Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
PREEKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh :
Salaudin Al Ayubi Pratama 1810029044
Muhammad Aris Indrawan 1810029035
Pembimbing :
dr. Yasmin Sabina Sa’diah, Sp.OG
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Tutorial
Klinik tentang “Preeklampsia Berat”. Makalah ini disusun dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstertri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
4
1.2.2. Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 10 Oktober 2019
pukul 07.00 WITA di ruang Mawar-VK RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. FL
Usia : 42 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (Jualan singkong)
Alamat : Jl. Rumbia, Samarinda
Masuk Rumah Sakit : Hari Kamis 10 Oktober 2019 pukul 02.15 WITA.
Identitas Suami
Nama : Tn. P
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (Jualan singkong)
Alamat : Jl. Rumbia, Samarinda
6
Keluhan Utama
Nyeri kepala
Riwayat Haid
Menarche : Usia 14 tahun
Siklus haid : 28 hari dan teratur
Lama haid : 5-7 hari, dengan banyak 2-3 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 08-11-2018
Taksiran persalinan : 15-08-2019
Taksiran persalinan USG : 15-11-2019
Riwayat Perkawinan
Perkawinan yang pertama, umur pertama kali menikah 25 tahun, dan lama
menikah 17 tahun.
7
Riwayat Obstetrik
Tahun 2004 – RS – Aterm – SC – Dokter – 3.100gr/P – Hidup
Tahun 2008 – RS – Post term – SC – Dokter – 3.000gr/L – Hidup
Tahun 2019 – Hamil ini
Antenatal Care
Pasien rutin memeriksakan kehamilan di Puskesmas. Saat 3 bulan SMRS
ketika kontrol kehamilan tekanan darah pasien mulai meningkat dengan tanpa
keluhan.
Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik setiap 1 bulan selama 11 tahun.
Terakhir disuntik 1 tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 60 kg, tinggi badan 148 cm
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Frekuensi nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 18 kali/menit, regular
Suhu : 36,0 oC (per axiller)
Status Generalis
Kepala : normosefalik
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Telinga/hidung/tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Thorax :
Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
8
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur tidak ada, gallop tidak ada
Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen cembung, linea nigra (+)
Palpasi : soefel, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, asites (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
Atas: akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
Bawah: akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5
Status Obstetri
Inspeksi : abdomen membesar sesuai umur kehamilan, linea nigra (+),
striae gravidarum (+)
Palpasi :
Tinggi fundus uteri (TFU)= 30 cm
Leopold I : Terasa bagian lunak, bulat, kesan bokong.
Leopold II : Teraba punggung janin di kiri ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, kesan kepala.
Leopold IV : Belum masuk PAP
HIS :-
TBJ : 2.900 gram
Denyut Jantung Janin : 143x/menit
Vaginal Toucher : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 10-10-2019
o Darah lengkap :
Leukosit : 12.250 /uL (↑)
Eritrosit : 4,74x106 /uL (↓)
Trombosit : 136.000/uL
Hemoglobin : 14.7 g/dL (↓)
Hematokrit : 42.7 %
o Kimia Klinik :
GDS : 109 mg/dL (↑)
Cholesterol : 394 mg/dL (↑)
Ureum : 15 mg/dL
Creatinin : 0,5 mg/dL
SGOT : 95 u/L
SGPT : 47 u/L
o Urinalisa :
Keton : -
Hemoglobin/darah : +2
Protein : +3
Glukosa :+2
Leukosit : 50-60
Eritrosit : 5-8
DIAGNOSIS KERJA
G3P2002A000 gravidarum aterm + belum inpartu + Preeklampsia berat dengan
impending eklampsia + BSC 2x.
TATALAKSANA
10
Penatalaksanaan di IGD :
- Observasi keluhan utama dan tanda-tanda vital
- Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin
- Pemasangan infus Ringer lactate 20 tetes per menit
- Pemasangan Dower Catheter (DC)
- Melakukan pemeriksaan laboratorium darah
11
- Rencana Sectio Caesarea dan MOW pukul 08.00
Kamis, 10 Subjective = Pasien mengeluhkan nyeri luka post operasi dan
Oktober 2019 pusing.
14.45 Objective =Tekanan darah: 210/110 mmHg, Nadi: 98x/menit,
VK RR: 24 x/menit, Suhu: 36,2 0C (per axiller).
Tinggi Fundus Uteri: 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.
UT: 200 cc/ 4jam warna merah
DL post operasi
Hemoglobin: 15.3
Leukosit: 16.300
Hematokrit: 45 %
Trombosit: 46.000
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
12
3.1 Definisi
Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan
untuk meramalkan kejadian preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Butuh serangkaian pemeriksaan
yang kompleks agar dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia dengan lebih
baik. Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan mengkontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan
13
pencegahan primer. Dari beberapa studi dikumpulkan ada 17 faktor yang terbukti
meningkatkan risiko preeklampsia (POGI, 2016).
14
■Penyakit autoimun (contoh: systemic lupus erythematous, antiphospholipid
syndrome)
Risiko Sedang
■ Nulipara
■ Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)
■ Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
■ Usia ≥ 35 tahun
■ Riwayat khusus pasien (interval kehamilan > 10 tahun)
3.3 Etiopatologis
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sampai saat ini belum diketahui pasti.
Beberapa penjelasan mengenai patogenesisnya masih berupa teori. Teori-teori yang
saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut.
15
Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
i. Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Pada teori invasi tropoblas, hipertensi dalam kehamilan teradi karena
kegagalan “remodeling arteri spiralis” dengan akibat plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal bebas/oksidan
(senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan). Salah satu yang dihasilkan adalah radikal hidroksil, yang
bersifat toksis terhadap membran sel endotel yang banyak mengandung asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak yang akan merusak membran sel, nukleus,
dan protein sel endotel (Wiknjosastro, 2009).
ii. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Peroksida lemak sebagai bahan oksidan akan beredar dalam darah sebagai
bahan toksin, yang paling mudah terpengaruh oleh bahan ini adalah sel endotel,
karena sel endotel adalah yang paling dekat dengan aliran darah, dan mengandung
banyak asam lemak yang dengan mudah dapat diubah menjadi lemak peroksida
oleh oksidan hidroksil yang dihasilkan plasenta iskemik (Wiknjosastro, 2009).
iii. Disfungsi sel endotel
Endotel yang terpapar peroksida lemak akan mengalami kerusakan dan
gangguan fungsi endotel, keadaan ini disebut “disfungsi endotel”, yang
mengakibatkan :
a) Gangguan metabolisme prostaglandin, suatu vasodilator kuat.
b) Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan, yang merupakan vasokonstriktor kuat.
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya endotelin.
e) Peningkatan faktor-faktor koagulasi (Wiknjosastro, 2009).
16
Killer (NK) ibu.Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-
G. Berkurangnya HLA-G di sel desidua di daerah plasenta, menghambat invasi
tropoblas dalam desidua, yang penting dalam memudahkan vasodilatasi pembuluh
darah dan matriks di sekitarnya (Wiknjosastro, 2009).
Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Pada kehamilan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopressor, akibat adanya perlindungan dari sintesis prostaglandin oleh sel
endotel. Refrakter artinya tidak peka atau dibutuhkan kadar yang lebih tinggi untuk
menimbulkan vasokonstriksi (Wiknjosastro, 2009).
Pada hipertensi dalam kehamilan, endotel kehilangan daya refrakternya
terhadap bahan vasopressor, sehingga terjadi peningkatan kepekaan terhadap
rangsangan dari bahan-bahan tersebut, hingga dalam tahap pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap rangsangan bahan vasopressor (Wiknjosastro, 2009).
Teori genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu
lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotie janin. Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami
preeklampsia, 26 % anak perempuannya akan mengalami preeklmapsia pula,
sedangkan hanya 8 % anak menantu mengalami preeklampsia (Wiknjosastro,
2009).
Teori Defisiensi Gizi (Teori diet)
Penelitian lama menyebutkan bahwa terdapat hubungan adanya defisiensi
gizi terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terbaru
menyebutkan konsumsi minyak ikan dapat menurunkan resiko. Penelitian lainnya
juga menyebutkan, wanita yang mengkonsumsi kalsium selama kehamilan,
memiliki resiko lebih rendah mengalami HDK, dan angka kejadian preeklampsia
lebih rendah pada wanita hamil yang diberi suplemen kalsium daripada hanya
glukosa (Wiknjosastro, 2009).
17
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan
merangsang terjadinya inflamasi. Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi,
namun dalam batas wajar, sehingga proses inflamasi yang terjadi tidak
menimbulkan masalah.Disfungsi endotel mengakibatkan aktivasi leukosit yang
sangat tinggi pada aliran darah ibu sehingga inflamasi yang terjadi bersifat sistemik
(Wiknjosastro, 2009).
18
(hipovolemia). Hipovolemia diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga
terjadilah hipertensi. (Wiknjosastro, 2009).
2) Hipertensi
Pada preeklamsia peningkatan reaktivitas vaskular dimulai pada usia
kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II.
Tekanan darah yang tinggi pada preeklamsia bersifat labil dan mengikuti irama
sirkardian normal. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer,
sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besarnya curah jantung.
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg selang 6 jam (Wiknjosastro, 2009).
3) Fungsi ginjal
Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia mengakibatkan
terjadinya oligouria atau anuria. Berat ringannya oligouria
menggambarrakn berat ringannya hipovolemia.
Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria. Proteinuria dapat terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklamsia tanpa proteinuria, karena janin lebih dahulu
lahir.
Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar kedua
korteks ginjal mengalami nekrosis, maka dapat terjadi nekrosis korteks
ginjal yang ireversibel.
Meningkatnya serum asam urat (uric acid serum) akibat penurunan perfusi
ginjal, umumnya meningkat ≥ 5mg/cc. Peningkatan asam urat dapat terjadi
karena iskemia jaringan.
Mengatnya kreatinin plasma akibat hipovelemia dan penurunan perfusi
ginjal (kreatini dapat mencapai ≥ 1mg/cc (Wiknjosastro, 2009).
19
5) Koagulasi dan Fibrinolisis
Gangguan koagulasi pada preeklamsia, misalnya trombositopenia jarang terjadi
berat, tetapi sering dijumpai. Pada preeklamsia terjadi peningkatan FDP,
penurunan antitrombin III, dan peningkatan fibronektin (Wiknjosastro, 2009).
6) Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma dan molekul makro
(fibrinogen dan hematokrit). Pada preeklamsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer danmenurunnya aliran darah ke
organ. Pada preeklamsia nilai hematokrit akan meningkat akibat keadaan
hipovolemia (Wiknjosastro, 2009).
6) Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan endotel kapiler. Edema
yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan atau
edema anasarka. Biasanya hal tersebut disertai kenaikan berat badan yang cepat
(Wiknjosastro, 2009).
7) Hepar
Dasar perubahan pada hepar adalah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila
terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel
hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di
bawah kapsula hepar dan disebut sebagai subkapsular hematoma. Subkapsular
hematoma ini menimbulkan nyeri di dearah epigastrium dan dapat
menimbulkan ruptur hepar sehingga memerlukan pembedahan (Wiknjosastro,
2009).
8) Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa:
Nyeri kepala yang disebabkan oleh hiperperfusi otak, sehingga
menimbulkan edema vasogenik.
Gangguan visus yang terjadi akibat spasme arteri retina dan edema retina.
Gangguan visus dapat berupa pandangan kabur, skotoma, amaurosis
(kebutaan tanpa jelas adanya kelainan) dan ablasio retina.
20
Hiperrefleksia sering dijumpai pada preeklamsia berat
Kejang eklamtik, dimana penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Faktor-faktor yang menimbulkan kejang eklamtik adalah edema serebri,
vasospasme serebri, dan iskemia serebri.
Perdarahan intrakranial (Wiknjosastro, 2009).
9) Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh oleh peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia
(Wiknjosastro, 2009).
10) Paru
Penderita preeklamsia berat mempunyai resiko besar mengalami edema paru.
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel
pada pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis (Wiknjosastro,
2009).
11) Janin
Preeklamsia dan eklamsia memberi pengaruh buruk pada keadaan janin akibat
penurunan perfusi uteroplasenta, hipovolemia, dan vasospasme, serta
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Dampak preeklamsia berat dan
eklamsia pada janin adalah Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan
oligohidramnion, serta kenaikan morbiditas dan mortalitas janin secara tidak
langsung akibat IUGR, prematuritas, olihidrmanion, dan solusio plasenta
(Wiknjosastro, 2009).
3.5 Diagnosis
21
didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis preeklampsia, yaitu (POGI, 2016):
4) Edema Paru
5) Edema Paru
22
6) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Preeklampsia
23
Pasien juga dipasangi kateter foley untuk mengukur pengeluaran urin.
Oliguria terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500 cc/24 jam.
Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak
kejang, dapat menghindari aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam (Wiknjosastro, 2009).
24
c) Syarat-syarat pemberian MgSO4
- Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit.
- Reflek patella (+) kuat
- Frekuensi nafas >16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress pernafasan.
- Produksi urin >100 cc dalam 4 jam terakhir > 30cc/jam dalam 6 jam terakhir
atau 0.5 cc/kgbb/jam (Wiknjosastro, 2009).
d) Magnesium sulfat dihentikan bila:
- Ada tanda-tanda intoksikasi (refleks patella negatif, pernapasan <12x/menit,
sesak nafa, produksi urin <30 cc/jam
- Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir
(Wiknjosastro, 2009).
Pemberian antihipertensi
25
BAB 4
PEMBAHASAN
Pasien Ny. FL usia 42 tahun datang ke IGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda pada
hari Kamis 10 Oktober 2019 pukul 02.15 WITA dengan keluhan utama nyeri kepala
sejak 2 jam SMRS disertai muntah dan pusing. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
ada, berikut dibawah ini uraian kesesuaian kasus dengan teori yang ada.
KASUS TEORI
Anamesis : Didapatkan gejala
- Nyeri kepala
- neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
- Pusing
- Muntah-muntah - Muntah-muntah
- edema
- RPD = -
- RPK = -
Kesimpulan : Sesuai
Pemeriksaan Fisik :
Tekanan darah : 180/110 mmHg
- Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg
Frekuensi nadi : 80 kali/menit, sistolik atau 110 mmHg diastolik
regular, kuat angkat
- Edema terjadi karena hipoalbuminemia.
Frekuensi nafas : 18 kali/menit,
regular
Suhu : 36,0 oC (per axiller)
Kesimpulan : Sesuai
Pemeriksaan Penunjang : - Proteinuria (+) jika tidak ada terdapat beberapa
Laboratorium gejala lain:
Tanggal 10-10-2019
- Trombositopenia: < 100.000 /uL
26
o Darah lengkap : - Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau
Leukosit : 12.250 /uL didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada
Eritrosit: 4,74x106 /uL kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
27
- Melakukan pemeriksaan
laboratorium darah
Pemberian antihipertensi
28
BAB V
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31