Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT SARAF

Disusun Oleh :

Claudia Tari Rumondang

01073170062

Pembimbing:

dr. Anyeliria Sutanto, Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE AGUSTUS – SEPTEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE - RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
TANGERANG

1
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. S
Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 08 April 1964
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Nomor rekam medis : RSUS.00-87-56-12
Tanggal masuk : 16 Agustus 2019
Tanggal pemeriksaan : 26 Agustus 2019
Informasi diperoleh dengan autoanamnesis dan alloanamnesis dari pasien dan anak
kandung pasien.

ANAMNESIS

Keluhan utama:

Nyeri diseluruh bagian kepala sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit Awal Bros dengan
penurunan kesadaran 3 hari SMRS dengan diagnosis meningitis viral. Lalu pasien
dirawat di ICU RSUS selama 10 hari dengan diagnosis meningitis viral dd
bakterial. Hari ini (26/8) pasien pindah ke bangsal dari ICU dan mengatakan pasih
nyeri pada seluruh bagian kepala. Nyerinya ini di rasakan seperti berdenyut dan
menjalar ke bagian leher. Pasien mengaku nyeri kepalanya berdurasi 30 – 60 menit
dengan intensitas yang berbeda beda. Nyerinya di antara 4-5 dari 10 dengan nilai
10 sebagai total paling nyeri. Pasien mengeluh nyeri kepala ini muncul hingga 3 –

2
4 kali dalam sehari. Pasien mengaku nyeri kepala dengan intensitas berat lebih
sering dirasakan pada malam hari. Pasien mengaku sakit kepala akan berkurang
setelah diberikan obat oleh suster lalu akan nyeri kembali setelah 3-4 jam kemudian.
Pasien juga memiliki keluhan tambahan berupa demam yang terjadi bersamaan
dengan nyeri kepalanya. Demam nya ini tidak di ukur oleh thermometer namun
pasien mengatakan demam ini naik turun sesuai dengan sakit kepalanya. Pasien
juga mengeluh rasa mual yang tidak diikuti muntah. Pasien juga mengatakan pasien
merasa lemas sejak nyeri kepala. Tidak ada keluhan batuk lama, penurunan berat
badan, ataupun kontak dengan pasien TB.

1/8 10/8 16/8 26/8


8/8

Dirawat Demam Tifoid Penurunan kesadaran Rujuk ke IGD RSUS ICUàBangsal


Sakit kepala (+)

Demam (+) à ICU à ICU Sakit kepala (+)

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah dirawat 2 minggu SMRS (1/8) dengan diagnosis demam
typhoid lalu pulang setelah dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien tidak
mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi makanan dan obat obatan.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala yang serupa dengan
pasien. Riwayat infeksi Tuberkulosis di keluarga di sangkal.

Riwayat Kebiasaan, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan:


Pasien tinggal bersama anaknya di rumah pribadi didaerah Bekasi Regensi 1.
Pasien tinggal di daerah yang cukup bersih jauh dari tempat pembuangan sampah.
Pencayahaan dan ventilasi rumah baik. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok
dan meminum alkohol. Riwayat kebiasaan baik, ekonomi kelas menengah dan
kondisi lingkungan baik.

3
PEMERIKSAAN FISIS
Dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2019
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS E4M6V5 = 15)
Tanda Vital
Laju nadi : 81x/menit, regular, simetris, isi cukup, kuat angkat
Laju napas : 18x/menit, reguler dan dalam
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 37.30C
Sp O2 : 99%
Status Generalis
Sistem Deskripsi

Kulit Warna kecoklatan, lesi (-), perdarahan (-), jaundice (-)

Kepala Normosefali, rambut hitam, tersebar merata.

Wajah normocephali, simetris, ikterus (-), sianosis (-)

Konjungtiva anemis (+/+)


Sklera ikterik (-/-)
Mata Pupil bulat dan isokhor (3 mm/ 3mm)
RCL/RCTL (+/+)
Pergerakan bola mata normal ke segala arah.

Bibir merah, lembab, cyanosis (-), pucat (-),


angular chelitis (-).
THT
Hidung dan telinga sekret (-), serumen (±)
T1/T1, arkus faring simetris (+), faring hiperemis (-),
Leher detritus
Kaku dan (-)terasa tegang. Limfadenopati (-)

Dada Bentuk normal simetris, retraksi (-).

4
Inspeksi: perkembangan rongga dada saat statis dan dinamis
simetris (+/+)
Paru-paru
Palpasi: pengembangan dada simetris kanan dan kiri
Perkusi: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler +/+, ronchi -/- bagian apex, wheezing -/-
Iktus kordis tidak terlihat, teraba
, slem (stridor) -/-
Jantung Bunyi jantung S1 & S2 reguler
Murmur (-), gallop (-)

Inspeksi: bentuk datar, distensi (-), lesi (-), scar (-)


Auskultasi: Bising Usus tidak meningkat
Abdomen Perkusi: timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi: NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Turgor kulit balik cepat

Massa (-), lesi (-)


Punggung
Deformitas (-)

Akral hangat, CRT <2 detik


Ekstremitas
Edema (-/-)

GCS: E4M6V5 compos mentis

Tanda rangsang meningeal:


Neurologis Kuduk kaku (-)
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-), II (-/-)
Laseque >70o/>70o
Kernique >135o/>135o

5
Saraf kranialis :
Nervus I: tidak dilakukan
Nervus II:
• Visus >1/60/ >1/60 untuk kedua mata.
• Lapang pandang: dalam batas normal
• Warna: dalam batas normal
• Fundus: tidak dilakukan

Nervus III, IV, VI:

• Pupil: dalam batas normal, bulat ( 3mm/ 3mm)


• RCL: +/+, RCTL +/+
• Nystgamus: -/-
• Pergerakan bola mata normal ke segala arah

Neurologis
OD OS

Nervus V:
• Motorik: inspeksi dan palpasi baik, gerakan rahang
dan membuka mulut baik
• Sensorik: sensibilitas V1, V2, V3 terkesan baik
• Refleks korneal: pemeriksaan tidak dilakukan

Nervus VII:
• Mulut dalam batas normal
• Dapat mengangkat alis dan menutup kedua mata
dengan kuat
• Rasa kecap 2/3 anterior: tidak dilakukan
• Gerakan senyum dalam batas normal

Nervus VIII:
• Nervus cochlearis: terkesan normal.
6
• Nervus vestibularis: dalam batas normal

Refleks fisiologis:
Kanan Kiri

Biceps ++ ++

Triceps ++ ++

Brachioradialis ++ ++

Patella ++ ++

Achilles ++ ++

Refleks patologis:
Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-),
Gordon (-/-), Schaffner (-/-), Hoffman Trommer (-/-)
Sensorik :
Eksteroseptif

Neurologis Raba : Kesan normal tanpa hypesthesia


Nyeri : Kesan normal
Suhu: kesan normal

Proprioseptif:
• Posisi sendi: dalam batas normal
• Getar: tidak dilakukan
Koordinasi:
• Tes tunjuk-hidung: dalam batas normal
• Tes tumit-lutut: dalam batas normal
• Disiadokinesis: dalam batas normal

Otonom:
• Miksi: dalam batas normal
• Defekasi: dalam batas normal
• Sekresi keringat: pemeriksaan tidak dilakukan

7
DIAGNOSIS

Klinis : Nyeri kepala

Topis : Meningens

Etiologi : Bakteri, viral

Patologis : Inflamasi, infeksi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hasil laboratorium darah :

(16 – 08 – 2019)

Jenis Periksa Hasil Satuan Minimal Maximal

HEMATOLOGI

Hemoglobin/Hb 12.60 gr/dl 11.70 15.50

Hematokrit 33.5 % 35.00 47.00

Eritrosit 4.51 10^6/μl 3.80 5.20

Leukosit 11.89 10^3/μl 3.60 11.00

HITUNG JENIS

Basophil 0 % 0 1

Eosinophil 0 % 1 3

8
Neutrophil batang 2 % 2 6

Neutrophil segmen 93 % 50 70

Limfosit 3 % 25 40

Monosit 2 % 2 8

Trombosit 254.00 10^3/μl 150.00 400.00

ESR 17 mm/jam 0 20

MCV,MCH,MCHC

MCV 74.30 fl 80.00 100.00

MCH 27.90 pg 26.00 34.00

MCHC 37.60 g/dL 32.00 36.00

BIOKIMIA

SGOT (AST) 15 U/L 0 32

SGPT (ALT) 29 U/L 0 33

Ureum 39.0 mg/dL < 71.00

Creatinine 0.41 mg/dL 0.5 - 1.1

116.3 mL/mnt/1.73m^2
eGFR

9
Random Blood 126 mg/dL <200.0
Glucose
Sodium (Na) 131 mmol/L 137 - 145

3.2 mmol/L 3.6 - 5.0


Potassium (K)
97 mmol/L 98 - 107
Chloride (Cl)

Kesan : Leukositosis dengan neutrophilia dan limfositopenia, hypernatremia


ringan, hypokalemia ringan, hipokloremia ringan.

2. Urinalisis

(17 – 08 – 2019)

Observation Value Unit Ref Range

makroskopik

color Yellow

appearance Slightly Clear


Cloudy

Specific gravity 1.020 1.000 – 1.030

pH 7.0 4.50 – 8.00

Leukosit esterase - -

Nitrit - -

Protein 30 (+1) -

Glukosa - -

10
Keton - -

Urobilinogen 0.2 0.10 – 1.00

Bilirubin - -

Occult blood 80 (+2) -

Mikroskopik

eritrosit 56 Sel/ûl 0–3

leukosit 3 Sel/ûl 0 -10

epitel (1+) (1+)

casts -

kristal -

Lain lain -

Kesan : proteinuria, hematuria.

3. CT Scan Head Non Contrast (16/08/2019)

11
Kesan:

• Tidak tampak infark/perdarahan/SOLintracranial


• Tidak tampak peleberan sistem ventrikel
• Sinusitis Sphenoidalis kiri

4. Chest X ray (23/08/201)

12
Kesan :

• Aspek bronchitis
• Fibrosis pada basal paru kanan
• Aorta elongasi

5. Pungsi lumbar. (19/08/2019)

Test Result Unit Referance Range

Imunologi/Serologi

Gen X MDR-TB

PCR M. Not detected


Tuberculosis

MDR Not detected


Rifampicin

Analisa Cairan Otak

Observation Value Unit H/L Referance


Range

makroskopik

Color Yellow Tidak


berwarna

Clarity Slightly Cloudy Clear

Clot - -

Sediment + -

13
Mikroskopik

Cell Count 1210 H <10

PMN 0 %

MN 100 %

Kimiawi

Glukosa 95 Mg/dL 40-76

Chloride 106 Mmol/L 115-130

Protein 13.94 g/L H 0.15 – 0.45


(quantitative)

Random blood 221 Mg/dL <200.00


glukosa

Gram stain Leukosit 0-1/lpf

Epithel 0-1/lpf

Bacteria (-)

Spora (-)

India ink Cryptococcuc


(-)

Z. Neelsen Acid Fast


Stain Bacillus (-)

Kesan :

14
• Suspek infeksi bakteri : warna kekuningan, jumlah sel di dominasi oleh
MN, protein meningkat, jumlah sel WBC 1210.
• Peningkatan limfosit bersifat bias karena pasien telah menerima
antibiotik sebelum di lakukan LP.

RESUME

Pasien merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit Awal Bros dengan
penurunan kesadaran 3 hari SMRS dengan diagnosis meningitis viral. Lalu pasien
dirawat di ICU RSUS selama 10 hari dengan diagnosis meningitis bakterial. Hari
ini (26/8) pasien pindah ke bangsal dari ICU dan mengatakan masih nyeri pada
seluruh bagian kepala, seperti berdenyut dan menjalar ke bagian leher dengan
durasi 30 – 60 menit dengan skala nyeri 4-5 dari 10 yang muncul 3-4 kali dalam 1
hari. Pasien mengaku sakit kepala akan berkurang setelah diberikan obat oleh suster
lalu akan nyeri kembali setelah 3-4 jam kemudian. Pasien juga memiliki keluhan
tambahan berupa demam yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepalanya namun
tidak di ukur oleh thermometer dengan pola demam naik-turun. Pasien juga
mengeluh rasa mual yang tidak diikuti muntah dan lemas. Tidak ada keluhan batuk
lama, penurunan berat badan, ataupun kontak dengan pasien TB.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu pasien 37.3 celcius. Status generalis
menunjukan pasien tampak pucat dengan konjunctiva anemis. Status neurologis
lain dalam batas normal.
Pada hasil pemeriksaan penunjang di dapati leukositosis dengan
neutrophilia dan limfositopenia, hiponatremia ringan, hipokalemia ringan
hipokloremia ringan. Pada urinalisis didapatkan proteinuria dan hematuria. Pada x-
ray thorax didapatkan kesan aspek bronkiolitis, fibrosis basal paru kanan dan aorta
elongasi. Pada pemeriksaan CT Scan Head tanpa kontras ditemukan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan pungsi lumbar didapatkan kesan Suspek infeksi bakteri
dengan hasil warna kekuningan, jumlah sel di dominasi oleh MN, protein
meningkat, jumlah sel WBC 1210/mm3

15
DIAGNOSIS

Klinis : Nyeri kepala

Topis : Meningens

Etiologi : Bakteri

Patologis : Infeksi

DIAGNOSIS KERJA

Meningitis bakteri

Elektrolit imbalance : hiponatrenia, hypokalemia, hipokloridia

DIAGNOSIS BANDING

Meningitis TB

Tifoid Ensefalopati

PENATALAKSANAAN

Untuk infeksi bakteri diberikan :

• Meropenem 3x1gr (IV) à carbapenem broad-spectrum antibiotic

Untuk mual pasien diberikan :

• Omeprazole 2 x 40 mg (IV)

16
Untuk nyeri dan pengurangan edema pasien diberikan:

• Metilprednisolone 2 x 125 mg (IV)

Untuk infeksi sekunder pasien diberikan:

• Levofloxacin 1x 750 mg (IV) à florokuinolon gen-3 broad-spectrum


antibiotic

Untuk cairan maintenance pasien diberikan :

• NaCl 0,9% 500 ml/12 jam

PROGNOSIS

• Ad vitam : dubia ad bonam


• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

27/8/1 – Bangsal lantai 5 jam 06.00

Sakit kepala (+) lemas seluruh tubuh (+)

KU : tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5
TD: 120/80, N: 119 x/m, RR: 20 x/m, S: 36.6oC
Mata : pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), RCL +/+, RCTL +/+,
konjungtiva anemis (-)
Muka : normofasies

17
THT : T1/T1 tidak hiperemis arcus faring simetris, uvula ditengah
Tanda rangsang meningeal : -
Nervus kranialis : dbn
Kekuatan motorik atas : 5555/5555
Kekuatan motorik bawah : 5555/5555
Refleks fisiologis : ++/++
Refleks patologis : -/-
Sensorik : dalam batas normal
Koordinasi : dalam batas normal
BAK baik kateter, BAB belum
Diagnosis : Meningitis bakteri dd viral
• IVFD NaCl 0,9% 500 ml/12 jam
• Rebamipide PO 3x100mg
• IV metilprednisolone 1x62,5mg
• Aspar K PO 3x1 tab
• Bactrim forte PO 3x960mg
• Fluconazole PO 1x400 mg
• Bladder training
28/8/1 – Bangsal lantai 5 jam 06.00

Sakit kepala (+) lemas seluruh tubuh (+) mulai belajar berdiri dan
berjalan

KU : tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5
TD: 110/80, N: 88 x/m, RR: 18 x/m, S: 36.3oC
Mata : pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), RCL +/+, RCTL +/+,
konjungtiva anemis (-)
Muka : normofasies

18
THT : T1/T1 tidak hiperemis arcus faring simetris, uvula ditengah
Tanda rangsang meningeal : -
Nervus kranialis : dbn
Kekuatan motorik atas : 5555/5555
Kekuatan motorik bawah : 5555/5555
Refleks fisiologis : ++/++
Refleks patologis : -/-
Sensorik : dalam batas normal
Koordinasi : dalam batas normal
BAK baik kateter, BAB belum
Diagnosis : Meningitis bakteri dd viral
• IVFD NaCl 0,9% 500 ml/12 jam
• Rebamipide PO 3x100mg
• IV metilprednisolone 1x62,5mg
• Aspar K PO 3x1 tab
• Bactrim forte PO 3x960mg
• Fluconazole PO 1x400 mg
• Aff kateter à rencana pulang besok

19
ANALISA KASUS

Pasien Ny. S usia 55 tahun datang dengan penurunan kesadaran rujukan


RS Awal Bros, hari ini mengeluhkan nyeri kepala dan demam yang tidak diukur
dengan thermometer. Nyeri kepala ini berlangsung hingga 30 – 60 menit dengan
frekuensi 3 – 4 kali dalam sehari. Sakit kepala ini muncul setelah 1 bulan terinfeksi
Tuberkulosis paru.

Nyeri kepala adalah salah satu manifestasi tersering seorang pasien


datang ke neurologis untuk mencari pengobatan. Menurut The International
Classification of Headache Disorder 3rd edition. Nyeri kapala dapat dibagi
bedasarkan etiologinya:

20
Jika di lihat dari gejala yang ditimbulkan Ny.S, kita dapat menyimpulkan
bahwa nyeri kepalanya ini berasal nyeri kepala sekunder yaitu infeksi yang terjadi
di intracranial.

Berdasarkan dari karakteristik nyeri kepala pasien, nyeri kepala tidak termasuk dalam
kategori nyeri kepala primer. Maka setelah itu harus dilihat bahwa apakah ada red-flag
nyeri kepala sekunder dari pasien ini.

Red Flag untuk nyeri kepala sekunder Kemungkinan Etiologi Sekunder

Nyeri kepala yang diperburuk oleh perubahan posisi Intracranial hemorrhage

Nyeri kepala dipicu manuver Valsava Arnold-Chiari Malformation

Riwayat nyeri kepala hebat yang terjadi secara tiba-tiba Subarachnoid hemorrhage

Onset nyeri kepala setelah usia 50 tahun Neoplasma Otak

Papilledema Penyakit dengan peningkatan TIK

Terdapat defisit neurologis focal/lateralisasi Stroke hemoragik

Terdapat gejala sistemik (penurunan berat Meningitis, Giant cell


badan,myalgia,demam) arteritis,encephalitis

Riwayat kehamilan Postpartum Eclampsia

Dilihat dari red flag untuk nyeri kepala sekunder, pasien hanya mempunyai gejala
sistemik yaitu demam. Dari gambaran CT-Scan juga tidak ditemukan gambaran adanya

21
perdarahan/sumbatan pada otak untuk menyingkirkan penyebab vascular dan trauma pada
pasien ini.

Penyebab infeksi intracranial yang paling sering adalah meningitis dan


enchepalitis. Diantara pembagian ini penyebab sakit kapala, demam low grade, dan
kaku kuduk (+) mengarahkan diagnosis kearah infeksi dari meningens. Kita dapat
membedakan secara klinis gejala dari meningitis dan enchepalitis yaitu :

Gejala klasik meningitis bakteri berupa demam, sakit kepala, kaku


kuduk dan tanda-tanda disfungsi otak (penurunan kesadaran mulai dari apatis
sampai koma). Meskipun demikian dilaporkan hanya 44-75% pasien memiliki tiga
gejala yaitu demam, kaku kuduk dan perubahan status mental, setidaknya semua
pasien mengalami salah satu gejala di atas dan 95% memiliki dua dari empat gejala
(sakit kepala, demam, kaku kuduk dan perubahan status mental. Kaku kuduk dapat
disertai tanda Kernig atau Brudzinski atau keduanya. Tidak adanya tanda tersebut

22
tidak mengesampingkan diagnosis meningitis bakteri. Pada suatu studi prospektif
menunjukkan sensitivitas tanda Kernig sebesar 5%, tanda Brudzinski 5% dan kaku
kuduk 30%. Hal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda ini tidak akurat dalam
mendiagnosa pasien meningitis. Kelumpuhan saraf kranial (III, IV, VI dan VII) dan
gejala fokal lainnya terjadi pada 10-20% kasus. Sekitar 30% pasien mengalami
kejang. Peradangan dan trombosis pembuluh darah, sering terjadi dalam ruang
subaraknoid, menyebabkan terjadinya iskemik daerah kortikal dan subkortikal yang
dapat mengakibatkan kejang dan defisit neurologis fokal. Dengan memburuknya
penyakit, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi termasuk
koma, hipertensi, bradikardi dan kelumpuhan nervus III. Pada pasien ini saat
dilakukan pengkajian saat di IGD saya melihat hasil pemeriksaan terdapat demam,
kaku kuduk (+), sakit kepala, dan perubahan status mental yang berarti semua gejala
meningitis terpenuhi pada pasien ini.

Pemeriksaan CSS melalui pungsi lumbal merupakan alat diagnostik


utama dalam menegakkan meningitis bakteri. Pada pemeriksaan CSS yang
mendukung kearah infeksi meningitis bakteri adalah jumlah leukosit meningkat
bisa mencapai ribuan dengan dominan neutrofil (>60%), kadar protein dalam CSS
meningkat (>200 milligram (mg)/desiliter (dL)) dan penurunan konsentrasi glukosa
( <40 mg/dL atau kurang dari 30% gula darah sewaktu). Dikatakan kadar leukosit

CSS rendah (0-20/mm3) berhubungan dengan prognosis yang buruk. Pewarnaan


gram dan kultur harus dilakukan pada semua spesimen CSS. Gangguan dari SDO
menyebabkan peningkatan kadar protein CSS pada hampir semua pasien. Kadar
glukosa < 40 mg/dL ditemukan pada sekitar 60% pasien dengan sebagian besar
memiliki rasio serum glukosa ≤0,4. Pada saat yang sama, kadar leukosit dan protein
CSS normal dapat ditemukan pada pasien immunocompromise berat dalam
beberapa kasus meningitis neonatus dan pada awal penyakit. Pada pasien ini
ditemukan warna CSF kekuningan, jumlah sel di dominasi oleh MN, protein
meningkat, jumlah sel WBC 1210/mm3 sehingga penyebab lebih kearah bakteri.

23
Warna & Jumlah Noone/P Predominasi Protein Rasio Pemeriksaan lain
Kejernihan Sel andy glucose (mikrobiologis)
CSS:
Serum

Normal Tidak <10 - 0.15- 60%


berwarna & 0.45
Jernih

Bacterial Purulen & >1000 - PMN +++ <45% Gram stain. kultur,
keruh PCR

Viral Tidak 10-300 - MN Normal/ Normal PCR


berwarna & +
Jernih

Tuberkulo Kekuningan 10-500 +++ MN ++ <45% PCR. Zn stain,


sis (xantokrom kultur BTA
) & sedikit
keruh

Kriptokok Tidak 20-200 - MN Normal/ Normal/ Tinta india, antigen


us berwarna & + - cryptococcus
sedikit
keruh

Pemeriksaan pewarnaan gram pada CSS dapat dilakukan cepat, akurat


pada 60-90% dengan spesifitas hampir 100% pada pasien dengan meningitis
bakteri. Semakin tinggi konsentrasi bakteri di dalam CSS, kemungkinan
mendeteksi organisme dengan pewarnaan gram lebih tinggi. Pasien yang telah

24
mendapatkan antibiotik sebelum terapi yang sesuai mungkin memiliki penurunan
akurasi dalam mengidentifikasi organisme.

Beberapa tes diagnostik cepat telah dikembangkan untuk membantu


dalam menegakkan diagnosis meningitis bakteri. Tes aglutinasi latex mendeteksi
antigen H. influenzae tipe B, S. pneumonia, N. meningitidis, E. coli K1 dan
kelompok streptokokus B. Namun, mengingat tes antigen bakteri kurang berperan
dalam pemberian terapi antibiotik dan telah dilaporkan memberikan hasil positif
palsu maka penggunaan rutin modalitas ini untuk diagnostik cepat dari penyebab
infeksi bakteri meningitis tidak dianjurkan. Tes amplifikasi asam nukleat, seperti
Polymerase Chain Reaction (PCR) telah digunakan untuk mengetahui Deoxyribo
Nucleic Acid (DNA) dengan sensitivitas PCR 100% dengan spesifisitas dari 98,2%,
nilai prediksi positif 98,2% dan nilai prediksi negatif prediktif 100%.

Dalam proses pengkajianya kita dapat mensuspek Ny S dengan meningitis


dengan mengikuti algoritma RSCM -FKUI berikut ini:

25
Ny. S merupakan pasien meningitis non -HIV dan memenuhi gejala
demam, sakit kepala, dan gejala neurologi progresif yaitu penurunan kesadaran.
Hasil CT/MRI otak tidak terdapat SOL, gejala psien sudah terjadi 2 minggu dan
jumlah leukosit 11.000. oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan pungsi
lumbar untuk mencari tau penyebab meningitis pada pasien ini.

26
Pasien masuk kedalam kriteria possible terkena meningitis tuberculosis
karena memenuhi 4 dari kriteria yang ada di gambar yaitu cairan cerebrospinal di
predominansi oleh limfosit, warna CSF keruh, durasi penyakit lebih dari 6 hari, dan
penurunan kesadaran.

Jika mengikuti algoritma diganostik, jika pada hasil PCR kita tidak
menemukan bakteri TB maka jika 2 atau lebih hasil menggambarkan + dari box C,
maka harus di konsiderasi untuk melakukan LP ulang. Pada Nn. S terdapat lebih
dari 2 hasil yang + yaitu tinggal di negara yang populasi TB tinggi, gejala lebih
dari 5 hari, wbc di darah kurang dari 15.000 tetapi wbc di CSF >1000 dan CSF
neutrophil 100%. Oleh karena itu untuk pasien Ny. S dapat dilakukan LP ulang
dalam 48 jam dan MRI kepala. Jika hasil nya + sesusai kriteria maka treatment

27
untuk TB meningitis dapat dimulai. Jika hasil nya – lanjutkan investigasi dengan
tambahan pemberian terapi empiris dosis rendah.

Terapi antibiotika empiris pada pasien meningitis bakteri adalah


ceftriaxone 2 gram tiap 12–24 jam intravena (iv) atau cefotaxime 2 gram tiap 6–8
jam iv (level evidence III B). Sedangkan terapi alternatif : meropenem 2 gram tiap
8 jam iv (level evidence III C) atau chloramphenicol 1 gram tiap 6 jam iv selama
10-14 hari. Pada pasien ini diberikan meropenem IV 3x1gr. Deksametason
merupakan glukokortikosteroid yang mempunyai fungsi sebagai anti inflamasi dan
mempunyai sifat imunosupresif serta memiliki penetrasi yang sangat baik dalam
CSS. Dosis deksametason yang dianjurkan pada semua kasus meningitis
pneumokokus dewasa baik yang imunokompeten atau imunokompromise adalah
10 mg tiap 6 jam selama 4 hari

28
Daftar Pustaka
1. American Headache Society. 2011. Epidemiology and Impact of Headache
and Migraine
2. Dinarello CA, Gelfand JA, Fever and hyperthermia. In: Fauci AS, Kasper
DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jame- son JL, Loscalzo J, editors.
Harrison’s principles of internal medicine. McGraw-Hill’s Company, 17th
edition, 2005, p. 90—4 [chapter 17]. 

3. Victor M, Ropper AH, Raymond D. Infections of the nervous system
(bacterial, fungal,spirochetal, parasitic) and sarcoid. Adams and Victor's
principles of neurology. 7th Edition. United Stares of America (USA) ; The
McGraw Companies,Inc ; 2000.h. 753-759
4. Tunkel, A.R., Hartman, B.J., Kaplan, S.L., Kaufman, B.A., Roos, K.L.,
Scheld, W.M., Whitley, R.J. (2004). Practice Guidelines for the
Management of Bacterial Meningitis. Clinical Infectious Disease, 39(9),
1267-1284.
5. Thomas JP, Berner R, Zahnert T, Dazert S. AcuteOtitisMedia:astructured
approach. Dtsch Arztebl Int. 2014;111(9):151-160.
6. Walter JK, Morton NS. Chapter 41 Chronic and Recurrent Meningitis.
Harrison's Neurology in Clinical Medicine. McGrawHill. 3rd Edition. 2013.
7. Sitorus, M.S., 2004. Lapisan Selaput Otak/Meninges, Sistem Ventrikel dan
Liquor Cerebrospinal: 1-3.
8. Quagliorello, V.J., Scheld W.M., 2003. Treatment of Bacterial
Meningitis.The New England Journal of Medicine. 336 (10): 708-714.
9. Prober Charles, G., 2004. Chapter 594-Central Nervous System Infections.
In: Behrman Richard E. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. United
States of America: Saunders: An Imprint of Elsevier Science: 2366-2374.
10. Honda H., Warren D.K., 2009. Central Nervous System Infections:
Meningitis and Brain Abscess. Infect Dis Clin N Am. 23: 609-623.

29
30

Anda mungkin juga menyukai