LAPRAK AINA Part PDF
LAPRAK AINA Part PDF
oleh :
Aina Salsabiela
31101800003
SGD 6
Asisten Pengampu : Yassar Maulana Sudjudi
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
a. Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan spesifiknya,
contohnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein.
b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar
antibiotic maka semakin banyak pula tempat ikatannya pada sel bakteri.
c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup
memadai agar diperoleh efek yang adekuat.
Sifat lainnya dari antibiotik adalah toksisitas (melawan bakteri tetapi tidak merusak
sel hostnya), berspektrum luas, tidak menyebabkan alergi, tidak resisten, dan larut
dalam air. Perlu diketahui juga bahwa antibiotik tidak dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu. Di luar bidang terapi, antibiotik ternyata
digunakan di bidang peternakan sebagai zat gizi tambahan guna mempercepat
pertumbuhan.
2. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal pada sel host seperti flora normal
di usus dan di kulit.
1. Bakterisidal, antibiotika yang pada dosis biasa berefek utama untuk membunuh
bakteri. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah sefalosporin, penisilin,
aminoglikosida, kotrimoksasol, vankomisin, rifampisin, eritromisin (konsentrasi
tinggi), dan lain sebagainya.
4
tubuh. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah eritromisin (konsentrasi
rendah), trimetropim, sulfonamide, tetrasiklin, linkomisin, klindamisin dan lain
sebagainya.
1. Antibiotik yang memiliki kegiatan luas (Broad spectrum) yaitu antibiotik yang
dapat mematikan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, termasuk virus
tertentu dan protozoa.
Secara historis, menurut Goodman & Gilman’s (2001), klasifikasi yang paling
umum didasarkan pada struktur kimia dan mekanisme kerja adalah sebagai berikut
:
c. Senyawa yang mempengaruhi fungsi sub unit ribosom 30S atau 50S sehingga
menyebabkan penghambatan sintesis protein yang reversibel. Contohnya adalah
aminoglikosida, tetrasiklin, streptomisin, kloramfenikol, eritromisin, dan
klindamisisn.
e. Senyawa yang berikatan dengan sub unit ribosom 30S dan mengubah sintesis
protein, yang akhirnya akan mengakibatkan kematian sel, contohnya adalah
aminoglikosida.
1. Golongan Penisilin
2. Golongan Sefalosporin
3. Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat
golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang
5
alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan
penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap
gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes
sehingga digunakan secara topikal pada acne. Contoh obatnya yaitu
Clindamycin dan Linkomycin.
4. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal.
Contoh obatnya adalah Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin
dan minosiklin.
5. Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & Staphylococcus aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya. Penggunaannya secara
oral, sejak tahun 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia
aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan
meningitis (khusus akibat H. influenzae). Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, dan turunannya yaitu tiamfenikol.
6. Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada
ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya
merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk
mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan
infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk
infeksi kulit dan jaringan lunak, dan untuk sifilis. Sering pula digunakan untuk
pasien yang alergi terhadap penisilin. Contoh obatnya adalah eritromisin,
klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.
7. Golongan Kuinolon
6
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat
enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan
untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta
pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi,
infeksi saluran kencing,, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif
untuk mengobati Anthrax inhalational.
8. Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora. Mekanisme kerjanya
: bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada
ribosom dalam sel. Contoh obatnya adalah streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, dan neomisin.
9. Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum. Bersifat bakterisid, dengan
mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya. Bekerja khusus pada
kuman gram negatif aerob misalnya Pseudomonas, H.influenza yang resisten
terhadap penisilinase. Contohnya adalah aztreonam.
10. Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam
bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA
bakteri.
11. Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis. Bersifat bakterisid terhadap kuman
gram positif aerob dan anaerob, dan merupakan antibiotik terakhir jika obat-
obat lain tidak ampuh lagi.
7
Keterangan : Mekanisme kerja antibiotik.
8
1. Penggunaan yang kurang tepat, terlalu singkat, dalam dosis yang terlalu rendah,
diagnosa awal yang salah, sehingga potensi obat tidak adekuat.
2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang salah
akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam penanganan
penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-pilek, dan demam.
Pasien dengan kemampuan finansial yang baik akan meminta diberikan terapi
antibiotik yang paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan. Bahkan pasien
membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter (self medication).
Sedangkan pasien dengan kemampuan finansial yang rendah seringkali tidak
mampu untuk menuntaskan terapi/pengobatannya.
Antibiotics kill bacteria causing the illness, as well as good bacteria protecting the
body from infection.
The resistant bacteria now have preferred conditions to grow and take over.
Bacteria can even transfer their drug resistance to other bacteria, and causing more
problems.
1. Reduced permeability
3. Active efflux
4. Target modification
9
masalsah kesehatan yang semakin meningkat di berbagai belahan dunia. S. Aureus
pada awalnya sensitive terhadap penisilin, tetapi sekitar tahun 1960-an galur
Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) muncul sebagai infeksi
nosocomial. MRSA dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti
necrotizing fasciitis, pneumonia, meningitis, dan endocarditis, tetapi yang paling
sering adalah menyebabkan infeksi kulit dan jaringan lunak. MRSA bisa terjadi
karena beberapa faktor risiko yang telah diketahui, diantaranya sering terjadi pada
usia lanjut , adanya penyakit komorbid (misalnya penyakit kardiovaskular, paru,
atau ginjal yang kronik, kanker, diabetes, anemia, dan hiponatremia). Selama 13
tahun (1993-2005) infeksi MRSA meningkat di Amerika Serikat. Pada tahun 2005
terdapat 368.600 kasus MRSA di rumah sakit seluruh Amerika Serikat. Keadaan
ini menunjukan peningkatan sebesar 30% dibandingkan pada tahun 2004.4
Prevalensi infeksi MRSA di Asia Tenggara cukup bervariasi, yaitu : 33.5% di
Thailand, 13% di Singapura dan di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 23,5%.
Transmisi infeksi dapat terjadi melalui peralatan medis, salah satu alat medis yang
sering digunakan adalah stetoskop. Untuk pengobatannya biasanya menggunakan
obat linezolid, vankomisin, daptomycin, dan telavancin.
10
(CRE). Saat ini jumlah antibiotik yang tersedia untuk mengobati infeksi yang
disebabkan resistensi MDRO sangat terbatas, sedangkan perkembangan antibiotik
baru tidak begitu signifikan.
11
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Gambaran Umum
2.1.1 Dasar Teori Uji Kepekaan Antibiotik
Sensitivitas menyatakan bahwa uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan
untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji
sensitifitas bakteri adalah metode cara bagaimana untuk mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan/mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah.
1. Metode Dilusi, terdiri dari 2 teknik pengerjaan, yaitu teknik dilusi perbenihan
cair dan teknik dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan aktivitas antimikroba
secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau kaldu, yang
kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi semalaman,
konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut
dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula
dibandingkan dengan konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh
lainnya untuk mendapatkan perkiraan respon klinik.
a. Dilusi perbenihan cair
Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada
prinsipnya pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk makrodilusi
volume yang digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi volume yang
digunakan 0,05 ml-0,1 ml. Antimikroba yang digunakan disediakan pada berbagai
macam pengenceran biasanya dalam satuan µg/ml, konsentrasinya bervariasi
12
tergantung jenis dan sifat antibiotik, misalnya sefotaksim untuk uji kepekaan
terhadap Streptococcus pneumonia, pengenceran tidak melebihi 2 μg/ml,
sedangkan untuk Escherichia coli pengenceran dilakukan pada 16 µg/ml atau lebih.
b. Dilusi agar
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan
ditambahkan ke dalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai
dengan jumlah pengenceran ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa
penambahan antibiotik, konsentrasi terendah antibiotik yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang diuji. Salah satu kelebihan
metode agar dilusi adalah untuk penentuan MIC Neisseria gonorrhoeae, yang tidak
dapat tumbuh pada teknik dilusi perbenihan cair.
13
Dasar penentuan antimikroba secara in vitro adalah MIC (minimum
inhibition concentration) dan MBC (minimum bactericidal concentration). MIC
merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan
pada pembiakan cair. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah antimikroba
yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Absorpsi
obat dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi dosis, rute dan frekuensi
pemberian antimikroba untuk mendapatkan dosis efektif di tempat terjadinya
infeksi.
14
dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang
bervariasi.
2. Metode Difusi
Media difusi menggunakan kertas disk yang mengandung antibiotik dan telah
diketahui konsentrasinya. Pada metode difusi, media yang dipakai adalah agar
Mueller Hinton. Ada beberapa cara pada metode difusi ini, yaitu cara Kirby Bauer
yang merupakan suatu metode uji sensitivitas bakteri yang dilakukan dengan
membuat suspensi bakteri pada media Brain Heart Infusion (BHI) cair dari koloni
pertumbuhan kuman selama 24 jam, selanjutnya disuspensikan dalam 0,5 ml BHI
cair (diinkubasi 4-8 jam pada suhu 37°C). Hasil inkubasi bakteri diencerkan sampai
sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU/ml (CFU : Coloni Forming
Unit). Suspensi bakteri diuji sensitivitas dengan meratakan secara menyeluruh
suspensi bakteri tersebut pada permukaan media agar. Disk antibiotik diletakkan di
atas media tersebut menggunakan pinset steril dan kemudian diinkubasi pada suhu
37° C selama 18-24 jam. Lalu dibaca hasilnya, dapat berupa zona radikal (Suatu
daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan
bakteri), zona irradikal (Suatu daerah disekitar disk yang menunjukkan
pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi bakterinya tidak
dibunuh), dan zona resisten (Bakteri kebal terhadap antibotik, dan masih terlihat
adanya pertumbuhan bakteri di sekitar disk).
2.1.2 Pembahasan Materi FKG Klinis
Sintesis protein adalah proses pembentukan asam amino melalui kode gen
yang dibuat DNA. Tahap sintesis protein terdiri dari tahap transkripsi dan translasi.
Transkripsi adalah pembentukan mRNA oleh DNA sense di inti sel. Sedangkan
translasi adalah penerjemahan mRNA oleh tRNA di ribosom.
15
molekul-molekul lain, seperti arginin, glisin, tirosin, triptofan, histidin, lisin,
metionin, glutamin, dan sistein, glutamate serta glisin. Molekul tersebut mengatur
fungsi vital dalam tubuh dan merupakan bagian yang cukup besar dalam pertukaran
asam amino spesifik setiap hari.
16
protein, agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi
monosom fungsional. Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, dan lain-lain. Mekanisme
kerja : semua obat golongan aminoglikosida dapat menghambat pembentukan
protein bakteri. Organisme yang rentan memiliki oxygen dependent system yang
membawa antibiotik melewati membran sel. Antibiotik diikat oleh 30S ribosomal
sub unit yang berperan dalam fungsi ribosome apparatus atau menyebabkan 30S
sub unit ribosome salah membaca kode genetic.
2.2 Pengujian
2.2.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Ose
2. Lampu spiritus
3. Pinset
4. Cotton swab
Bahan :
1. Material kuman
2. Medium agar
3. Disk antibiotika
17
2.2.2 Cara Kerja Secara Skematik Pada Uji Sensitivitas Antibiotik Metode
Difusi
Amati hasilnya
18
2.3 Identifikasi Masalah
2.3.1 Interpretasi Hasil yang ditemukan
Dari hasil pengamatan ditemukan adanya zona radikal, karena terdapat jarak yang
berarti bakteri tidak resisten terhadap antibiotik.
2.4 Pembelajaran
2.4.1 Kesalahan Saat Melakukan Uji Sensitivitas Antibiotik
Kesalahan saat melakukan uji sensitivitas antibiotik antara lain :
19
BAB III
3.1 Saran
Diharapkan praktikan lebih teliti dan hati-hati saat melakukan praktikum
sebab dikhawatirkan dapat terjadi kontaminasi kuman dan sebaiknya saat
praktikum lebih mencermati proses dan metode uji kepekaannya agar
meminimalisir terjadinya kesalahan saat praktikum.
3.2 Simpulan
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu sifat antibiotic adalah toksisitas
selektif yang berarti antibiotic melawan bakteri tetapi tidak merusak sel hostnya
sehingga tidak menimbulkan efek samping yang buruk bagi pasien. Untuk
mengetahui apakah bakteri resisten terhadap antibiotic maka dilakukanlah uji
sensitivitas bakteri (Contohnya metode difusi dengan cara Kirby Bauer) terhadap
antibiotika yang bertujuan untuk mengetahui apa obat yang cocok untuk pasien dan
apakah terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotic.
20
LAMPIRAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Mochamad Iqbal Hassarief, dkk. 2014. Faktor Risiko Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus pada Pasien Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak di Ruang
Rawat Inap. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
22