Tabel 5.2.
Jumlah Produksi
No Jenis Produksi (LCM) Kualitas Ket
(m3/Bulan)
Baik untuk material jalan, bahan
1 Batu Split lxl 2.667 bangunan (gedung, perumahan, dsb
nya)
Baik untuk material jalan, bahan
2 Batu Split 1x2 1.066 bangunan (gedung, perumahan, dsb
nya)
3 Batu Split 2x3 667 Baik untuk material jalan, pondasi -
4 Abu Batu 360 Baik untuk bahan AMP -
59
BAB VI
Sarana tranportasi pengangkutan dan penimbunan pada kegiatan penambangan dan pengolahan
Batu Diorit/Granodiorit PT. Strada Multi Perkasa dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
Transportasi pengakutan tambang adalah segala aktivitas lalu lintas dan angkutan barang
yang seluruhnya ada di lokasi atau yang berkaitan dengan kegiatan penambangan,
Transportasi ini dibagi menjadi 2 yaitu :
Semua kegiatan transportasi dan angkutan baik manusia maupun barang tambang yang
ada di lokasi penambangan untuk kelancaran lau lintas perusahaan harus membuat
jalan tambang, dan menyediakan angkutan. Material dari hasil penambangan di
beberapa front/blok penambangan dikumpulkan dan diangkut ke area stockpile dengan
menggunakan truk.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, dalam 1 hari akan ada sebanyak 8 dump truk
(Mitsubishi HD 125 ps kapasitas 8 ton) yang digunakan untuk mengangkut material Batu
Diorit/Granodiorit dari unit Quarry ke unit Crusher Plant. Dalam 1 hari rencana produksi
sebanyak 180 m3, maka akan diperoleh perhitungan jumlah angkut setiap dump truk sebagai
berikut :
Rencana Produksi = 142,8 m3/hari = 371,3 ton/hari
= 123,76 ton/unit/hari
6.2 PERALATAN
Peralatan yang bertungsi untuk mengangkut dan menimbun material ke dalam lubang bekas
tambang ada dua macam yaitu :
7.1 Lingkungan
Dalam dokumen ini diuraikan secara ringkas dampak penting yang akan terjadi akibat kegiatan
penambangan Batu Diorit/Granodiorit dan mineral pengikutnya, serta rencana pengelolaan
yang akan dilakukan.
Dampak lingkungan yang sangat nampak di dalam kegiatan penambangan adalah terjadinya
perubahan bentang alam yang disebabkan oleh kegiatan penambangan terutama adanya
kegiatan peledakan, baik yang berada di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan
tanah. Pada kegiatan penambangan, lapisan tanah penutup Batu Diorit/Granodiorit digali dari
tempat dan kondisi asal, kemudian dipindahkan ke tempat lain (lokasi penimbunan tanah
penutup dan lokasi penimbunan Batu Diorit/Granodiorit). Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya daerah bekas penambangan yang kondisinya berbeda dengan aslinya, dimana
lokasi tersebut akan menjadi terbuka dan membentuk lubang-lubang bekas tambang. Seluruh
ekosistem dalam kehidupan semula (flora dan fauna) menjadi hilang akibat perubahan bentang
alam tersebut. Dengan demikian upaya penanggulangan dampak terhadap kegiatan peledakan
dan penambangan ini adalah melakukan rehabilitasi terhadap daerah-daerah yang di tambang.
Pelaksanaan rehabilitasi ini haruslah dipandang sebagai kegiatan yang terintegrasi dalam
perencanaan dan operasi penambangan Batu Diorit/Granodiorit, baik dari segi teknis maupun
dari segi ekonomis.
Penambangan Batu Diorit/Granodiorit diperkirakan akan meningkatkan kadar debu udara serta
meningkatkan kebisingan. Kegiatan pemuatan dan pengangkutan batu juga menyebabkan
hamburan debu di udara. Penurunan kualitas udara akan berdampak lebih lanjut terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang ada di sekitar lokasi penambangan. Upaya penanggulangan
dampak terhadap emisi debu adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut:
Dampak lain yang juga diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan penambangan Batu
Diorit/Granodiorit adalah teijadinya erosi pada lahan-lahan yang terbuka, seperti halnya daerah-
daerah penambangan dan daerah-daerah tempat penimbunan tanah. Erosi adalah proses abrasi;
benturan; dan pengangkatan puing- puing batuan atau tanah ke tempat-tempat yang lebih
rendah oleh media air atau angin. Di Indonesia, umumnya media yang lebih berperan dalam
teijadinya erosi adalah air. Pada lahan yang terbuka, aktifitas air mulai dari tetes hujan sampai
teijadinya aliran permukaan tanah, akan melakukan pengikisan yang mengakibatkan material-
material terkelupas dan terangkat melalui alur-alur, kemudian mengalir ke sungai-sungai yang
pada akhimya akan terendapkan pada tempat-tempat yang alirannya sudah tidak lagi mampu
mengangkat material tersebut. Erosi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan hilangnya
lapisan-lapisan tanah subur di sekitar daerah hulu sungai, sedangkan di daerah hilir sungai
sering menimbulkan banjir. Banjir ini banyak membawa lumpur yang akan mengakibatkan
wama air sungai menjadi keruh kecoklat- coklatan, karena kadar lumpur yang tinggi.
Mekanisme erosi yang umumnya teijadi di daerah penambangandiawali dengan proses erosi
permukaan (sheet erotion), dilanjutkan dengan erosi alur (riil erotion), dan diteruskan dengan
erosi lembah (gully erotion)
Erosi permukaan pada umumnya teijadi pada lahan-lahan yang terbuka di sekitar lokasi
penambangan, dimana sifat materialnya lepas dan mudah terkikis bila terkena air hujan.
Akumulasi erosi permukaan pada beberapa lokasi penambangan akan terbawa oleh air ke
tempat yang lebih rendah dan akan bersatu membetuk alur-alur erosi yang lebih besar. Dari
alur-alur tersebut kemudian terkumpul dalam suatu jumlah volume yang lebih besar dan
menuju ke arah permukaan yang lebih rendah, seperti lembah-lembah, yang pada akhimya
aliran erosi akan menuju sungai-sungai dan mengalir bersama-sama dengan aliran sungai.
Dengan demikian daerah aliran dekat lokasi tambang yang akan dibuka, memiliki potensi
menjadi daerah endapan lumpur hasil erosi. Diperkirakan selama periode tertentu akan terjadi
pendangkalan pada aliran sungai-sungai tersebut. Upaya penanggulangan dampak terhadap
erosi adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut :
Terjadinya erosi diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air,
seperti peningkatan kekeruhan air sungai yang digunakan masyarakat. Dampak tersebut dapat
menimbulkan dampak turunan berupa gangguan kehidupan biota-biota air. Upaya
penanggulangan dampak terhadap pencemaran air adalah dengan melakukan cara-cara sebagai
berikut :
Dampak terhadap pencemaran air akan berdampak turunan kepada kualitas biologi air, terutama
kepada plankton dan benthos yang merupakan tempat kehidupan dan makanan bagi nekton.
Upaya penanggulangan dampak terhadap pencemaran biologi air adalah dengan melakukan
pengelolaan yang sama dengan pengelolaan pencemaran air. Dampak terhadap biologi darat
disebabkan karena adanya pembukaan lahan untuk penambangan, dimana teijadi migrasi dari
biota-biota darat.
Upaya penanggulangan dampak terhadap biota darat tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a) Melakukan tahapan-tahapan pada saat pembukaan lahan, dalam arti kata lahan yang
akan dibuka tidak sekaligus, melainkan secara bertahap dan benar-benar dipilih pada
lokasi yang benar-benar diangap perlu untuk dibuka.
b) Merehabilitasi daerah bekas bukaan tambang termasuk melakukan penghijauan kembali
(reklamasi). Pada saat melakukan rehabilitasi daerah bekas penambangan, akan
dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan rencana tata
ruang wilayah Kabupaten Pontianak. Untuk itu direncanakan akan dilakukan langkah
koordinasi antara perusahaan dengan pihak-pihak terkait seperti Bappeda dan
Bapedalda Kabupaten Pontianak.
Kegiatan penambangan Batu Diorit/Granodiorit, baik pada saat tahap persiapan; operasi;
maupun pasca operasi akan menimbulkan dampak terhadap sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat setempat, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak-
dampak tersebut antara lain ;
I. Kependudukan
- Jumlah dan kepadatan penduduk
- Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
- Laju pertumbuhan penduduk
II. Perekonomian
- Pola pemanfaatan sumberdaya alam
- Kesempatan kerja dan berusaha
- Mata pencaharian penduduk
- Tingkat pendapatan
- Sarana dan prasarana perekonomian
III. Sosial Budaya
- Suku dan adat istiadat/pola kebiasaan
- Pranata sosial/lembaga kemasyarakatan
- Agama/kepercayaan
- Pendidikan masyarakat
- Proses sosial di kalangan masyarakat
- Kelompok dan organisasi social
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana penambangan Batu Diarit,
Seng, dan mineral pengikut lainnya.
IV. Kesehatan Masyarakat
- Insidensi dan prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana kegiatan
- Sanitasi lingkungan
- Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
- Pelayanan tenaga dokter dan paramedik
Pada saat selesai melakukan kegiatan penambangan (pasca penambangan) pada suatu daerah
tertentu, maka akan dilakukan pengelolaan terhadap daerah bekas penambangan. Pengelolaan
daerah bekas penambangan di wilayah tambang akan dilakukan dengan cara merehabilitasi
daerah tersebut termasuk penghijauan. Pada saat melakukan rehabilitasi daerah bekas
penambangan, akan dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pontianak. Untuk itu direncanakan akan dilakukan
langkah koordinasi antara PT. Strada Multi Perkasa dengan pihak-pihak terkait seperti Bappeda
dan Bapedal Kabupaten Pontianak.
Salah satu altematif kegiatan rehabilitasi akan diupayakan untuk mengembalikan fungsi
pemanfaatan lahan tanah pada daerah-daerah bekas penambangan, dengan tingkat produktifitas
yang diupayakan akan sama dengan keadaan semula. Dengan mempertimbangkan bahwa
sebagian besar lahan bekas tambang adalah berupa hutan, maka rencana rehabilitasi yang akan
dilakukan adalah penanaman kembali lahan-lahan kosong (reboisasi). Program tersebut adalah
program jangka panjang, sebab membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk program
tersebut. Di samping program reboisasi, maka akan diupayakan program yang lebih cepat, yaitu
dengan cara memilih tanaman yang lebih cepat pertumbuhannya, seperti karet, maupun jenis
tanaman lokal yang sesuai. Pemilihan jenis tanaman ini juga akan diimbangi dengan cara
perawatan tanaman tersebut, sehingga program penghijauan dapat terlaksana dengan baik.
Altematif lain dari kegiatan rehabilitasi lahan adalah melakukan perlindungan terhadap daerah-
daerah terbuka yang sangat rawan terhadap erosi permukaan dan/atau merubah daerah bekas
penambangan menjadi wilayah baru dengan keadaan yang sama sekali lain atau berubah,
namun lebih memberikan manfaat.
Untuk dapat menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari para pekerja dan untuk tetap
menjaga kesehatan para pekeija, maka perlu penciptaan lingkungan keija yang baik; aman; dan
sehat. Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
Mengkaji dan mengevaluasi data-data geologi, topografi dan data Operasi Produksi lainnya,
untuk keperluan perencanaan penambangan.
Untuk menangani program K-3, maka perusahaan akan merencanakan membentuk suatu
Komite Keselamatan dan Kesehatan Keija (Komite K-3) yang beranggotakan wakil-wakil dari
setiap unit keija yang ada di dalam perusahaan. Komite K-3 ini akan bekeija sama dengan
Kepala Bagian Pemantau Pengelolaan Lingkungan Tambang dan Kepala Bagian Keselamatan
dan Kesehatan Keija Tambang yang ada di dalam Divisi Pertambangan, yang bertindak sebagai
fasilitator dalam penanganan K-3 di perusahaan. Tugas pokok dari Komite K-3 ini adalah:
a. Menjamin bahwa kebiasaan keselamatan dan kesehatan kerja harus selalu dipatuhi oleh
seluruh para pekerja.
b. Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada setiap kejadian kecelakaan keija dan
membuat saran-saran perbaikannya.
c. Membina kesadaran bekerja yang aman dan selamat di kalangan para pekerja.
d. Menjadi panutan dalam hal keselamatan dan kesehatan keija bagi para pekerja.
Tabel 7.1.
Beberapa langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam rangka penanganan K-3
adalah :
a. Meningkatkan mutu lingkungan keija dan sekitamya sesuai dengan Standard baku yang
ditetapkan.
b. Menjaga kebersihan lingkungan.
c. Menanam pohon dan membuat taman agar lingkungan lebih indah.
d. Memasang alat dan pengaman kebakaran pada lokasi- lokasi tertentu.
e. Melakukan pelatihan dalam bidang K-3.
f. Menetapkan waktu-waktu tertentu sebagai hari kualitas lingkungan.
g. Melakukan pemantauan rutin untuk mengawasi kondisi lingkungan kerja dan
lingkungan hidup disekitamya.
h. Membentuk komite K-3.
i. Memelihara jalan angkut dari sebaran debu yang tinggi dengan cara melakukan
penyiraman dengan air.
j. Melengkapi para pekerja dengan peralatan pengamanan kerja.
k. Menyediakan fasilitas kesehatan bagi para pekerja.
l. Mengasuransikan para pekerja.
m. Memasang rambu-rambu peringatan pada daerah-daerah yang dianggap rawan.
n. Memberikan informasi tentang hal-hal yang membahayakan para pekerja.
o. Mengingatkan para pekerja untuk menggunakan peralatan pelindung diri, sebelum
memulai kegiatan.
Keterlibatan para pekeija dalam program K-3 dapat ditempuh melalui:
BAB VIII
Tahapan kegiatan operasi produksi dalam kegiatan penambangan batuan ini mempunyai tujuan
menghasilkan produk material dengan sasaran produksi yang optimal dimana dikategorikan
sebagai sistem produksi. Sistem ini memiliki salah satu karakteristik dibatasi oleh sumberdaya,
ruang, waktu dan finansial. Sistem ini melibatkan personil yang memiliki latar belakang yang
heterogen. Dengan adanya batasan tersebut maka sebagai implikasinya dalam pengelolaan
sistem ini dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam penanganannya.
Maka dari itu diperlukan aspek koordinasi dan pemeliharaan yang berkesinambungan dari
keutuhan hubungan antar personil. Hal ini dinamakan dangan Bagan Organisasi. Adapun bagan
organisasi pihak pemrakarsa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut ;
Gambar 8.1. Struktur Organisasi Kegiatan Pertambangan