Makalah Pesisir Dan Kepulauan Kelompok 1 Final 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESEHATAN MASYARAKAT PESISIR DAN KEPULAUAN TENTANG


“FAKTOR LINGKUNGAN FISIK YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN MASYARAKAT DI PULAU BESAR”

KELOMPOK 1

Andini Yusroini (K011171332)

Arvina Pebrianti HR. (K011171002)

Sonia (K011171018)

Adriana (K011171024)

Nurul nabila Askar (K011171029)

Muhammad Irham Nur (K011171318)

A.Rafiqah Zahra B.Amir (K011171352)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kesehatan
Masyarakat di Pulau Besar” ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Masyarakat Pesisir dan Kepulauan. Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu
perkenankaanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Allah Subhanahu
Wa Taala yang telah meridhai pembuatan makalah ini dan kepada dr. Hasanuddin
Ishak, M.Sc.PhD selaku dosen pengampuh mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna..Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis
ini sangat penulis harapkan.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya guna mengetahui tentang faktor lingkungan fisik yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat di pulau besar.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 7 Oktober 2019


Penyusun

Kelompok 1 Kelas C

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Fakta Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Pertanyaan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1 Tabel Rekap Hasil Penelitian .................................................................. 3
2.2 Faktor Penyebab ....................................................................................... 6
2.3 Aspek Kesehatan ...................................................................................... 7
2.4 Solusi ......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Simpulan .................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup yang sangat
penting diperhatikanbaik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat
hidup, maupun pengelolaan sanitasi lingkungan hidup. Sanitasi lingkungan
merupakan salah satu program prioritas dalam agenda internasional Millennium
Development Goals (MDGs) yang ditujukan dalam rangka memperkuat
pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan,meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan dalam pencapaian MDGs.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
jumlah pulau terbesar di dunia. Undang-Undang 1945 menetapkan Indonesia
sebagai negara kepulauan karena memiliki banyak pulau, yaitu sejumlah 17.480
pulau dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Sembilan puluh dua
pulau kecil diantaranya adalah pulau-pulau kecil terluar. Sanitasi dasar
merupakan sanitasi minimum yang diperlukan dalam menyediakan lingkungan
yang sehat dan memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan diberbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia.
Lingkungan mempunyai peranan penting dalam membentuk pola penyakit,
baik lingkungan fisik, biologi, maupun lingkungan sosial ekonomi. Selain itu
juga, perilaku, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta tingkat pendapatan
penduduk suatu daerah tentunya memegang peranan yang penting. Masalah
kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Sanitasi lingkungan
adalah usaha- usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperbaiki dan
mencegah terjadinya masalah atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

1
faktor-faktor lingkungan. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih,
pembuangan tinja, dan limbah. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku buruk manusia. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak
memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku
manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
Kasus diare di Puskesmas Waitina selama 3 tahun terakhir mengalami
fluktuasi. Tahun 2015 terdapat 37 kasus diare, tahun 2016 turun menjadi 28 kasus
diare dan pada tahun 2017 meningkat hingga 63 kasus diare. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan didapatkan bahwa perilaku masyarakat yang
berkaitan dengan sanitasi dasar seperti buang air besar dan pembuangan sampah
masih dilakukan di laut.
1.2 Fakta Masalah
1.3 Pertanyaan Masalah
Adapun pertanyanan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Faktor lingkungan fisik apa saja yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di
kawasan pulau besar?
2. Faktor lingkungan fisik apa saja yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di
kawasan pulau besar?
3. Apa saja solusi dari masalah kesehatan pada lingkungan fisik terhadap
kesehatan masyarakat di pulau besar?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Faktor lingkungan fisik apa saja yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat di kawasan pulau besar.
2. Untuk mengetahui Masalah kesehatan masyarakat apa saja yang dapat
ditimbulkan akibat faktor lingkungan fisik di daerah pulau besar.

2
3. Untuk mengetahui solusi dari masalah kesehatan pada lingkungan fisik
terhadap kesehatan masyarakat di pulau besar.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tabel Rekap Hasil Penelitian
LINGKUNGAN PENGARUH TERHADAP
NO. NIM/NAMA
FISIK KESEHATAN MASYARAKAT

K011171002/ Kelembaban dan Semakin tinggi kelembaban maka


Debu akan semakin besar peluang terhadap
Arvina retriksi fungsi paru.
Pebrianti HR
Semakin tinggi konsentrasi debu,
maka semakin besar peluang terhadap
1. retriksi fungsi paru. Debu yang masuk
ke dalam saluran pernapasan
menyebabkan reaksi mikroorganisme
pertahanan non spesifik berupa batuk,
bersin, gangguan transport mukosilier
dan gangguan fagositosis makrofag.

K011171018/ Curah Hujan, Curah hujan yang relatif lama


Kelembaban, dan sehingga menimbulkan banyak
Sonia Kepadatan genangan, kelembaban udara, dan
Penduduk kepadatan penduduk sangat
2. berpengaruh langsung terhadap
habitat perkembangbiakan nyamuk
sehingga menjadi penyebab
terjadinya demam berdarah pada
masyarakat.

K011171024/ Sarana Jamban, Berdasarkan penelitian, jamban yang


Adriana Tempat Sampah memenuhi syarat di Desa Waitina
dan Saluran sebanyak 82%, sedangkan 18% masih
3. Pembuangan Air belum memenuhi syarat jamban sehat
Limbah (SPAL) sehingga mendorong masyarakat
untuk BABS dan dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Selain itu, tempat sampah yang belum

1
memenuhi syarat dapat menjadi
sarang vektor penyakit seperti lalat
dan atau kecoa. SPAL yang ada
dilokasi penelitian tidak lancar dan
menimbulkan bau. Hal ini dapat
menjadikan saluran tersebut menjadi
sumber penyakit seperti diare dan
sebagainya.

K011171029/ Penyediaan Air Kondisi fisik rumah warga yang


Bersih, Kondisi menggunakan rumbia, dinding dan
Nurul Nabila Fisik Rumah, lantai rumah yang menggunakan
Askar Sarana Jamban, papan dan tidak menggunakan plafon.
Tempat Sampah Hal ini dapat berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat, seperti resiko
4. terkena penyakit TBC (Tubercuosis).

Ada beberapa masyarakat yang


memilih BAB di laut d an masih
terdapat belum memiliki tempat
sampah Sehingga hal ini dapat
mengakibatkan berkembangbiaknya
vektor.

K011171318/ Sarana Jamban, Berdasarkan penelitian, dari total 89


Tempat Sampah responden, terdapat 30 orang yang
Muhammad dan SPAL mengalami diare dikarenakan
Irham Nur lingkungan fisik seperti sarana
jamban, tempat sampah, dan saluran
5.
pembuangan air limbah pada
masyarakat belum memenuhi syarat.
Sehingga vektor penyakit dapat
dengan mudah berkembangbiak di
daerah tersebut .

K011171332/ Kondisi Rumah, Kondisi rumah belum memenuhi


6. Tempat Sampah, syarat rumah sehat karena air limbah
Andini Sarana Jamban tergenang di sekitar rumah,

2
Yusroini kebanyakan masyarakat belum
memiliki tempat sampah yang layak,
dan beberapa masyarakat belum
memiliki jamban yang sehat. Ketiga
hal ini dapat meningkatkan resiko
perkembangan vektor yang dapat
menginfeksi dan menyebabkan diare
pada masyarakat setempat

K011171352/ Stuktur tanah dan Struktur tanah yang mengandung


A.Rafiqah penyediaan banyak bebatuan menyebabkan
Zahra B. sumber air bersih pembuatan septic tank membutuhkan
Amir tenaga ekstra dan membutuhkan
waktu lama untuk menghancurkan
batu, sehingga kedalaman septic tank
yang dapat dicapai bervariasi. Hal ini
7. mendorong masyarakat untuk
berperilaku BABS sehingga dapat
mencemari sumur gali yang
digunakan oleh masyarakat setempat.
Sehingga gangguan pada kesehatan
masyarakat seperti penyakit diare,
thypus abdominalis, cholera,
hepatitis, dan penyakit karena cacing.

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik yang


paling mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah jamban yang belum memenuhi
syarat, tempat sampah yang terbuka, saluran pembuangan air limbah yang tidak
lancar dan menimbulkan bau, serta penyediaan air bersih. Adapun penyakit yang
paling banyak mempengaruhi kesehatan masyarakat pesisr dan kepulauan dari
kondisi lingkungan fisik tersebut adalah diare, dikarenakan banyaknya vektor seperti
lalat dan kecoa yang berkembangbiak di daerah tersebut.

3
2.2 Faktor Penyebab
1. Sarana Jamban
Jamban keluarga adalah suatu sarana yang diperlukan oleh manusia
untuk penampungan tinja agar tidak dibuang di sembarang tempat.
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.
Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain
penyakit diare. Kriteria jamban bersih adalah jamban tidak terdapat kotoran
disembarangan tempat, lubang jamban tertutup, lantai kedap air, jamban
menggunakan jamban leher angsa, serta lantai tidak licin serta lantai miring
kearah lubang pembuangan.
Hasil observasi yang di daerah pulau ternyata lebih banyak warga
yang belum memiliki jamban keluarga yang sesuai dengan syarat kesehatan
dibandingkan dengan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak
warga yang buang air besar sembarang yaitu di laut (pinggir pantai) dan
adapun yang memiliki jamban yaitu jamban cemplung yang tidak memiliki
penutup. Sedangkan jamban yang sesuai dengan standar kesehatan yaitu
apabila lantainya kedap air, memiliki penerangan yang cukup, berbentuk
cemplung dengan penutup atau berbentuk leher angsa, berjarak 10 meter dari
sumber air.
2. Kondisi Tempat Sampah
Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara
setelah sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber/penghasil sampah
seperti sampah rumah tangga. Syarat tempat sampah yang baik, yaitu tempat
sampah yang digunakan harus memiliki tutup, sebaiknya dipisahkan antara
sampah basah dan sampah kering, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan,
tidak terjangkau oleh vektor seperti tikus, kucing, lalat dan sebagainya, dan
sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak berceceran
sehingga mengundang datangnya lalat. Tempat sampah yang tidak memenuhi

4
syarat akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor penyakit untuk
mencari makanan dan berkembang biak dengan cepat sehingga
mengakibatkan kejadian penyakit berbasis lingkungan salah satunya diare di
masyarakat jadi meningkat. Pengelolaan sampah juga sampai saat ini masih
menjadi masalah yang cukup kompleks yang dihadapi masyarakat di desa
pesisir dan pulau, sebab tidak adanya tempat pembuangan sampah umum
serta mobil pengangkut sampah seperti yang ada di perkotaan pada umumnya
sehingga hal ini menjadikan warga kesulitan dalam penanganan sampah
rumah tangga.
Cara penanganan sampah yang paling banyak dilakukan di warga
adalah dibuang ke laut sebab selain berdekatan dengan tempat tinggal mereka,
laut juga merupakan lahan yang tepat untuk membuang sampah sebab mereka
tidak perlu repot untuk menyediakan lahan di sekitar rumah mereka. Padahal
pembuangan sampah ke dalam laut akan menimbulkan berbagi dampak
negatif serta menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut.
3. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah rumah tangga merupakan air buangan yang tidak
mengandung kotoran/ tinja manusia yang dapat berasal dari buangan air
kamar mandi, aktivitas dapur, cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin
mengandung mikroorganisme patogen dalam jumlah kecil serta dapat
membahayakan kesehatan manusia. Sarana pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat
menjadi tempat perindukan vektor penyakit. SPAL di halaman rumah secara
rutin harus dibersihkan agar aliran air limbah dapat mengalir dengan lancar
sehingga tidak menimbulkan bau. Rata-rata saluran limbah yang ada di pulau
merupakan saluran berupa paralon yang dipasang dari kamar mandi dan
terbuang pada selokan/got yang berada dekat dengan rumah warga maupun di
lahan kosong dibelakang rumah. Warga yang tidak memiliki SPAL
membuang air bekas cuciannya di kolong rumah maupun di halaman samping

5
rumah. Menurut warga SPAL dianggap tidak penting dan tidak akan
menimbulkan gangguan kesehatan. Selain itu selokan/got yang telah tersedia
dan jaraknya tidak jauh dengan rumah warga membuat mereka merasa tidak
perlu membuat SPAL dari rumah mereka. Kebanyakan warga membiarkan
selokan di sekitar rumah tersumbat dan tidak mengalir. Hal ini dapat
menjadikan saluran tersebut sebagai sumber beberapa penyakit. Pembuangan
air limbah yang dilakukan secara tidak sehat atau tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada permukaan tanah
dan sumber air.
4. Penyediaan Air Bersih.
Air bersih dan air minum merupakan air yang digunakan manusia
untuk keperluan sehari hari dan keperluan konsumsi dan syarat – syarat yang
harus dimiliki air tersebut tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
mengandung mikroorganisme, tidak mengandung logam berat, memiliki
penutup serta jarak sumber air dengan pencemar kurang dari 10 meter.
Sedangkan di daerah pulau hasil observasi yang diperoleh, rata-rata air
tersebut tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa namun masih banyak
warga yang tempat penampungannya tidak memiliki penutup serta jarak
sumber air dengan pencemar kurang dari 10 meter, sehingga bisa disimpulkan
bahwa sumber air yang digunakan oleh masyarakat di pulau belum memenuhi
syarat kesehatan.
2.3 Aspek Kesehatan
Berbagai aspek kesehatan yang timbul yaitu :
1. Pengaruh Sarana Jamban terkhususnya ketidaktersedianya fasilitas jamban
yang sehat maka vertor penyakit seperti lalat akan mudah berkembang biak
serta lingkungan menjadi tidak sehat, apabila lingkungan tidak sehat maka
akan mudah berbagai macam penyakit timbul di pulau diantaranya kejadian
diare.
2. Pengaruh Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang ada di pulau rata-
rata belum memenuhi syarat dan masalah lainnya yaitu SPALnya tidak lancar

6
dan menimbulkan bau. Biasanya warga membiarkan selokan di sekitar rumah
tersumbat dan tidak mengalir. Hal ini dapat menjadikan saluran tersebut
sebagai sumber beberapa penyakit. Pembuangan air limbah yang dilakukan
secara tidak sehat atau tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran pada permukaan tanah dan sumber air. Hal ini dapat
menjadikan saluran tersebut menjadi sumber penyakit seperti diare dan
sebagainya.
3. Pengaruh Kondisi Tempat Sampah yang tidak baik dan tidak memenuhi syarat
akan membuat sampah berserakan. Sampah bukanlah penyebab (agent)
penyakit, tetapi sebagai suatu kondisi atau media terjadinya sakit, karena
sampah merupakan media tumbuh dan berkembangnya bakteri dan parasit
serta vector beberapa penyakit, yaitu penyakit DBD dan malaria. Pembuangan
sampah ke dalam laut juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif,
seperti menyebabkan terjadinya pencemaran air yang akan mempengaruhi
kesehatan masyarakat.
4. Pengaruh Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti yang tempat
penampungannya tidak memiliki penutup serta jarak sumber air dengan
pencemar kurang dari 10 meter dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
diare, dermatofitosis dan lain – lain.
2.4 Solusi
1. Melakukan sosialisasi terkait pentingnya menggunakan pemakaian jamban,
tempat sampah, SPAL yang sesuai dengan syarat, penggunaan masker guna
pengendalian debu untuk pencegahan penyakit retriksi fungsi dan 3M sebagai
pencegahan DBD. Tentunya ini merupakan hal utama yang perlu disampaikan
kepada masyarakat khususnya di pulau, karena pertama-tama mereka perlu
memahami kenapa harus melakukan hal tersebut. Apabila tidak, maka program-
program fisik yang dilakukan tidak bisa berjalan dengan lancar atau akan
mandek di jalan.
2. Memberikan bantuan fisik berupa Jamban Umum dan memberikan percontohan
tempat sampah dan SPAL yang memenuhi syarat. Dalam hal ini, kita perlu
melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah setempat untuk terus
menggalakkan program ini, serta senantiasa mengevaluasi rumah-rumah warga
yang belum sesuai.

7
3. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang kondisi rumahnya masih tidak
sesuai dengan syarat-syaratnya. Sehingga, risiko penyakit seperti TB yang
berhubungan erat dengan kondisi rumah bisa berkurang bahkan sampai
menghilangkan

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat yang
berada di kawasan pulau besar adalah struktur tanah, sumber air, curah
hujan, kelembaban udara, kepadatan penduduk, sarana jamban, tempat
sampah, SPAL, dan kondisi fisik rumah.
2. Masalah kesehatan masyarakat yang ditimbulkan akibat faktor lingkungan
fisik di pulau besar adalah antara lain diare, Demam Berdarah Dengue
(DBD), retriksi fungsi paru, TBC, kolera dan thypus.
3.2 Saran
1. Untuk Pemerintah:
Diharapkan dapat membuat berbagai kebijakan atau program yang
dapat membantu masyarakat di pulau besar terhadap masalah-masalah
terkait faktor lingkungan fisik seperti penyediaan air bersih serta sarana
jamban yang memadai. Serta dapat mengarahkan instansi terkait atau
tenaga kesehatan agar dapat memberikan solusi terkait permasalahan yang
berhubungan dengan faktor fisik lingkungan agar tidak menimbulkan
dampak yang buruk bagi kesehatan masyarakat.
2. Untuk Masyarakat:
Diharapkan masyarakat yang berada di pulau besar untuk selalu
memperhatikan sanitasi lingkungan dengan baik seperti jamban sehat,
penggunaan air bersih, sanitasi rumah, dan kebersihan lingkungan. Serta
menerapkan PHBS agar dapat mencegah berbagai masalah kesehatan yang
dapat terjadi akibat faktor lingkungan fisik.

9
DAFTAR PUSTAKA

A. Rafiqah Zahra B. Amir (K011171352) : Dewi, Chitra & Naraha, JA., 2019.
Analisis Faktor Lingkungan terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan Masyarakat Desa Lermatang Kabupaten Maluku Tenggara
Barat. Infokes: Info Kesehatan Volume 9, No. 2 : 139-150

Adriana (K011171024) : Duwila F., Hanan L., & Nikie A.., 2018. Pemetaan Sanitasi
Dasar dengan Penyakit Diare Pada Masyarakat Desa Pesisir Kecamatan
Mangoli Timur Provinsi Maluku Utara Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.Volume 6, No. 6 :119-127

Andini Yusroini (K011171332) : Susilawati., Andi., dkk., 2018. Penilaian Risiko


Sanitasi Lingkungan di Pulau Balang Lompo Kelurahan Mattiro Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan. Al-Shihah : Public Health Science Journal.
Volume 10, No.2 : 204-215

Arvina Pebrianti HR (K011171002) : Pramawati A., 2019. Faktor-Faktor Lingkungan


dan Kebiasaan Merokok Yang Mempengaruhi Fungsi Paru Nelayan. Jurnal
Kreatif Industri. Volume 3, No. 1.

Muhammad Irham Nur (K011171318) : Selomo, Makmur, Agus B.B., Zaenab, Muh.
F.N. 2018. Potensi Risiko Kejadian Diare Akibat Kondisi Sanitasi di Pulau
Kecil Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) Vol. 1

Nurul Nabila Askar (K011171029) : Muslikhah I., Hariati L., & Jusniar., R. A., 2018.
Identifikasi Masalah Kesehatan Berbasis Lingkungan di Wilayah Pesisir
Desa Wawatu Kecamatan Maramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Volume 2 No. 1 : 1-
9.

10

Anda mungkin juga menyukai