Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FILSAFAT PENDIDIKAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
jahiliah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kepada ibu ABNA HIDAYATI,S.Pd, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas kepada penulis selaku peserta
didik. Hal ini dapat menjadi bekal dan pengalaman penulis untuk waktu yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
sehingga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang membutuhkan dan
khususnya bagi penulis untuk memperbaiki makalah kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
B. Dunia Manusia sebagai Dunia Terbuka ............ Error! Bookmark not defined.
D. Batas-Batas Pendidikan....................................................................................... 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pandangan filsafat tentang manusia sebagai makhluk pendidikan?
3. Bagaimanakah pandangan filsafat tentang manusia sebagai makhluk yang dapat dan
perlu di didik?
C. Tujuan
1. Memiliki pengetahuan tentang manusia sebagai makhluk pendidikan.
2. Memiliki pengetahuan tentang dunia manusia sebagai dunia terbuka.
3. Memiliki pengetahuan tentang manusia sebagai makhluk yang dapat dan perlu di
didik.
4. Memiliki pengetahuan tentang batas-batas pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah usaha manusia untuk mengerti dirinya sendiri, kepribadiannya, sudah ada
sejak ada ilmu pengetahuan. Ilmu jiwa (psikologi) yang mula-mula berupa ilmu jiwa
3
metafisika adalah salah satu usaha tersebut. Makin mendalam manusia menyelidiki
kepribadiannya, makin banyak problema yang timbul, makin banyak pula rahasia yang
meminta jawaban. Manusia adalah makhluk misterius yang unik dan penuh rahasia.
Pencapaian beberapa manusia genial memberi bukti pula betapa potensi manusia
sebagai subjek yang mengagumkan sesamanya. Pencapaian ini pula yang memberi
keyakinan bagi manusia untuk mengembangkan kepribadian semaksimal mungkin.
Asas dinamis ini merupakan esensi watak manusia, yang terus berkembang,
bertumbuh dan menuju integritas kepribadiannya. Demikian pula pengertian manusia
tentang seseorang, tentang kepribadiannya, selalu berkembang. Itulah sebabnya
dikatakan: “tak kenal maka tak cinta”. Bahkan “cinta itu tumbuh dari pengenalan”.
Artinya, makin kita kenal, makin kita memahami kepribadiannya. Implikasi pandangan
4
ini ialah jangan tergesa-gesa menjauhi atau membenci seseorang, karena kita belum
mengenal seseorang itu. Bahkan sesungguhnya, adalah kewajiban seseorang untuk
mengerti tingkah laku, kepribadian orang lain di dalam antarhubungan dan antaraksi
sosial. Dan sesuai dengan asas-asas nilai demokrasi, seseorang wajib menghormati
martabat pribadi orang lain. Prinsip self-respect, menghormati pribadi orang lain,
merupakan pangkal untuk kehormatan diri sendiri. Artinya, untuk dihormati, hormatilah
lebih dahulu orang lain.
Proses saling mengisi dan mengimbangi tidak dirasakan sebagai suatu yang rumit
dan sulit. Orang tua merasa bertanggung jawab, kasih sayang dan kepercayaan untuk
memberikan bantuan kepadanya dalam rangka memungkinkan kelangsungan hidupnya,
5
karena anak itu adalah anaknya. Sedangkan anak merasa wajar perlu bantuannya
dipenuhi oleh orang tuanya.
Dalam proses inilah ia menentukan kepribadian eksistensi, arah hidup, corak arah,
dan tujuan hidupnya karena baginya tidak disodorkan alam siap pakai (ready to wear).
Untuk memenuhi kebutuhan itu teori retardasi dan bolk membatasi perbedaan manusia
dengan hewan yaitu:
Memandang pribadi aktif dalam, tanpa mendapat pengaruh dari luar, sehingga
manusia merupakan penyebab, bukan akibat dan lingkungannya.
2. Pandangan Epifenomenalis
Menganggap pribadi hanyalah efek atau akibat dan system perserapan yang tidak
berdaya sama sekali.
Kalau pandangan itu tidak dapat diterima karena manusia sekaligus sebagai akibat
dan penyebab, klausa maupun efek pasif maupun aktif terhadap lingkunganya ia mampu
6
untuk memilih dan berinisiatif, akan tetapi juga eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya (Brightman).
1. V. D. Berg 1945, manusia bukan benda. Manusia adalah dialog, sehingga ia selalu
ada dalam pertautan dengan lingkungannya dan kita hanya dapat menemukannya
dalam keadaan seutuhnya manakala ia berada dalam situasinya. Akan tetapi
sebaliknya, setiap pelukisan situasi kongkrit selalu menunjuk kepada orang yang
menguhuninya
2. Vloemans, dunia manusia tidak merupakan sesuatu yang selesai, melainkan yang
harus digarapnya. Manusia menghayati dunianya sebagai suatu penugasan.
3. Drijarkara, manusia mendunia dalam dunianya manusia bukan makhluk yang polos.
Manusia adalah makhluk yang terarah. Terarah pada lingkungan, terarah pada Tuhan,
kepada benda- benda sekitar, kepada sesama manusia kepada dirinya sendiri, kepada
dunia dan dunia tiadalah tertutup baginya.
D. Batas-Batas Pendidikan
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
DATAR PUSTAKA
Syam, M.N. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.