting yang harus diketahui adalah terbesar dipegang oleh PT. Telekomunikasi Selular,
pangsa pasar dari para pelaku usaha. Berikut ini yaitu sebesar 31%. Penguasaan ketiga terbesar
adalah data-data yang digunakan untuk melihat dimiliki oleh PT. XL Axiata, dengan pangsa pasar
pangsa pasar dari masing-masing pelaku usaha sebesar 14%. Sedangkan PT. Indosat, berada pada
telekomunikasi seluler. peringkat keempat dengan pangsa pasar sebesar 9%.
Berdasarkan tabel 1, maka pangsa pasar

Tabel 1. Pangsa Pasar Berdasarkan Total Produksi Data

2011 2012 VS. 2011


Total Total
No. Perusahaan Produksi Market Produksi Market
GROWTH
Data Share Data Share
(Terrabyte) (Terrabyte)
1 PT Telekomunikasi Selular - 0% 51,938 31%
2 PT Indosat 9,671 23% 15,194 9% 57. 1%
3 PT XL Axiata 10,858 25% 22,612 14% 108. 3%
4 PT Hutchison CP Telecom 0% 5,130 3%
5 PT Telekomunikasi Indonesia 5,247 12% 9,421 6% 79. 6%
6 PT Axis Telekom Indonesia 2,920 7% 0%
7 PT Bakrie Telekom 0% 6,970 4%
8 PT Smartfren Telecom 13,979 33% 54,234 33% 287. 97%
Total 42,675 100% 165,499 100% 287. 81%
Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI

Sementara itu, pada Tabel 2, pangsa pasar harga. Akibat adanya perang harga tersebut
berdasarkan jumlah pelanggan broadband dikuasai membuat kualitas produk maupun layanan juga
oleh PT. Telekomunikasi Indonesia dengan pangsa mengalami penurunan. Ketersediaan layanan dapat
pasar sebesar 88,87%. Kemudian penguasaan digambarkan bahwa availability rendah, dan
pangsa pasar terbesar kedua dimiliki oleh PT. distribusi cakupan ke arena sub urban dan rural
Indosat dengan pangsa pasar sebesar 5,44%. Pada hanya dilakukan oleh satu pelaku penyelenggara.
posisi ketiga terbesar adalah PT. Bakrie Telecom Dari sisi penyelenggara, pertumbuhan
(BTEL) dengan penguasaan pangsa pasar sebesar EBITDA masih terjadi, namun pertumbuhannya
3,57%. mulai menurun, bahkan EBITDA negatif terjadi
Selanjutnya, berdasarkan data dari Ditjen pada penyelenggara yang tidak dominan. Pada
PPI, kondisi pasar mobile saat ini sudah jenuh. Tahun 2012 terjadi rugi bersih, baik pada
Jumlah penyelenggara yang relatif banyak dan penyelenggara dominan maupun penyelenggara non
churn yang tinggi mengakibatkan terjadi perang dominan.

23
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

Tabel 2. Pangsa Pasar Berdasarkan Jumlah Pelanggan Broadband

2012
No. Perusahaan Total Produksi
Market
Data
Share
(Terrabyte)
1 PT NTT Indonesia 832 0. 01%
2 PT Indosat 828,310 5. 44%
3 PT XL Axiata 503 0. 00%
4 PT Telekomunikasi Indonesia 135,293,69 88. 87%
5 PT First Media 290,000 1. 90%
6 PT Centrin 9,521 0. 06%
7 PT AT&T 269 0. 00%
8 BTEL 543,956 3. 57%
9 PT Palapa Pacific (ITKP) 0. 00%
10 PT Atlasat ITKP 361 0. 00%
100.
Total
152,246,12 00%
Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI

Gambar 2. Perbandingan Profitabilitas 3 Operator berdasarkan Return on Asset (%)


Sumber: BRTI

Kondisi tersebut diatas dapat dilihat dari 2. Tingkat churn diperkirakan sudah berada
hasil penelitian dan analisis pasar yang pada level 22%;
dilakukan oleh Ditjend PPI, yang menunjukkan 3. Biaya akuisisi pelanggan cukup mahal dan
bahwa pertumbuhan kinerja industri seluler biaya entry to market semakin tinggi;
semakin melandai. Hasil penelitian dan analisis 4. Dinamika indikator ekonomi terjadi pada
pasar tersebut memperlihatkan bahwa: penyelenggara non dominan;
1. Revenue industry seluler hanya ditopang 5. Satu penyelenggara mendorong skala
oleh 2 (dua) penyelenggara, sementara ekonomi yang besar bagi pelaku usaha
EBITDA margin penyelenggara lainnya non dominan.
negative
Sedangkan untuk kondisi pasar broadband,
berdasarkan data Direktorat Telekomunikasi,

24
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

Ditjend PPI, kondisi pasar broadband dapat dalam pencarian pendanaan antara Satelindo dan
digambarkan bahwa: IM3.
1. Pasar masih dikuasai oleh PT. Telkom, Akuisisi Mobile 8 dan Smart
dengan pertumbuhan yang rendah;
Akuisisi antara Mobile 8 dan Smart
2. Pertumbuhan yang rendah tersebut terjadi
dilaksanakan pada Tahun 2010 melahirkan
sebagai akibat pasar mobile broadband
Smartfren. Akuisisi tersebut ditujukan untuk
belum terbentuk sebagai basis dalam
mencapai skala ekonomis yang ideal, karena
mendorong pengembangan fixed
melalui akuisisi dimungkinkan adanya pengaturan
broadband;
pengeluaran operasional yang lebih efisien dan
3. Biaya infrastruktur yang tinggi dan
efektif sehingga dapat mencapai penghematan biaya
ketidakterbukaan akses bagi gedung dan
operasional bagi kedua perusahaan. Dengan
kawasan menjadi faktor hambatan yang
demikian, melalui upaya akuisisi tersebut dapat
utama;
memperkuat posisi layanan di pasar telekomunikasi
4. Suplai pasar secara marjinal masih terjadi
nasional.
oleh pelaku usaha yang pragmatis dalam
memenuhi demand broadband. Akuisisi saham Axis oleh XL

Akuisisi saham Axis oleh XL dilakukan


2. Penggabungan, Peleburan Dan
pada Tahun 2014. Terdapat beberapa manfaat dari
Pengambilalihan Yang Telah Terjadi Di
akuisisi Axis dan XL yang dikemukaan. Manfaat
Industri Seluler
tersebut antara lain adalah merealisasikan program
Indosat, Satelindo, dan IM3 broadband nasional sehingga dapat ikut mendorong
Merger Indosat, Indosat Multi Media Mobile (IM3) program pemerintah memperkuat industri
dan Satelindo terjadi pada Tahun 2003. Bentuk telekomunikasi, mendorong peningkatan
merger tersebut adalah merger vertikal, dimana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor
Indosat menggabungkan anak perusahaannya yang telekomunikasi. Disamping itu, dengan
bergerak dalam industri seluler, yaitu IM3 dan dilaksanakannya akuisisi tersebut maka akan dapat
Satelindo dengan Indosat. Tujuan penggabungan meningkatkan kualitas layanan dan jaringan
adalah untuk menjadikan Indosat sebagai menjadi lebih baik, serta meningkatkan ketersediaan
penyelenggara jaringan dan jasa terpadu yang produk dan layanan customer service di pasar.
berfokus pada selular. Melalui merger tersebut, IM3
3. Roadmap Industri Seluler Indonesia
dan Satelindo tidak hanya akan menjadi satu
Masa Depan
manajemen dan keputusan finansial yang terpadu,
Trend industri telekomunikasi nantinya
melainkan juga jaringan yang terpadu dan sistem
akan terdapat banyak perubahan landscape. Hal
manajemen brand yang terpusat. Melalui cara ini
tersebut disebabkan karena adanya berbagai
Indosat ingin mencapai sinergi yang maksimal
perkembangan, yaitu perkembangan teknologi,
dalam hal pengeluaran modal, menghindari
konvergensi telekomunikasi, penyiaran dan
duplikasi biaya dan menghilangkan persaingan

25
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

komputer, kebutuhan bandwidth yang besar ke arah Industri Telekomunikasi kedepannya adalah seperti
pita lebar, dan teknologi netral yang membutuhkan yang digambarkan pada gambar 4, dimana industri
spectrum refarming. (Sutadi, 2014) telekomunikasi akan berkembang membentuk suatu
Saat ini sudah mulai dapat dilihat adanya pasar yang saling terhubung antara telekomunikasi,
pergeseran industri dari voice dan SMS ke data. penyiaran dan komputer.
Disamping itu juga penggunaan broadband semakin Sejalan dengan perkembangan industri ke
meningkat. Oleh karena itu, peran data dan depan, maka diperlukan regulasi yang mendukung
broadband di masa depan akan semakin penting. broadband. UU No. 36/1999 dan PP 53/2000 yang
Namun sayangnya, meskipun terdapat trafik data berlaku saat ini sudah tidak sesuai dengan
yang terus meningkat, namun terjadi penurunan perkembangan industri TIK yang dinamis. Selain
pemasukan operator, seperti yang ditunjukkan oleh itu, untuk menumbuhkan konten dibutuhkan konsep
gambar 3. intermediary sebagai platform yang terbuka bagi
Sedangkan pada Trend Konvergensi industri.

Gambar 3. Scissor Effect


Sumber: Nokia-Siemens; IBM Institute for Business Value (IBV) Analysis

Gambar 4. Trend Konvergensi Telekomunikasi


Sumber: Direktorat Telekomunikasi – Ditjend PPI

26
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

Gambar 5. Kriteria Broadband


Sumber Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI

Gambar 6. Ekosistem Broadband


Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI

Masing-masing aspek tersebut memerlukan Pemerintah juga telah menyiapkan Strategic


capacity building bagi SDM-nya. Namun, dalam Development Plan (SDP) Industri Telekomunikasi.
pengembangan broadband, terdapat berbagai SDP yang meliputi rencana pergerakan perubahan
permasalahan yang terkait dengan backbone, struktur beserta komposisinya, rencana roadmap
backhaul, access, dan content, sebagaimana dapat regulasi penyelenggaraan telekomunikasi sebagai
dilihat pada gambar 7. tools dalam mencapai target rencana pergerakan
Ada 4 (empat) masalah utama, yaitu perubahan struktur industri beserta komposisinya,
infrastruktur dan kebijakan yang belum mendukung dan rencana roadmap kebijakan sebagai fasilitasi
broadband, keamanan infrastruktur belum dijamin, rencana pergerakan perubahan struktur industri
belum adanya kesamaan misi antar sektor, dan beserta komposisinya.
masalah efisiensi industri telekomunikasi.

27
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

Gambar 7. Permasalahan Pengembangan Broadband


Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend. PPI

Gambar 8. Strategic Development Plan Industri Telekomunikasi


Sumber: Direktorat Telekomunikasi, Ditjend PPI

Berdasarkan data Direktorat PP 53 (atau menunggu UU Telekomunikasi


Telekomunikasi, Ditjend PPI, terdapat beberapa hal baru),
yang perlu dipertimbangkan dalam konsep strategi,  Implementasi UU Telekomunikasi baru
yaitu: kemungkinan baru akan dilaksanakan pada
 “Spektrum frekuensi“ yang ditempatkan Tahun 2018,
sebagai “company value“ membuat reposisi  Diperlukan adanya roadmap regulasi dan
konsolidasi secara B2B sulit tercapai, kebijakan yang mendorong reposisi tahapan
 Implementasi fleksibilitas penggunaan konsolidasi industri oleh pasar,
spektrum frekuensi masih menunggu perubahan

28
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

 Penyelenggara yang menyuplai pasar secara kinerja industri telekomunikasi yang lebih baik di
marjinal dengan hanya menyuplai demand masa depan. Perbaikan kinerja industri
tertentu perlu dikonsolidasi agar terdapat telekomunikasi di masa depan akan terlihat dari
kepastian pasar bagi penyelenggara untuk adanya pertumbuhan ketersediaan jaringan dan
mengakselerasi pertumbuhan broadband, layanan telekomunikasi bagi pengguna, baik dari
 Penyelenggara telekomunikasi khusus masih sisi kualitas dan kuantitas.
“enggan“ menggunakan layanan yang
disediakan oleh industri, 4. Potensi Penggabungan, Peleburan Dan
 Adanya keterbukaan industri penyiaran pada Pengambilalihan Di Masa Depan
saat broadband (baik sebagian maupun
keseluruhan) menjadi “single access” bagi Berbagai pendapat mengemukakan bahwa
masyarakat, penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
 Implementasi layanan konvergensi (e- sangat diperlukan untuk mencapai industri
commerce, e-logistic, e-transaction dan lain- telekomunikasi seluler yang lebih baik.
lain) belum efektif, Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
 Konsistensi implementasi roadmap kominfo adalah cara untuk mencapai berbagai target strategi
harus tetap dijaga, yang telah disusun.
 Realisasi pencapaian target RPJM KOMINFO, Dalam FGD I disinggung bahwa
 Perlu ada pendekatan soft approach yang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
mendorong industri bergerak secara bertahap diperlukan dengan beberapa alasan berikut ini
menuju ekosistem yang ideal (struktur dan (Sutadi, 2014):
komposisi ideal),  Perkembangan teknologi yang cepat dan harus
 Pendekatan soft approach akan diganti pada diikuti membutuhkan CAPEX dan OPEX yang
pendekatan hard approach yang memaksa besar;
industri bertransformasi ke ekosistem yang  Persaingan untuk dapat memberikan layanan
ideal setelah dianggap siap. broadband membutuhkan spektrum frekuensi
 Adanya suatu pergerakan industri yang besar sehingga menjadi daya pemikat operator
difasilitasi implementsi kebijakan dan regulasi untuk melakukan konsolidasi;
yang konsisten dan transparan bagi pelaku  Konsolidasi dapat juga terjadi dan dibangun
usaha industri. akibat adanya operator yang sudah “menyerah”
Pemerintah telah menyiapkan berbagai maupun agar dapat maju bersama melalui
strategi untuk mencapai pasar seluler dan pemanfaatan infrastruktur secara bersama;
broadband yang sehat. Strategi tersebut telah  Selain Penggabungan, peleburan, dan
disusun dengan rinci yang mencakup berbagai isu pengambilalihan tidak hanya dapat dilakukan
penting, seperti teknologi, jumlah pelaku usaha secara horisontal, tetapi juga secara vertikal.
(struktur pasar), perizinan, peran pemerintah. Pada prinsipnya, inisiasi penggabungan,
Strategi tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan peleburan dan pengambilalihan sepenuhnya berasal

29
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

dari industri sebagai upaya untuk mencapai efisiensi  Penggabungan, peleburan, dan
yang lebih baik dan alasan bisnis lainnya. Namun pengambilalihan pada kondisi tertentu menjadi
demikian, regulator dapat mendorong pilihan yang lebih mudah daripada
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan permohonan ijin,
yang dipandang sebagai solusi terhadap aturan pre-  Keuntungan perluasan networking perusahaan
requisite dalam penyelenggaraan telekomunikasi. dan jaringan,
Dalam hal regulator mendorong adanya  Memperoleh brand value,
penggabungan, peleburan dan pengambilalihan,  Keuntungan perluasan basis
regulator akan bertindak sebagai booster dan pelanggan/koporasi yang lebih besar,
enabler. Regulator sebagai booster penggabungan,  Produk dan layanan menjadi lebih beragam.
peleburan dan pengambilalihan dengan mengatur
batasan regulasi yang dibuat dalam 6. Faktor Pendorong Penggabungan,
penyelenggaraan. Sedangkan regulator sebagai Peleburan dan Pengambilalihan
enabler mengatur regulasi penggabungan, Faktor-faktor yang dapat mendorong
peleburan, pegambilalihan yang dibuat. dilaksanakannya penggabungan, peleburan, dan
Apabila melihat kondisi industri pengambilalihan sektor telekomunikasi diantaranya:
telekomunikasi saat ini, maka dapat dikatakan  Pertumbuhan investasi yang agresif, dukungan
bahwa terdapat potensi adanya penggabungan, regulasi, tarif yang rendah serta menurunnya
peleburan, pengambilalihan di masa depan cukup biaya jaringan dan handset,
besar. Hal tersebut karena didorong oleh  Kompetisi yang semakin ketat,
pertimbangan manfaat bagi pelaku bisnis itu sendiri  Sinergi peluang untuk pertumbuhan bersama,
dan kepentingan regulator untuk mengatur industri  Pengembangan teknologi telekomunikasi,
telekomunikasi dengan lebih baik  Deregulasi industri dalam menyediakan
layanan konvergensi,
5. Manfaat Penggabungan, Peleburan dan
 Dorongan untuk menciptakan nilai baru
Pengambilalihan Bagi Pelaku Bisnis
(produk inovatif).
Dari sudut pandang pelaku bisnis,
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan 7. Gambaran dan Pola Penggabungan,
adalah perangkat strategi manajemen untuk dapat Peleburan dan Pengambilalihan di Industri
mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik dengan Telekomunikasi
memanfaatkan sinergi dan peluang pertumbuhan.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan

oleh pelaku bisnis dari penggabungan, peleburan di industri telekomunikasi biasanya dipahami secara

dan pengambilalihan adalah: sebagai berikut:

 Pembangunan infrastruktur lebih convenient  Bentuk penggabungan, peleburan, dan

karena skala ekonomi yang lebih baik, pengambilalihan sering diasosiasikan kepada
perkawinan atau aliansi korporasi;

30
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

 Penggabungan, peleburan, pengambilalihan  Akuisisi perusahaan telekomunikasi


diinisiasi dengan rencana akuisisi terhadap berdasarkan ijin yang dimiliki atau cakupan
kompetitor dengan produk sejenis atau area layanan,
produk komplementer.  Akuisisi pita spektrum frekuensi yang dimiliki,
 Penggabungan, peleburan, pengambilalihan  Akuisisi infrastruktur dan jaringan
biasanya juga diinisiasi oleh perusahaan yang telekomunikasi,
untung untuk mengakuisisi perusahaan yang  Akuisisi pelanggan agar memperoleh basis
merugi untuk membangun “tax shelter“ ekonomi,
Sedangkan pola penggabungan, peleburan,  Akuisisi perusahaan dengan EBITDA margin
dan pengambilalihan di bidang telekomunikasi yang lebih tinggi, atau
dapat dilakukan dengan:  kombinasi dari pola akuisisi di atas.
 Mengambilalih saham mayoritas satu Sebagai contoh penggabungan, peleburan,
perusahaan telekomunikasi dan dan pengambilalihan di industri telekomunikasi,
membiarkannya tetap menjadi perusahaan baik di Indonesia dan di negara lain:
stand alone tanpa merger dengan integrasi  Merger Indosat dengan Satelindo
usaha. Pola seperti ini dilakukan pada akuisisi  Akuisisi Smart Telecom terhadap Mobile-8
dengan resiko gagal merger yang tinggi,  Pengambilalihan Mobillink Telecom oleh
 Akuisisi dan langsung dengan merger dengan Broadcom
persetujuan regulator terlebih dahulu,  Pengambilalihan BellSouth oleh AT&T Inc.
 Pembelian aset perusahaan dan perusahaan  Akuisisi eScription Inc. oleh Nuance
tetap stand alone dengan integrasi usaha. Communications Inc.
Akuisisi yang dapat dilakukan pada industri  Pengambilalihan Hutchison Essar oleh the
telekomunikasi, dapat dibedakan menjadi: Vodafone Group
 Horisontal, yaitu akuisisi perusahaan dengan  Pengambilalihan China International
produk sejenis untuk dapat dengan cepat Telecommunication Construction Corporation
memperbesar cakupan layanan, basis oleh China Communications Services
pelanggan, tingkat profitabilitas dan skala Corporation Ltd.
ekomoni. Akuisisi horisontal juga dapat  Akuisisi Ameritech Corporation oleh SBC
menciptakan efisien dalam pengembangan (Southwestern Bell Corporation)
teknologi, Communications
 Vertikal, yaitu akuisisi perusahaan dengan  Merger GTE (General Telephone and
produk yang berbeda namun masih dalam Electronics) dengan Bell Atlantic
stream layanan yang sama dalam rangka  Akuisisi US West oleh Qwest
memperbesar economic of scope. Communications
Secara lebih teknis, akuisisi yang terjadi  Merger MCI Communications Corporation
pada industri telekomunikasi dapat dilakukan dengan Worldcom
dengan beberapa pola, yaitu:

31
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

Meskipun terdapat potensi adanya berdasarkan asas demokrasi dengan memperhatikan


penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
yang besar di sektor telekomunikasi, namun, kepentingan umum. Pengaturan tentang
berdasarkan hasil diskusi dengan Telkom, diperoleh penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
informasi adanya kendala dalam proses kesepakatan tersebut selanjutnya diatur dalam Peraturan
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan. Pemerintah No. 57 Tahun 2010 (PP 57/2010).
Kendala tersebut biasanya adalah mengenai Dalam perspektif hukum persaingan usaha,
negosiasi B to B dalam menentukan kesepakatan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
biaya atau nilai transaksi. Dan juga kesepakatan dapat mengakibatkan konsentrasi pengendalian atau
mengenai nama yang muncul setelah dilakukannya beralihnya pengendalian kepada satu pelaku usaha
peleburan. atau suatu kelompok pelaku usaha. Hal tersebut
Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat mengakibatkan konsentrasi pengendalian atau
dalam FGD I, adanya potensi yang besar dalam konsentrasi pasar yang harus diawasi oleh KPPU.
pelaksanaan penggabungan, peleburan, dan Bentuk-bentuk penggabungan, peleburan
pengambilalihan perlu dibarengi dengan kehati- dan pengambilalihan yang menjadi perhatian
hatian. Hal-hal yang nantinya perlu diperhatikan persaingan usaha adalah penggabungan, peleburan
adalah (Sutadi, 2014): dan pengambilalihan sesuai PP 57/2010, yang
 Penguasaan sumber daya yang terbatas yang cakupannya diperluas dalam Peraturan KPPU No.
berkaitan dengan penomoran dan spektrum 3/2013 tentang Pedoman Penggabungan, Peleburan,
frekuensi; dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat
 Penguasaan pasar baik praktik monopoli mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan
maupun oligopoli, serta penguasaan dari hulu Persaingan Usaha Tidak Sehat.
sampai hilir akibat adanya integrasi vertikal Pemerintah telah menyiapkan rancangan
yang dapat menimbulkan persaingan usaha kebijakan dan regulasi untuk mengatur pelaksanaan
tidak sehat; penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.
 Potensi adanya diskriminasi interkoneksi; Kebijakan dan regulasi tersebut meliputi penilaian
 Potensi adanya transfer pricing maupun kartel. terhadap pengabungan, peleburan, dan
8. Pengaturan Persaingan Usaha Tentang pengambilalihan di industri telekomunikasi,
Penggabungan, Peleburan Dan panduan pelaksanaan penggabungan, peleburan, dan
Pengambilalihan Di Indonesia pengambilalihan bagi penyelenggara

Persaingan Usaha diatur dalam Undang- telekomunikasi, bagi perusahaan yang terkait

Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan dengan partisipasi asing, bagi perusahaan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak telekomunikasi yang berstatus terbuka (Tbk), dan

Sehat (UU No. 5/1999). Dalam Pasal 2 UU No. panduan bagi perusahaan telekomunikasi pada

5/1999 diatur tentang asas dan tujuan undang- umumnya.

undang, yaitu bahwa kegiatan usaha di Indonesia Penilaian terhadap penggabungan,


peleburan, dan pengambilalihan di industri

32
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

telekomunikasi meliputi:  Dalam hal perusahaan gabungan menjadi


 Nilai perusahaan memiliki “Significant Market Power” (SMP)
Penilaian akan melihat: pasca merger, maka aturan yang masih ada dan
 EV/EBITDA Ratio: pengembalian investasi peraturan yang berlaku untuk SMP juga akan
dari akuisisi berlaku untuk perusahaan gabungan.
 EV/Revenue Ratio: pencapaian rate of  Proses penggabungan tidak dapat dijadikan
return dari akuisisi alasan untuk mengubah kewajiban pajak dan
 per subscriber EV (EV/number of acquired lainnya.
subscribers): nilai subscriber yang Sedangkan panduan pelaksanaan
diakuisisi penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
 Penilaian kelayakan akuisisi, meliputi: terkait partisipasi asing meliputi:

 Strategic and Business due diligence  Jumlah kepemilikan asing pada gabungan

 Technological & Integration issues perusahaan mengikuti ketentuan yang berlaku,

 Financial & commercial due diligence  Penyelenggara yang akan bergabung diminta

Panduan pelaksanaan penggabungan, untuk mengungkapkan status kepemilikan

peleburan, pengambilalihan bagi penyelenggara asing dan menyatakan bawa investasi asing

telekomunikasi mencakup isu-isu mengenai: adalah dalam batas maksimum per semester,

 Persetujuan dari regulator diperlukan untuk  Memenuhi aturan SDM asing pada level

penggabungan lisensi. direksi dan manajerial tertentu.

 Persetujuan regulator biasanya akan diberikan Untuk perusahaan telekomunikasi yang

dalam jangka waktu sekitar empat minggu dari berstatus terbuka (Tbk) berlaku ketentuan panduan

tanggal pengajuan permohonan. pelaksanaan penggabungan, pengambilalihan

 Penggabungan izin harus dibatasi pada area dibawah ini:

layanan yang sama untuk pasar yang sama.  Menyertakan analisis dampak negatif terhadap

 Jumlah minimal operator di daerah layanan perusahaan pengakuisisi atau perusahaan

untuk suatu layanan harus konsekuen setelah gabungan dari “appraisal independen”, karena

merger. dampak negatif dapat mengakibatkan “default“

 Merger akuisisi atau restrukturisasi yang yang mengganggu operasional perusahaan dan

mengarah ke situasi pasar monopoli di bidang dapat berdampak pada kelangsungan layanan

area layanan tertentu tidak diizinkan. kepada pengguna.

 Atas konsekuensi penggabungan lisensi,  Formulasi kerangka kerja analisis dampak

perusahaan gabungan berhak untuk jumlah negatif disusun regulator dengan

spektrum yang dimiliki oleh entitas mempertimbangkan aturan yang ada.

penggabungan, dengan syarat bahwa setelah Sedangkan panduan pelaksanaan

merger, jumlah spektrum tidak akan melebihi penggabungan, peleburan, pengambilalihan pada

jumlah bandwith tertentu per operator. perusahaan telekomunikasi mencakup berbagai


laporan dan kewajiban yang harus dilakukan

33
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

perusahaan setelah penggabungan, peleburan, dan Direktorat Penyelenggaraan Pos dan Informatika
pengambilalihan (post regulation). Laporan dan serta Direktorat Sumber Daya Perangkat Pos dan
kewajiban tersebut terkait dengan: Informatika dapat lebih mengoptimalkan
 Laporan per semester dalam pencapaian penggunaan Undang-undang ini. Alat yang dapat
komitmen penyelenggaraan setelah dipakai terutama adalah regulasi terkait kualitas
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, layanan sehingga operator yang tidak sanggup
 Laporan kinerja penyelenggaraan per semester, memenuhi regulasi ini karena kekurangan modal
 Laporan dampak negative terhadap perusahaan atau tidak ekonomis karena bisnisnya terlalu kecil
bagi perusahaan terbuka per semester, akan mengkonsolidasikan usahanya.
 Laporan susunan direksi dan manajerial Pada prinsipnya disarankan agar Satker
tertentu setelah penggabungan, peleburan, dan terkait dapat mengetatkan “Law Enforcement”
pengambilalihan, sesuai regulasi yang sah ada saat ini. Perlu
 Kewajiban yang terkait mencegah distorsi diperhatikan bahwa pengetatan regulasi ini dapat
pasar akibat penggabungan, peleburan dan mengakibatkan berbagai hal selain konsolidasi
pengambilalihan (tergantung pada kondisi usaha yang dituju, misalnya pengaruh terhadap tarif,
terjadinya penggabungan, peleburan, dan dsb. Karena itu perlu Regulatory Impact Analysis
pengambilalihan) dan telah ditetapkan dalam dilaksanakan sebelumnya.
persetujuan penggabungan, peleburan, dan REKOMENDASI
pengambilalihan,
 Kewajiban SMP apabila setelah Dalam evaluasi penggabungan, peleburan,
penggabungan, peleburan, dan dan pengambilalihan, perlu mempertimbangkan
pengambilalihan menjadi SMP. beberapa aspek meliputi:
Dari berbagai data dan informasi di atas,  Penciptaan struktur industri telekomunikasi
maka dapat dilihat bahwa pemerintah telah yang sehat
menyiapkan berbagai bentuk strategi, baik yang  Peciptaan bisnis industri telekomunikasi yang
berkaitan dengan teknis teknologi jaringan dan sehat
layanan jasa telekomunikasi, maupun kebijakan dan  Pertimbangan teknis, antara lain kecocokan
regulasi mengenai penggabungan, peleburan, dan teknologi, sumber daya terbatas.
pengambilalihan yang mendorong tercapainya  Pemeriksaan legal: hukum perusahaan, pasar
perbaikan-perbaikan di sektor telekomunikasi masa modal, penanaman modal
depan.  Pendapatan negara
 Manfaat bagi kepentingan umum, contohnya
IMPLEMENTASI inovasi teknologi
 Aspek lainnya
Karena yang jadi kewenangan Kominfo
Perlu adanya pengaturan tentang keputusan
hanya UU No. 36 Tahun 1999, disarankan agar
atas permohonan penggabungan, peleburan,
Satuan Kerja yang berkewenangan, dalam hal ini
pengambilalihan, termasuk didalamnya

34
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Pada Industri Telekomunikasi di Indonesia (D. Arum Maharani dan Helena W)

persyaratan penggabungan, peleburan dan UCAPAN TERIMA KASIH


pengambilalihan yang harus dipenuhi. Pembagian
peran dalam evaluasi penggabungan, peleburan, Terima kasih penulis sampaikan ke semua pihak
dan pengambilalihan suatu Perseroan dilakukan yang telah ikut mendukung dan membantu
oleh masing-masing instansi terkait sesuai dengan terlaksananya penelitian ini, terutama kepada
kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang. segenap pimpinan di Pusat Litbang
Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan
PENUTUP
penelitian ini.
Berdasar hasil studi ini dapat disimpulkan
bahwa kondisi pasar seluler saat ini terdiri dari 7
DAFTAR PUSTAKA
pelaku usaha: 3 pelaku dominan, sedangkan sisanya
non dominan dengan perilaku pasar perang harga Direktorat Telekomunikasi, Ditjen PPI. (2014).
dan kartel. Hal ini mengakibatkan menurunnya Paparan FGD I Kajian Konsolidasi Industri
Telekomunikasi di Indonesia. Jakarta.
kualitas layanan, EBITDA margin penyelenggara
menurun, bahkan negatif pada penyelenggara non Jean-Christophe Lebraud, P. K. (2012). The Future
of M&A in Telecom. McKinsey&Company.
dominan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2013).
Sementara, untuk kondisi pasar seluler Indonesia ke
Buku Putih Kominfo Tahun 2013. Jakarta.
depan dengan adanya penggabungan, peleburan,
Puslitbang SDPPI. (2013). Studi Potensi Pasar
dan pengambilalihan, terdapat potensi perilaku anti
Sekunder Spektrum Frekuensi Radio di
persaingan karena jumlah pelaku usaha yang Indonesia. Jakarta.
semakin sedikit. Di samping itu juga menumbuhkan Peraturan KPPU No. 3/2013 tentang Pedoman
potensi efisiensi dan efektifitas industri. Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan
Peningkatan keterjangkauan layanan dan distribusi,
dan ketersediaan infrastruktur jaringan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha
telekomunikasi serta terbentuknya komunikasi dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang
berbasis digital dan bisnis digital. Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Oleh karena itu, regulator perlu berperan
sebagai booster dan enabler dalam mekanisme Sutadi, H. (2014). Paparan FGD I Kajian
Konsolidasi Industri Telekomunikasi di
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Indonesia. Jakarta.
industri telekomunikasi kedepannya.
Sutjipto, R. (2014). Peran Strategis Industri
Kebijakan dan regulasi penggabungan, peleburan Telekomunikasi Dalam Mendukung
dan pengambilalihan sektor telekomunikasi perlu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, "Dari
memperhatikan aspek teknis, aspek perusahaan, Telkom Indonesia Untuk Indonesia". Makassar:
PT Telkom Indonesia.
aspek penanaman modal dan aspek persaingan
usaha.

35
Jurnal Penelitian Pos dan Informatika, Vol.5 No 1 September 2015 : 19 - 36

Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 Tentang Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat

36

Anda mungkin juga menyukai