Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2303-288X Vol. 2, No.

2, Oktober 2013

PENELUSURAN MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN TATA KALIMAT


DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BERBASIS INKUIRI PADA
SISWA KELAS I SMP LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA
Ida Bagus Putrayasa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan (1) miskonsepsi-miskonsepsi
yang terdapat pada siswa tentang objek dan adverbial, (2) efektivitas strategi pengubahan
konsepsi, (3) tingkat penguasaan siswa atas konsep-konsep objek dan adverbial, dan (4)
komentar siswa tentang pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri dalam mempelajari
konsep-konsep objek dan adverbial. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang penelitian
eksperimen dengan melibatkan dua kelas, yang masing-masing kelas dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada tiap-tiap kelas diambil 22 siswa kelas VII SMP Lab
Undiksha secara acak untuk dijadikan sampel. Data yang terkait dengan permasalahan di
atas, dikumpulkan dengan tes dan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara
deskriptif dan uji t. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan pendekatan
konstruktivisme berbasis inkuiri lebih baik daripada model konvensional dalam mempelajari
konsep-konsep objek dan adverbial. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan kepada guru
agar menerapkan pendekatan tersebut sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran
bahasa Indonesia (khususnya dalam kalimat).

Kata-kata kunci: konstruktivisme, inkuiri, objek, adverbial

Abstract
The aim of this study was to find out (1) the students’ misconceptions about
object and adverbial, (2) the effectiveness of conception modification strategy, (3) the
students’ mastery of concepts of object and adverbial, and (4) the students’ comments about
constructivism approach based inquiry in learning concepts of object and adverbial. For this
purpose an experiment was conducted at two classes were selected from each of the class
as experiment and control classes. Twenty two students of class VII SMP Lab Undiksha of
each of the two classes were selected as sample through random sampling. The data
concerning the above problems were collected by a test and questionnaire. The data were
analyzed descriptively and t-test. The result demonstrated that the students who were
taught with constructivism approach based inquiry could learn the concepts of object and
adverbial better than those who were taught with conventional model. Based on the result it
can be suggested to the teachers to implement the approach as one of the alternatives in
the teaching and learning of Indonesian (particularly in the teaching and learning of
sentences).

Key words: constructivism, inquiry, object, adverbial

PENDAHULUAN menggunakan bahasa Indonesia,


Tujuan pembelajaran Bahasa kemampuan intelektual (keterampilan
Indonesia pada jenjang sekolah menengah berpikir), kematangan emosional, dan
adalah membekali peserta didik kematangan sosial agar dapat memahami
seperangkat pengetahuan (pemahaman lingkungan sekitar dan sebagai bekal
konsep), kemampuan dan keterampilan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

Jurnal Pendidikan Indonesia | 236


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

lebih tinggi (Kurikulum, 2004). Kenyataan dalam mempelajari konsep-konsep objek


yang terjadi di lapangan menunjukkan dan adverbial?
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia, Dalam kerangka konstruktivis,
khususnya pada jenjang sekolah menengah belajar dimaknai sebagai suatu upaya
pertama masih dihadapkan pada masalah pengkonstruksian pengetahuan oleh individu
rendahnya mutu dan prestasi belajar yang sebagai pemberian makna atas data sensori
dicapai oleh peserta didik. yang berkaitan dengan pengetahuan yang
Rendahnya mutu pendidikan dan telah ada sebelumnya (Tasker, 1992).
prestasi belajar yang dicapai peserta didik Belajar merupakan suatu proses
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pemaknaan yang melibatkan konstruksi-
ditengarai banyak dikontribusi oleh model konstruksi dari para pembelajar (Sukadi,
pembelajaran yang dianut dan diaplikasikan 1999; Sadia, 1996; Fosnot, 1989).
guru. Hal ini dipertegas lagi dengan Selanjutnya, Dyle dan Haas (1997)
seringnya guru menggunakan metode menyatakan bahwa belajar menurut
ceramah dalam pembelajarannya, sehingga pandangan konstruktivis lebih diarahkan
peserta didik lebih banyak berposisi dan pada terbentuknya makna pada diri
diposisikan sebagai objek pembelajaran. pembelajar atas apa yang dipelajarinya
Berdasarkan uraian di atas, berdasarkan pengetahuan dan pemahaman
tampaknya kita harus beralih pandangan mereka sebelumnya.
dari pandangan konvensional ke pandangan Pembelajaran dengan inkuiri pada
inovatif, yakni pendekatan konstruktivisme hakikatnya merupakan pembelajaran yang
yang lebih memposisikan pembelajaran mempersiapkan situasi bagi anak untuk
pada upaya self-reconstruction, yaitu melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas
pengetahuan itu dibangun di dalam pikiran ingin melihat apa yang terjadi, ingin
peserta didik dan oleh peserta didik itu melakukan sesuatu, ingin menggunakan
sendiri dengan fasilitasi guru. Kalangan simbul-simbul dan mencari jawaban atas
konstruktivist memandang bahwa pertanyaan sendiri, menghubungkan
pengetahuan itu pada dasarnya dibangun penemuan yang satu dengan penemuan yang
sendiri oleh peserta didik yang didasari oleh lain, membandingkan apa yang ditemukan
struktur kognitif yang telah ada dan dimiliki dengan yang ditemukan orang lain (Sund &
sebelum pembelajaran itu sendiri dilakukan Trowbridge, 1973; Eltinge, 1993). Pendekatan
(Fosnot, 1989). Sementara itu, guru lebih konstruktivisme yang berbasis inkuri digunakan
banyak berposisi sebagai mediator dan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran
fasilitator kreatif selama berlangsungnya untuk mengungkap miskonsepsi yang terjadi
pembelajaran (Shymansky, 1992). pada siswa. Miskonsepsi atau salah konsep
Yang menjadi masalah dalam menunjuk pada suatu konsep yang tidak
penelitian ini adalah: (1) miskonsepsi- sesuai dengan pengertian ilmiah atau
miskonsepsi apakah yang terdapat pada pengertian yang diterima para pakar dalam
siswa sehubungan dengan konsep objek bidang itu (Suparno, 2005).
dan adverbial? (2) bagaimanakah efektivitas Bentuk miskonsepsi dapat berupa
strategi pengubahan konsepsi yang berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang
konflik kognitif dalam mengubah tidak benar antara konsep-konsep, gagasan
miskonsepsi siswa dalam pembelajaran intuitif atau pandangan yang naif. Novak
objek dan adverbial? (3) sejauh manakah (1984) dalam Suparno (2005)
tingkat penguasaan siswa atas konsep- mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu
konsep objek dan adverbial? dan (4) apakah interpretasi konsep-konsep dalam suatu
pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri pernyataan yang tidak dapat diterima.
diterima siswa sebagai suatu kemudahan Brown (1989) seperti yang dikutip oleh
Suparno (2005) menjelaskan miskonsepsi

Jurnal Pendidikan Indonesia | 237


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

sebagai suatu pandangan yang naif dan konsep objek dan adverbial. (2) merancang
mendefinisikannya sebagai suatu gagasan program pembelajaran serta menyusun
yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah strategi pengubahan konsepsi. (3) melatih
yang sekarang diterima. Miskonsepsi ini guru yang akan ditugaskan untuk
ditemukan juga dalam pemahaman tentang melaksanakan misi studi eksperimen ini. (4)
unsur-unsur pembentuk kalimat. mengimplementasikan program
Kalimat merupakan untai kata yang pembelajaran yang telah disusun pada
mengandung pengertian lengkap. Untai kata tahap dua di atas. (5) mengevaluasi
ini bisa dibentuk dengan minimal dua kata efektivitas pendekatan konstruktivis. (6)
atau lebih. Dua kata ini harus mengandung menganalaisis miskonsepsi siswa yang
pengertian lengkap. Pengertian lengkap resistan. (7) merevisi strategi pengubahan
biasanya ditandai dengan adanya subjek konsepsi dengan memanfaatkan informasi
dan predikat, dan bila dibalik susunannya yang diperoleh pada tahap keenam di atas.
(diinversikan) tidak mengubah pengertian Data penelitian ini dikumpulkan
kalimat semula. dengan tes, pedoman interviu, dan
Di samping S dan P sebagai unsur kuesioner. Data tentang pengetahuan awal
inti kalimat, terdapat juga unsur-unsur lain siswa dideskripsikan secara naratif.
sebagai unsur tambahan kalimat, yaitu Selanjutnya, untuk memperoleh gambaran
unsur objek, pelengkap, dan keterangan. tentang miskonsepsi-miskonsepsi yang
Objek dan adverbial merupakan dua hal terdapat pada siswa dan bagaimana
yang memiliki kemiripan karena posisi dan perubahannya setelah proses pembelajaran,
bentuknya berupa nomina. Kedua hal inilah maka data yang diperoleh dari tes awal dan
yang sering menimbulkan miskonsepsi pada tes akhir dianalisis secara deskriptif dan
siswa. Karena itu, penelitian ini difokuskan penyimpulannya dinyatakan dengan
pada kedua hal tersebut. persentase. Dari deskripsi tersebut, terlihat
pula miskonsepsi-miskonsepsi mana yang
METODE PENELITIAN bersifat resistan.
Penelitian ini menggunakan Data tentang pendapat siswa
rancangan penelitian eksperimen dengan terhadap pendekatan konstruktivisme
pretest-posttest control group design. Dalam berbasis inkuiri, yang diperoleh melalui
penelitian ini dilibatkan variabel perlakuan, kuesioner dianalisis dengan statistik
yaitu pendekatan konstruktivisme berbasis deskriptif dan penyimpulannya didasarkan
inkuiri (X1) yang dikenakan pada kelas atas skor rata-rata dan simpangan baku.
eksperimen, dan model belajar konvensional
(X2) yang dikenakan pada kelas kontrol. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Kelas VII HASIL PENELITIAN
SMP Laboratorium Undiksha Singaraja. Miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat
yang terdiri atas tiga kelas. Dari ketiga kelas pada siswa sehubungan dengan konsep
tersebut, dipilih dua kelas sebagai subjek (objek dan adverbial)
penelitian, yang masing-masing diambil satu
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu Miskonsepsi pada siswa
kelas sebagai kelas kontrol. Penentuan menyangkut objek tampak pada semua
kelas terpilih dilakukan dengan teknik siswa. Pada siswa yang tergolong KE, 69%
random samling. siswa mengatakan bahwa objek dibentuk
Prosedur yang ditempuh dalam oleh benda hidup, 56 % siswa mengatakan
penelitian ini meliputi tujuh tahapan sebagai dibentuk oleh orang, 60% siswa
berikut: (1) menggali, mengidentifikasi, dan mengatakan objek terletak di tengah
menganalisis miskonsepsi-miskonsepsi kalimat, dan 21 % siswa mengatakan objek
yang terdapat pada siswa terkait dengan terletak di akhir kalimat. Sementara itu,

Jurnal Pendidikan Indonesia | 238


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

pada siswa yang tergolong KK, 78% siswa yang mengatakan bahwa objek dan
mengatakan bahwa objek dibentuk oleh adverbial berbeda.
benda hidup dan 69% siswa mengatakan Adanya miskonsepsi yang terjadi
dibentuk oleh orang. Miskonsepsi pada pada siswa menyangkut unsur manasuka
siswa menyangkut adverbial kalimat juga kalimat, khususnya objek dan adverbial
tampak pada semua siswa. Pada siswa kalimat tercenmin pula pada kemampuan
yang tergolong KE, 26% siswa mengatakan mereka dalam memahami unsur manasuka
bahwa adverbial dibentuk oleh benda mati; kalimat, khususnya objek dan adverbial.
65 % siswa mengatakan dibentuk oleh Sebagian besar kemampuan awal
benda hidup, 30% siswa mengatakan siswa tergolong kurang dalam hal
dibentuk oleh bukan benda; dan 56% siswa memahami unsur manasuka kalimat,
mengatakan adverbial terletak di akhir khususnya objek dan adverbial. Siswa yang
kalimat. Sementara itu, pada siswa yang kurang memahami objek dan adverbial 82%,
tergolong KK, 69% siswa mengatakan seperti tampak pada kelompok eksprerimen
bahwa adverbial dibentuk oleh benda hidup; maupun kelompok kontrol.
60% mengatakan adverbial dibentuk oleh Hasil interviu klinis yang dilakukan
orang; dan 17% mengatakan adverbial terhadap siswa menunjukkan bahwa
terletak di akhir kalimat. Miskonsepsi pada keadaan itu terjadi karena pembelajaran
siswa menyangkut persamaan dan yang diterapkan guru masih kurang memberi
perbedaan objek dan adverbial kalimat juga kesempatan mengemukakan pendapat dan
tampak pada semua siswa. Pada siswa berdialog, kurang membangkitkan minat,
yang tergolong KE, 54% siswa mengatakan kurang memotivasi atau memberi semangat,
bahwa objek dan adverbial sama; kurang mengembangkan rasa ingin tahu
sedangkan pada siswa yang tergolong KK, dan kreativitas, kurang mengaktifkan, dan
43% siswa mengatakan bahwa objek dan tidak memberikan kemudahan kepada
adverbial sama. siswa. Efektivitas Strategi Pengubahan
Berdasarkan keadaan tersebut, Miskonsepsi menjadi Konsepsi yang Benar
dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi dalam Pembelajaran Unsur Manasuka
terjadi pada siswa menyangkut unsur Kalimat (Objek dan Adverbial).
manasuka kalimat, khususnya objek dan Hasil penelitian yang dilakukan
adverbial kalimat. Semua siswa mempunyai sebagaimana disampaikan sebelumnya
konsep yang kurang akurat terhadap objek menunjukkan bahwa miskonsepsi terjadi
dan adverbial, baik menyangkut ciri-ciri pada siswa menyangkut objek dan adverbial
maupun persamaan dan perbedaan kalimat. Pada umumnya siswa mempunyai
keduanya. Siswa mempunyai konsep kurang konsep yang kurang akurat terhadap objek
lengkap dan bervariasi terhadap objek dan dan adverbial, baik menyangkut ciri-ciri
adverbial. Mereka secara dominan dan maupun persamaan dan perbedaan
bervariasi mengatakan bahwa objek keduanya. Hasil interviu klinis yang
dibentuk oleh benda mati, benda hidup, dilakukan menunjukkan bahwa keadaan itu
orang, jenis kata benda, dan terletak di terjadi karena pembelajaran yang diterapkan
tengah kalimat. Siswa dominan dan guru masih kurang memberi kesempatan
bervariasi mengatakan bahwa adverbial mengemukakan pendapat dan berdialog,
dibentuk oleh orang, bukan orang, benda kurang membangkitkan minat, kurang
mati, benda hidup, terletak di tengah motivasi atau semangat, kurang
kalimat, dan di akhir kalimat. Sementara mengembangkan rasa ingin tahu dan
tentang persamaan dan perbedaan objek kreativitas, kurang mengaktifkan siswa, dan
dan adverbial, secara dominan menyatakan tidak memberikan kemudahan kepada
bahwa objek dan adverbial sama dan ada siswa. Hal itu tercermin pada hasil kuesioner
atau interviu klinis.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 239


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Berdasarkan masalah yang dihadapi Kegiatan penutup: (1) merumuskan bersama


siswa yang tampak pada hasil interviu klinis, siswa ciri-ciri objek dan adverbial serta
dilakukan penelitian eksperimen, yaitu perbedaan dan persamaannya; dan (2)
merancang dan menerapkan pembelajaran melakukan evaluasi.
unsur manasuka kalimat (objek dan Hasil penelitian yang dilakukan
adverbial) dengan pendekatan menunjukkan bahwa strategi pengubahan
konstruktivisme berbasis inkuiri. Pendekatan miskonsepsi menjadi konsepsi yang benar
pembelajaran tersebut pada intinya dalam pembelajaran unsur manasuka
memberikan kesempatan kepada siswa kalimat (objek dan adverbial) yang
untuk mengontruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pendekatan konstruktivisme
tentang unsur manasuka kalimat (objek dan berbasis inkuiri sebagaimana disampaikan
adverbial) dengan menyediakan data tersebut tergolong efektif. Hal itu dapat
berupa kalimat-kalimat untuk diamati dan dilihat pada kemampuan siswa dalam
bereksperimen menemukan konsep bersupa memahami unsur objek dan adverbial pada
ciri-ciri, pesamaan, dan perbedaan kedua kelompok ekperimen dan kelompok kontrol
hal itu denga cara berdiskusi, berbagi serta hasil kuesioner yang dijawab siswa
pendapat, dan bertanya kepada guru untuk yang menjadi subjek penelitian.
menemukan jalan menarik kesimpulan jika Tingkat Penguasaan Siswa terhadap Unsur
mereka menghadapi jalan buntu. Manasuka Kalimat (Objek dan Adverbial
Pendekatan pembelajaran unsur Kalimat) dengan Menggunakan Pendekatan
manasuka kalimat (objek dan adverbial) Konstrukti-visme Berbasis Inkuiri
dengan pendekatan konstruktivisme Sebagaimana disampaikan pada
berbasis inkuiri yang dimaksud bagian terdahulu, strategi pengubahan
direalisasikan dengan strategi pembelajaran miskonsepsi menjadi konsepsi yang benar
yang tampak dalam kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran unsur objek dan
sebagai berikut: kegiatan pembuka: (1) adverbial yang dikembangkan berdasarkan
mempersiapkan siswa dengan menciptakan pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri
suasana menyenangkan dan kondusif untuk tergolong efektif. Tingkat penguasaan siswa
belajar; (2) melakukan apersepsi yang terhadap unsur objek dan adverbial kalimat
terkait dengan unsur-unsur kalimat (3) dengan menggunakan pendekatan
menyampaikan tujuan pembelajaran; dan konstruktivisme berbasis inkuiri tergolong
(4) membagi siswa dalam kelompok kecil baik.
dengan anggota 4 - 5 orang. Kegiatan inti Sebagaimana hasil analisis data,
(1) memberikan siswa lembar kerja siswa skor rata-rata tes awal (T1) yang dicapai
(LKS) yang berisi kalimat-kalimat yang siswa yang tergolong KE dan KK adalah
sudah diperluas dengan objek yang dicetak sama, yakni 53,25. Hal itu menunjukkan
tebal dan adverbial dicetak miring; (2) siswa bahwa baik KE maupun KK dapat
diminta merumuskan ciri-ciri objek dan dikategorikan berkemampuan kurang dalam
adverbial serta persamaan dan memahami konsep objek dan adverbial.
perbedaannya; (3) meminta siswa Sementara itu, siswa yang tergolong dalam
merumuskan ciri-ciri objek dan adverbial KE yang diperlakukan dengan menerapkan
serta persamaan dan perbedaannya; (4) pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri
member kesempatan kepada siswa untuk mendapat nilai rata-rata tes akhir (T2) 90,25
bertanya; (5) siswa mewakili kelompok yang berkategori sangat baik. KK yang
menyampaikan hasil kerjanya; (6) guru diperlakukan dengan menerapkan
bersama siswa membahas hasil kerja pembelajaran konvensional mendapat skor
masing-masing kelompok; (7) guru rata-rata 55,65 yang berkategori cukup.
mengklarifikasi jawaban atau tanggapan Terhadap rerata hasil-hasil tes tersebut
sesuai dengan yang diharapkan siswa. dilakukan analisis statistik, yaitu uji

Jurnal Pendidikan Indonesia | 240


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

perbedaan dengan Uji-t untuk mendapatkan adalah pendapat siswa sebagai dasar
gambaran yang meyakinkan tentang hasil penentuan kategori kualifikasi.
pengubahan miskonsepsi pada KE dan KK. Dalam penelitian ini digunakan
Hasil perhitungan terhadap kuesioner sebanyak tujuh butir pertanyaan
perbedaan antara T1 dan T2 pada KE dengan masing-masing alternatif jawaban
menunjukkan bahwa harga t tabel untuk db tiga butir. Dengan memperhatikan
38 dalam taraf signifikansi 5% adalah 2.021 persentase jawaban siswa, dapat diperoleh
dan harga t hitung yang didapat dari hasil gambaran tentang penerapan pendekatan
penelitian adalah -2.123. Berarti t hitung konstruktivisme sebagai suatu kemudahan
lebih besar daripada t tabel, sehingga Ho dalam mempelajari unsur manasuka kalimat
ditolak dan H1 diterima. Hal itu berarti pula (objek dan adverbial).
bahwa terdapat perbedaan penguasaan Berdasarkan hal itu, kemudahan
siswa terhadap unsur objek dan adverbial bagi siswa dalam penerapan strategi
sebelum dan sesudah pendekatan pengubahan miskonsepsi menjadi konsepsi
pembelajaran konstruktivisme berbasis yang benar dalam pembelajaran unsur
inkuiri dilakukan. Pada KK, harga t tabel manasuka kalimat (objek dan adverbial)
untuk db 38 dalam taraf signifikansi 5% dikembangkan berdasarkan pendekatan
adalah 2,021 dan harga t hitung yang konstruktivisme berbasis inkuiri.
didapat dari hasil penelitian adalah -0,182.
Berarti t hitung lebih kecil daripada t tabel, PEMBAHASAN
sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Hal itu Secara umum, pengetahuan awal
berarti pula bahwa terdapat perbedaan siswa tentang objek dan adverbial
penguasaan siswa terhadap unsur objek mengalami miskonsepsi. Pada umumnya
dan adverbial sebelum dan sesudah siswa mempunyai konsep yang kurang
pembelajaran secara konvensional akurat terhadap objek dan adverbial, baik
dilakukan. menyangkut ciri-ciri maupun perbedaan dan
Selanjutnya, hasil uji perbedaan persamaan keduanya. Miskonsepsi siswa
dengan Uji-t terhadap T2 pada KE dan T2 yang paling menonjol adalah bahwa objek
pada KK memperlihatkan perbedaannya kalimat hanya bisa dibentuk oleh orang,
tidak signifikan. Secara statistik mempunyai benda hidup, dan kelas kata benda. Jenis
korelasi sebesar 1,143 dan nilai t hitung lain dan kelas katas yang lain tidak bisa
lebih kecil daripada t tabel. Berdasarkan uji menduduki objek tersebut. Hal ini sesuai
signifikansi tersebut, dapat disimpulkan dengan teori yang dikemukakan oleh Sutan
bahwa prestasi belajar siswa tentang unsur Takdir Alisyahbana (1978) dan Robert-
objek dan adverbial yang menggunakan Burton (1997) yang mengatakan bahwa
pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri objek adalah benda. Konsep inilah yang
lebih baik daripada prestasi belajar siswa sangat melekat pada pikiran siswa,
yang menggunakan model pembelajaran sehingga tidak ada yang lain bisa
konvensional. Penerapan Pendekatan membentuk objek, selain benda itu sendiri.
Konstruktivisme sebagai Suatu Kemudahan Demikian pula halnya dengan adverbial,
dalam Mempelajari Unsur Manasuka bahwa dalam konsep siswa, adverbial
Kalimat (Objek dan Adverbial) tersebut hanya bisa dibentuk oleh benda
Untuk memperoleh gambaran hidup.
tentang komentar siswa terhadap Miskonsepsi siswa tentang objek
pendekatan konstruktivisme yang berbasis dan adverbial menurun ketika dalam
inkuiri, data yang diperoleh melalui pembelajaran diterapkan strategi
kuesioner dianalisis secara deskriptif. Dalam pengubahan konsepsi dengan konflik
menarik kesimpulan, kriteria yang digunakan kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dihasilkan oleh Sadia

Jurnal Pendidikan Indonesia | 241


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

(1996), yang menunjukkan bahwa konflik PENUTUP


kognitif dalam pembelajaran konsep-konsep Berdasarkan uraian di atas, dapat
IPA (energi, panas) dapat menurunkan dipaparkan hal-hal sebagai berikut. (1)
miskonsepsi-miskonsepsi siswa. Sebelum dilakukannya treatment terhadap
Sehubungan dengan penelitian yang kelas eksperimen ditemukan miskonsepsi-
dilakukan ini, dengan konflik kognitif, siswa miskonsepsi siswa tentang unsur objek dan
diberikan konsep-konsep tentang objek dan adverbial. Namun, setelah dilakukan
adverbial dengan konsep yang benar. treatment, miskonsepsi siswa tentang unsur
Konflik kognitif ini diberikan pada kelas objek dan adverbial mengalami penurunan.
eksperimen yang diperlakukan dengan (2) Strategi pengubahan konsepsi dengan
menerapkan strategi pengubahan konflik kognitif cukup efektif menurunkan
miskonsepsi menjadi konsepsi yang benar miskonsepsi siswa tentang unsur objek dan
dalam pembelajaran unsur-unsur manasuka adverbial. (3) Tingkat penguasaan siswa
kalimat (objek dan adverbial), yang tentang objek dan adverbial yang diajarkan
dikembangkan berdasarkan pendekatan dengan pendekatan konstruktivisme
konstruktivisme berbasis inkuiri. Sementara berbasis inkuiri lebih baik daripada siswa
itu, pada kelas kontrol diperlakukan dengan yang diajarkan dengan model konvensional.
menerapkan pembelajaran konvensional. (4) Komentar siswa terhadap penerapan
Dengan menerapkan strategi konflik pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri
kognitif, miskonsepsi-miskonsepsi siswa dalam pembelajaran unsur objek dan
tentang objek dan adverbial menurun, yang adverbial adalah positif. Berdasarkan
tadinya miskonsepsi menjadi konsep ilmiah. simpulan tersebut, disarankan kepada
Artinya, tingkat penguasaan siswa tentang pengajar bahasa Indonesia (khususnya
konsep-konsep objek dan adverbial menjadi konsep-konsep kalimat), agar menerapkan
semakin baik. Dengan konflik kognitif ini pendekatan konstruktivisme berbasis inkuiri
pula, penerapan pendekatan sebagai salah satu alternatifnya.
konstruktivisme berbasis inkuiri menjadi
efektif diterapkan dalam pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
Bahasa Indonesia, khusunya yang
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta:
menyangkut unusr-unsur manasuka kalimat
Depdiknas
(objek dan adverbial). Dengan efektifnya
penerapan pendekatan konstruktivisme Eltinge, E.M. 1993. Linguistic content analysis:
berbasis inkuiri dalam pembelajaran Bahasa a method to measure science as
Indonesia (khususnya objek dan adverbial) inquiry in textbooks dalam Jounal of
ini, siswa merasa senang dan berkomentar Research in Science Teaching Vol.30
positif terhadap penerapan pendekatan No.l PP. 65-83 (1993).
tersebut. Penerapan pendekatan tersebut
Fosnot, C.T. 1989. Equiring teachers
dapat memberikan kemudahan pada
equiring learners: a constructivist
mereka dalam mempelajari konsep-konsep
approach for teaching. New York:
objek dan adverbial. Pengetahuan yang
Teachers College Press.
digali dan dikonstruksinya sendiri dengan
aktif, kreatif, serta menggunakan logika, Sadia, W. 1996. Pengembangan model
menjadi tahan lama bersemayam dalam belajar konstruktivis dalam
otak atau pikirannya. Mereka juga dengan pembelajaran IPA di Sekolah
mudah mentransfer pengetahuan tersebut Menengah Pertama (SMP). Disertasi.
kepada orang lain atau teman-teman PPS IKIP Bandung.
sejawatnya dalam mempelajari konsep-
konsep kebahasaan. Shymansky, J.A. & Keyle, W.C. 1992.
Establishing a research agenda:

Jurnal Pendidikan Indonesia | 242


ISSN: 2303-288X Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

critical issues of science curriculum Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan


reform. JRST. Vol.30, Issues 7. perubahan konsep pendidikan fisika.
Jakarta: PT Gramedia.
Sund & Trowbridge. 1973. Teaching science
by inquiry in the scondary school. Tasker, R. 1992. Effective teaching: what
Columbus: Charles E. Merrill Publishing can a constructivist view of learning
Comapany. offer? ASTJ. Vol.38, No.1.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 243

Anda mungkin juga menyukai