UDARA TANAH
Komponen udara tanah (atmosfer tanah) sama pentingnya dibandingkan dengan fase
padat dan cair bagi produktivitas tanah. Oksigen diperlukan bagi pernafasan akar-akar
tanaman, mikrobia, dan hewan tanah. Karbondioksida membantu melarutkan zat-zat hara
sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Gas nitrogen membantu produksi senyawa
nitrogen oleh bakteria simbiotik dan non-simbiotik. Uap air (bagian dari udara tanah)
mencagah pengeringan akarakar tanaman dan mikrobia, dan membantu memindahkan air di
dalam tanah.
Yang terutama penting adalah tersedianya sejumlah cukup oksigen, karena dia
diserap secara terus-menerus oleh akar dan mikrobia. Tanpa oksigen yang memadai di
dalam tanah kegiatan-kegiatan secara normal bagi sebagian besar tanaman dan mikrobia
aerobik akan terhenti. Bakteria anaerobik menggunakan oksigen di dalam senyawa-
senyawa organik dan inorganik, mereduksinya menjadi sulfida-sulfida, nitrit-nitrit, senyawa-
senyawa besi, dan senyawasenyawa terduksi lainnya yang bersifat meracun bagi tanaman.
Berlimpahnya oksigen di dalam tanah juga tidak dikehendaki, karena bahan organik akan
dioksidasi begitu cepat. Perombakan yang bersifat semi-aerobik adalah yang terbaik untuk
menghasilkan sejumlah terbesar humus murni dan bagi pemasokan secara ajeg senyawa-
senyawa organik yang membantu memantapkan agregatagregat tanah.
Dibandingkan dengan udara atmosfer, kandungan karbondioksida dan uap air lebih
tinggi di dalam udara tanah, kandungan oksigen lebih rendah, dan kandungan nitrogennya
kurang lebih sama. Jumlah kandungan oksigen dan karbon dioksida di dalam tanah kurang
lebih sama dengan yang ada di dalam udara atmosfer. Namun ini tidak konstan. Di dalam
lapisan permukaan tanah yang teraerasi balk, kandungan oksigennya diantara 18 dan 21
persen, sedang pada jeluk yang lebih dalam dan terutama di dalam tanah yang basah
dalam kurun waktu lama kandungan ini dapat sangat rendah. Pada kondisi tereduksi udara
tanah dapat mengandung methan, hidrogen sulfida, dan amonia. Kandungan CO2 udara
tanah biasanya diantara 0.1 dan 5 dan dapat mencapai hampir 20 %.
Pengaruh yang paling menonjol dari kondisi aerasi tanah adalah terhadap kegiatan
mikrobia dan secara tidak langsung terhadap sifat-sifat tanah yang lain. Bakteri aerobik
akan tumbuh baik jika keperluan akan oksigen, air, energi, dan zat-zat hara mineral
tercukupi dengan baik pula. Jika bakteri tumbuh baik maka sejumlah besar senyawa-
senyawa organik terbentuk, sehingga membantu mengikat pasir, debu, dan lempung
secara bersama, dan untuk menyelimuti agregat-agregat tersebut. Akibatnya terbentuklah
suatu struktur tanah yang tahan terhadap air. Inilah salah satu alasan bahwa tanah-tanah
yang terdrainase dengan baik, teraerasi baik, umumnya mempunyai struktur yang lebih
diidamkan dibandingkan dengan tanah-tanah terdrainasekan dengan buruk dan beraerasi
buruk pula.
Kandungan bahan organik juga dipengaruhi oleh aerasi. Aerasi yang berlebihan
seperti misalnya yang terjadi di dalam beberapa tanah pasiran dan di dalam iklim-iklim
yang kering, menyebabkan bahan organik teroksidasi cepat. Secara umum boleh dikatakan
bahwa semakin lambat aerasi suatu tanah, maka akan semakin tinggi kandungan bahan
organiknya. Dengan alasan semacam inilah maka wilayah-wilayah yang berada dalam
keadaan tergenang air dangkal yang tidak mengalir secara terus menerus dan karenanya
beraerasi jelek, seringkali membentuk tanah-tanah muck dan gambut. Jeleknya aerasi
mengakibatkan pembentukan methan, hidrogen sulfida, nitrit, amonia, nitrogen bebas, dan
senyawa-senyawa besian. Beberapa dari mereka ini dan senyawa-senyawa lainnya yang
berkembang dalam kondisi seperti ini dapat bersifat racun bagi tanaman.
Bila suatu tanah beraerasi jelek dalam beberapa tahun apakah musiman atau terus-
menerus, besinya akan terlindi (to be leached) dalam bentuk ferro yang lebih mudah larut
dibandingkan dalam bentuk ferri
Karena pemasokan oksigen yang memadai diperlukan untuk pertumbuhan terbaik dan
memberikan hasil tanaman tertinggi, maka perlu menyediakan aerasi yang cukup pada
tanah. Aerasi yang cukup dapat ditakrifkan (to be defined) sebagai kondisi yang kecepatan
difusi oksigennya paling tidak 30 x 10-8 g/cm2/menit dan kepekatan oksigen udara tanah
paling sedikit 10 persen hingga jeluk batas akar genetik dari tanaman yang diusahakan. Di
dalam pertanian yang zat-zat hara tanamannya diberikan secara memadai dalam bentuk
pupuk dan air dapat diberikan secara irigasi, hasil-hasil tanaman seringkali dibatasi oleh
pemasokan oksigen di dalam tanah. Sebaliknya, aerasi yang berlebihan mempunyai
kerugian yakni adanya kecenderungan untuk mengoksidasi bahan organik begitu cepat
serta mengeringkan tanah. Pada kondisi lapangan, dalam praktek, aerasi yang berlebihan
ini hanya terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur kasar dan berkandungan bahan organik
tinggi, serta pada wilayahwilayah dengan suhu tinggi terus menerus selama kurun waktu
kekeringan. Ini juga dapat disebabkan oleh pengolahan yang terlampau sering.
Pada tanah-tanah bertekstur sedang dan berat dalam iklim-iklim lembab, masalahnya
adalah secara praktis selalu meningkatkan aerasi. Sebagai pegangan sederhana
pertahankanlah porositas aerasi tersebut di dalam tanah sebesar 10 %.
Karena difusi merupakan perantara utama bagi pembaharuan kembali udara tanah,
maka metode-metode pengelolaan udara tanah hams sedemikian rupa sehingga metode-
metode ini berpenganth terhadap kecepatan difusi potensial. Metode-metode ini untuk
mengubah struktur, kandungan lengas, dan suhu. Struktur yang lebih terbuka, kandungan
lengas yang lebih rendah, dan suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan kecepatan difusi.
Karena telah dimaklumi bahwa volume total ruang pori yang terisi udara menentukan
kecepatan difusi dan bahwa pori-pori mempunyai pengaruh yang sangat kecil pada difusi
itu, maka perlu kiranya membahas struktur dan lengas secara bersama-sama. Kerak tanah
atau lapisan pembajakan yang mampat memungkinkan membantu pendifusian oksigen dan
karbon dioksida asal mereka dalam keadaan kering. Yang menjadi perhatian penting adalah
bahwa pori-pori halos pada tanah-tanah seperti ini menahan air dalam waktu lama setelah
pembasahan, sehingga menghambat difusi. Dengan alasan ini maka perlu menghindari
terjadinya kerak dan pemampatan tanah. Pengolahan tanah, pembenaman bahan organik,
Di tempat-tempat yang aerasi tanahnya terbatasi oleh permukaan air bumi yang tinggi
(tetap atau berkala), maka drainase adalah merupakan suatu penyembuhan. Ini tidak akan
hanya menurunkan kandungan lengas dan meningkatkan kapasitas udara efektif tetapi juga
meningkatkan suhu dan secara talc langsung mempengaruhi struktur tanah.
Meskipun kenaikan suhu tanah meningkatkan kecepatan difusi, ini juga meningkatkan
kegiatan mikrobia dan selanjutnya meningkatkan produksi karbondioksida di dalam tanah.
Hasil akhir kenaikan suhu terhadap desakan parsial oksigen di dalam suatu tanah dapat
bersifat positif atau negatif. Dalam hubungannya dengan ini, maka cukup menarik untuk
diketahui pengaruh mulsa atas aerasi. Mulsa melindungi tanah dari dampak tetesan hujan
dan oleh karena itu melindungi hasil pengolahan tanah. Ini menguntungkan bagi aerasi.
Sebaliknya, mulsa mempertahankan tanah untuk tetap lembab, jadi menghambat kapasitas
udara efektif. Selama musim semi dan panas pada saat lebih banyak aerasi dibutuhkan,
mulsa menjaga tanah tetap sejuk, jadi menurunkan kecepatan difusi. Apakah total
pemulsaan terhadap difusi akan bersifat positif atau negatif bergantung kepada masing-
masing masalah. Namun demikian, dari pengamatan menunjukkan bahwa biasanya mulsa
menurunkan difusi oksigen ke dalam tanah.
Pengelolaan udara tanah mungkin juga dapat diserang dari sisi penggunaan lahan. Di
tempat-tempat yang sukar untuk menaikkan aerasi, tanaman-tanaman yang dapat ditanam
hendaknya mempunyai kebutuhan oksigen yang lebih rendah atau mempunyai sistem