Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi/ Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan
pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

2. Epidemiologi
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan
infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang
terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju
dan sudah mampu. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak
dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa dimana ditemukan adanya
hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %-60 % dari
kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 %-30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena Ispa dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan
sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit Ispa di
Indonesia per tahun berkisar antara 10-20% dari populasi balita. Hal ini didukung oleh
data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 %; Kabupaten
Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini
berarti setiap tahun jumlah penderita Ispa di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang
dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya
berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita Ispa didapat pada
kelompok umur 0-6 bulan.

3. Etiologi dan karakteristik


Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian
yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

4. Patofisiologis
Sebagian besar ispa didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan Pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas
bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke
orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa
dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas,
seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
WOC ISPA

Virus Bakteri Jamur

Masuk kedalam tubuh melalui


udara dan makanan

Terjadi interaksi antara


bakteri/virus dengan antibodi Defisiensi pengetahuan

Terjadi reaksi inflamasi Kurang pajanan informasi

Reaksi antigen- Terjadi kerusakan


antibodi jaringan

Mengaktifkan Menghasilkan
complement eksudat

Melepaskan mediator Meningkatkan Eksudat sulit Batuk


histamine, heparin, bradikidin respon batuk dikeluarkan sembarangan

Merangsang pusat Neri dada Mengganggu jalan Risiko


thermostat di hipothalamus nafas infeksi
Nyeri akut
Peningkatan suhu tubuh Ketidakefektifan
bersihan jalan
Hipertermi nafas
Lanjutan WOC ISPA

Menghasilkan
eksudat

Pertukaran O2 dan CO2 Gangguan


terganggu pertukaran gas

Darah yang masuk ke paru


kurang teroksidasi

Suplai oksigen dalam


darah tidak adekuat

Hikpoksemia

Intoleransi
aktivitas
5. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan Pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan Ispa
(Depkes RI, 1992)

6. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 451).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
a. Tanda-tanda klinis
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda laboratoris
 Hypoxemia,
 Hypercapnia
 Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

7. Terapi dan Penatalaksanaan


Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir
baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan
pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta
pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih
mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

8. Diagnosis Banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding
yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas
memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka
masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test
Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang
muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 454).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Status Kesehatan Saat ini
a. Keluhan Utama : Batuk dan flu
b. Keluhan Saat ini
- Pasien mengeluh batuk-batuk disertai flu
- Pasien mengeluh sesak napas
- Pasien mengeluh nyeri pada dada saat batuk berulang
- Pasien mengeluh demam
- Pasien mengeluh lemah dan merasa lelah
- Pasien mengeluh tidak nafsu makan
Aktivitas Sehari-hari
a. Aktivitas/istirahat
- Kelelahan umum dan kelemahan.
- Nafas pendek saat beraktivitas
- Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari
- Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
- Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
b. Integritas Ego
- Perasaan tak berdaya
- Menyangkal (khususnya selama tahap dini).
- Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
c. Makanan/cairan
- Anorexia
- Tidak dapat mencerna makanan.
- mual muntah
d. Nyeri/kenyamanan.
- Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
- Berhati-hati pada area yang sakit.
- Perilaku distraksi, gelisah.
e. Keamanan.
- Demam rendah atau sakit panas akut.

f. Interaksi sosial.
- Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksankan peran.
g. Penyuluhan/pembelajaran.
- Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
- Tidak berpartisipasi dalam therapy.
Pengkajian vital sign
Suhu: peningkatan suhu
Nadi : Takikardi
RR : Takipnea
Pengukuran berat badan: terjadi penurunan berat badan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
c. Risiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan,
penurunan masukan oral.
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan pasien
banyak bertanya dan meminta informasi tentang penyakit dan pengobatannya

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
 Bunyi nafas tak normal
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
 Batuk efektif
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor
yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya
Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan
pernafasan.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,


gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
Gangguan gas teratasi dengan:
 Sianosis (-)
 Nafas normal
 Sesak (-)
 Hipoksia (-)
 Gelisah (-)
Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer
(kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksia atau penurunan oksigen serebral.- Tinggikan kepala dan dorong sering
mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
4) Kolaborasi berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master,
master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe.

c. Risiko infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder


(adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
- waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat tanpa
- penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
1) Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
2) Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
3) Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
4) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
5) Kolaborasi
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal
penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Intoleransi aktivitas teratasi dengan:
 Nafas normal
 Sianosis (-)
 Irama jantung reguler
Intervensi
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
interan.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap ditandai
dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
Nyeri dapat teratasi dengan:
- Nyeri dada (-)
- Sakit kepala (-)
- Gelisah (-)
Intervensi:
1) Kaji lokasi dan karakteristik nyeri.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada Ispa, juga dapat
timbul karena Ispa seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila
alasan lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
4) Ajarkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan upaya batuk.
5) Kolaborasi
Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
3) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali.
4) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan,
demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: Pasien menunjukkan
keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
2) Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
3) Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
4) Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan
cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan
penggantian.
5) Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan risiko dehidrasi.
6) Kolaborasi
Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat
memperbaiki/mencegah kekurangan

h. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan pasien


banyak bertanya dan meminta informasi tentang penyakit dan pengobatannya
Intervensi :
1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
Rasional : meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghubungkannya dengan program pengobatan
2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan
harapan kesembuhan. Identifikasi perawatan diri dan kebutuhan/sumber pemeliharaan
rumah.
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas
dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat untuk membaik, dan
kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode yang panjang. Faktor ini
dapat berhubungan dengan depresi dan kebutuhan untuk berbagi bentuk dukungan
dan bantuan.
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mengasimilasi informasi/mengikuti program medik.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan pernafasan
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien berisiko besar untuk
kambuh dari Ispa.
5) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotika selama periode yang dianjurkan.
Rasional : penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa bronkus,
dan menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan
infeksi.
6) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya
istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik, menghindari kerumunan selama musim
pilek/flu dan orang yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas.
Rasional : meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas, membatasi terpajan pada
patogen.
7) Tekankan pentingnya mealanjutkan evaluasi medik dan vaksin/imunisasi dengan
tepat.
Rasional : dapat mencegah kambuhnya Ispa dan/atau komplikasi yang berhubungan.
8) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan oemberi perawatan kesehatan,
misalnya peningkatan dispnea, nyeri dada, kelemahan memanjang, kehilangan berat
badan, demam/menggigil, menetapnya batuk produktif, perubahan mental.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/meminimalkan
komplikasi.

4. IMPLEMENTASI
Melaksanakan intervensi yang telah dibuat
5. EVALUASI
Hari/
No.
Tgl/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx
Jam
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas - S : Pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan inflamasi sesak nafas lagi
trachea bronchial, pembentukan - O : Frekuensi pernapasan normal
edema, peningkatan produksi sputum. ( 16-20 kali permenit), pola
pernafasan teratur, dispnea -,
sianosis -, bunyi nafas normal
(wheezing -, krakels -, ronchii -),
batuk efektif.
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
2. Gangguan pertukaran gas -S :Pasien mengatakan sudah tidak
berhubungan dengan gangguan mudah lelah dan tidak sesak napas
kapasitas pembawa oksigen darah. -O : Saturasi oksigen 95-97 %,
Tekanan darah normal yaitu
110/60-140/90mmHg, Nadi normal
(60-100 kali permenit), Frekuensi
pernapasan normal (16-20 kali
permenit), pola pernafasan teratur,
dispnea -, sianosis -, bunyi nafas
normal (wheezing -, krakels -,
ronchii -)
edema -, Tidak gelisah
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
3. Risiko infeksi (penyebaran) - S : -
berhubungan dengan -O : kemerahan -, suhu tuhuh dalam
ketidakadekuatan pertahanan rentang normal 36,8 – 37,2 oC, pus
sekunder (adanya infeksi penekanan -, waktu penyembuhan cepat.
imun), penyakit kronis, malnutrisi. - A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan - S : pasien sudah merasa tidak
dengan ketidakseimbangan antara begitu lemas
suplai dan kebutuhan oksigen. - O : Nadi normal (60-100 kali
permenit), Frekuensi pernapasan
normal (16-20 kali permenit),
pola pernafasan teratur, dispnea -,
sianosis -
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
5. Nyeri akut berhubungan dengan - S :Pasien mengatakan nyeri
inflamasi parenkim paru, batuk berkurang, skala nyeri 1 (0-10)
menetap. - O :Pasien tidak tampak meringis
kesakitan, sakit kepala -, gelisah -
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
6. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan - S : -
berhubungan dengan peningkatan - O : Pasien menunjukkan
kebutuhan metabolik sekunder peningkatan nafsu makan, Pasien
terhadap demam dan proses infeksi. mempertahankan meningkat BB
- A : Tujuan tercapai.
- P : Pertahankan kondisi pasien.
7. Risiko kekurangan volume cairan S : -
berhubungan dengan kehilangan - O : Pasien menunjukkan
cairan berlebihan, penurunan keseimbangan cairan : membran
masukan oral. mukosa lembab, turgor kulit baik (<
2 detik), tanda vital stabil (TD 100-
140/60-90 mmHg, RR 16-20 x per
menit, N 60-100 x per menit, Suhu
36,8-37,2oC)
- A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien.
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan S : Pasien mengatakan lebih paham
dengan kurang informasi ditandai tentang penyakit dan akan
dengan pasien banyak bertanya dan mematuhi pengobatan yang
meminta informasi tentang penyakit dianjurkan.
dan pengobatannya - O : Pasien mengangguk tanda
mengerti dan tidak banyak bertanya
lagi
- A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
Price, Sylvia Andeson. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, .
Jakarta: EGC
Sudoyo,W. Aru dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
Suta, IB. 2005. Ispa Komunitas Diagnostik dan Pengobatan.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV.
Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai