Anda di halaman 1dari 42

PELATIHAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

MODUL 4

SUMBER DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

TAHUN 2017

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

KATA PENGANTAR

Modul 4 Sumber dan Pola Pembiayaan Infrastruktur merupakan salah satu dari Modul dalam
pelatihan Pembiayaan Infrastruktur. Salah satu aspek penting dalam penyediaan infrastruktur
adalah aspek investasi dan pembiayaan infrastruktur. Saat ini pemerintah telah merancang
didalam pembiayaan maupun dukungan pembangunan infrastruktur. Fasilitas dukungan
pemerintah tersebut di antaranya adalah dengan skema Project Development Fund (PDF)
melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur PT. SMI, dukungan kelayakan atau biasa disebut
Viability Gap Fund (VGF) atas sebagian biaya konstruksi terhadap proyek KPBU, dan
penjaminan risiko infrastruktur yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.
Dua belas modul dalam pelatihan ini menginformasikan hal-hal mengenai integritas, kebijakan
dan peraturan mengenai pembiayaan infrastruktur, ekonomi makro dan mikro, manajemen
keuangan, identifikasi penyediaan infrastruktur, sumber dana, pola pembiayaan, pengajuan
fasilitas dan dukungan pemerintah, pengajuan pembiayaan ke lembaga pembiayaan
infrastruktur, pengendalian pelaksanaan pembiayaan, dan pengelolaan resiko, tidak hanya
secara teori, namun juga secara praktis membahas studi kasus.
Dalam tujuan meningkatkan kemampuan keterampilan teknis ASN bidang ke-PU-an (bidang
Konstruksi), maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan Kurikulum dan
Modul Pelatihan Pembiayaan Infrastruktur untuk menghasilkan SDM bidang Konstruksi yang
kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang
konstruksi yang handal.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para narasumber, praktisi di lapangan, PT Mektan
Babakan Tujuh Konsultan dengan Team Leader Drs. Komarudin, M.Pd, serta pihak-pihak
terkait yang telah membantu terwujudnya modul ini. Akhirnya mudah mudahan paket modul
yang kami susun ini dapat bermanfaat dan dapat membantu para praktisi pembiayaan
infrastruktur di pusat maupun di daerah dimana sedang mengembangkan infrastruktur.

Bandung, Oktober 2017


Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi

Ir. K.M. Arsyad, M.Sc


NIP. 196709081991031006

i
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................................iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat...................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................... 2
1. Kompetensi Dasar .............................................................................................. 2
2. Indikator Keberhasilan ....................................................................................... 2
MATERI POKOK 1 SUMBER DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAN
KARAKTERISTIKNYA ........................................................................................................ 4
A. Sumber dan Metodologi Pembiayaan Infrastruktur ................................................. 4
B. Pola Pembiayaan Infrastruktur................................................................................. 4
C. Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) ..................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 29
GLOSARIUM....................................................................................................................... 30

ii
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul ini digunakan untuk membantu peserta diklat terkait materi pada
Modul 4 ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami
secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang
dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus
yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan peserta diklat yang lain atau dengan tutor Anda.
4. Guna memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan.
Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan peserta diklat lainnya.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah
memahami dengan benar kandungan modul ini.

Selamat belajar !

iii
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu arahan pembangunan nasional jangka panjang 2005-2025 adalah mewujudkan
bangsa yang berdaya saing yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang siap
dalam menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.
Salah satu faktor kunci dala mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah
pembangunan infrastruktur.
Karakter pengembangan infrastruktur diantaranya adalah membutuhkan pendanaan yang
besar, jangka panjang, dan rentan terhadap resiko. Hal ini menjadi tantangan besar dalam
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Anggaran pemerintah terhadap infrastruktur selama ini berkisar antara 3-5% dari PDB.
Berdasarkan Renstra Kementerian PUPR tahun 2015-2019, kebutuhan investasi infrastruktur
bidang PUPR mencapai Rp. 4796, 2 triliun. Kebutuhan ini sulit terpenuhi karena terbatasnya
alokasi anggaran APBN, dimana Kementerian PUPR hanya bisa mengalokasikan sebesar
41,25% dari total kebutuhan anggaran. Sisa dari kebutuhan yang belum terpenuhi diharapkan
dapat diperoleh dari sumber-sumber lain, termasuk melalui pelibatan Badan Usaha Milik
Pemerintah (BUMN dan BUMD).
Pelibatan BUMN/BUMD bukan barang baru, contohnya PT Jasa Marga sejak tahun 70-an
telah terlibat dalam pembangunan jalan tol, demikian pula dengan PT Jasa Tirta I dan II serta
PDAM dalam pengelolaan sumber daya air dan penyediaan air minum di daerah. Meskipun
telah terlibat dalam penyediaan infrastruktur, peran BUMN/BUMD dinilai masih belum optimal.
Demikian pula dengan sumber dana PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri) mialnya berupa
pinjaman lunak atau soft loan yang selama ini telah dipergunakan dalam berbagai proyek
pembangunan infrastruktur.
Sumber dana alternatif lainnya yang dimungkinkan bagi pembiayaan infrastruktur adalah
berupa dana syariah (SBSN atau sukuk) serta lembaga keuangan seperti perbankan, pasar
modal, dana asuransi dan dana pensiun.
Oleh karena itu, guna menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan ahli pada
bidang konstruksi khususnya pembiayaan infrastruktur, dipandang perlu dilaksanakannya
suatu program pelatihan, yaitu :
PELATIHAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Dengan demikian diharapkan para SDM yang bernaung di bawah Kementerian PUPR
terutama pada sektor konstruksi, mampu memberikan pelayanan yang prima terkait
pembiayaan infrastruktur. Guna mendukung berjalannya program pelatihan, perlu ditunjang
dengan adanya bahan ajar salah satunya yaitu modul. Diharapkan dengan adanya modul,
mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka dibuatlah modul
terkait pembiayaan infrastruktur.
Modul 4 yang membahas mengenai “Sumber, Pola, dan Skema Pembiayaan Infrastruktur”
diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan peserta pelatihan pembiayaan
infrastruktur mengenai sumber, pola, dan skema pembiayaan infrastruktur. Selain itu
diharapkan peserta pelatihan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama
sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama
pelatihan berlangsung.

1
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memaparkan mengenai kerangka pola pembiayaan infrastruktur
pembiayaan yang meliputi Sumber Dana Pembiayaan infrastruktur dan karakteristiknya,
Media Pembiayaan Infrastruktur, serta Instrumen Pembiayaan infrastruktur. Ruang lingkup
sumber pembiayaan pada modul 4 ini meliputi sumber dana pembiayaan infrastruktur, dan
pola pembiayaan infrastruktur. Media Pembiayaan meliputi perbankan, pasar modal, direct
lending, lembaga syariah, trust fund, dan modal ventura. Adapun Instrumen Pembiayaan
meliputi obligasi dan sekuritas.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti diklat ini maka peserta diklat diharapkan mampu memahami Sumber
Dana Pembiayaan infrastruktur, media pembiayaan infrastruktur dan instrumen
pembiayaan infrastruktur yang dijalankan dalam mendukung penyelenggaraan suatu
model atau pola pembiayaan infrastruktur.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan ini maka peserta diharapkan mampu :
a. Menjelaskan tentang Sumber-sumber Pembiayaan yang sesuai dengan
karakteristik infrastruktur, yaitu jangka panjang;
b. Menjelaskan tentang Media Pembiayaan yang merupakan media yang digunakan
sumber pembiayaan ketika akan melakukan investasi infrastruktur;
c. Menjelaskan tentang berbagai Instrumen Pembiayaan yang digunakan oleh media
pembiayaan dalam berinvestasi infrastruktur.

D. Materi Pokok dan Sub Materi


1.1 Sumber dan Pola Pembiayaan Infrastruktur dan Karakteristiknya
1) Sumber dan Metodologi Pembiayaan Infrastruktur
• Pendanaan Pemerintah
• Pendanaan BUMN/BUMD
• Pendanaan Off Balance Sheet
• Pendanaan Strategis
• Pendanaan KPBU
2) Pola Pembiayaan Infrastruktur
1. Pola Pendanaan Pemerintah
➢ Pola Pendanaan/Pembiayaan dengan Mekanisme APBN
➢ Pola Pendanaan/Pembiayaan dengan Mekanisme APBD
➢ Pola Pendanaan/Pembiayaan melalui Mekanisme PHLN
➢ Pola Pendanaan/Pembiayaan melalui Skema SBSN/Syariah
2. Pola Pendanaan BUMN/BUMD
➢ Cadangan Kas dan Kas Operasional
➢ Surat Hutang dan Obligasi Perusahaan
➢ Pinjaman Langsung BUMN/BUMD
3. Pola Pendanaan Off Balance Sheet
➢ Availability Payment (Pemerintah Pusat)
➢ Availability Payment (Pemerintah Daerah)

2
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

4. Pola Pendanaan Strategis


➢ Vertikal, Horizontal, Split
➢ Paket Lintas Sektor
➢ Lain-lain
5. Pola Pendanaan KPBU
➢ Jenis Infrastruktur dan Bentuk Kerjasama
➢ Tahap Pelaksanaan KPBU
➢ Penanggungjawab Proyek Kerjasama
➢ Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah
➢ Pembiayaan Sebagian KPBU oleh Pemerintah
➢ Monitoring dan Evaluasi
3) Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)

3
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

MATERI POKOK 1
SUMBER DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAN KARAKTERISTIKNYA

A. Sumber dan Metodologi Pembiayaan Infrastruktur

B. Pola Pembiayaan Infrastruktur


1. Pola Pendanaan Pemerintah
1) Pola Pendanaan/Pembiayaan dengan Mekanisme APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN merupakan wujud
pengelolaan keuangan Negara sebagai konsekuensi penyelenggaraan pemerintahan yang
menimbulkan hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang. Beberapa
pengertian terkait dengan APBN adalah sebagai berikut:
1) Kapasitas Fiskal (Resource Envelope) adalah kemampuan keuangan negara yang
dihimpun dari pendapatan negara untuk mendanai anggaran belanja negara yang meliputi
Belanja K/L dan Belanja Non K/L.
2) Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan untuk Belanja K/L
sebagai pedoman dalam menyusun rencana kerja K/L (renja K/L) dan Belanja non-K/L.
Pagu indikatif ini mengindikasikan kebutuhan angka dasar bagi pendanaan sasaran kinerja

4
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

dan kebijakan yang masih berlanjut dan indikasi jumlah tambahan untuk mendanai inisiatif
baru. Pagu Indikatif ditetapkan dengan Surat Bersana (SB) Menteri Keuangan dan Menteri
PPN Kepala Bappenas pada bulan Maret tahun sebelumnya.
3) Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada K/L untuk
menyusun Rencana Kerja dan Anggaran K/L(RKA-K/L) dan kepada Bendahara Umum
Negara (BUN) untuk menyusun Rencana Dana Pengeluaran (RDP) BUN. Pagu Anggaran
ditetapkan melalui surat Menteri Keuangan kepada seluruh K/L pada bulan Juni tahun
sebelumnya.
4) Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada
K/L dan BUN berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam
berita acara hasilkesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan
DPR.
5) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) adalah rancangan
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disusun dan disepakati oleh
Pemerintah untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk ditetapkan.
6) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan paling lambat akhir bulan
November tahun sebelumnya.
7) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) adalah
rancangan perubahan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara sebagai akibat
dari perubahan pada: (a) besaran-besaran asumsi dasar ekonomi makro; (b) pokok-pokok
kebijakan fiskal; (c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran;
dan (d) keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaranyang diajukan ke DPR untuk ditetapkan.
8) APBNP adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara sebagai akibat dari
perubahan pada: (a) besaran-besaran asumsi dasar ekonomi; makro (b) pokok-pokok
kebijakan fiskal; (c) keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran;
dan (d) keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang disetujui oleh DPR.
9) Inisiatif Baru adalah usulan tambahan rencana Kinerja selain yang telah dicantumkan
dalam prakiraan maju, yang berupa program, kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.
Usulan Inisiatif Baru dapat dilakukan pada tiga kesempatan dalam siklus perencanaan dan
penganggaran, yaitu:
a. Sebelum Pagu Indikatif (pengusulanI) di bulan Januari/Februari;
b. Sebelum Pagu Anggaran (pengusulan II)di bulan Mei/Juni;
c. Sebelum Alokasi Anggaran (pengusulan III) di bulan Agustus/September.
Struktur APBN
Untuk meningkatkan transparansi penyusunan APBN serta sekaligus mempermudah
pelaksanaan pengelolaan APBN oleh Pemerintah, format dan struktur APBN Indonesia
berubah dari T- Account menjadi I-account sejak tahun 2000. Perubahan tersebut untuk
menyesuaikan dengan standar Government Finance Statistics (GFS). Dengan format ini,
Pendapatan disajikan pada urutan teratas yang kemudian dikurangi dengan belanja negara
sehingga dapat diketahui surplus atau defisit. Setelah defisit, disajikan unsur-unsur
Pembiayaan untuk menutup defisit tersebut.
Keuntungan lain dari penyesuaian format ini adalah memudahkan analisis perbandingan
dengan APBN negara-negara lain yang juga menerapkan standar GFS, dan memudahkan

5
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

pelaksanaan desentralisasi perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah. Format dan struktur I-account APBN secara singkat disajikan dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1 Struktur APBN berdasarkan I-Account


Sumber: Pokok-pokok Siklus APBN di Indonesia, Kemenkeu 2014.

Siklus APBN
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan RAPBN, antara lain
adalah siklus APBN, kondisi ekonomi domestik dan internasional yang tercermin dalam
asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan pembangunan, parameter
konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, resiko
fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun.
Siklus adalah putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara berulang dengan tetap dan
teratur. Oleh karena itu, Siklus APBN dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berawal
dari perencanaan dan penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban APBN yang
berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun anggaran. Penggambaran siklus APBN dapat
dilihat pada Gambar 5.1

6
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Gambar 5.1 Siklus APBN.


Sumber: Pokok-pokok Siklus APBN di Indonesia, Kemenkeu 2014.

Berdasarkan Buku Pokok-pokok SIklus APBN di Indonesia yang dikeluarkan oleh Ditjen
Anggaran, Kementerian Keuangan, siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan
perencanaan dan penganggaran APBN. Terkait penyusunan rencana anggaran (kapasitas
fiskal), Pemerintah, BPS, Bank Indonesia mempersiapkan asumsi dasar ekonomi makro yang
akan digunakan sebagai acuan penyusunan kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain itu juga
disiapkan konsep pokok-pokok kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Dalam tahapan ini,
terdapat dua kegiatan penting yaitu: perencanaan kegiatan (Perencanaan) dan perencanaan
anggaran (Penganggaran). Dalam perencanaan, para pemangku kepentingan terutama
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) menjalankan perannya untuk mempersiapkan
RKP/RKAKL yang mencerminkan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan oleh Presiden
dan mendapat persetujuan DPR. Setelah melalui pembahasan antara K/L selaku chief of
operation officer (COO) dengan Menteri Keuangan selaku chief financial officer (CFO) dan
Menteri Perencanaan, dihasilkan Rancangan Undang-Undang APBN yang bersama Nota
Keuangan kemudian disampaikan kepada DPR. Setelah dilakukan pembahasan antara
Pemerintah dan DPR, dengan mempertimbangkan masukan DPD, DPR memberikan
persetujuan dan pengesahan sehingga menjadi Undang- undang APBN, di mana tahapan
kegiatan ini disebut penetapan APBN. Pada tahapan selanjutnya, pelaksanaan APBN
dilakukan oleh K/L dan Bendahara Umum Negara dengan mengacu pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai alat pelaksanaan APBN. Bersamaan dengan tahapan
pelaksanaan APBN, K/L dan Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan pencatatan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Atas LKPP
tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan, dan LKPP yang telah
diaudit oleh BPK tersebut disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam bentuk rancangan
undang-undang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk dibahas dan disetujui.
Adapun penyusunan RAPBN/APBN tahun tertentu, secara garis besar terdiri atas langkah-
langkah: (1) Review Kerangka Penganggaran Jangka Panjang (Long-term Budget Framework
– LTBF), Kerangka Penganggaran Jangka Menengah (Medium- term Budget Framework –

7
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

MTBF), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), (2) penyusunan
konsep arahan Presiden yang kemudian akan menjadi konsep kebijakan fiskal (APBN), (3)
perumusan usulan asumsi dasar ekonomi makro dan parameter APBN, dan (4) perumusan
usulan besaran APBN (defisit, pendapatan, belanja, dan pembiayaan). Siklus penyusunan
APBN pada tahap kegiatan perencanaan dan penganggaran sampai dengan penetapan
APBN di setiap tahun anggaran secara ringkas diilustrasikan pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Siklus Kegiatan APBN
Tahapan Kegiatan Output Lingkup Pembahasan
Perumusan Identifikasi arahan Presiden Surat Menteri Internal Pemerintah
arahan dalam sidang kabinet Keuangan ke Presiden
Presiden tentang usulan arah
Klasifikasi arahan presiden
kebijakan dan prioritas
menurut tema/bidang
pembangunan nasional
Formulasi konsep usulan
arah kebijakan dan prioritas
pembangunan nasional
Resource Review Kerangka Surat Menteri Internal Pemerintah,
Envelope Penganggaran Jangka Keuangan kepada dengan koordinasi antara
Panjang (Long Term Budget Menteri PPN/Kepala Kementerian Keuangan
Framework - LTBF) dan Bappenas tentang dan
Kerangka Penganggaran resource envelope
BPS, Kementerian ESDM,
Jangka Menengah (Medium pagu belanja K/L
BI dalam penyusunan
Term Budget Framework –
asumsi dasar ekonomi
MTBF)
makro
Konsep Kebijakan
Perumusan konsep awal
fiskal dan makro

kebijakan fiskal dan RAPBN
pokok-pokok KEM 

Perumusan usulan asumsi
dasar ekonomi 
makro dan Draft Surat Menteri
Parameter APBN Keuangan kepada
Presiden 

Perumusan usulan besaran
RAPBN
Perumusan usulan besaran Konsep paparan
resource envelope pagu Menteri Keuangan
belanja negara 
 dalam sidang kabinet

Penyusunan Penyampaian surat tentang Surat Bersama Menteri Internal Pemerintah


Pagu Indikatif 
kapasitas fiskal untuk Keuangan dan Kepala
pagu indikatif kepada Bappenas tentang
Menteri PPN/Kepala Pagu Indikatif
Bappenas

8
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Tahapan Kegiatan Output Lingkup Pembahasan


Penyusunan usulan
rancangan pagu indikatif 

Penyusunan Penyiapan bahan Dokumen KEM dan Internal Pemerintah
Kerangka penyusunan KEM dan PPKF 
 Penanggung jawab:
Ekonomi PPKF RAPBN TA yang Kementerian keuangan
Makro (KEM) direncanakan (BKF)
Pokok-pokok Dokumen RKP
Penyiapan dokumen KEM
Kebijakan 
Paparan Menteri
dan PPKF untuk
Fiskal (PPKF) Keuangan ke DPR 
 Bappenas (Deputi Bidang
disampaikan kepada
(bersamaan Pendanaan dan
Menteri Keuangan
dengan Pembangunan)
Rencana Kerja Penyusunan RKP (Keppres) Kesepakatan Badan
Pemerintah) Anggaran tentang RKP,
Penyampaian RKP serta
KEM dan PPKF.
KEM dan PPKF kepada
DPR
Pembicaraan BKF, DJA, DJPK, dan
Pendahuluan Bappenas

Penyusunan Penganggaran 
 Dokumen Nota Internal Pemerintah


RAPBN dan Keuangan RAPBN dan
Penyampaian dan
MTBF RUU APBN
pembahasan dalam sidang Penanggung Jawab:
kabinet 
 (Disampaikan oleh
Kementerian Keuangan
Presiden kepada DPR
(dengan koordinator DJA)
pada tanggal 16
Agustus)

Pembahasan Pembahasan RAPBN Nota Keuangan APBN Pemerintah dan DPR


RAPBN menjadi APBN
UU APBN
RUU APBN menjadi UU
(Ditetapkan akhir Penanggung Jawab: BKF,

APBN 
 Oktober) DJA dan DJPK

Penganggaran Keputusan Presiden Internal Pemerintah


APBN tentang Rincian
Penanggung Jawab: DJA
Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat dan
Dokumen Pelaksanaan
Anggaran

Pelaksanaan Penanggung jawab:


APBN mulai 1

9
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Tahapan Kegiatan Output Lingkup Pembahasan


Januari TA Masing-masing Kuasa
yang Pengguna Anggaran
direncanakan

Laporan Penyusunan Laporan Laporan Semester I Pemerintah dan DPR


Semester I dan Prognosis
Semester I dan Prognosis
dan Prognosis Semester II
Semester II
Semester II Penanggung jawab : DJA
Penyampaian Laporan
Semester I dan Prognosis
Semester II kepada DPR 

Pembahasan Laporan
Semester I dan Prognosis
Semester II di DPR 

Pengesahan Laporan
Semester I dan Prognosis
Semester II 


Pembahasan Monitoring dan Evaluasi Nota Keuangan dan Penanggung jawab: DJA
RAPBN-P Asumsi Dasar Ekonomi RUU APBNP dan BKF
menjadi Makro dan Realisasi APBN
APBN-P 

UU APBNP
Penyusunan exercise dan

penetapan postur
RAPBN-P 

Penyampaian Nota
Keuangan dan RAPBN-P ke
DPR 

Pembahasan RAPBNP
antara Pemerintah dengan
DPR 

Pengesahan RUU APBNP

menjadi UU APBNP 


Laporan Penyusunan UU tentang Pemerintah, BPK dan


Keuangan Laporan 
Keuangan pertanggungjawaban DPR
Pemerintah Pemerintah Pusat 
 pelaksanaan APBN
Pusat dan laporan keuangan
yang diaudit Penanggung jawab: DJPB

10
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Tahapan Kegiatan Output Lingkup Pembahasan


Penyampaian
Laporan 

Keuangan Pemerintah
Pusat yang diaudit dan RUU
tentang pertanggungjawa
ban pelaksanaan APBN
kepada DPR
Pembahasan
Laporan 
Keuangan
Pemerintah Pusat di DPR

Pengesahan RUU
tentang
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN. 


Sumber: Pokok-pokok Siklus APBN di Indonesia, Kemenkeu 2014.


2) Pola Pembiayaan dengan Mekanisme APBD
APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan daerah dalam rangka melaksanakan
kewenangan untuk penyelenggaraan pelayanan umum selama satu periode anggaran. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang diterapkan pemerintah saat
ini, maka setiap alokasi APBD harus disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai.
Sehingga kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap laporan APBD.
Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD
Pedoman Penyusunan Anggaran seperti tercantum dalam Permendagri Nomor 26 Tahun
2006 memuat antara lain:
• Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan Pemerintah dengan
Pemerintah daerah.
• Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran bersangkutan.
• Teknis penyusunan APBD.
• Hal-hal khusus lainnya.
Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS). PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal
anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD.

11
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Gambar 5.2 Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah dan Pemerintah


Daerah.

Proses perencanaan dan penyusunan APBD sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.,
mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara
garis besar sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana kerja pemerintah daerah.
2) Penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran.
3) Penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara.
4) Penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD.
5) Penyusunan rancangan perda APBD.
6) Penetapan APBD.

Gambar 5.3 Mekanisme Penyusunan APBD

12
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu,
mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 2.3. Bila dilihat dari waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi
menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan
perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah.
(RPJMD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan
perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan
rencana untuk periode 5 tahun.
Yang dilibatkan dalam penyusunan APBD adalah rakyat, eksekutif, dan legislatif. Pada proses
penyusunan APBD rakyat hanya dilibatkan pada tingkat musyawarah pembangunan
kelurahan (Musbangkel) dan unit daerah kerja pembangunan (UDKP) saja. Pada tingkat rapat
koordinasi pembangunan (Rakorbang) dan Pengesahan RAPBD rakyat sama sekali tidak
dilibatkan.
Perubahan APBD merupakan penyesuaian target kinerja dan/atau prakiraan/rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan dengan peraturan
daerah.
3) Pola Pendanaan/Pembiayaan melalui Mekanisme PHLN
Dalam rangka membiayai dan mendukung kegiatan prioritas untuk mencapai sasaran
pembangunan, Pemerintah dapat mengadakan pinjaman dan/atau menerima hibah baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pinjaman dan/atau hibah dimaksud dapat
diterus-pinjamkan kepada Daerah atau BUMN. Pinjaman luar negeri perlu disesuaikan dengan
kemampuan perekonomian nasional, karena dapat menimbulkan beban Anggaran
Pendapatan Belanja Negara/Daerah tahun-tahun berikutnya yang cukup berat, sehingga
diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam pengelolaan pinjaman luar negeri.
Prosedur Perencanaan dan Pengadaan PHLN
Dalam rangka perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Presiden menetapkan
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri selama 5 (lima) tahun, berdasarkan usulan Menteri
dan Menteri Perencanaan yang disusun sesuai dengan prioritas bidang pembangunan
berdasarkan RPJMN yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
Kementerian Negara/Lembaga, mengajukan usulan kegiatan prioritas yang dibiayai dengan
pinjaman dan/atau hibah luar negeri kepada Menteri Perencanaan. Usulan ini termasuk
kegiatan yang pembiayaannya akan diterushibahkan kepada Pemerintah Daerah atau
sebagai penyertaan modal negara kepada BUMN. Adapun Pemerintah Daerah dan BUMN
mengajukan usulan kegiatan investasi untuk mendapatkan penerusan pinjaman luar negeri
dari Pemerintah kepada Menteri Perencanaan. Usulan kegiatan sekurang- kurangnya
dilampiri kerangka acuan kerja; dan dokumen studi kelayakan kegiatan.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan riil pembiayaan luar negeri, kemampuan membayar
kembali, batas maksimum kumulatif pinjaman, dan kemampuan penyerapan pinjaman, serta
resiko pinjaman bersangkutan, Menteri menetapkan alokasi pinjaman Pemerintah menurut
sumber dan persyaratannya. Menteri Keuangan kemudian mengajukan usulan
pinjaman/hibah kepada calon PPLN (Pemberi Pinjaman Luar Negeri) atau PHLN (Pemberi

13
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Hibah Luar Negeri) dengan mengacu pada DRPPHLN (Daftar Rencana Prioritas Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri) dan alokasi pinjaman Pemerintah.
4) Pola Pendanaaan/Pembiayaan melalui Skema SBSN/Syariah
Penerbitan SBSN merupakan alternatif sumber pembiayaan APBN yang efektif dan efisien,
selain itu dapat meningkatkan kemandirian bangsa dalam melaksanakan pembangunan
nasional, karena masyarakat dapat turut langsung berpartisipasi membiayai Proyek
Pemerintah melalui pembelian SBSN.
Proyek yang dapat dibiayai melalui penerbitan SBSN meliputi:
• Proyek yang sebagian atau seluruh pembiayaannya diusulkan untuk dibiayai melalui
penerbitan SBSN, baik Proyek yang akan dilaksanakan maupun yang sedang
dilaksanakan; dan
• Proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam APBN yang sumber pembiayaannya
berasal dari rupiah murni, baik Proyek yang akan dilaksanakan maupun yang sedang
dilaksanakan.
Proyek yang dimaksud tentunya harus sesuai dengan prinsip syariah, dimana kriteria Proyek
yang sesuai dengan prinsip syariah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
Pembiayaan Proyek melalui penerbitan SBSN yang diusulkan oleh Pemrakarsa Proyek
dilakukan dalam rangka:
• pembangunan infrastruktur;
• penyediaan pelayanan umum;
• pemberdayaan industri dalam negeri; dan/atau
• pembangunan lain sesuai dengan kebijakan strategis pemerintah.
Usulan Proyek yang akan dibiayai melalui penerbitan SBSN disampaikan oleh Pemrakarsa
Proyek kepada Menteri Perencanaan dengan dilampiri persyaratan paling sedikit meliputi
kerangka acuan kerja; dan dokumen studi kelayakan Proyek.
Menteri menyusun rencana batas maksimal penerbitan SBSN untuk pembiayaan Proyek yang
disusun dengan mempertimbangkan:
• kebutuhan riil pembiayaan;
• kemampuan membayar kembali;
• batas maksimal kumulatif utang; dan
• risiko utang.
Menteri Perencanaan melakukan penilaian kelayakan Proyek dengan mempertimbangkan:
• kesiapan, kelayakan, serta kesesuaian Proyek dengan program Rencana
Pembangunan Jangka Menengah;
• batas maksimum penerbitan SBSN dalam rangka pembiayaan Proyek yang ditentukan
oleh Menteri; dan
• kesesuaian Proyek dengan prinsip syariah.
Menteri mengalokasikan anggaran Proyek yang akan dibiayai melalui penerbitan SBSN dalam
Rancangan APBN atau Rancangan APBN Perubahan berdasarkan daftar prioritas Proyek
yang disampaikan oleh Menteri Perencanaan.

14
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Dalam pembiayaan investasi dengan metode syariah, sumber pendanaannya yaitu berasal
dari sindikasi bank berupa penyertaan modal yang diberikan oleh lebih dari satu bank untuk
satu objek pembiayaan tertentu.
Berdasarkan sumber pendanaan, pembiayaan yang layak diberikan kepada nasabah adalah
pembiayaan syariah dengan akad Musyarakah Mutanaqisah (produk pembiayaan perbankan
syariah berdasarkan prinsip syirkah 'inan, dimana porsi modal salah satu mitra yaitu Bank
berkurang disebabkan oleh pembelian atau pengalihan komersial secara bertahap kepada
Nasabah.
Mekanisme pembiayaan infrastruktur dengan menggunakan pola pembiayaan syariah adalah
sebagai berikut:
• Nasabah (Pemegang Konsesi/ PK) mengajukan pembiayaan kepada Sindikasi Bank
Syariah (SBS) untuk membeli/membangun infrastruktur jalan tol.
• PK dan SBS menandatangani kontrak/akad murabahah wal istishna (pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah
disepakati) dengan cara pembayaran cicilan/angsuran. Barang yang dibuat berupa
infrastruktur jalan tol akan diserahkan oleh SBS kepada PK apabila telah selesai
dibuat.
• SBS memberi kewenangan kepada PK untuk mencari pembuat dan melaksanakan
akad/kontrak untuk pembuatan jalan tol (Perjanjian Wakala). Dalam hal ini pembuat
(Shani) adalah kontraktor. Dengan sistem pembayaran secara cicilan/angsuran
(Installment). Barang diserahkan kontraktor apabila barang telah selesai dibuat dan
pembayaran telah 100%.
• Kontraktor mengajukan permintaan pembayaran dengan melaporkan/menjual progres
pekerjaan bulanan kepada SBS.
• SBS menjual progres pekerjaan bulanan sebagai obyek perjanjian jual beli
(Murabahah) kepada PK dengan syarat dan harga yang telah disepakati.
• Setelah masa konstruksi, pada masa operasi PK akan menerima pendapatan dari
masa operasional jalan tol untuk membayar angsuran pokok dan margin keuntungan
pembiayaan kepada SBS.
2. Pola Pendanaan BUMN/BUMD
➢ Cadangan Kas dan Kas Operasional
➢ Surat Hutang dan Obligasi Perusahaan
➢ Pinjaman Langsung BUMN/BUMD
3. Pola Pendanaan Off Balance Sheet
➢ Availability Payment (Pemerintah Pusat)
➢ Availability Payment (Pemerintah Daerah)
4. Pola Pendanaan Strategis
➢ Vertikal, Horizontal, Split
➢ Paket Lintas Sektor
➢ Lain-lain
5. Pola Pendanaan KPBU
1) Jenis Infrastruktur Dan Bentuk Kerjasama
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dalam KPBU adalah infrastruktur ekonomi
dan infrastruktur sosial.

15
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Gambar 6.1 Jenis Infrastruktur


Adapun infrastruktur yang termasuk ke dalam infrastruktur PUPR adalah infrastruktur jalan,
SDA dan irigasi, air minum, sistem pengolahan air limbah terpusat, sistem pengolahan air
limbah setempat, sistem pengolahan persampahan, dan infrastruktur perumahan rakyat.
2) Tahap Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.
Tujuan Dan Prinsip KPBU
Tujuan penyelenggaraan KPBU adalah sebagai berikut:
a. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
b. Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran,
dan tepat waktu;
c. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
d. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau
dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/atau
e. Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada
Badan Usaha.
Adapun penyelenggaraan KPBU dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

16
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

a. Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang
mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan
Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
c. Bersaing, yakni pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan
pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan
usaha yang sehat;
d. Pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur
dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi
terhadap risiko;
e. Efektif, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat
pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan pengelolaan dan
pemeliharaan infrastruktur; dan
f. Efisien, yakni kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan
secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana swasta.
Strategi Pembiayaan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mewujudkan tersedianya pelayanan publik
yang lebih baik. Keterlibatan pihak swasta sebagai inovasi dalam pembangunan infrastruktur
akan menciptakan pelayanan publik yang lebih baik. Terkait hal tersebut, Pemerintah
Indonesia memperkenalkan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
dalam penyediaan infrastruktur untuk memberikan ruang bagi pemerintah untuk bekerjasama
dengan swasta berdasarkan prinsip alokasi risiko yang proporsional. Implementasi skema ini,
diatur dalam Perpres Nomor 38 Tahun 2015.
Untuk mendukung penerapan KPBU di Indonesia, Kementerian Keuangan melakukan inovasi
pembiayaan infrastruktur dengan menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan pemerintah,
yaitu fasilitas penyiapan proyek, dukungan kelayakan, dan penjaminan infrastruktur.
Kementerian Keuangan juga memperkenalkan skema pengembalian investasi proyek KPBU
yakni skema Pembayaran Berdasarkan Ketersediaan Layanan atau yang biasa dikenal
dengan Availability Payment atau AP. Beberapa kelebihan skema AP ini antara lain, tidak
adanya risiko permintaan atau demand risk bagi Badan Usaha dan kepastian pengembalian
investasi bagi Badan Usaha.
Demi mendukung terlaksananya penerapan KPBU dan lahirnya proyek-proyek baru yang
berfokus kepada layanan publik, Kementerian Keuangan juga mendirikan Direktorat
Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (PDPPI) di bawah naungan
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Direktorat PDPPI menjalankan
peran untuk mengelola pemberian fasilitas dan dukungan pemerintah, serta memfasilitasi
PJPK dalam menyiapkan dan melakukan transaksi proyek KPBU.
Dukungan ini merupakan bentuk kerja nyata upaya Pemerintah Indonesia untuk mendukung
dan memperkuat pembangunan infrastruktur dengan menjembatani keunggulan pihak swasta
dan pemerintah demi kehidupan masyarakat yang lebih baik.

17
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Sumber : DJPPR kemenkeu


Bagan dibawah ini merupakan struktur sederhana yang menggambarkan para pemangku
kepentingan (stakeholder) utama yang terlibat dalam pelaksanaan skema KPBU, beserta
hubungan antara para pemangku kepentingan

Sumber : DBII

18
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Tahap Perencanaan Proyek KPBU

Tahap Penyiapan Proyek KPBU

19
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Tahap Transaksi Proyek KPBU

Tahap Manajemen Pelaksanaan Proyek KPBU

20
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

3) Penanggungjawab Proyek Kerjasama


Dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah bertindak selaku
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama atau PJPK yang dilakukan dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan di bidang sektor.
Jika KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur, Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan terhadap sektor infrastruktur yang
dikerjasamakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, bertindak bersama-sama
sebagai PJPK dengan menandatangani nota kesepahaman mengenai PJPK. Adapun nota
kesepahaman sebagaimana dimaksud setidaknya memuat:
• kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK;
• kesepakatan mengenai pembagian tugas dan anggaran dalam rangka penyiapan,
transaksi, dan manajemen KPBU; dan
• jangka waktu pelaksanaan KPBU.
Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah dapat bertindak sebagai
PJPK, sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor yang dilaksanakan
melalui perjanjian dengan Badan Usaha Pelaksana.
4) Dukungan Pemerintah Dan Jaminan Pemerintah
1) Dukungan Pemerintah
Untuk mendukung penerapan KPBU di Indonesia, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap KPBU sesuai dengan lingkup kegiatan
KPBU, dalam bentuk Dukungan Kelayakan dan/atau insentif perpajakan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan berdasarkan usulan PJPK. Lebih lanjut, Dukungan
Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Proyek
Kerja Sama layak secara finansial.

Dukungan Kelayakan atau Viability Gap Fund (VGF) adalah Dukungan Pemerintah dalam
bentuk kontribusi sebagian biaya konstruksi yang diberikan secara tunai pada proyek KPBU
yang sudah memiliki kelayakan ekonomi namun belum memiliki kelayakan finansial.

Proyek KPBU yang dapat diberikan Dukungan Kelayakan harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Sudah memenuhi kelayakan ekonomi namun belum memiliki kelayakan finansial;
2. Menerapkan prinsip penggunan membayar (user pay principle);
3. Memiliki total biaya investasi tidak kurang dari Rp.100 milyar rupiah;
4. Proyek dilaksanakan oleh Badan Usaha yang diperoleh melalui proses lelang yang
terbuka dan kompetitif;
5. memiliki skema pengalihan aset dan/atau pengelolaannya dari Badan Usaha kepada
PJPK pada akhir periode kerja sama;
6. Sudah menyusun prastudi kelayakan yang komprehensif diantaranya mencantumkan
pembagian risiiko yang optimal; menyimpulkan bahwa proyek layak secara teknis,
hukum, lingkungan, dan sosial; serta menunjukkan bahwa Proyek Kerja Sama menjadi
layak secara finansial dengan adanya dukungan tersebut.

21
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Contoh proyek KPBU dengan menggunakan VGF adalah Proyek SPAM (Sistem
Penyediaan Air Minum) Umbulan. Proyek SPAM Umbulan bertujuan untuk mengalirkan air
curah dengan kapasitas produksi 4.000 liter air per detik dengan jaringan sistem transmisi
dari mata air Umbulan ke lima perusahaan daerah air minum (PDAM) di Provinsi Jawa
Timur (Kab. Pasuruan, Kota Pasuruan, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kota Surabaya. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat
mencapai target 100%. SPAM Umbulan akan mengoperasikan jaringan pipa transmisi
sepanjang 92,3 kilometer melewati 16 titik pasokan. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada
pertengahan 2019 dan menelan biaya Rp 2,3 triliun. PT Meta Adhya Tirta Umbulan adalah
badan usaha pemenang lelang menerima dana dukungan Pemerintah Pusat melalui
dukungan kelayakan proyek sebesar Rp 818 miliar dan memperoleh penjaminan dari PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII).

Gambar 6.2 Skema KPBU dengan Dukungan Sebagian Konstruksi. Sumber: kppip.go.id,
Kementerian PPN/Bappenas, 2017
2) Jaminan Pemerintah
Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah terhadap KPBU yang diberikan dalam
bentuk Penjaminan Infrastruktur dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan
pengendalian risiko keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jaminan
Pemerintah dapat diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di
bidang keuangan dan kekayaan negara melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.
Jaminan Pemerintah harus disertakan dalam dokumen pelelangan.Kewenangan Menteri
dalam pemberian Jaminan Pemerintah adalah:
• menetapkan kriteria pemberian Jaminan Pemerintah yang akan diberikan kepada
KPBU;
• meminta dan memperoleh data serta informasi yang diperlukan dari pihak yang terkait
dengan KPBU yang diusulkan untuk diberikan Jaminan Pemerintah;
• menetapkan bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan Pemerintah yang diberikan
kepada suatu KPBU; dan
• menetapkan pemberian Jaminan Pemerintah kepada Badan Usaha dalam rangka
Penyediaan Infrastruktur.

22
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas kewajiban finansial PJPK untuk
membayar kompensasi kepada badan usaha saat terjadi risiko infrastruktur, sesuai dengan
alokasi yang disepakati dalam perjanjian KPBU yang menjadi tanggungjawab PJPK.
Penjaminan infrastruktur dilaksanakan oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII)
sebagai single window policy. Apabila cakupan kebutuhan penjaminan melewati kapasitas
modal PT PII, maka akan dilakukan penjaminan bersama antara Kementerian Keuangan
dengan PT PII. Manfaat dari adanya Penjaminan Infrastruktur adalah:
• Mendukung kesuksesan perolehan pembiayan serta potensi perbaikan tenor, bunga,
atau syarat pembiayaan
• Menjamin kinerja PJPK selaku mitra badan usaha dalam perjanjian KPBU
• Meningkatkan keyakinan serta memberikan kenyamanan berivestasi kepada investor
dan perbankan.
Contoh proyek infrastruktur dengan menggunakan Penjaminan Pemerintah adalah Proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang atau lebih dikenal dengan PLTU Jawa Tengah.
yang bertujuan untuk meningkatkan bankabilitas dan kelayakan kredit proyek KPBU. Proyek
ini akan dirampungkan pada tahun 2019 dengan kapasitas 2 x 1.000 megawatt (MW).
Pengembang PLTU Batang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didukung oleh
konsorsium terdiri dari PT Adaro Energy (34%), J-Power (34%), dan Itochu (32%). Sesuai
perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) yang diteken, harga listrik PLTU
ini dipatok US$ 5,79 per kilowatt hour (kWh) untuk 25 tahun. Proyek senilai US$ 4 miliar ini
dibangun dengan skema Built-Operate-Transfer (BOT).
5) Pembiayaan Sebagian KPBU Oleh Pemerintah
PJPK dapat membiayai sebagian Penyediaan Infrastruktur atau disebut hybrid financing yang
dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelaksana. Adapun pemilihan Badan Usaha Pelaksana
dilakukan melalui pengadaan Badan Usaha Pelaksana.

6) Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan KPBU Infrastruktur PUPR bertujuan
untuk:
• mendapatkan informasi secara langsung mengenai perkembangan proses
pelaksanaan Proyek KPBU;
• mengidentifikasi dan menginventarisasi permasalahan Penyelenggaraan KPBU
sebagai upaya pemecahan masalah; dan
• mengevaluasi hasil Penyelenggaraan KPBU khususnya berkaitan dengan manfaat
dan kinerja Penyelenggaraan KPBU.
Unit Organisasi PUPR memberikan dukungan kepada Simpul KPBU dalam proses
pemantauan dan evaluasi, diantaranya dapat berupa penyampaian data informasi terkini dan
akses ke lokasi Proyek KPBU.
Hasil dari pemantauan secara berkala disampaikan oleh Simpul KPBU kepada:
• Menteri sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.
• Pimpinan Unit Organisasi PUPR sebagai bahan untuk proses perbaikan organisasi
secara terus menerus.

23
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Gambar 6.3 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

C. Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA)


1. Definisi PINA
PINA adalah Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah yang menggalang sumber-
sumber pembiayaan alternatif agar dapat digunakan untuk berkontribusi dalam pembiayaan
proyek-proyek infrastruktur strategis nasional yang emmpunyai nilai komersial dan berdampak
untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
PINA penting untuk dilaksanakan sebab ruang fiskal anggaran pemerintah sangat terbatas
akibat adanya pembatasan lebar defisit anggaran. Kebutuhan investasi infrastruktur sangatlah
besar sehingga anggaran pemerintah difokuskan untuk infrastruktur yang tidak dapat dikelola
secara komersial (filling the gap).
Dengan skema PINA, pembangunan infrastruktur dan noninfrastruktur yang membawa
manfaat bagi masyarakat Indonesia dapat dilaksanakan tanpa menggunakan anggaran
pemerintah. Skema PINA melengkapi skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU) sebagai alternatif pembiayaan infrastruktur.

24
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PINA bertujuan untuk:


• mendukung pencapaian target pembangunan nasional;
• memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dalam negeri;
• melakukan konsolidasi dana jangka panjang;
• meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional;
• menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik;
• mengoptimalkan kontribusi Penerima Modal dan Penanam Modal terhadap proyek-
proyek pembangunan Indonesia; dan
• meningkatkan kapasitas pembiayaan investasi melalui optimalisasi aset untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.

2. Urgensi PINA
Urgensi PINA adalah sebagai berikut:
a. Optimalisasi Peran BUMN dan Swasta dalam Pembiayaan Pembangunan, dimana
Swasta dan BUMN berperan dalam pemenuhan 58,7% pembiayaan pembangunan
atau sebesar Rp.2817 trilyun pada RPJMN 2015-2019.
b. Peningkatan Kapasitas Pembiayaan pembangunan, melalui:
• Mobilisasi potensi dana-dana jangka panjang seperti obligasi, dana investasi
seperti dana pensiun dan dana asuransi.
• Mendorong recycle investasi pada proyek-proyek kategori brownfield (proyek
pengembangan).
• Korporasi swasta memiliki kapasitas leveraging lebih baik dibandingkan
pemerintah sehingga dengan pendanaan yang sama dapat digunakan untuk
melakukan investasi beberapa kali lebih banyak. Swasta juga berpeluang lebih
besar dan fleksibel menarik dana dari luar negeri (akibat imbal hasil investasi yang
rendah) dan memanfaatkan dana tax amnesty.
c. Percepatan Pelaksanaan Proyek Prioritas
Pembangunan infrastruktur melibatkan multi stakeholder sehingga diperlukan
mekanisme khusus untuk mengoordinasikan dan mendorong para pihak terkait, baik
untuk aspek pendanaan maupun nonpendanaan.

Gambar 7.1 Potensi Capital gain saat investment recycle proyek brownfield.
Sumber: Analisa Tim Kementerian PPN/Bappenas.

25
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

3. Sumber Pembiayaan PINA


Sumber pembiayaan PINA tidak menggunakan anggaran pemerintah, melainkan
dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber pembiayaan yang berasal dari:
• Penanaman Modal, merupakan segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah negara Republik Indonesia.
• Dana Kelolaan, merupakan dana yang dikelola oleh sebuah perusahaan investasi
untuk sejumlah investor.
• Perbankan, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
• Pasar Modal, merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
• Asuransi, merupakan suatu perjanjian di mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.
• Lembaga Pembiayaan, merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
• Lembaga Jasa Keuangan lain, termasuk pergadaian, lembaga penjaminan, lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan
lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib,
meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan.
• Pembiayaan Lain yang Sah.

4. Kriteria Proyek PINA


Prioritas proyek yang dipilih untuk didanai dengan skema PINA memiliki 4 kriteria sebagai
berikut:
• Mendukung pencapaian target prioritas pembangunan
• Memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia
• Memiliki kelayakan komersial
• Memenuhi kriteria kesiapan (readiness criteria).

26
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Lebih lanjut, dalam rangka mendorong percepatan proyek KPBU, Kementerian


PPN/Bappenas meluncurkan Public Private Partnership (PPP) Book 2017 yang berisi 1 Proyek
KPBU untuk kategori siap ditawarkan bernilai investasi Rp.1,09 triliun dan 21 Proyek KPBU
dengan kategori dalam proses penyiapan bernilai investasi Rp. 112,23 trilyun.

Implementasi PINA
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT Taspen (Persero) secara bersama-sama
memberikan pembiayaan investasi dalam bentuk ekuitas kepada PT Waskita Toll Road yang
saat ini memiliki konsesi untuk 15 ruas jalan tol. Adapun 8 ruas jalan tol dengan total panjang
408,41 km berlokasi di Pulau Jawa, di mana 5 ruas tol diantaranya merupakan Tol Trans
Jawa dengan total panjang 305,27 km.

Dengan program PINA, PT SMI dan PT Taspen memberikan pembiayaan kepada PT


Waskita Toll Road untuk mencukupi kebutuhan porsi ekuitas tahap awal sebesar Rp.3,5
triliiun.

Skema pembiayaan tahap awal adalah sebagai berikut;


• PT Waskita Toll Road (WTR) akan melakukan peningkatan modal ditempatkan dan
disetor dengan cara menerbitkan saham baru
• Sehubungan dengan penerbitan saham baru, Waskita Karya sebagai BUMN akan
mengesampingkan haknya untuk membeli saham baru dengan jumlah sesuai dengan
bagiannya
• Para Investor akan mengambil bagian dari saham baru WTR dengan menyetorkan
modal
• WTR akan menggunakan modal tersebut untuk mendanai proyek-proyek jalan tol
dengan struktur pendanaan 30% ekuitas dan 70% hutang bank atau lembaga lain untuk
setiap ruas.

Secara umum, proyek-proyek yang akan ditawarkan dalam skema PINA adalah proyek-
proyek yang memiliki tingkat pengembalian (return) yang tinggi dengan internal rate of return
(IRR) di atas 13%. Proyek-proyek tersebut biasanya tersebar di sektor pelabuhan, jalan tol,
listrik, bandara, serta pipa gas.

27
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Gambar 7.2 Contoh Skema PINA: Proyek Tol Trans Jawa (12 Ruas Tol yang dilaksanakan
PT Waskita Toll Road) untuk Financial Close Tahap 1. Sumber: Kementerian
PPN/Bappenas.

Sektor: Konektivitas Sub-sektor:Jalan Tol

Nama Proyek: Tol Trans Jawa (12 Pelaksana: PT Waskita Toll Road
Ruas, 528.7 km)
Nilai Investasi: Rp.61,5 Triliun Bentuk Fasilitasi PINA: Pendanaan
Ekuitas
Signifikansi:
Target pembangunan (RPJMN2015-2019) untuk pengembangan Jalan Tol
1000 km (WTR berperan >52%)
Situasi dan Isu:
PT Waskita Toll Road baru mampu memenuhi kebutuhan pendanaan ekuitas
sebesar Rp. 6 T dari total porsi ekuitas Rp.12.3 T (Gap Rp.6.3 T)
Diharapkan WTR mendapatkan pinjaman perbankan untuk seluruh proyek
senilai RP.61,5 T
Status:
Financial closing untuk pendanaan ekuitas tahap awal terlaksana Bulan
Februari 2017
(Rp.3.5 T)
Dibutuhkan pendanaan stage berikutnya >3 T

28
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pakpak Bharat, 2017. Struktur APBD
Kabupaten Pakpak Bharat 2017, www.pakpakbharatkab.go.id
Direktorat Bina Investasi Infrastruktur, Ditjen Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2017. Pedoman Pola Pembiayaan Investasi Infrastruktur dan
Optimalisasi Aset Bidang PUPR, Jakarta.
Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (DJPRR), 2016.
Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah dalam Penyediaan Infrastruktur, Jakarta.
Ditjen Bina Investasi Infrastruktur, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Potensi Infrastruktur Tahun 2017 Bidang PUPR,
2017. Jakarta.
Kementerian Keuangan, 2014. Pokok-pokok Siklus APBN di Indonesia, Jakarta.
Kementerian Keuangan, 2017. Postur APBN 2017. www.kemenkeu.go.id
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2014. Strategi Pendayaagunaan
Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN dan BUMD) dalam Pembiayaan Infrastruktur
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2016. Laporan Kinerja
Pelaksanaan Pinjaman dan/Atauhibah Luar Negeri Triwulan II Tahun 2016, Jakarta.
Peraturan dan Perundang-Undangan Terkait:
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 265/PMK 08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan
Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190 Tahun 2015 tentang Pembayaran Ketersediaan
Layanan dalam Rangka Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223 Tahun 2012 tentang Pemberian Dukungan
Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan
Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas, Jakarta.

29
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan melalui Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur, Jakarta.
Peraturan terkait:
Puskap PINA, 2017. Mengenal PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah),
www.pina.invest.go.id
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Jakarta.

30
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

GLOSARIUM

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): rencana keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): rencana keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN): rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR, memuat daftar perincian sumber-sumber
pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu tahun yang
ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN): rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR, memuat daftar perincian sumber-sumber
pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu tahun yang
ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD): badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Daerah.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN): badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Negara.
Badan Usaha Pelaksana KPBU (Badan Usaha Pelaksana): Perseroan Terbatas yang
didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau ditunjuk langsung.
Badan Usaha Pelaksana KPDBU (Badan Usaha Pelaksana): Perseroan Terbatas yang
didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau ditunjuk langsung sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI): badan usaha yang didirikan oleh
Pemerintah dan diberikan tugas khusus untuk melaksanakan penjaminan infrastruktur sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI): badan usaha yang didirikan oleh
Pemerintah dan diberikan tugas khusus untuk melaksanakan penjaminan infrastruktur sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
Badan Usaha: Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, badan usaha swasta
yang berbentuk
Belanja Daerah: kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan daerah.
Belanja Daerah: kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan daerah.
Daftar Rencana KPBU: dokumen yang memuat rencana KPBU yang diusulkan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan telah dilakukan penilaiannya oleh Menteri
Perencanaan untuk ditetapkan sebagai rencana KPBU siap ditawarkan dan KPBU dalam
proses penyiapan

31
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Daftar Rencana KPBU: dokumen yang memuat rencana KPBU yang diusulkan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan telah dilakukan penilaiannya oleh Menteri
Perencanaan untuk ditetapkan sebagai rencana KPBU siap ditawarkan dan KPBU dalam
proses penyiapan
Dana Pembayaran Ketersediaan Layanan: dana yang dialokasikan dalam APBD dalam
rangka pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk KPDBU pada setiap tahun
anggaran.
Dana Pembayaran Ketersediaan Layanan: dana yang dialokasikan dalam APBD dalam
rangka pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk KPDBU pada setiap tahun
anggaran.
Dukungan Kelayakan: Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat
finansial yang diberikan terhadap Proyek KPBU/KPDBU oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara.
Dukungan Kelayakan: Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat
finansial yang diberikan terhadap Proyek KPBU/KPDBU oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara.
Dukungan Pemerintah: kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya yang diberikan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara sesuai kewenangan masing-masing
berdasarkan peraturan perundangundangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial
dan efektifitas KPBU.
Dukungan Pemerintah: kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya yang diberikan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara sesuai kewenangan masing-masing
berdasarkan peraturan perundangundangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial
dan efektifitas KPBU.
Efek: atau security adalah suatu surat berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan.
Efek dapat dikategorikan sebagai hutang dan ekuitas seperti obligasi dan saham. Perusahaan
atapun lembaga yang menerbitkan efek disebut penerbit. Efek tesebut dapat terdiri dari surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif (seperti misalnya reksadana, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif
dari efek).
Equity: Hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas.
Infrastruktur: fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Infrastruktur: fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Institusi Keuangan Non Bank (IKNB): Kegiatan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga
keuangan selain bank yang mencakup dana pensiun, lembaga pembiayaan, lembaga
penjaminan, pegadaian, perusahaan perasuransian dan lembaga yang menyelenggarakan

32
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan yang bersifat wajib dan industri keuangan nonbank
lainnya.
Jaminan Pemerintah: kompensasi finansial yang diberikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada
Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk Proyek Kerja Sama.
Jaminan Pemerintah: kompensasi finansial yang diberikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada
Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk Proyek Kerja Sama.
Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha (KPDBU): kerjasama antara pemerintah
daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum. dengan
mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah selaku
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan
sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak.
Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha (KPDBU): kerjasama antara pemerintah
daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum. dengan
mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah selaku
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan
sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak.
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU): kerjasama antara pemerintah dan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu
pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau
seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian
risiko diantara para pihak.
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU): kerjasama antara pemerintah dan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu
pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau
seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian
risiko diantara para pihak.
Konsultasi Publik: proses interaksi antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi
Badan
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) :Salah satu alternatif investasi
dimana Manajer Investasi menghimpun dana dari masyarakat kemudian dana tersebut
dibelikan aset keuangan yang berupa tagihan seperti tagihan kredit perumahan (KPR) dari
bank yang memberikan KPR.
Layanan Infrastruktur (Layanan): layanan publik yang disediakan oleh Badan Usaha
Pelaksana selama berlangsungnya masa pengoperasian infrastruktur oleh Badan Usaha
Pelaksana berdasarkan perjanjian Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Pelaksana
berupa fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar kegiatan
ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Layanan Infrastruktur (Layanan): layanan publik yang disediakan oleh Badan Usaha
Pelaksana selama berlangsungnya masa pengoperasian infrastruktur oleh Badan Usaha

33
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Pelaksana berdasarkan perjanjian Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Pelaksana


berupa fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar kegiatan
ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Lembaga Keuangan Syariah: adalah badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan
syariah dan asetnya berupa aset- aset keuangan maupun non keuangan berdasarkan prinsip
syariah dan tidak menyalahi Dewan Syariah Nasional
Lembaga Multilateral: Lembaga internasional yang menetapkan aturan perilaku
internasional, misalnya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Dana Moneter
Internasional (IMF).
Lembaga Pembiayaan Non Bank: semua lembaga (badan) yang melakukan kegiatan dalam
bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara
mengeluarkan surat-surat berharga, kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama
untuk membiayai investasi perusahaan-perusahaan.
Loan: Pinjaman atau kredit yang diberikan secara bersama oleh lebih dari satu bank atau
lembaga lain kepada debitur tertentu. Kredit yang diberikan secara sindikasi dapat berupa
kredit investasi ataupun kredit modal kerja.
Murabahah Wal-Istishna: Merupakan akad dimana Investor menyediakan barang tertentu
dan melakukan kontrak untuk penjualan kembali ke klien dan perjanjian margin yang
disepakati. Pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan selama periode
pembiayaan.
Murabahah Wal-Istishna: Merupakan akad dimana Investor menyediakan barang tertentu
dan melakukan kontrak untuk penjualan kembali ke klien dan perjanjian margin yang
disepakati. Pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan selama periode
pembiayaan.
Musyarakah mutanaqisah: produk turunan dari akad musyarakah, yang merupakan bentuk
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih. Musyarakah atau syirkah adalah merupakan
kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara mutanaqisah merupakan musyarakah
menurun, yang berarti mengurangi secara bertahap.
Musyarakah mutanaqisah: produk turunan dari akad musyarakah, yang merupakan bentuk
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih. Musyarakah atau syirkah adalah merupakan
kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara mutanaqisah merupakan musyarakah
menurun, yang berarti mengurangi secara bertahap.
Obligasi: Surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah
dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala dan
kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentuan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
Operasi dan Pemeliharaan: kegiatan dalam rangka menjamin keberlangsungan fungsi dari
sarana dan prasarana SPAM sesuai dengan standar teknis.
Operasi dan Pemeliharaan: kegiatan dalam rangka menjamin keberlangsungan fungsi dari
sarana dan prasarana SPAM sesuai dengan standar teknis.
Pasar Modal: adalah sebuah pasar atau instrumen keuangan yang memperjual belikan surat-
surat berharga berupa obligasi dan equitas atau saham untuk jangka panjang yang diterbitkan

34
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

oleh pemerintah maupun perusahaan swasta, dan kegiatannya dilaksanakan di bursa dimana
tempat bertemunya para pialang yang mewakili investor.
Pelelangan: metode pengadaan Badan Usaha Pelaksana dalam rangka pelaksanaan KPBU
dengan mengikutsertakan sebanyak-banyaknya peserta melalui pengumuman secara luas
atau undangan.
Pembangunan Baru: kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan sarana dan prasarana
yang sebelumnya tidak ada atau menambah sarana dan prasarana yang baru.
Pembangunan Baru: kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan sarana dan prasarana
yang sebelumnya tidak ada atau menambah sarana dan prasarana yang baru.
Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment): pembayaran secara berkala
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas
tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU/KPDBU.
Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment): pembayaran secara berkala
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas
tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam perjanjian KPBU/KPDBU.
Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA): Mekanisme pembiayaan proyek
investasi prioritas yang dananya bersumber selain dari Anggaran Pemerintah yang didorong
dan difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA): Mekanisme pembiayaan proyek
investasi prioritas yang dananya bersumber selain dari Anggaran Pemerintah yang didorong
dan difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK): Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah,
atau Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau
penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundangundangan.
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK): Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah,
atau Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau
penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundangundangan.
Penjaminan Infrastruktur: pemberian jaminan atas kewajiban finansial PJPK yang
dilaksanakan berdasarkan perjanjian penjaminan.
Penjaminan Infrastruktur: pemberian jaminan atas kewajiban finansial PJPK yang
dilaksanakan berdasarkan perjanjian penjaminan.
Penunjukan Langsung: metode pemilihan Badan Usaha Pelaksana dalam rangka
pelaksanaan KPBU
Penyediaan Infrastruktur: kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun
atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur
dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.
Penyediaan Infrastruktur: kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun
atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur
dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.

35
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Perbankan: adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Dimana pengertian bank
adalah lembaga keuangan yang memiliki wewenang untuk menerima deposito atau tabungan
dari masyarakat (nasabah) serta mengeluarkan kredit atau pinjaman kepada masyarakat
(nasabah).
Prastudi Kelayakan: kajian yang dilakukan untuk menilai kelayakan KPBU dengan
mempertimbangkan sekurang-kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan,
pengelolaan risiko, lingkungan, dan sosial.
Prastudi Kelayakan: kajian yang dilakukan untuk menilai kelayakan KPBU dengan
mempertimbangkan sekurang-kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan,
pengelolaan risiko, lingkungan, dan sosial.
Project Finance: pembiayaan proyek jangka menengah sampai panjang dengan agunan
proyek yang dibiayai, dan sumber pelunasan berasal dari cash flow yang dihasilkan oleh
proyek yang dibiayai. Ukuran feasibility proyek ditentukan oleh instrumen yang terdapat dalam
proyek itu sendiri.
Project Finance: pembiayaan proyek jangka menengah sampai panjang dengan agunan
proyek yang dibiayai, dan sumber pelunasan berasal dari cash flow yang dihasilkan oleh
proyek yang dibiayai. Ukuran feasibility proyek ditentukan oleh instrumen yang terdapat dalam
proyek itu sendiri.
Rekomendasi Teknis: persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pemberian izin.
Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT): Salah satu jenis investasi yang didekasikan
untuk menampung dana besar di pasar modal, terlebih dana investasi asing, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk mempersiapkan derasnya aliran dana pemodal asing. Pada RDPT jumlah
pihak yang berinvestasi pada reksa dana tidak boleh lebih dari 50 pihak.
Saham: adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan.
Sekuritisasi: Proses penjualan aset piutang dari kreditor awal kepada pihak lain (dalam hal
ini investor), sehingga kreditor awal menerima dana segar dari penjualan piutang, dan investor
akan menerima bunga dengan memegang investasi yang berasal dari investasi tersebut.
Seleksi: metode pengadaan Badan Usaha dalam rangka penyiapan KPBU dengan
mengikutsertakan sebanyak-banyaknya peserta melalui pengumuman secara luas atau
undangan.
Simpul KPDBU: unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk baru atau melekat pada unit
kerja atau bagian yang sudah ada, dengan tugas dan fungsi perumusan kebijakan dan/atau
sinkronisasi dan/atau koordinasi tahap perencanaan dan tahap penyiapan dan/atau
pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen
pelaksanaan KPDBU.
Simpul KPDBU: unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk baru atau melekat pada unit
kerja atau bagian yang sudah ada, dengan tugas dan fungsi perumusan kebijakan dan/atau
sinkronisasi dan/atau koordinasi tahap perencanaan dan tahap penyiapan dan/atau
pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen
pelaksanaan KPDBU.
Special Purpose Vehicle (SPV) : Atau Entitas, adalah sebuah perusahaan yang dibuat
dengan tujuan khusus tertentu, misalnya untuk menyelesaikan project tertentu, dengan tujuan
untuk isolate financial risk

36
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Special Purpose Vehicle (SPV) : Atau Entitas, adalah sebuah perusahaan yang dibuat
dengan tujuan khusus tertentu, misalnya untuk menyelesaikan project tertentu, dengan tujuan
untuk isolate financial risk
Studi Kelayakan (Feasibility Study): kajian yang dilakukan oleh Badan Usaha calon
pemrakarsa untuk KPBU atas mekanisme prakarsa Badan Usaha dalam rangka
penyempurnaan Prastudi Kelayakan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study): kajian yang dilakukan oleh Badan Usaha calon
pemrakarsa untuk KPBU atas mekanisme prakarsa Badan Usaha dalam rangka
penyempurnaan Prastudi Kelayakan.
Studi Pendahuluan: kajian awal yang dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/direksi Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah untuk
memberikan gambaran mengenai perlunya penyediaan suatu Infrastruktur tertentu serta
manfaatnya, apabila dikerjasamakan dengan Badan Usaha Pelaksana melalui KPBU.
Studi Pendahuluan: kajian awal yang dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/direksi Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah untuk
memberikan gambaran mengenai perlunya penyediaan suatu Infrastruktur tertentu serta
manfaatnya, apabila dikerjasamakan dengan Badan Usaha Pelaksana melalui KPBU.
Subsidiary Loan Agreement (SLA) : adalah pinjaman pemerintah yang bersumber dari
pinjaman luar negeri dan diteruspinjamkan ke BUMN/BUMD/Pemda.
Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah,
dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan
dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Kerugian
yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian
tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari mudharib).
Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah,
dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan
dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Kerugian
yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian
tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari mudharib).
Sukuk Musyarakah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah,
dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
Sukuk Musyarakah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah,
dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
Sukuk: Surat Berharga Syariah Negara Ritel atau biasa disebut Sukuk Ritel merupakan surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prisnsip syariah sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu (Ritel)

37
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI
MODUL SUMBER, DAN POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

PELATIHAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume minimum
yang ditentukan.
Sukuk: Surat Berharga Syariah Negara Ritel atau biasa disebut Sukuk Ritel merupakan surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prisnsip syariah sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset Surat Berharga Syariah Negara, yang dijual kepada individu (Ritel)
atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume minimum
yang ditentukan.
Surat Utang: Surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang yang pembayaran meliputi
bunga dan pokoknya oleh sesuai dengan masa berlakunya.
Syariah adalah menetapkan norma norma hukum (Islam) untuk menata kehidupan manusia
baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
Syariah: menetapkan norma norma hukum (Islam) untuk menata kehidupan manusia baik
dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
Trust Fund: adalah sejumlah aset finansial yang dapat berupa properti, uang, sekuritas
(Trust) yang oleh orang atau lembaga (Trustor/Donor/Grantor) dititipkan atau diserahkan untuk
di kelola dengan baik oleh sebuah lembaga (Trustee ) dan disalurkan atau dimanfaatkan untuk
kepentingan penerima manfaat (Beneficiaries) sesuai dengan maksud dan tujuan yang
dimandatkan. Beberapa bentuk Trust Fund : Endowment Fund (Dana Abadi), Revolving Fund
(Dana Bergulir), Sinking Fund (Dana Menurun), Mixed Trust Fun

38
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai