Anda di halaman 1dari 16

= 8.

000 rrr/tahun = 666,67 m3/bulan (LCM


Uk. < 1 cm = 5.400 m3/tahun x 20%
= 4.320 m3/tahun = 360 m3/bulan (LCM)

Tabel 5.2.

Jenis, Jumlah dan Kualitas Hasil Pengolahan

Jumlah Produksi
No Jenis Produksi (LCM) Kualitas Ket
(m3/Bulan)
Baik untuk material jalan, bahan
1 Batu Split lxl 2.667 bangunan (gedung, perumahan, dsb
nya)
Baik untuk material jalan, bahan
2 Batu Split 1x2 1.066 bangunan (gedung, perumahan, dsb
nya)
3 Batu Split 2x3 667 Baik untuk material jalan, pondasi -
4 Abu Batu 360 Baik untuk bahan AMP -

59
BAB VI

PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

6.1.1 TATA CARA PENGAKUTAN DAN PENIMBUNAN

Sarana tranportasi pengangkutan dan penimbunan pada kegiatan penambangan dan pengolahan
Batu Diorit/Granodiorit PT. Strada Multi Perkasa dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

 Transportasi Pengangkutan Tambang

Transportasi pengakutan tambang adalah segala aktivitas lalu lintas dan angkutan barang
yang seluruhnya ada di lokasi atau yang berkaitan dengan kegiatan penambangan,
Transportasi ini dibagi menjadi 2 yaitu :

 Transportasi angkutan di lokasi penambangan

Semua kegiatan transportasi dan angkutan baik manusia maupun barang tambang yang
ada di lokasi penambangan untuk kelancaran lau lintas perusahaan harus membuat
jalan tambang, dan menyediakan angkutan. Material dari hasil penambangan di
beberapa front/blok penambangan dikumpulkan dan diangkut ke area stockpile dengan
menggunakan truk.

 Transportasi angkutan di luar lokasi penambangan

 Transportasi angkutan di luar lokasi penambangan dibagi menjadi 3 yaitu :

 Transportasi angkutan ke stockpile


 Transportasi angkutan material dari lokasi penimbunan ke lokasi pemasaran
 Transportasi angkutan ke konsumen

Dari perhitungan yang telah dilakukan, dalam 1 hari akan ada sebanyak 8 dump truk
(Mitsubishi HD 125 ps kapasitas 8 ton) yang digunakan untuk mengangkut material Batu
Diorit/Granodiorit dari unit Quarry ke unit Crusher Plant. Dalam 1 hari rencana produksi
sebanyak 180 m3, maka akan diperoleh perhitungan jumlah angkut setiap dump truk sebagai
berikut :
Rencana Produksi = 142,8 m3/hari = 371,3 ton/hari

Jumlah Kendaraan = 5 unit

Kapasitas Angkut/Unit = 8 ton/rit

Maka dapat dihitung 1 unit Dump Truck akan mengangkut sebanyak :


60
= 371,3 ton : 4 unit = 123,76 ton/unit/hari Jadi setiap unit dump truk akan melakukan
angkutan sebanyak :

= 123,76 ton/unit/hari

= 123,76 ton : 8 ton/rit = 15 rit/hari.

 Transportasi Pengangkutan Tambang


Transportasi yang diperuntukan para staf dan karyawan perusahaan baik di dalam lokasi
penambangan maupun di luar lokasi penambangan menggunakan kendaraan yang layak
pakai, yakni menggunakan mobil operasional double garden 4x4 dan kendaraan roda dua
yang telah disediakan oleh perusahaan.

6.2 PERALATAN

Peralatan yang bertungsi untuk mengangkut dan menimbun material ke dalam lubang bekas
tambang ada dua macam yaitu :

 Penggalian dan Penimbunan


Peralatan yang digunakan untuk menggali dan menimbun adalah excavator dan untuk
meratakan permukaan tanah menggunakan unit bulldozer.
 Pengangkutan material Batu Diorit/Granodiorit dan Top Soil Peralatan yang digunakan
untuk pengangkutan material batuan dan tanah yaitu dengan menggunakan unit Dump
truck.
Tabel 6.1.
Jenis dan Jumlah Alat Pengangkutan dan Penimbunan

No. Peralatan Berat Yang Digunakan Merk/type Jumlah

1. Bulldozer CAT D6 G 1 Unit

2. Excavator Hitachi Zaxis 200 1 Unit


3. Dump truck kapasitas 8 ton Mitsubishi HD 125 ps 4 Unit
BAB VII

LINGKUNGAN, KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

7.1 Lingkungan

Kegiatan penambangan Batu Diorit/Granodiorit termasuk transportasi dan penggunaan atau


pemanfaatannya, dapat memberikan suatu nilai keuntungan namim dapat pula memberikan
suatu dampak yang berarti bagi lingkungan hidup. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup, kegiatan penambangan umum dengan
luas perizinan (KP) atau sekarang yang disebut dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) < 200
ha tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL melainkan diganti dengan Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Dokumen tersebut merupakan pembahasan dan telaahan yang mendalam dari berbagai aspek,
baik fisik-kimia, biologi maupun sosial dengan tujuan agar perusahaan “melakukan kegiatan
penambangan dengan berwawasan lingkungan”.

Dalam dokumen ini diuraikan secara ringkas dampak penting yang akan terjadi akibat kegiatan
penambangan Batu Diorit/Granodiorit dan mineral pengikutnya, serta rencana pengelolaan
yang akan dilakukan.

7.1.1. DAMPAK TERHADAP PERUBAHAN BENTANG ALAM

Dampak lingkungan yang sangat nampak di dalam kegiatan penambangan adalah terjadinya
perubahan bentang alam yang disebabkan oleh kegiatan penambangan terutama adanya
kegiatan peledakan, baik yang berada di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan
tanah. Pada kegiatan penambangan, lapisan tanah penutup Batu Diorit/Granodiorit digali dari
tempat dan kondisi asal, kemudian dipindahkan ke tempat lain (lokasi penimbunan tanah
penutup dan lokasi penimbunan Batu Diorit/Granodiorit). Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya daerah bekas penambangan yang kondisinya berbeda dengan aslinya, dimana
lokasi tersebut akan menjadi terbuka dan membentuk lubang-lubang bekas tambang. Seluruh
ekosistem dalam kehidupan semula (flora dan fauna) menjadi hilang akibat perubahan bentang
alam tersebut. Dengan demikian upaya penanggulangan dampak terhadap kegiatan peledakan
dan penambangan ini adalah melakukan rehabilitasi terhadap daerah-daerah yang di tambang.
Pelaksanaan rehabilitasi ini haruslah dipandang sebagai kegiatan yang terintegrasi dalam
perencanaan dan operasi penambangan Batu Diorit/Granodiorit, baik dari segi teknis maupun
dari segi ekonomis.

7.1.2. DAMPAK TERHADAP KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

Penambangan Batu Diorit/Granodiorit diperkirakan akan meningkatkan kadar debu udara serta
meningkatkan kebisingan. Kegiatan pemuatan dan pengangkutan batu juga menyebabkan
hamburan debu di udara. Penurunan kualitas udara akan berdampak lebih lanjut terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang ada di sekitar lokasi penambangan. Upaya penanggulangan
dampak terhadap emisi debu adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut:

a. Melakukan penyiraman di lokasi penambangan dan jalan angkut dekat pemukiman.


b. Karyawan yang bekerja di lokasi penambangan diwajibkan menggunakan masker
penutup hidung, ear plug dan helm pengaman.
c. Melakukan penanamam pohon di sekitar jalan angkut.
d. Melakukan pemerikasaan kesehatan karyawan yang bekerja dekat sumber dampak.

7.1.3. DAMPAK TERHADAP EROS1

Dampak lain yang juga diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan penambangan Batu
Diorit/Granodiorit adalah teijadinya erosi pada lahan-lahan yang terbuka, seperti halnya daerah-
daerah penambangan dan daerah-daerah tempat penimbunan tanah. Erosi adalah proses abrasi;
benturan; dan pengangkatan puing- puing batuan atau tanah ke tempat-tempat yang lebih
rendah oleh media air atau angin. Di Indonesia, umumnya media yang lebih berperan dalam
teijadinya erosi adalah air. Pada lahan yang terbuka, aktifitas air mulai dari tetes hujan sampai
teijadinya aliran permukaan tanah, akan melakukan pengikisan yang mengakibatkan material-
material terkelupas dan terangkat melalui alur-alur, kemudian mengalir ke sungai-sungai yang
pada akhimya akan terendapkan pada tempat-tempat yang alirannya sudah tidak lagi mampu
mengangkat material tersebut. Erosi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan hilangnya
lapisan-lapisan tanah subur di sekitar daerah hulu sungai, sedangkan di daerah hilir sungai
sering menimbulkan banjir. Banjir ini banyak membawa lumpur yang akan mengakibatkan
wama air sungai menjadi keruh kecoklat- coklatan, karena kadar lumpur yang tinggi.
Mekanisme erosi yang umumnya teijadi di daerah penambangandiawali dengan proses erosi
permukaan (sheet erotion), dilanjutkan dengan erosi alur (riil erotion), dan diteruskan dengan
erosi lembah (gully erotion)

Erosi permukaan pada umumnya teijadi pada lahan-lahan yang terbuka di sekitar lokasi
penambangan, dimana sifat materialnya lepas dan mudah terkikis bila terkena air hujan.
Akumulasi erosi permukaan pada beberapa lokasi penambangan akan terbawa oleh air ke
tempat yang lebih rendah dan akan bersatu membetuk alur-alur erosi yang lebih besar. Dari
alur-alur tersebut kemudian terkumpul dalam suatu jumlah volume yang lebih besar dan
menuju ke arah permukaan yang lebih rendah, seperti lembah-lembah, yang pada akhimya
aliran erosi akan menuju sungai-sungai dan mengalir bersama-sama dengan aliran sungai.
Dengan demikian daerah aliran dekat lokasi tambang yang akan dibuka, memiliki potensi
menjadi daerah endapan lumpur hasil erosi. Diperkirakan selama periode tertentu akan terjadi
pendangkalan pada aliran sungai-sungai tersebut. Upaya penanggulangan dampak terhadap
erosi adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut :

a) Membuat saluran pada lereng (ditch, trench) dan bak penampung


Pada lereng-lereng yang masih aktif digunakan pada saat operasi penambangan,
dibangun "ditch” (saluran horizontal) dan "trench" (saluran vertikal) dengan tujuan
untuk menampung air permukaan yang masuk ke lereng tambang yang dalam kondisi
terbuka dan rentan terhadap erosi permukaan. Saluran ini berfungsi untuk mengarahkan
aliran air permukaan menuju lubang tambang. Pada pertemuan antara "ditch" dan
“trench" juga dibangun suatu bak penenang, dengan maksud untuk mengurangi tekanan
air limpasan pada saat mengalir ke bawah.
b) Pengatapan dengan alang-alang
Untuk melindungi lereng-lereng tambang yang akan ditinggalkan dari erosi
permukaan, maka digunakan alang- alang sebagai penutup permukaan. Dengan
demikian lereng-lereng tambang tersebut tidak langsung terkikis air hujan pada saat
turunnya hujan.
7.1.4. DAMPAK TERHADAP PENCEMARAN AIR

Terjadinya erosi diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air,
seperti peningkatan kekeruhan air sungai yang digunakan masyarakat. Dampak tersebut dapat
menimbulkan dampak turunan berupa gangguan kehidupan biota-biota air. Upaya
penanggulangan dampak terhadap pencemaran air adalah dengan melakukan cara-cara sebagai
berikut :

a. Membuat kolam pengendapan (settling pond)


Penanggulangan pencemaran air di tambang dilakukan dengan membuat kolam
pengendapan (settling pond) pada titik terendah lantai keija tambang (mine floor).
Kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan akhir dari seluruh muara aliran air
yang masuk ke pit, sebelum dialirkan keluar dengan menggunakan pemompaan. Selain
untuk menampung air, kolam juga dapat difungsikan untuk mengendapkan partikel-
partikel yang terangkut oleh aliran air, sehingga setelah melalui proses pengendapan
dapat dilakukan pemisahan antara air yang relatif lebih bersih dengan partikel pengotor.
Setelah melalui penanganan dengan kolam pengendapan, diharapkan air yang akan
dipompa dari kolam pengendapan untuk dibuang ke sungai-sungai terdekat, sudah
dalam keadaan bersih dan terpisah dari partikel-partikel pengotor.
b. Membuat kolam pengontrol (monitoring pond)
Kolam pengontrol akan dibuat pada lokasi diantara pit tambang dengan titik buangan air
di sungai-sungai. Kolam ini berfungsi untuk memantau kualitas air yang akan dibuang
ke sungai-sungai. Air yang dipompa dari kolam pengendapan sebelum dibuang ke
paritan, dialirkan terlebih dahulu ke kolam pengontrol ini. Dengan memfungsikan
kolam pengontrol sebagai habitat dari kehidupan ikan, jika diketahui ada gangguan
terhadap ikan tersebut, dengan mudah dapat diketahui kemungkinan teijadinya
pencemaran pada air tersebut.

7.1.5. DAMPAK TERHADAP BIOLOGI AIR DAN BIOLOGI DARAT

Dampak terhadap pencemaran air akan berdampak turunan kepada kualitas biologi air, terutama
kepada plankton dan benthos yang merupakan tempat kehidupan dan makanan bagi nekton.
Upaya penanggulangan dampak terhadap pencemaran biologi air adalah dengan melakukan
pengelolaan yang sama dengan pengelolaan pencemaran air. Dampak terhadap biologi darat
disebabkan karena adanya pembukaan lahan untuk penambangan, dimana teijadi migrasi dari
biota-biota darat.

Upaya penanggulangan dampak terhadap biota darat tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a) Melakukan tahapan-tahapan pada saat pembukaan lahan, dalam arti kata lahan yang
akan dibuka tidak sekaligus, melainkan secara bertahap dan benar-benar dipilih pada
lokasi yang benar-benar diangap perlu untuk dibuka.
b) Merehabilitasi daerah bekas bukaan tambang termasuk melakukan penghijauan kembali
(reklamasi). Pada saat melakukan rehabilitasi daerah bekas penambangan, akan
dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan rencana tata
ruang wilayah Kabupaten Pontianak. Untuk itu direncanakan akan dilakukan langkah
koordinasi antara perusahaan dengan pihak-pihak terkait seperti Bappeda dan
Bapedalda Kabupaten Pontianak.

7.1.6. DAMPAK TERHADAP SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN KESEHATAN


MASYARAKAT

Kegiatan penambangan Batu Diorit/Granodiorit, baik pada saat tahap persiapan; operasi;
maupun pasca operasi akan menimbulkan dampak terhadap sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat setempat, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak-
dampak tersebut antara lain ;

I. Kependudukan
- Jumlah dan kepadatan penduduk
- Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
- Laju pertumbuhan penduduk
II. Perekonomian
- Pola pemanfaatan sumberdaya alam
- Kesempatan kerja dan berusaha
- Mata pencaharian penduduk
- Tingkat pendapatan
- Sarana dan prasarana perekonomian
III. Sosial Budaya
- Suku dan adat istiadat/pola kebiasaan
- Pranata sosial/lembaga kemasyarakatan
- Agama/kepercayaan
- Pendidikan masyarakat
- Proses sosial di kalangan masyarakat
- Kelompok dan organisasi social
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana penambangan Batu Diarit,
Seng, dan mineral pengikut lainnya.
IV. Kesehatan Masyarakat
- Insidensi dan prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana kegiatan
- Sanitasi lingkungan
- Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
- Pelayanan tenaga dokter dan paramedik

Upaya penanggulangan terhadap dampak-dampak tersebut adalah melakukan upaya-upaya


pengembangan dampak positif dan penurunan dampak negatip pada setiap komponen
lingkungan pada masing-masing komponen kegiatan.

7.1.7. PENGELOLAAN DAERAH BEKAS PENAMBANGAN ( PASCA TAMBANG DAN


KONSERVASI )

Pada saat selesai melakukan kegiatan penambangan (pasca penambangan) pada suatu daerah
tertentu, maka akan dilakukan pengelolaan terhadap daerah bekas penambangan. Pengelolaan
daerah bekas penambangan di wilayah tambang akan dilakukan dengan cara merehabilitasi
daerah tersebut termasuk penghijauan. Pada saat melakukan rehabilitasi daerah bekas
penambangan, akan dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pontianak. Untuk itu direncanakan akan dilakukan
langkah koordinasi antara PT. Strada Multi Perkasa dengan pihak-pihak terkait seperti Bappeda
dan Bapedal Kabupaten Pontianak.

Salah satu altematif kegiatan rehabilitasi akan diupayakan untuk mengembalikan fungsi
pemanfaatan lahan tanah pada daerah-daerah bekas penambangan, dengan tingkat produktifitas
yang diupayakan akan sama dengan keadaan semula. Dengan mempertimbangkan bahwa
sebagian besar lahan bekas tambang adalah berupa hutan, maka rencana rehabilitasi yang akan
dilakukan adalah penanaman kembali lahan-lahan kosong (reboisasi). Program tersebut adalah
program jangka panjang, sebab membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk program
tersebut. Di samping program reboisasi, maka akan diupayakan program yang lebih cepat, yaitu
dengan cara memilih tanaman yang lebih cepat pertumbuhannya, seperti karet, maupun jenis
tanaman lokal yang sesuai. Pemilihan jenis tanaman ini juga akan diimbangi dengan cara
perawatan tanaman tersebut, sehingga program penghijauan dapat terlaksana dengan baik.
Altematif lain dari kegiatan rehabilitasi lahan adalah melakukan perlindungan terhadap daerah-
daerah terbuka yang sangat rawan terhadap erosi permukaan dan/atau merubah daerah bekas
penambangan menjadi wilayah baru dengan keadaan yang sama sekali lain atau berubah,
namun lebih memberikan manfaat.

7.2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)

Untuk dapat menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari para pekerja dan untuk tetap
menjaga kesehatan para pekeija, maka perlu penciptaan lingkungan keija yang baik; aman; dan
sehat. Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
Mengkaji dan mengevaluasi data-data geologi, topografi dan data Operasi Produksi lainnya,
untuk keperluan perencanaan penambangan.

a. Seringnya terjadi polusi debu yang menimbulkan gangguan kesehatan.


b. Seringnya timbul suara keras yang melebihi nilai ambang batas.
c. Seringnya teijadi kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka bahkan cacat atau
meninggal dunia.
d. Seringnya terjadi pencemaran air yang mengakibatkan timbulnya penyakit gatal-gatal.

Masalah-masalah tersebut sering terjadi akibat timbulnya kelalaian- kelalaian dalam


memperhatikan Standard pencemaran dan Standard K-3 yang ditetapkan untuk kegiatan
industri khususnya pertambangan. Di dalam pelaksanaan kerja sehari-hari, apabila dijumpai
parameter-parameter yang telah melebihi nilai Standard, maka diindikasikan bahwa lingkungan
keRja telah mengalami pencemaran. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka pencemaran
yang akan teRjadi semakin berat dan pada akhimya akan membahayakan keselamatan dan
kesehatan keija, baik terhadap karyawan maupun penduduk di sekitar lokasi kegiatan. Oleh
sebab itu pihak perusahaan akan memberikan perhatian yang serius terhadap aspek-
aspek tersebut, agar keselamatan dan kesehatan kerja dapat teijamin. Keselamatan dan
kesehatan kerja khususnnya bagi para karyawan, adalah merupakan suatu hal yang penting
guna meningkatkan produktivitas kerja. Hal tersebut didasari atas berbagai pertimbangan
yaitu:
a. Dengan tingkat keselamatan dan kesehatan keija yang tinggi, maka tingkat kecelakaan
keija dapat dikurangi bahkan ditekan seminim mungkin. Hal ini juga berpengaruh
terhadap pembiayaan yang lebih kecil bagi peruntukan biaya kecelakaan kerja.
b. Tingkat keselamatan dan kesehatan keija yang tinggi, umumnya sejalan dengan
program penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang baik dan benar, yang pada
akhimya akan menghasilkan produktifitas keija yang tinggi dan effisiensi peralatan
yang baik.
c. Tingkat keselamatan dan kesehatan keija yang tinggi umumnya akan menciptakan
kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan dan kegairahan kerja.
d. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan keija tidak dapat dipisahkan dari keterampilan,
dimana kedua-duanya merupakan unsur-unsur penting bagi kelangsungan proses
produksi
e. Program keselamatan dan kesehatan keija yang dibuat oleh perusahaan dan dijalankan
dengan baik dan benar oleh seluruh para pekerja, akan membantu terciptanya hubungan
baik antara perusahaan dan para pekeija, dimana hal ini merupakan landasan yang kuat
bagi terciptanya produktifitas keija yang tinggi.

7.2.1. ORGANISASI PENANGANAN K-3

Untuk menangani program K-3, maka perusahaan akan merencanakan membentuk suatu
Komite Keselamatan dan Kesehatan Keija (Komite K-3) yang beranggotakan wakil-wakil dari
setiap unit keija yang ada di dalam perusahaan. Komite K-3 ini akan bekeija sama dengan
Kepala Bagian Pemantau Pengelolaan Lingkungan Tambang dan Kepala Bagian Keselamatan
dan Kesehatan Keija Tambang yang ada di dalam Divisi Pertambangan, yang bertindak sebagai
fasilitator dalam penanganan K-3 di perusahaan. Tugas pokok dari Komite K-3 ini adalah:

a. Menjamin bahwa kebiasaan keselamatan dan kesehatan kerja harus selalu dipatuhi oleh
seluruh para pekerja.
b. Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada setiap kejadian kecelakaan keija dan
membuat saran-saran perbaikannya.
c. Membina kesadaran bekerja yang aman dan selamat di kalangan para pekerja.
d. Menjadi panutan dalam hal keselamatan dan kesehatan keija bagi para pekerja.

7.2.2. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN K-3


Untuk dapat melakukan penanganan K-3 dengan baik dan benar, maka direncanakan pada unit-
unit keija yang ada, akan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta manual keselamatan dan kesehatan kerja. Peralatan dan perlengkapan K-
3 ini meliputi peralatan pemadam kebakaran; perlengkapan P-3K; perlengkapan pakaian keija;
helm dan sepatu lapangan; baju keija Standard; baju pelampung. Beberapa peralatan dan
perlengkapan keselamatan dan kesehatan keija yang harus dipenuhi untuk lokasi kerja, seperti
terlihat pada Tabel 7.1. Disamping peralatan dan perlengkapan keija, juga merencanakan akan
menyusun buku manual K-3, yaitu buku pedoman tentang Standard penanganan K-3 pada
perusahaan.

Tabel 7.1.

Tabel Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No. Lokasi Peralatan Keselamatan & Kesehatan Kerja


1 Tambang • Helm pengaman
• Sepatu pengaman
• Kacamata
• Sarung tangan
• Masker debu
• Alat pemadam api dan perlengkapan P3K di
masing-masing kendaraan, baik alat tambang
maupun kendaraan sarana
• Bendera merah 2 m (untuk vehicle)
• Rambu-rambu lalu-lintas (termasuk pengatur
kecepatan max 40 km/jam)

2 Stockpile • Helm pengaman


• Sepatu pengaman
• Kacamata
• Sarung tangan
• Masker debu
• Alat pemadam api dan perlengkapan P3K
3 Workshop • Helm Pengaman
(Bengkel)
• Sepatu pengaman
• Kacamata pengaman
• Alat pemadam api dan perlengkapan P3K
• Rambu tulisan selain yang berkepentingan
dilarang masuk
• Lokasi pembuangan oli bekas

• Lokasi penampungan besi-besi bekas dan suku


cadang yang tidak terpakai
44
Gudang Bahan Peledak • Helm pengaman
44 • Sepatu pengaman
• Rambu tulisan selain yang berkepentingan
dilarang masuk
• Alat pemadam api dan perlengkapan P3K

7.2.3. LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN K-3

Beberapa langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam rangka penanganan K-3
adalah :

a. Meningkatkan mutu lingkungan keija dan sekitamya sesuai dengan Standard baku yang
ditetapkan.
b. Menjaga kebersihan lingkungan.
c. Menanam pohon dan membuat taman agar lingkungan lebih indah.
d. Memasang alat dan pengaman kebakaran pada lokasi- lokasi tertentu.
e. Melakukan pelatihan dalam bidang K-3.
f. Menetapkan waktu-waktu tertentu sebagai hari kualitas lingkungan.
g. Melakukan pemantauan rutin untuk mengawasi kondisi lingkungan kerja dan
lingkungan hidup disekitamya.
h. Membentuk komite K-3.
i. Memelihara jalan angkut dari sebaran debu yang tinggi dengan cara melakukan
penyiraman dengan air.
j. Melengkapi para pekerja dengan peralatan pengamanan kerja.
k. Menyediakan fasilitas kesehatan bagi para pekerja.
l. Mengasuransikan para pekerja.
m. Memasang rambu-rambu peringatan pada daerah-daerah yang dianggap rawan.
n. Memberikan informasi tentang hal-hal yang membahayakan para pekerja.
o. Mengingatkan para pekerja untuk menggunakan peralatan pelindung diri, sebelum
memulai kegiatan.
Keterlibatan para pekeija dalam program K-3 dapat ditempuh melalui:

a) Keterlibatan pekeija dalam komite K-3.


b) Memberikan saran kepada perusahaan untuk hal-hal yang berhubungan dengan K-3.
c) Membentuk Gugus Kendali Mutu dan mengadakan pertemuan-pertemuan rutin untuk
membicarakan masalah- masalah terutama yang menyangkut K-3.
d) Menyusun check-list tentang K-3 pada masing-masing unit usaha.
e) Menyediakan kotak-kotak saran dalam rangka program K- 3.
f) Memberikan masukan kepada perusahaan dalam rangka perbaikan manual program K-
3.
g) Membantu perusahaan dalam menilai program K-3 pada masing-masing unit usaha.

BAB VIII

ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.1. BAGAN ORGANISASI

Tahapan kegiatan operasi produksi dalam kegiatan penambangan batuan ini mempunyai tujuan
menghasilkan produk material dengan sasaran produksi yang optimal dimana dikategorikan
sebagai sistem produksi. Sistem ini memiliki salah satu karakteristik dibatasi oleh sumberdaya,
ruang, waktu dan finansial. Sistem ini melibatkan personil yang memiliki latar belakang yang
heterogen. Dengan adanya batasan tersebut maka sebagai implikasinya dalam pengelolaan
sistem ini dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam penanganannya.
Maka dari itu diperlukan aspek koordinasi dan pemeliharaan yang berkesinambungan dari
keutuhan hubungan antar personil. Hal ini dinamakan dangan Bagan Organisasi. Adapun bagan
organisasi pihak pemrakarsa dapat dilihat pada gambar sebagai berikut ;
Gambar 8.1. Struktur Organisasi Kegiatan Pertambangan

 Kepala Teknik Tambang (KTT) : Bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas


penutupan lahan pasca tambang beijalan dengan terarah sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun baik secara teknis maupun non teknis, memeriksa dan meyakinkan
aktifitas penutupan tambang beijalan sesuai dengan perencanaan diantaranya menjamin
keamanan area bekas tambang serta melakukan pemantauan kestabilan fisik,
pembongkaran fasilitas penunjang tambang, pemeliharaan reklamasi sampai dinyatakan
memenuhi kriteria berhasil oleh stakeholder.

 Kepala Divisi Operasional


o Mengatur sistem kerja
o Menyiapkan Standart Operasional Perusahaan (SOP)
o Mengawasi dan Mengkoordinir secara langsung seluruh kegiatan sehari-hari
o Membuat perencanaan produksi, mengawasi jalannya proses produksi, dan
bertanggungjawab atas kelancaran proses produksi.
o Membuat laporan berdasarkan informasi dari masing-masing karyawan yang
berada dibawah garis komando operasional.
o Dalam melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada KTT.

 Kepala Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) & Lingkungan :


o Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan
menganalisanya
o Mengumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan membuat
Standart Operation Procedure (SOP) yang aman untuk bekeija pada kegiatan
tersebut.
o Membuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
seluruh pekerja.
o Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
o Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
o Bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan- kegiatan
pembinaan government & industrial serta mempunyai kewajiban memelihara
dan menjaga citra perusahaan.

 Kepala Divisi Keuangan dan Administrasi


o Mengkordinir kecukupan seluruh aktiva, dan transkaksi keuangan.
o Mengatur segala persiapan keadaan keuangan, mengawasi keefektifan dan
efisiensi, sistem informasi manajemen, metode, dan prosedumya.

Anda mungkin juga menyukai