Anda di halaman 1dari 1

prostaglandin, dan protein sehingga bersifat toksik terhadap molekul biologi ataupun sel.

Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi


menjadi antioksidan endogen: glutation tereduksi (GSH); serta antioksidan eksogen: fenolik, flavonoid. Oksidan yang berlebih
dibandingkan antioksidan dapat mengakibatkan kondisi stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan komponen sel dalam jaringan atau
organ. Glutation (glutation tereduksi) adalah tripeptida yang terdiri dari asam glutamat, sistein dan glisin. Senyawa tersebut memiliki
gugus sulfhidril/tiol (-SH) yang berperan sebagai pendonor elektron yang kuat (nukleofil) dalam menangkal radikal bebas. GSH
mempunyai peran sebagai antioksidan dengan cara mereduksi radikal bebas secara langsung atau sebagai kofaktor enzim antioksidan
seperti glutation peroksidase dan glutation transhidrogenase. Hati dianggap sebagai salah satu organ paling vital yang berfungsi sebagai
pusat metabolisme dan juga ekskresi sisa-sisa metabolisme, serta mendetoksifikasi racun bagi tubuh sehingga sangat rentan terhadap
paparan oksidan. Ficus auriculata kaya akan metabolit sekunder seperti fenolik, flavonoid, alkaloid, glikosida dll yang terkandung di
dalamnya yang menjadikan tanaman ini memiliki sifat antioksidan yang kuat. Penilitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak daun Ficus
auriculata Lour memiliki banyak peran signifikan terhadap perlindungan organ dari pengaruh-pengaruh oksidan terutama hati. Hal ini
menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian terkait dengan efek hipoksia terhadap kadar GSH hati dan darah tikus Sprague-
Dawley terkait dengan efek protektif daun Ficus auriculata Lour sebagai antioksidan terhadap stres oksidatif.

Metode Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo
(dengan menggunakan hewan coba tikus Sprague-Dawley) untuk
menguji efek antioksidan GSH pada hati dan darah tikus yang
telah diberikan ekstrak daun Ficus auriculata Lour yang
diinduksi hipoksia sistemik kronik. Populasi dan sampel
penelitian ini akan menggunakan hewan coba, yaitu tikus
(Sprague-Dawley) dalam keadaan sehat, berjenis kelamin jantan,
usia 8-12 minggu, berat 200-250 gram dan daun Ficus auriculata
L yang dipetik dari perkebunan Kuntum Farm di Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini berlangsung dari Januari – Juni 2017.
Perkiraan besar sampel menggunakan rumus Federer dengan
jumlah sampel tikus 32 ekor. Daun ara dikeringkan dan
diekstraksi dengan metode maserasi sehingga didapatkan
ekstrak daun untuk pencekokan tikus yang diberi 2 dosis yang
berbeda yaitu kelompok A= 300 mg/kgBB dan B= 150 mg/kgBB
selama 14 hari, kemudian dilakukan hipoksia selama 0, 1, 3 dan
7 hari. Tikus kemudian dibedah untuk mengambil darah dan
organ hati untuk mengukur kadar antioksidan GSH di dalamnya

Diskusi
Terjadinya penurunan kadar GSH pada darah dan hati tikus Sprague-Dawley yang diinduksi hipoksia pada kedua kelompok perlakuan
(dosis 300 dan 150 mg/kgBB) dan penurunannya terjadi secara progresif seiring lamanya perlakuan hipoksia. Penurunan bermakna kadar
GSH jaringan hati juga terjadi pada penelitian Jusman, et al dimana penurunan ini disebabkan karena menurunnya kapasitas oksidan di
dalam hati dan darah tikus yang digunakan sebagai antioksidan dalam menghilangkan formasi dari ROS yang dihasilkan selama proses
hipoksia.
Perbandingan kadar GSH darah dan hati pada kedua kelompok perlakuan menunjukkan bahwa kelompok tikus A memiliki kadar GSH
yang lebih tinggi dibandingkan kadar GSH pada kelompok tikus B. Hal ini membuktikan bahwa pemberian dosis ekstrak daun Ficus
auriculata L mempengaruhi kadar GSH pada darah tikus sesuai dengan penelitian El-Fishawy, et al dan Sirisha, et al yang membuktikan
pada pemberian ekstrak daun Ficus auriculata L memberikan efek antioksidan sebagai hepatoprotektif dari pada kerusakan yang dibentuk
oleh ROS. Dosis pemberian yang lebih banyak akan digunakan sebagai antioksidan di dalam tubuh tikus yang akan berdampak pada lebih
tingginya kadar GSH darah tikus yang diberikan dosis lebih tinggi. Perbandingan kadar GSH pada jaringan hati menunjukkan kadar yang
lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada darah tikus baik pada kelompok A maupun kelompok B. Hal ini disebabkan karena penghasil
antioksidan GSH utama berasal dari jaringan hati sehingganya kadarnya pada jaringan hati pasti jauh lebih tinggi dibandingkan pada sel
darah merah meskipuan GSH juga dihasilkan dari sel darah merah itu sendiri namun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Kesimpulan
Hipoksia mengakibatkan penurunan kadar GSH pada hati dan darah pada kedua perlakuan, kadar GSH hati dan darah lebih tinggi pada
pemberian ekstrak daun Ficus auriculata L dengan dosis yang lebih besar (300 mg/kgBB) dibandingkan dosis 150 mg/kgBB, dan terdapat
korelasi yang kuat antara GSH hati dan darah pada kedua kelompok perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai