Anda di halaman 1dari 57

SPESIFIKASI TEKNIS

1.1 RUANG LINGKUP PROYEK

Nama Kegiatan : Pembangunan Jalan, Jembatan dan Kelengkapannya


Paket Pekerjaan : Rigid Pavements Tipe A3 (JL. DARMO PERMAI )
Tahun Anggaran : 2018

1.2 RENCANA KERJA

Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja ( SPK )
turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau Action plan tertulis lengkap dengan gambar-
gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam
dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut
termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada
sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi,
pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas

1.3 PEKERJAAN DI LAPANGAN DAN ADMINISTRASI

a. Kontraktor Penyedia Jasa diwajibkan memasang Papan Nama Proyek. Biaya pembuatan Papan Nama Proyek
sudah termasuk dalam pekerjaan persiapan.
b. Rekanan / Kontraktor penyedia Jasa diwajibkan membuat bouwkeet / Bangunan sementara untuk kantor
pegawainya dan gudang untuk bahan – bahan yang diperlukan agar terhindar dari kerusakan atau hujan. Dan
direksi keet yang dilengkapai dengan kelengkapan untuk penyelesaian Administrasi dilapangan seperti meja,
kursi, alat – alat tulis, dokumen kontrak, dokumen kontrak, gambar, buku tamu, Rencana Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan dan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan.
c. Bila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas / direksi lapangan, Rekanan / Kontraktor Pelaksana harus
membuat los kerja untuk tempat pekerja, sehingga terhindar dari hujan, matahari dan angin.
d. Jalan masuk ketempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh Rekanan / Kontraktor Pelaksana
bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan kegiatan tanpa dimasukkan didalam
anggaran biaya / kontrak.
e. Rekanan / Kontraktor Penyedia Jasa setelah menerima Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang dan
Jasa ( SKPPBJ ) segera membuat Time Schedule berupa Bar Chart yang terinci untuk dapat diikuti lebih awal
perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan apabila terdapat / terlihat adanya indikasi
keterlambatan pekerjaan diperlukan koordinasi atau langkah – langkah untuk menanggulangi hambatan /
keterlambatan yang akan terjadi.

1.4 TEMPAT KERJA

Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus
membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani
Direksi dengan pembiayaan tambahan.

1.5 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan dilaksanakan
dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan
yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan makahal tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor . Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah
mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada
pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.

1
1.6 TENAGA KERJA

Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada
bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan / petunjuk Direksi
Lapangan.

1.7 PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan Rekanan / Kontraktor Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan segala keperluan
untuk keamanan dan kesejahteraan para pekerja dan tamu, seperti PPPK, Sanitasi, Air Minum dan fasilitas –
fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan, tata tertib, ordonansi pemerintah, atau
Pemerintah setempat.

b. Rekanan / Kontraktor diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar lokasi pekerjaan dan harus
mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain.

c. Rekanan/ Kontraktor harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil, dan hak pemakai jalan bersih dari bahan
– bahan, bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun
pejalan kaki selama pekerjaan berlangsung.

d. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Rekanan / Kontraktor Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh atas
segala kerusakan bangunan yang ada disekitarnya, utilitas, jalan – jalan, saluran – saluran pembuangan dan
sebagainya dilokasi dan kerusakan sejenis yang disebabkan karena pelaksanaan pekerjaan Kontraktor dalam
arti yang luas, itu semua diperbaiki kontraktor hingga dapat ditertima oleh Pemberi Tugas.

e. Kontraktor bertanggung jawab atas keamanan dan kerusakan seluruh pekerjaan termasuk bahan – bahan
bangunan dan perlengkapan instalasi hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Direksi.

1.8 JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH

1. Air minum dan air kerja :


a. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih ditempat pekerjaan untuk para
pekerjanya.
b. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama pelaksanaan dapat mempergunakan
atau menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air sendiri ( guna memeperhitungkan pembayarannya
atau air sumur yang bersih / jernih dan tawar, bila hal ini meraguikan harus diperiksa dilaboratorium.

2. Kecelakaan kerja
a. Apabila terjadi kecelakan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus segera
mengambil tindakan – tindakan yang perlu untuk keselamatan sikorban. Biaya pengobatan dan lain – lain
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus segera melaporkan kepada instansi yang berwenang dan Direksi,
serta segera megurus ke jamsostek / PT Astek.
b. Dilokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat – obatan untuk PPPK yang selalu tersedia dalam saat dan berada
ditempat Direksi Keet / Bouwkeet.

1.9 ALAT – ALAT PELAKSANAAN DAN PENGUKURAN LAPANGAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan / menyiapkan alat alat baik untuk sarana /
peralatan pekerjaannya maupun peralatan – peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kwalitas hasil pekerjaan
dan alat – alat lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
b. Penentuan titik duga dan batasan – batasan pekerjan sesuai kontrak harus ditentukan memakai alat yang tepat
atau alat ukur ( waterpass dan theodolite ).
c. Penentuan atau batasan pekerjaan dilaksanankan kontraktor bersama – sama Konsultan Pengawas, Direksi /
Pengawas Dinas Tata Kota Dan Permukiman dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ( PPTK ).

2
d. Pemgukuran lapangan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pengukuran (BA Uetzet) dan ditanda tangani oleh
pihak – pihak yang terkait.
e. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar dengan kondisi lapangan maka akan dituangkan dalam bentuk
Addendum Perubahan Pekerjaan. Dan Kontraktor diharuskan membuat gambar perubahan / Gambar yang sesuai
kondisi lapangan (As Built Drawing) yang ditanda tangani oleh pihak – pihak terkait.

1.10 SATUAN UKURAN

Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam pekerjaan adalah
standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.

1.11 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjuk-
petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang
ditunjuk untuk mewakili Kontraktor . Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh
Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.

1.12 PEKERJAAN DAN BAHAN-BAHAN YANG TERMASUK DI DALAM HARGA SATUAN

Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macamnya seperti yang disebutkan pada artikel-
artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan
harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga,
keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik
seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada
mata pembiayaan khusus pengaliran air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan
bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan, pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk
keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-
baiknya.

1.13 LAPORAN
1. Laporan Perkembangan Bulanan.
Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya tambahan, dalam jarak waktu
dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi sebagai berikut :
Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan perkembangan untuk bulan ini,
Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan. Perkiraan jumlah pembayaran dari
Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan Bangunan Kontruksi
yang barangbarang pokoknya dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konsruksi yang disediakan untuk
pelaksanaan pekerjaan sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai menunjukan staf supervisi dan
jumlah dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam bulan sebelumnya. Kwantitas
mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan dipergunakan dalam bulan sebelumnya
dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan lainnya yang mungkin diperlukan berdasarkan
kontrak atau secara spesifik oleh Direksi.

2. Laporan Harian
Kontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang
diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak
terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang
sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan.

1.14 BUKU TAMU

3
Pihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi Proyek). Tamu adalah
orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor.

1.15 PELAKSANAAN AUDIT OLEH PROYEK

Selain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan dengan: Adanya biaya
yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat umum kontrak, dan Biaya-biaya lain yang
mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam Kontrak. Pihak Kontraktor wajib membuat
pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari konsultan perencana dan
konsultan pengawas.

1.16 REQUEST FOR INSPECTION / IJIN TAHAPAN

Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan pekerjaan
yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan.

1.17 GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:

1. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender


2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi

b. Gambar-gambar proyek berukuran A3 disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari semua gambar-
gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan Kontraktor akan tambahan dari gambar-gambar tersebut akan
dikenakan biaya.

c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.

d. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan Direksi sebelum
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

e. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus disertai Gambar hasil
pelaksanaan (as built drawing).

f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.

g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang ditetapkan oleh Direksi.

1.18 WILAYAH KERJA

a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan umum
karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan atas
persetujuan dari Direksi.

b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan bangunan di
sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap
hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.

c. Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi
yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

1.19 BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

4
a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas tinggi
sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil
pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.

b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar yang
berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang
mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.

c. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi dapat
meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang
memproduksi bahan yang bersangkutan.

d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan
Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.

e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dari bahan
bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat
penting lainnya dari bahan tersebut.

f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik
dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan
mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh
yang telah diperiksa terdahulu.
g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak
akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya
mutu bahan-bahan tersebut.

h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak,
cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan
keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.

i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik
yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor .
j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor , baik
di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya
ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan
Kontraktor.

1.20 SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSA BAHAN BANGUNAN

a. Kontraktor harus mengerjakan pekerjaan sesuai dengan Kontrak dan mempunyai keahlian sesuai dengan tugas
yang diserahkan kepadanya.
b. Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan menurut dokumen
kontrak dalam keadaan baru dan semua hasil pekerjaan berkwalitas baik, bebas dari cPenghamparan Lapis Aus
(AC - WC)at. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap defectif ( rusak ).
c. Dalam pemgajuan penawaran harga kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya – biaya pengujian /
pemeriksaan berbagai bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.

1.21 PEKERJAAN YANG TIDAK BAIK


a. Pemberi tugas / Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas berhak mengeluarkan instruksi agar
Kontraktor membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa atau mengatur untuk mengadakan
pengujian bahan – bahan atau barang – barang baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan dalam

5
pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Biaya untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban kontraktor untuk
disempurnakan sesuai dengan dokumen kontrak.
b. Pemberi Tugas atau Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas berhak mengeluarkan instruksi untuk
menyingkirkan dari tempat pekerjaan, pekerjaan – pekerjaan, bahan – bahan atau barang – barang apa saja yang
tidak sesuai dengan dokumen kontrak.
c. Pemberi Tugas berhak mengeluarkan perintah yang dikehendaki pemecata siapa saja dari pekerjaan.

1.22 SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

Syarat – syarat untuk bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah :
a. Semen Pc : Hasil produksi lokal / dalam negeri jenis I yang belum kadaluarsa / mengeras ( sweping),
mutu yang sejenis produksi Semen Gresik, Semen Tiga Roda, atau yang mempunyai SNI
dan harus memakai merek pabrik dengan jenis dan kwalitas yang sama.

b. Krikil : Berasal dari Batu Pecah Mesin pasat ( stone crusher ) ukuran 1-1, 1-2 cm,dan 2-3 cm.

c. Air Kerja : Air bersih / tawar atau air dari saluran PDAM.

d. Batu merah : Berasal dari produk lokal kwalitas I, padat berukuran sama dan hasil pembakaran yang
matang serta maximum pecah 20 %.
e. Pasir Pasang : Berasal dari sungai, berbutir agak kasar / keras, tajam bersih dan tidak mengandung
lumpur.
f. Beton Abutmen : Ukuran Sesuai spesifikasi pada Gambar Diproduksi pabrik dengan mesin dengan mutu
minimal K – 250 ( test laboratorium ).

Dan bahan – bahan yang digunakan tetapi tidak tercantum diatas agar disesuaikan dengan type / merk exixting
atau lihat Acara Penjelasan (BAPP).

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1. PERSIAPAN DAN SEWA DIREKSIKEET

2.1.1. Pengukuran kembali


a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak
pohon, letak batasbatas tanah dengan alat-alat yang sudah tertera kebenarannya.
b. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat- alat
waterpas/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung-jawabkan.
d. Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk
kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama Pelaksanaan Proyek.
e. Pengukuran sudut siku prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
f. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas / Direksi Pekerjaan agar dapat ditentukan
sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar Rencana
dan Persyaratan Teknis.
g. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

2.1.2. Sarana Air Kerja dan Penerangan

6
a. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Kontraktor harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi / WC selama berlangsungnya proyek.
b. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber lain, serta
pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan
termasuk keperluan Kantor Direksi Pekerjaan, kantor pelaksana, kamar mandi/wc atau tempat-
tempat lain yang dianggap perlu.
c. Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan kantor Direksi Pekerjaan dan penerangan proyek pada malam hari
sebagai keamanan selama proyek berlangsung. Penyediaan penerangan/Tenaga listrik
berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
d. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator set, dan
semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pengadaan
fasilitas penerangan termasuk instalasi dan armateur stop kontak serta sakelar / panel.

2.1.3. Keamanan Proyek


a. Kontraktor harus bisa menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang Kontraktor, milik
Pengawas/Direksi Pekerjaan, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari
gangguan para pekerja ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
b. Kontraktor harus bisa menempatkan petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari yang
dibagi dalam 3 gelombang waktu bekerja (shift), dan harus melakukan pemeriksaan
pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
c. Untuk menjaga ketertiban maka para pekerja diharuskan menggunakan tanda pengenal pada
bagian badan yang mudah terlihat oleh petugas keamanan yang sedang bertugas.

2.1.4. Bangunan Sementara (Bouwkeet)


a. Pemborong harus menyediakan dan mendirikan bangunan sementara untuk gudang
penyimpanan dan perlindungan bahan bangunan dengan. Rekanan harus pula menyediakan
ruangan untuk keperluan Pengawas dengan perlengkapan papan tulis, meja dan kursi, buku
harian, serta buku catatan harian pengawasan seperlunya. Semua ‘bouwkeet’ perlengkapan
rekanan Pemborong dan sebagainya, pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar dan
harus disingkirkan dari tapak/lokasi, dan semua bangunan eksisting yang terganggu harus
diperbaiki. Semua biaya menjadi beban Pemborong. Pembongkaran bangunan sementara
tersebut hanya dengan persetujuan Pimpinan Proyek atau Pengawas.

2.2. DIREKSI KEET

Untuk pembangunan proyek ini, pemborong harus membuat “direksi keet” ukuran 32 m² atau disesuaikan
kebutuhan dengan konstruksi yang disetujui oleh Pengawas Lapangan. Bangunan tersebut berfungsi atau
digunakan sebagai gudang, ruang pelaksana, ruang penjaga, ruang rapat, ruang tamu, ruang gambar, dapur
kecil dan KM/WC. Pondasi dari pasangan batu belah dengan spesi 1 pc : 6 ps. Kolom dari kayu kamper
ukuran 8 x 12 cm dipasang vertikal pada jarak 3 m. Dinding dilapis triplek 4 mm dan dicat. Lantai
bangunan bagian bawah terbuat dari rabat beton yang diyiyit halus. Penutup atap dari asbes gelombang
kecil atau seng gelombang warna BJLS 40. Langit-langit dari triplek 4 mm, dicat dan dipasang setinggi 3
m dari lantai. Kusen pintu/jendela dibuat dari kayu kamper 6/12 yang dicat. Daun pintu terbuat dari
teakwood” panil ganda yang dilengkapi kunci Union atau setara dengan dua kali putar, sedangkan jendela
naco dilengkapi teralis. Untuk perlengkapan Direksi, Pemborong harus menyediakan antara lain:

1. Peralatan obat-obatan
2. Peralatan keselamatan kerja : topi; jaket; sepatu; dll.
3. Sarana penerangan listrik, lampu-lampu, dll.
4. Perlengkapan kebutuhan KM/WC, dapur kecil, wastafel, dll.
5. Kebutuhan konsumsi sederhana untuk rapat lapangan/Direksi.
6. Perabot meja dan kursi gambar.
7. Peralatan tulis dan papan tulis.

7
8. Peralatan meja dan kursi untuk rapat.
9. Meja/rak untuk menyimpan barang-barang contoh.
10. Buku direksi untuk mencatat semua instruksi dari Direksi Pekerjaan
11. Helm

Semua peralatan dalam Direksi Keet harus baru dan layak dipakai. Dan semua biaya dibebankan pada
Pemborong. Barang-barang tersebut diatas tetap milik Kontraktor dan harus dikeluarkan dari lokasi
proyek apabila bangunan telah selesai.

2.3. ALAT KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI

1. Untuk memudahkan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait Kontraktor wajib mengadakan alat
komunikasi
2. Untuk melancarkan jalannya proyek maka Kontraktor diwajibkan menyediakan 1 kendaraan roda
empat untuk keperluan transportasi Kontraktor dalam pengangkutan barang-barang kantor misalnya
pengangkutan benda-benda uji dan lain-lain atau untuk persediaan apabila terjadi keperluan yang
sangat mendadak, serta 1 kendaraan roda empat untuk keperluan transportasi Pengawas.
3. Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan komsumsi dalam pertemuan-pertemuan rutin atau tamu-
tamu Pemberi Tugas yang mempunyai kepentingan dengan proyek dan semua biaya dibebankan pada
Pemborong.

Sebelum melaksanakan pekerjaan apapun, Pemborong harus membuat/memasang pagar pengaman


sebagai batas antara daerah proyek dan daerah umum, dengan biaya dibebankan pada Pemborong.
Pagar kerja ini terbuat dengan konstruksi :

1. Tiang kayu bulat (dolken) ditanam sedalam 60 cm dan dicor dengan campuran 1 pc : 3 ps pada setiap
jarak 3 m.
2. Tinggi kayu yang kelihatan minimal 2.40 m dari muka tanah.
3. Untuk perangkai tiang satu dengan lainnya, digunakan 3 deret kayu meranti merah 5/7 yang dipasang
horisontal sejajar atas, bawah dan tengah.
4. Bagian luar pagar ditutup seng gelombang warna BJLS 40 yang dipasang vertikal dengan konstruksi
rangka dan paku payung.
5. Pada daerah-daerah tertentu sesuai petunjuk Pengawas, diberi pintu untuk kepentingan proyek, yang
lebarnya disesuaikan kebutuhan Pemborong.

2.4. PEMADAM KEBAKARAN


1. Selama pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus menyiapkan alat pemadam kebakaran yang dapat
digunakan untuk memadam api akibat listrik, minyak dan gas dengan kapasitas 7 kg.
2. Pada tiap lantai bangunan dengan radius 50 m disediakan 1 unit tabung pemadam kebakaran
demikian juga untuk Direksi Pekerjaan keet kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan.

2.5. AKSES MATERIAL


Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditentukan harus diadakan oleh rekanan bila
diperlukan,sesuai kebutuhan dan kepentingan proyek.

2.6. PEMBUATAN LOS KERJA DAN TEMPAT ISTIRAHAT

1. Kontraktor harus membuat los kerja dan bangunan untuk tempat istirahat dan tempat sholat
bagi para pekerja.
2. Los kerja merupakan bangunan yang cukup memadai untuk bekerja bagi tukang / pekerja
yang mempunyai kondisi cukup baik, terlindung dari pengaruh panas atau hujan yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.

8
3. Sambungan listrik, air dan transportasi pelaksanaan agar dipersiapkan dengan baik dan
berkoordinasi dengan pihak user. Bila pihak user tidak dapat memenuhi, maka rekanan (Pemborong)
harus menyediakan sendiri.

2.7. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN SEWA DIREKSI KEET

adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan
utama yang diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ( RKS ) dan Surat Perjanjian / Kontrak yang
meliputi :

a) Pembuatan Foto Dokumentasi


b) Pengambilan Foto Dokumentasi harus dilakukan pada waktu
c) Pekerjaan ( 0%, 25%, 50%, 75%, 100% )
d) Setiap jenis / item pekerjaan ( proses dan finish )
e) Setiap Pengajuan Pembayaran Angsuran

Setelah masa pemeliharaan berakhir.


Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing – masing 3 ( tiga ) lembar disusun dalam album dan
diberi keterangan.

2.8. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

Cakupan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan
volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak,
secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :
a) Penyewaan sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp Kontraktor Pelaksana.
b) Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan.
c) Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika diperlukan Kantor Lapangan, Tempat
Tinggal Staf, Barak Pekerja, Bengkel Kerja, Gudang dan sebagainya.
d) Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai dalam jangka waktu 30
hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
e) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail Mobilisasi kepada Konsultan Supervisi,
Konsultan manajemen dan Owner maksimal 7 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
f) Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk pemindahan semua
Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana dari Tanah Milik Pemerintah serta
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

2.9. PAPAN NAMA PROYEK


Penyedia Jasa wajib memasang Papan Nama Proyek ukuran serta model tulisannya akan ditentukan
kemudian. Biaya pembuatan Papan Nama Proyek menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

2.10. UITZET DENGAN WATERPASS / THEODOLIT


Jaringan dan Permukiman
a. Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang dipasang oleh Dinas
Tata Kota Kotamadya Surabaya yang terdekat.
b. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan
ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambar-gambar
rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.

2.11.PEKERJAAN PENGUKURAN DAN SURVEY LAPANGAN


1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk melakukan survey
dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat

9
ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil
permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan
didasarkan.
2. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
3. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan mengadakan
levelling pada semua bagian daripada pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan Direksi dalam
pengadaan pengecekan levelling tersebut.
5. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian
kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
6. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan
peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
7. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang
berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.
8. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah ditera
kebenarannya/dikalibrasi.
9. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang,
maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian.
10.Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi.
11.Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai.
12.Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap Titik adalah
sejarak 25 meter.
13.Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok harus dibuat
gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
14.Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan
survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan
pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain
untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor.
15.Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung tanah) , kontraktor
diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam tes
penyelidikan tanah yang bersertifikasi.

2.12. PAS. RAMBU-RAMBU PENGAMAN


2.12.1. Pengaturan Lalu Lintas

a. . Lalu Lintas Proyek


1. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi dan mentaati ketentuan dan peraturan
lalu lintas umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal
ini Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi setempat yang berwenang
yaitu polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
2. Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar gangguan lalu lintas dan kerusakan
yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan,
gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan pada Kontraktor dan harus disetujui
Direksi.

b. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi


1. Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus diatur sedemikian rupa agar beban total dari
kendaraan yang mengangkut alat-alat berat tersebut tidak melampaui kapasitas jalan/jembatan yang dilalui.
Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut
beberapa kali. Ketentuan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan bahan-bahan konstruksi.
2. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan meminta pengawalan dari instansi yang
berwenang.

10
c. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan rambu-rambu lalu lintas
sementara pada lokasi dan posisi penting termasuk rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek.
Penempatannya harus dengan persetujuan polisi lalu lintas atau instansi lain yang berwenang. Bentuk dan
ukuran huruf serta susunan kalimat pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh setiap
pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari harus diberi penerangan. Apabila
pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Direksi, Kontraktor diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu
dan rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk
pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

BAB III
PEKERJAAN COVER SALURAN

3.1. PEMBONGKARAN PELAT EXISTING


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran pelat existing seperti tertera pada gambar rencana dan juga
pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama.
Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pembongkaran harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga tidak merusak bagian lainnya yang
tidak semestinya dibongkar dan tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang terlibat
dalam pelaksanaan ini maupun pekerjaannya sendiri.
2. Semua Material bekas bongkaran nantinya akan dikembalikan ke Direksi Pekerjaan.
3. Pembongkaran Pelat dengan alat dilakukan sesuai prosedur pembongkaran agar berjalan lancar sesuai
rencana.

3.2. PENGADAAN DAN PEMASANGAN COVER 240.120.20 K-350 FABRIKAN


Cover yang dimaksud adalah Plat Precast yang berasal dari pabrikasi yang mampu menahan beban kendaraan 20
ton/m2

1. Plat menggunakan mutu beton K-350 dengan mutu baja BJTD-40


2. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Plat Inrit Precast tersebut pada sebuah pabrik, yang telah disetujui
oleh pihak Direksi
3. Mutu, Dimensi serta Detail Plat inrit Precast yang dipesan harus sesuai dengan gambar perencanaan yang sudah
disetujui oleh Direksi
4. Syarat diterimanya beton precast, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna untuk melakukan
inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi
5. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna berhak menolak
produk beton precast
6. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Plat inrit Precast ( yang berisi Job Mix
Formula ) serta Surat Dukungan dari Pabrik ( dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi) yang
dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
7. Setelah di pasang pada saluran batu kali tepi plat di beri kuncian rabat beton.
8. Biaya transportasi Plat inrit Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

3.3 Bongkar Paving Existing


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran paving existing lama seperti tertera pada gambar rencana dan
juga pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama.
Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

11
a. Pembongkaran paving existing harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga tidak merusak bagian
lainnya yang tidak semestinya dibongkar dan tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang
terlibat dalam pelaksanaan ini maupun pekerjaannya sendiri.
b. Semua Material bekas bongkaran akan dikembalikan ke Direksi Pekerjaan.

3.4 Pemasangan Lapisan Geotextile Woven Tipe Woven 250

Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile yang
tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer
Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).Non Woven Geotextile
1. Untuk perkuatan tanah lunak
2. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
3. sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
a. Prosedur Pemasangan Geotextile
1. Harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan
2. Overlapping dan penyambungan geotextile yaitu 60 – 100 cm (600 – 1000 mm).
3. Pada daerah tikungan jalan, geotextile dipasang mengikuti arah kurva/ tikungan.
4. Overlapping atau penyambungan (Jahitan) dipasang pada daerah yang tidak searah dengan beban
roda (beban lalu lintas).
b. Quality control Geotextile meliputi:
1. Pengamatan langsung pada saat material didatangkan yang dilakukan oleh konsultan perencana
dan disetujui oleh direksi.
2. Pengetesan material geotectile yang dilakukan oleh lembaga independen yaitu test tarik, test
sobek, test tusuk dan test tarik sambungan.

12
BAB IV
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN

4.1. PEKERJAAN URUGAN SIRTU


1. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat
2. Mutu Bahan :
Sirtu yang digunakan adalah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.
3. Prosedur Pelaksanaan :
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan
pemadat dengan alat berat seperti Vibro Roller dan urugan di pasang pada tanah dasar untuk
pekerjaan jalan baru ataupun pekerjaan pemeliharaan jalan. Urugan dilakukan harus dengan alat
berat agar hasil mencapai sesuai dengan rencana.

4.2 PEKERJAAN BESI TULANGAN DOWEL SUPPORT


Tulangan memanjang menggunakan besi polos diameter 8 sesuai dengan gambar bestek dengan mengacu pada
mutu SNI (Standart Nasional Indonesia) dan perangkaian dowel suport mengunakan las listrik.
4. 3 PEKERJAAN DOWELØ25 – 300, L = 50 cm

Sambungan Melintang Dowel


- Fungsi sebagai sliding and load transfer device
- Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar as jalan.
- Lekat pada satu sisi beton dan tidak lekat pada sisi lainnya. Pada sisi yang tidak lekat pada beton
dilapisi cat anti karat dan masuk dalam pipa PVC .
- Usahakan pada saat pengecoran, beton tidak masuk ke dalam pipa PVC ( di isolasi )
- Besi yang digunakan adalah besi polos, Ø-25 mm

Sistem Penyalur Beban


 Ruji Dowel
Batang ruji harus ditempatkan di tengah tebal pelat. Posisi ruji pada arah horizontal dan vertikal
harus dijamin sejajar sumbu jalan dengan menggunakan perlengkapan atau dengan cara
penempatan dengan mesin yang telah teruji. Kepadatan beton yang baik di sekeliling ruji sangat
dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara sempurna.
 Pelapis Ruji
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat (korosi)
Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan lapisan tipis
pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji dipasang.
Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup ruji (pada
expansion joint).
Pelapis ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup dapat digunakan sebagai
pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah
lekatan dengan beton dan atau karat, dapat juga digunakan.

 Alat Transfer Beban (Load Transfer Devices)


Bila digunakan ruji (dowel), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu
perkerasan beton, dengan memakai pengikat / penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam
perkerasan.

13
Ujung ruji (dowel)harus dipotong rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau
pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak ada
lekatan dengan beton, diberi penutup (selubung) rujidari logam yang disetujui, harus dipasang
pada setiap batang rujipada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan batang
ruji,dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.

Pemasangan Perlengkapan Ruji


Perlengkapan pemasangan ruji (berupa rangkaian dudukan/chair/dowel support) harus ditempatkan pada lapis
pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah disiapkan.

Perlengkapan pemasangan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan
lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus
sumbu jalan, memerlukan pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna menjamin pergerakan bebas. Ruji
dipegang kuat pada posisi yang ditetapkan.

Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus sedemikian rupa sehingga
penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang sama dari tepi-tepi pelat.

Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya
dengan menggunakan patok-patok dengan peralatan atau dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang
sedemikian rupa sehingga berat beton selama pengecoran tidak akan mengganggu kedudukannya. Apabila
sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka sambungan tersebut harus merupakan kesatuan.

Batang ruji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan pemasangan sambungan dipasang pada tanah
dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem sambungan harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah
terpegang kuat dan tidak ada perubahan posisi.
Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat atau batang baja yang digunakan
untuk mengikat perlengkapan pada waktu pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal
beton, harus disingkirkan sebelum beton dihampar.

4.4 PEKERJAAN SELONGSONG PIPA PVC ∅ 1 1/4 "


Pipa selongsong dipasang pada bagian dowel yang tidak boleh terikat beton. Untuk menghindari masuknya
campuran beton atau air semen yang dapat menghambat pergerakan besi dowel, pipa PVC harus ditutup (isolasi)
4.5 PEKERJAAN PENGECATAN
Pekerjaan pengecatan dilakukan untuk menutup bagian dowel yang tidak boleh terikat beton untuk menghindari
karat.
4.6 PEKERJAAN TIEBAR D13

Sambungan Memanjang (Tie Bar)


 Fungsi sebagai unsliding and rotation device

 Lokasi di tengah tebal pelat dan tegak lurus as jalan.

 Lekat pada kedua sisi beton

 Berbentuk ulir, diameter yang digunakan D13 mm.

 Panjang Tie Bar 60 cm dengan jarak 60 cm ( Tiap 1 Segmen dengan jumlah 8 buah )

14
Sambungan Dan Tulangan
 Sambungan Memanjang dan Melintang
Sambungan (joint) dipasang pada perkerasan beton untuk mengendalikan penyebaran retakan akibat susut
serta untuk menampung lenting pelat beton akibat perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban.
Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan.
 Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan.
 Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan detail dan letak pada
Gambar Rencana.
 Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar perkerasan. Bidang-bidang
permukaan sambungan harus diusahakan tegak lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.
 Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna menghindari ketidakrataan
permukaan pada sambungan tersebut. Apabila pada sambungan diperlukan, maka harus digunakan
mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan
yang ditempatkan di depan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila
ditempatkan di belakang perata dapat dipasang menonjol pada permukaan.
 Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka penggergajian sambungan
melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi maksimal 18 jam
 Sambungan Memanjang(Longitudinal Joints)
 Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars),dengan panjang, ukuran, dan
jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan memanjang dipasang dengan
besi dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat.
 Batang pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan
tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya.
 Tie bar dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan
diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan atau
sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung
(two-piece connectors).
 Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga
ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.
 Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton
dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman ¼ tebal beton, lebar dan garis sesuai Gambar
Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan
alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum
berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan
diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus
dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang
disyaratkan.
 Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus
dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan
bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan
kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type
joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus
disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas
lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang
tertera pada Gambar Rencana.
 Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada
beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar

15
perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu
disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan
tanpa menimbulkan segregasi.

 Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints)


Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan
dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar Rencana, dengan
gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton
yang berdekatan harus dibersihkan.
Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak
menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan
harus dibuat / dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat
dilakukan pada waktu siang atau malam hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus
ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila
retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka
pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton mencapai
pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum, penggergajian harus
dilakukan berurutan.
 Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction Joints)
Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan longitudinal (longitudinal
formed joints).
 Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)
Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan
konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi,
sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya.
Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang
minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang
sesuai instruksi
 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah memanjang (di
antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk dengan cara acuan gelincir atau
dengan baja cetakan standar.
Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah alur dapat
ditiadakan.
Pada sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk pemasang batang
pengikat. Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang pengikat dapat menggunakan batang berulir
atau batang pengikat jadi. Apabila digunakan batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan
diluruskan kembali, maka batang tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk menjamin
bahwa tulangan dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan / pecah.
Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan langkah-langkah
pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan batang
pengikat akibat pembengkokan dan pelurusan kembali adalah sebagai berikut (lihat Gambar 7.1.4.).

4.7 PEKERJAAN BEKISTING PLAT BESI 3 MM ( SEWA )


- Pemasangan bekisting dilakukan setelah diukur secara benar (kelurusan & kerataan)
- Elevasi top bekisting = elevasi top rencana jalan, toleransi perbedaan ketinggian maksimum 5 mm

16
- Bekisting terbuat dari besi plat 3 mm & sisi-sisinya diperkuat dengan besi siku L 30.30.3 dan setiap jarak 100
cm dipasang perkuatan siku L 30.30.3
- Dipasang pasak Ø 16 mm ketanah pada posisi perkuatan bekisting
- Bekisting harus bersih & dilapisi pelumas sebelum penegecoran

4.8 PEKERJAAN BETON MUTU K-350

Persyaratan Sifat Campuran


 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump" yang
dibutuhkan seperti yang disyaratkan sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-
1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
 Pekerjaan beton menggunakan pabrikasi (readymix) dengan K-350
 Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan (K – 350)
 Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan pengerjaan yang sesuai untuk
mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak
semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak
kurang dari 60 mm dan tidak lebih besar dan 100 mm. Beton yang tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan.
 Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan
( konversi ),maka Penyedia jasa konstruksi tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan
yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik
yang diperoleh dari rumus.

Tabel 3.1.1 :Batasan Proporsi Takaran Campuran

UKURAN
RASIO AIR / KADAR SEMEN
MUTU AGREGAT
BETON MAXIMUM SEMEN MINIMUM
mm ( TERHADAP BERAT ) ( KG/M3 DARI CAMPURAN )

K - 400 10 - 20 0,48 454,70

K - 350 10 - 20 0,48 426,30

K - 250 10 - 20 0,56 384,00

K - 125 10 - 20 0,78 276,00

17
CATATAN : Kandungan Clay dalam pasir maksimal 2 %

Tabel : Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2) Slump (mm)

Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder


Beton Tidak
15 x 15 x 15 cm 15 cm x 30 cm Digetarkan
Digetarkan
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari

K600 390 600 325 500 20 – 50 -

K500 325 500 260 400 20 – 50 -

K400 285 400 240 330 20 – 50 -

K350 250 350 210 290 20 – 50 50 – 100

K300 215 300 180 250 20 – 50 50 – 100

K250 180 250 150 210 20 – 50 50 – 100

K225 150 225 125 190 20 – 50 50 – 100

K175 115 175 95 145 30 – 60 50 – 100

K125 80 125 70 105 20 – 50 50 – 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 ± 25 mm

18
 Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Penyedia jasa konstruksi mengambil tindakan
perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari.
Dalam keadaan demikian, Penyedia jasa konstruksi harus segera menghentikan pengecoran beton yang
dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan.

 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan
penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
perlu analisis teknis.

Kekuatan Beton
 Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur
28 hari.
 Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik

Pengecoran Dan Penyelesaian Akhir Beton


Pengecoran
 Peralatan Pengecoran
 Truk mixer,harus mampu mengalirkan adukan beton dan menuangkannya ke setiap tempat
tanpa terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar.
 Vibrator, untuk memaksimalkan pemadatan beton, harus menggunakan alat Mesin getar
(vibrator), agar tidak terjadi rongga pada beton
 Screed, alat penghampar beton yang menggunakan alat penggetar,
 Mobil air, untuk menyediakan air jika dibutuhkan
 Kasut, untuk menghaluskan permukaan jalan beton sebelum di grooving,
 Penggaris, untuk membantu meluruskan grooving
 Alat grooving, digunakan untuk membuat alur pada permukaan beton,

 Karung goni atau material lainnya, untuk perawatan beton dengan dibasahi air ( curing ) sampai beton usia 7
hari

 Alat pemotong beton ( Concrete Cutter )

Penghamparan
 Peralatan
Penghamparan harus menggunakan peralatan minimal Screed. Untuk mengurangi pemisahan butir, semua
peralatan harus dioperasikan secara seksama. Dalam hal apa pun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang
cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir.
 Pemadatan
Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi menggunakan mesin getar (vibrator), baik jenis internal maupun jenis
permukaan dapat memberikan hasil yang baik.
Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi-tepi
sepanjang sumbu, dan pada sambungan-sambungan.
Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan air (drains), dan pada pelat-
pelat tidak beraturan pada jalan masuk / ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin
kepadatan yang baik.

19
Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak.
Mesin penggetar yang dioperasikan secara manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5
detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 – 30 cm.
Pengendalian Mutu Di Lapangan
 Pengujian untuk kelecakan (workability)
Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan dan sesuai
dengan slump rencana.
 Pengujian kuat tekan
Penyedia jasa konstruksi harus menyiapkan 1 benda uji kuat tekan beton untuk setiap 1 ready mix beton . Setiap
pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada umur 7, 14 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah
beton yang dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus
diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3
hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari.
 Pengujian tambahan
Penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu
bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian tambahan tersebut meliputi :
 Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya.
 Pengambilan inti (core) beton sesuai dengan SNI .
 Apabila ada salah satu pihak ( PPK / Pendamping Teknis / Konsultan Pengawas ) meragukan mutu
beton yang ada dilapangan maka PPK, Pendamping Teknis, Konsultan Pengawas berhak untuk
mengujikan mutu beton hasil core drill lapangan.
 Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus
Dasar Pembayaran
 Metode Pengukuran
Kuantitas yang dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah jumlah
meter kubik Perkerasan Beton Semen, Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang
ditunjukkan dalam penampangan melintang tipikal dalam Gambar dan Panjang haruslah
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar, yaitu sepanjang garis sumbu setiap badan
jalan. Tebal haruslah tebal rancangan.
Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap 300 m minimal 1 benda uji inti.
 Dasar Pembayaran
Kuantitas Perkerasan Beton Semen yang diterima ditentukan sebagaimana disyaratkan
diatas akan dibayar dengan harga kontrak per meter kubik.
Apabila pengujian mutu beton rata rata hasil core drill < 80 % dari mutu rencana akan
di bongkar dan harus di cor kembali sesuai mutu rencana.
Apabila pengujian mutu beton rata rata hasil core drill ≥ 80 % dari mutu rencana akan
di bayar sesuai mutu hasil uji.
Dengan Metode Pembayaran
Bila kekuatan perkerasan beton tidak sesuai dengan ketentuan, maka di bayar sesuai
dengan mutu hasil uji core.

4.9 PEKERJAAN GROOVING


 Grooving adalah pembuatan alur pada permukaan jalan beton;

 Dilakukan setelah permukaan beton rata dan air semen mulai kering

 Grooving dibuat arah memanjang jalan dengan jarak alur 2 cm dan kedalaman 3 mm

20
4.10 PEKERJAAN CONCRETE CUTTING
 Alat yang digunakan adalah alat pemotong beton ( concrte cutter )

 Beton dipotong sesuai dengan gambar rencana ( tepat di sambungan antara besi dowel yang terikat beton dengan
yangg tidak terikat beton( dowel yang didalam pipa PVC ).

 Dipotong dengan kedalaman ¼ tebal jalan beton rencana

4.11 PEKERJAAN ASPHALT SEALENT ( JOINT SEALENT )


Celah sambungan harus ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, segera setelah perawatan selesai sebelum
lalu-lintas diijinkan melewati perkerasan termasuk kendaraan Penyedia jasa konstruksi.

Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.
Pemasangan harus dilakukan sedemikian sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan
pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan plat harus segera disingkirkan dari permukaan pelat dan
dibersihkan.

Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan penutup dipasang. Semua bidang dalam
celah sambungan harus bersih dari bahan-bahan lepas dan bila digunakan bahan penutup yang dituang panas,
permukaan harus kering.

Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang dapat menimbulkan
ketidaksempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat bahan penutup harus diperhatikan.

Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan), maka bahan penutup
harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi. Peralatan
pemasangan harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena pemuluran yang lebih
besar akan memperpendek umur bahan tersebut.

4.12 PEKERJAAN WIREMESH


Pekerjaan ini terdiri dari suatu campuran beton bertulang. Campuran beton yang disyaratkan, ialah :

1. Kuat tekan min. 350 kg/cm²

2. Slump 8-12 cm

3. Tebal penghamparan lapis campuran beton 25 cm

4. Baja tulangan untuk beton Pembesian tulangan beton menggunakan Wiremesh ø 0.80 cm dengan jarak
penulangan 15 x 15 cm. Persyaratan pekerjaan konstruksi beton dan baja tulangan untuk beton, mengikuti
ketentuan yang tercantum dalam Bab. 7. (Buku Vol. III) Spesifikasi Teknik

5. Dengan Mutu wiremesh tegangan leleh karakteristik 5.000 kg /cm2 yang dirangkai sedemikian rupa
menggunakan las lisitrik untuk mendapatkan tegangan geser berkualitas tinggi sebesar 2.500 kg/cm2 di setiap
titik pertemuan kawatnya dan toleransi diameter ± 0,13 mm (SNI 07-663-1995)

4.13 Lapis Resap Ikat ( Prime Coat ) & 4.14 Lapis Perekat ( Tack Coat)

21
1. Umum
Untuk lapis aspal resap pengikatan, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian suatu bahan
pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang terpilih di atas satu lapis pondasi jalan atau permukaan
perkerasan tanpa lapis penutup yang sudah disiapkan, untuk menutup permukaan tersebut yang akan
menyediakan adhesi ( pelekatan ) untuk pemasangan satu lapis permukaan beraspal seperti penetrasi
Makadam, Lapis Tipis Aspal Beton panas ( Lataston ) atau lapisan permukaan beraspal lainnya.
Untuk lapis aspal pengikat, pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan pemakaian satu lapisan sangat tipis
bahan aspal pengikat yang terpilih diatas satu permukaan yang sudah beraspal sebelumnya dalam
persiapan untuk pemasangan satu lapis permukaan aspal baru.

1. Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik paling lambat 14 hari sebelum dimulainya
pekerjaan. Rincian sumber pengadaan bahan bitumen yang diusulkan untuk digunakan, beserta dengan
satu sertifikat pabrik pembuat dan data pengujian yang menunjukan bahwa bahan bitumen tersebut
memenuhi persyaratan kualitas dari Spesifikasi ini.
Jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus juga menyediakan contoh bahan bitumen 5
liter yang diusulkan untuk digunakan.

2. Pembatasan Cuaca
Lapis aspal resap pengikat harus hanya digunakan di atas permukaan yang kering atau sedikit lembab.
Lapis aspal pengikat akan digunakaan hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Tidak ada lapis
aspal pengikat atau lapis aspal resap pengikat yang akan digunakan selama ada angin kuat atau hujan
deras atau jika hujan mungkin turun.

3. Syarat-Syarat Pekerjaan dan Pengendalian Lalu Lintas


a) Tidak boleh ada bahan aspal yang terbuang ke dalam saluran tepi, parit atau jalan air
b) Permukaan- permukaan struktur, pohon-pohon atau hak milik di sekitar permukaan jalan yang sedang
dilapisi harus dilindungi dari kerusakan akibat pekerjaan penyemprotan aspal.
c) Kontraktor harus menyediakan dan memelihara dilapangan dimana aspal sedang dipanaskan, alat
pengendalian dan pencegahan kebakaran yang memadai, dan juga peralatan dan saran untuk pertolongan
pertama.
d) Kecuali diperoleh satu pengalihan (alternatif) lalu lintas, pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan satu jalur lalu lintas, dengan diadakan pengaturan pengendalian lalu lintas
sehingga mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap
semua konsekwensi (akibat) lalu lintas yang terlalu dini diizinkan melewati lapis aspal pengikat atau
lapis aspal resap pelekat yang baru dipasang dan harus melindungi permukaan tersebut sebagaimana.

4. Perbaikan pekerjaanyang tidak memuaskan


a) Pelapisan akhir harus menutupi sepenuhnya luas yang dlapisi dan memiliki penampilan yang seragam
tanpa ada daerah-daerah yang tidak/ kurang aspal atau alur daerah kelebihan terkumpul.
b) Perbaikan-perbaikan lapis aspal perekat dan lapis aspal resap perekat yang tidak memuaskan harus
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat mencakup pemberian pelapisan tambahan,
atau pembuangan pelapisan aspal yang berlebihan dan menggunakan bahan –bahan penyerap aspal

22
2. Bahan-bahan
1. Bahan Untuk Lapis Aspal Resap Pengikat
a. Bahan bitumen untuk lapis aspal resap pengikat akan dipilih dari dua jenis aspal semen gradasi kental
(sebagaimana ditetapkan dalam AASHTO M226 – Tabel 2), diencerkan dengan kerosin (minyak tanah)
dalam perbandingan 80 bagian minyaktanah terhadap 100 bagian aspal semen, atau seperti
diperintahkan lain oleh Direksi Teknik atas dasar hasil suatu percobaan yang dilaksanakan dan atau
susunan (tekstur) permukaan jalan. Pemilihan lapis aspal resap pelekat.
 Gradasi kekentalan AC – 10 (sama dengan Pen 80/ 100)
 Gradasi kekentalan AC – 20 (sama dengan Pen 60/ 70 )
Catatan : Produksi tersebut ekivalen dengan aspal MC 30 (aspal cair sedang)
b. Agregat penutup untuk lapis aspal resap pengikat harus batu pecah alami disaring, selanjutnya bebas
dari partikel-partikel lunak dan setiap lempung, lanau atau zat-zat organik. Persyaratan gradasi untuk
agregat penutup adalah:
 Tidak kurang dari 95 % lolos saringan standart 9,5 mm
 Tidak lebih dari 2 % lolos saringan standart 2,36 mm
Catatan : Agregat penutup akan digunakan sebagai bahan Penyerap aspal.

2. Bahan-Bahan untuk Lapis Aspal Pengikat


a. Bahan bitumen untuk lapis aspal pengikat harus dipilih dari jenis aspal berikut, sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
 Aspal semen gradasi kental (AASHTO M226)jenis AC – 10 atau AC – 20, aspal harus diencerkan
dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah terhadap 100 bagian aspal semen.
 Aspal emulsi Cationic mengendap lambat, dengan kandungan aspal antara 40 % - 60 %, sesuai dengan
AASHTO M208. Bila diperlukan dan sesuai permintaan Direksi Teknik, Aspal Emulsi harus dilunakkan,
diencerkan dengan air bersih dengan perbandingan yang sama.

3. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Peralatan Pelaksanaan
a. Jenis alat dan cara pengoperasian akan berdasarkan instruksi-instruksi yang diberikan Direksi Teknik
dan yang sesuai dengan Daftar Unit Instalasi dan Peralatan yang disetujui untuk Kontrak tertentu.
Secara umum akan dipilih jenis peralatan berikut ini.
i. Distributor aspal bertekanan beserta penyemprot
ii. Peralatan untuk memanaskan aspal
iii. Mesin gilas ban pneumatik
iv. Sapu sikat untuk penyapuan manual

b. Distributor aspal harus memenuhi standart rencana international yang disetujui dengan roda pneumatic
dan dilengkapi dengan sebuah batang penyemprot. Alat harus dapat menyemprotkan bahan aspal pada

23
tingkat yang terkendali dan seragam dan pada suhu yang ditentukan. Peralatan yang termasuk
tachometer, ukuran tekanan, batang kalibrasi tangki.

2. Tingkat Penggunaan lapis Aspal Pengikat dan Lapis Aspal Resap Pengikat.
a. Jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, percobaan lapangan harus dilaksanakan untuk menetapkan
tingkat pemakaian yang memadai untuk berbagai kondisi permukaan.
Batas tingkat pemakaian harus didalam batas–batas berikut dan tingkat pemakaian harus seperti yang
ditetapkan dalam Daftar Penawaran dan ditunjukan dalam gambar atau sebagaimana ditentukan oleh
Direksi Teknik atas dasar hasil percobaan lapangan.
Lapis Aspal Pelekat (Aspal Keras atau Emulsi)
Tingkat pemakaian harus sesuai dengan batas–batas yang diberikan dalam Tabel 4.2.1 disesuaikan dengan
jenis bahan pengikat dan kondisi permukaan

Tabel 3.2.1 : Tingkat Pemakaian Lapis Aspal Perekat


Permukaan Permukaan
Baru / Porous /
Jenis Aspal Kaya Lama
Liter /M2 Liter / M2
Aspal
Keras
(Cut 0,15 0,20 – 0,50
Back)
(25 : 100)
Aspal
0,25 0,25 – 0,60
Emulsi
Aspal
Emulsi
0,50 0,50 – 1,20
(diencerkan
1 : 1)
b. Suhu penyemprotan harus berada dalam batas-batas yang diberikan untuk berbagai mutu aspal cair ( Cut
Back ) dan aspal emulsi.
Harus diberkan perhatian yang tinggi bila memanaskan aspal cut back dan peraturan Bina Marga untuk
tindakan keamanan harus dipatuhi dengan singkat.
Tabel 3.2.2 Suhu Penyemprotan

Jenis Bahan Batas Perbedaan


Pengikat Suhu Semprot
Cut back – 25 110 – 10 oC
bagian
kerosin
Cut back – 50 70 – 10 oC
bagian
kerosin
Cut back – 75 45 – 10 oC
bagian

24
kerosin
Cut back – 30 – 10 oC
100 bagian
kerosin
Aspal Emulsi 20 – 70 oC
Catatan : Tindakan pencegah untuk keamanan
penuh harus dilakukan jika memanaskan aspal
cut back, yang sesuai dengan Dokumen Bina
Marga Rd.0.3.6.(Vol. 1), Lampiran E
(Langkah-langkah Pengamanan dalam
Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan
Aspal)

c. Penyiapan Permukaan yang harus dilapisi Aspal


Setiap kerusakan yang ada dalam perkerasan jalan, termasuk lubang-lubang dan pinggiran yang runtuh,
harus dibuat baik dan diperbaiki atau dikembalikan ke keadaan semula sampai disetujui Direksi Teknik.
Catat-catat karena pemadatan yang kurang cukup dan penurunan setempat lapis pondasi atas harus
dibetulkan dengan penggilasan dan pembentukan ulang.

d. Semua kotoran-kotoran lepas dan bahan-bahan lain harus disingkirkan dari permukaan yang ada dengan
penggaruan, penyapuan.
3. Pemakaian lapis Aspal Resap Pengikat atau Lapis Aspal Pengikat
a. Panjang permukaan yang harus disemprot untuk setiap lewatan distributor harus diukur dan ditandai
diatas tanah, dan volume lapis aspal pengikat/lapis aspal resap pengikat yang diperlukan untuk tingkat
penyemprotan yang ditentukan, menentukan bagi pengecekan kemudian.
b. Jumlah bahan pengikat yang digunakan dalam masing-masing penyemprotan harus ditentukan dengan
pengukuran tangki menggunakan batang celup sebelum dan sesudah masing-masing pemakaian. Tingkat
pemakaian rat-rat harus berada didalam batas 1 : 5 % tingkat penyemprotan yang direncanakan.
c. Pada umumnya lapis aspal resap pengikat dan lapis aspal pengikat akan dilaksanakan dalam operasi
penyemprotan tunggal. Akan tetapi, dimana kering melambat menjadi masalah, volume pelapisan yang
disetujui dapat digunakan dalam dua operasi penyemprotan, lapis pertama dibiarkan mengering sebelum
pemberian lapis kedua.
d. Bilamana mengadakan penyemprotan untuk separuh lebar jalan, harus dilakukan penyemprotan lapis
tumpang tindih selebar 10 cm – 20 cm sepanjang pinggir yang berdampingan.
e. Penyemprotan harus dihentikan segera, jika terjadi suatu kemacetan dalam alat penyemprot. Dan tidak
boleh dimulai lagi sampai kesalahan tersebut telah diperbaiki.
f. Setiap luas yang mengumpulkan bahan pengikat aspal yang berlebih, harus selalu disebar keseluruh
permukaan yang sudah diaspal dengan menggunakan penyeka atau sapu.
g. Untuk menyemprot pada pelapisan kecil dan daerah terisolasi. Lapis aspal pengikat atau lapis aspal
resap pengikat dapat disemprotkan dengan semprotan tangan dan penyapuan tangan dibawah
pengendalian dan sesuai dengan instruksi Direksi Teknik.
4. Perlindungan Permukaan yang baru dilapis Aspal Resap Pengikat

25
a. Untuk permukaan yang telah dilapisi dengan lapis aspal resap pengikat sampai aspal tersebut telah
masuk kedalam dan mengering dan dalam pendapat Direksi Teknik tidak akan terkelupas dibawah lalu
lintas. Jika harus mengijinkan lalu lintas sebelum waktunya. (tetapi tanpa alasan apapun tidak lebih awal
dari 4 jam setelah pemberian lapis aspal pengikat), bahan peresap aspal harus digunakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Tekni, dan lalu lintas diizinkan menggunakan jalur yang sudah dilapisi.
Bahan peresap aspal harus ditaburkan dari truck dalam satu cara bahwa tidak boleh ada roda yang
menginjak bahan aspal basah yang tidak ditutup. Jika menggunakan bahan penyerap aspal pada jalur
yang dilapisi yang menyambung dengan jalur yang belum dilapisi. Satu garis selebar paling sedikit 20
cm sepanjang pinggir yang menyambung harus dibiarkan tidak tertutup.
b. Kontraktor akan memelihara permukaan yang telah dilapisi untuk waktu minimum dua hari sebelum
menutupinya dengan Lapis Permukaan atau Lapis Ulang, terkecuali satu masa yang lebih cepat disetujui
oleh Direksi Tenik.
Setiap luas yang berisikan bahan pelapisan aspal resap pengikat lebihan harus dibetulkan dengan
penambahan bahan peresap lebihan ataupun aspal aspal seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
c. Sebelun pemberian lapis ulang permukaan, setiap cacat permukaan harus ditambal dan semua bahan
peresap lebihan atau kotoran lainnya harus disingkirkan dengan penyapuan.

5. Perlindungan Lapis Aspal Pengikat


Lapis aspal pengikat harus digunakan kepada permukaan jalan untuk memberikan satu pengikatan bagi
lapis ulang permukaan aspal baru, dan disemprotkan sebelum Lapis Ulang, hanya seluas yang
diperlukan untuk menyediakan panjang pekerjaan yang mencukupi dan kondisi kelekatan yang cocok
untuk Lapis Ulang permukaan tersebut.
Setelah penggunaan lapis aspal pengikat, Kontraktor harus melindungi lapisan tersebut dari kerusakan dan
jangka waktu yang cukup akan dicadangkan untuk penguapan pelarut (dalam kasus aspal cut back) atau
pemisah (separasi) yang lengkap dari aspal dan air (jika digunakan emulsi) sebelum pemasangan Lapis
Permukaan aspal.

4. Pengendalian Mutu
1. Pengujian Lapangan Unit Penyemprotan
Bilamana diperintahkan demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menyediakan distributor, dengan
alat dan unit semprotan beserta operator, dapat digunakan untuk pengujian lapangan, dan harus
menyediakan setiap bantuan lain yang diperlukan.
Setiap distributor atau unit semprotan yang tidak dapat beroperasi dalam cara yang memuaskan, atau tidak
memenuhi persyaratan spesifikasi akan ditolak.
2. Tingkat Pemakaian dan Suhu Aspal
a. Untuk memeriksa tingkat pemakaian bahan aspal yang sebenarnya, lembaran kertas bangunan 50 cm x
50 cm. Yang sebelumnya sudah di timbang, harus diletakkan diatas permukaan yang harus dilapisi. Dan
ditimbang kembali setelah pemakaian lapis aspal resap pengikat. Perbedaan dalam berat dibagi dengan
luas lembaran tersebut akan menjadi tingkat penyemprotan yang sebenarnya dilaksanakan.
(Catatan : Perbedaan dalam berat dikalikan empat akan memberikan tingkat penyemprotan
dalam kg/m2 ).

26
b. Catatan terinci Pelapisan Permukaan setiap hari termasuk tingkat pemakaian dan volime pemakaian
harus dibuat oleh kontraktor dan diserahkan kepada Direksi Teknik.
c. Suhu bahan pengikat aspal yang dipanaskan untuk penyemprotan harus sesuai dengan persyaratan pada
Tabel 7.2.2 dan akan diperiksa setiap hari untuk setiap pemakaian.

5. Cara Pengukuran Pekerjaan


1. Volume bahan aspal yang diperuntukan sebagai lapis aspal resap pengikat atau lapis aspal
pengikat yang diukur untuk pembayaran akan merupakan jumlah liter yang digunakan terhadap
permukaan jalan yang sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan kebutuhan serta persetujuan Direksi
Teknik. Volume bahan aspal yang digunakan akan ditentukan setelah setiap lewatan semprotan
2. Setiap agregat penutup yang digunakan bersama dengan pembersihan terakhir akan
diperhitungkan sebagai kelengkapan kepada pekerjaan yang diperlukan untuk memperoleh lapis aspal
resap pengikat atau lapis aspal pengikat yang memuaskan serta tidak akan diukur atau dibayar secara
terpisah.
3. Pekerjaan menyiapkan dan memelihara lapis pondasi atas, diatas mana lapis aspal resap
pengikat harus dipasang tidak boleh diukur untuk pembayaran dan akan dimasukkan dalam pekerjaan
yang diperlukan untuk penyelesaian lapis pondasi atas yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi
Teknik.
4. Pekerjaan yang diperlukan untuk menyiapkan permukaan yang harus dilapis aspal pengikat,
termasuk perbaikan lubang-lubang, pinggiran yang hancur dan penurunan setempat tidak boleh diukur
dan tidak boleh dibayar dibawah Bab ini, tetapi akan diukur dan dibayar yang sesuai dengan item
pembayaran yang relevan di bawah Bab 9.2 Spesifikasi ini.
5. Bila perbaikan lapis aspal resap pengikat atau lapis aspal pengikat yang tidak memuaskan
dilaksanakan sesuai dengan Sub Bab 7.2.1 (5), tidak ada tambahan pembayaran yang akan dibuat untuk
pekerjaan ekstra atau pengujian yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan.

4.14 Pek. Lapisan ATB Tb 4 cm Manual


1. Umum
a) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan satu lapisan perata pondasi atas yang padat,
tahan lama, disusun dari agregat dan bahan aspal dicampur di dalam satu instalasi campur
pusat (CMP) dan digunakan untuk maksud penguatan perkerasan yang ada dan
pembentukan ulang perkerasan sampai punggung jalan dan kemiringan melintang yang
benar sebelum dipasang satu lapis ulang permukaan baru.
b) Toleransi Ukuran
 Tebal praktis minimum lapis pondasi atas perata adalah 4 cm. Dan ketebalan yang
harus dipasang sampai tingkat dan ketinggian yang diatur dilapangan serta
sebagaimana di perintahkan oleh Direksi Teknik. Tebal rata-rata yang ditetapkan pada
gambar rencana adalah berdasarkan pemeriksaan visual dan diberikan sebagai
perkiraan tebal rata-rata ynag diperlukan.
 Lapis pondasi atas perata tidak boleh dipasang dalam lapisan melebihi ketebalan 10
cm padat.

27
 Bila diuji dengan satu mal punggung jalan atau batang lurus 3 m, variasi permukaan
selesai pada setiap titik lapis pondasi atas perata tidak boleh melebihi 10 mm dari
permukaan atau ketinggian yang telah ditetapkan.
c) Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan berikut kepada Direksi Teknik paling
lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai.
 Contoh bahan campuran aspal disertai rincian sumber pengadaan.
 Formula campuran pelaksanaan beserta data test pendukung dari laboratorium
Instalasi Campur Pusat (CMP) yang menunjukkan kecocokkan dengan persyaratan
kualitas Spesifikasi ini.
d) Pembatasan Cuaca
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas Perata (LASTON ATAS) akan dipasang hanya
dibawah kondisi cuaca kering dan permukaan perkerasan kering.
e) Pengendalian Lalu Lintas
 Pengendalian lalu lintas harus dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan sayrat-
syarat Umum Kontrak dan disetujui oleh Direksi Teknik, serta tindakan-tindakan
pencegahan yang memadai harus diambil untuk mengarahkan dan mengendalikan lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
 Pelaksanaan harus separuh lebar jalan, terkecuali disediakan satu jalan pengalihan
(alternatif) yang pantas dan mendapat persetujuan Direksi Teknik.
 Tidak ada lalu lintas yang diizinkan lewat diatas permukaan jalan yang baru selesai
sampai lapisan aspal pondasi atas tersebut dipadatkan sehingga memuaskan Direksi
Teknik. Kecepatan lalu lintas diatas permukaan terpasang yang baru tersebut harus
dibatasi sampai 15 km/jam untuk paling sedikit selama 48 jam setelah penyelesaian.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua akibat lalu lintas yang
diizinkan.lewat, sementara pekerjaan jalan sedang berlangsung.
f) Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan
Lapis Aspal Pondasi Atas perata harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan
spesifikasi ini dan sampai disetujui Direksi Teknik. Luas lapis pondasi atas perata yang
tidak mematuhi kepada persyaratan-persyaratan ini dan yang dianggap tidak memuaskan
Direksi Teknik harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah
satu lapisan tambahan dan/ atau dengan suatu tindakan tindakan lain yang dianggap perlu
oleh Direksi Teknik.

2. Bahan-Bahan
a) Persyaratan Umum
 Semua bahan yang diperlukan untuk lapis aspal pondasi atas perata akan didapat dari
sumber deposit bahan dan bahan olahan industri dan dipasok langsung kepada CMP
(Instalasi Campur Pusat) terkecuali DPUK mengadakan pengaturan alternatif.
 Tanggung jawab untuk persetujuan semua sumber pengadaan dan pelaksanaan tets
laboraorium yang berhubungan dengan campuran pelaksanaandan pengendalian mutu
produksi akan ada pada tenaga Ahli (Engineer) yang bertugas dan bertanggung jawab
di CMP (Instalasi Campur Pusat)
 Kualitas Campuran Aspal untuk Lapis Pondasi Atas Perata tersebut harus memenuhi
persyaratan Spesifikasi Umum Bina Marga.
b) Agregat
 Agregat Kasar
Agregat kasar untuk Lapis Aspal Pondasi Atas Perata terdiri dari batu atau kerikil
pecah ataupun satu campuran batu pecah dengan kerikil alami bersihyang sesuai.
Gradasi agregat kasar harus memenuhi persyaratan pada Tabel 2.9. berikut.
Tabel 2.9. Persyaratan Gradasi Untuk Agregat Kasar Lapis Aspal
Beton Pondasi Atas Perata
Ukuran
Saringan (mm)

28
Presentasi Lolos
Saringan Atas
Berat
19,0 100
12,5 95 – 100
9,5 50 – 100
4,75 0 – 50
0,075 0-5
 Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alami dan/ atau batu yang disaring dalam kombinasi
yang cocok. Dan harus bersih serta bebas dari gumpalan lempung dan benda-benda
lain yang harus dibuang. Gradasi agregat halus tersebut harus sesuai dengan Tabel
2.10. berikut ini.
Tabel 2.10. Persyaratan Gradasi Agregat Halus Lapis Aspal Beton Pondasi Atas
Perata

Presentasi Lolos
Ukuran
Saringan Atas
Saringan (mm)
Berat

19,0 100
12,5 90 – 100
9,5 80 – 100
4,75 25 – 100
0,075 3 - 11
 Filler (bahan halus pengisi)
Bahan filler terdiri dari debu batu sabak atau semen dan harus bebas dari benda-
benda yang harus dibuang. Ia akan berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan
0.60 mmdan tidak kurang dari 75 % atas dasar berat partikel-partikel yang lolos
saringan 0,075 %.
 Syarat – Syarat kualitas Agregat kasar
Agregat kasar yang harus digunakan untuk lapis aspal beton pondasi atas perata
harus memenuhi syarat – syarat kualitas yang diberikan pada Tabel 2.11. dibawah.
Tabel 2.11. Syarat-Syarat Kualitas Agregat Kasar Lapis Aspal
Pondasi Atas Perata
Uraian Batas Test

Kehilangan berat karena


Maksimum 40 %
abrasi ( 500 putaran )

Bahan Aspal setelah


pelapisan dan Minimum 85 %
pengelupasan

c) Bahan Aspal
 Bahan aspal harus aspal semen gradasi kental yang memenuhi persyaratan AASHTO
M 226. Gradasi yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Grade AC – 20 (kurang lebih ekivalen dengan Pen 60/70)
 Suatu bahan adhesif (pengikat) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada
bahan aspal,jika diperintahkan demikian oleh Ahli Teknik yang bertugas dan
bertanggung jawab pada CMP (Insatalasi Campur Pusat). Bahan additive (tambahan)

29
tersebut harus dari jenis yang disetujui Ahli Teknik yang bertugas serta harus
ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk - petunjuk pabrik pembuat.

3. Persyaratan Campuran
a) Komposisi Campuran
 Campuran aspal akan terdiri dari agregat. bahan filler dan bahan aspal. Komposisi
rencana campuran akan berada didalam batas-batas yang diberikan pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12. Komposisi Campuran

Presentase Lolos Atas


Fraksi Rencana Campuran Berat Total Campuran
Aspal

Fraksi Agregat Kasar ( > 2.36 mm ) 40 – 60

Fraksi Agregat Kasar ( 2.36 mm –


26 – 49,5
0.075 mm )

Fraksi Filter (bahan halus pengisi) 4.5 – 7.5

Kandungan aspal efektif - Minimum 5.5


Kandungan aspal terserap - Maksimum 1.7
Total kandungan aspal sebenarnya - Minimum 6.0

 Perbandingan campuran final dan formula campuran pelaksanaan akan ditentukan


dengan pengujian laboratorium dan campuran rencana sebenarnya harus diserahkan
kepada Pelaksana Kegiatan Dinas Bina Marga dan Pematusan yang sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi ini.
b) Sifat-Sifat Campuran
 Sifat-Sifat campuran harus mematuhi syarat-syarat dari CMP (Instalasi Campuran
Pusat) yang diberikan pada Tabel 2.13. berikut :

Tabel 2.13. Sifat -Sifat Campuran


Sifat-Sifat Campuran Pengukuran Batas-Batas

Kandungan rongga udara % atas volume


4% - 5%
campuran padat total campuran

Kuosien Marshall KN/mm 1.8 – 5.0


Stabilitas Marshall Kg 450

% stabilitas asli Minimum 75%

30
Stabilitas Marshall
tertahan (rendaman 24
jam)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Peralatan Pelaksanaan
 Jenis Peralatan dan methoda operasi harus sesuai dengan Daftar Peralatan dan
Instalasi Produksi yang telah disetujui dan menurut petunjuk lebih lanjut Direksi
Teknik.
Pada umumnya peralatan yang akan dipilih untuk penghamparan dan penyelesaian
harus paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai garis dan
ketinggian yang diperlukan, dengan penyediaan untuk pemanasan, screeding dan
sambungan perata campuran aspal.
 Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penghamparan, pemadatan, dan
penyelesaian.
- Alat Pengangkutan
Sejumlah dump truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk mengangkut
campuran aspal yang sesuai dengan program pekerjaan yang telah disetujui.
Dump truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar (bak) logam rata, bersih
yang sebelumnya dilapisi minyak bakar.
- Peralatan untuk Penghamparan dan Penyelesaian
Bilamana diminta demikian di bawah Daftar Penawaran dan Daftar Unit
Produksi, peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus satu paver
(perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai kegaris, kemiringan dari
penampang melintang yang diperlukan dan dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan terhadap volume dan penampilan kualitas.
Peralatan Pemadatan
- Untuk pemadatan lapis aspal beton pondasi atas, diperlukan peralatan berikut :
Vibratory roller atau Baby roller ini merupakan aplikasi untuk meratakan
permukaan dengan operating weight kurang dari 3 ton
Sebuah mesin gilas ban bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan 8,5
kg/cm2 (120 lbs/sq.in) dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500 kg –
2500kg muatan per roda.
- Peralatan untuk Penyemprotan Lapis Aspal Pengikat.
Sebuah distributor/ penyemprot aspal bertekanan harus disediakan dengan
penyediaan untuk pemanasan aspal.
b) Penyiapan Lapangan
 Perkerasan lama harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dan lunak, serta setiap
kerusakan pada perkerasan karena lubang-lubang, bagian ambles, pinggiran runtuh
dan cacat-cacat permukaan harus dibetulkan dan diperbaiki sehingga mendapat
persetujuan Direksi Teknik.
 Sebelum memasang lapis aspal beton pondasi atas perata, permukaan lama harus
kering dan dibersihkan dari semua batu lepas serta bahan-bahan lain yang harus
dibuang, dan harus disemprot dengan lapis aspal pengikat pada satu tingkat
pemakaian tidak melebihi 0,5 l/m2, terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik.
c) Penghamparan
 Bila diminta demikian oleh Direksi Teknik, screed samping atau cetakan lain yang
disetujui harus dipasang sepanjang pinggir bahu jalan/ perkerasan sampai garis dan
ketinggian yang diperlukan.
 Penghamparan dengan mesin
- Sebelum operasi pengerasan dilmulai, screed paver harus dipanaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan/ dituang kedalam paver pada satu temperatur
didalam batas-batas berikut :
Untuk Grade AC – 10, batas suhu : 140 0 C – 110 0 C
Untuk Grade AC – 20, batas bahu : 150 0 C - 120 0 C

31
- Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar dan
diratakan sampai ketinggian dan bentuk penampang melintang yang ditentukan
di atas seluruh lebar perkerasan atau selebar yang praktis.
- Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak menimbulkan
retak-retak pada permukaan, Tingkat penghamparan harus sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi Teknik memenuhi persyaratan tebal rencana.
- Jika suatu segresi, penyobekan atau pencungkilan permukaan telah terjadi,
paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali sampai
penyebabnya ditemukan dan diperbaiki. Bagian-bagian yang kasar atau bahan
yang telah segresi harus diperbaiki dengan menyebarkan bahan halus (fines)
serta digaru dengan baik. Akan tetapi penggarukan sejauh mungkin harus
dihindari, dan pertikel kasar tidak boleh disebarkan diatas permukaan yang
discreed.
- Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada sisi
hopper atau dimana saja pada paver.
- Bila jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada satu waktu, pengerasan
separuh lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer di depan pengerasan
separuh lebar jalan yang kedua.
d) Pemadatan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas Perata
 Pengendalian Suhu
- Secepatnya setelah campuran selesai dihampar dan diratakan, permukaan harus
diperiksa dan ketidakrataan harus diperbaiki.
- Temperatur campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan
dimulai dan diselesaikan bilamana suhu campuran turun sampai dibawah batas-
batas berikut ini.
Grade AC – 20 – Mulai 125 0 C dan selesai 80 0 C
- Penggilasan campuran tersebut akan terdiri dari tiga penggilasan secara
berturut-turut dengan urutan dengan Tabel 2.14. sebagai berikut :

Tabel 2.14. Tahapan Penggilasan

Waktu Suhu Penggilasan ( o C)


Tahapan Penggilasan Sesudah
Penghamparan
AC - 10 AC - 20

1. Tahap Awal Penggilasan 0 – 10 menit 110 – 100 125 – 110

2. Penggilasan Kedua/ Antara 10 – 20 menit 100 – 80 110 – 95

3. Penggilasan Akhir 20 – 45 menit 80 – 65 95 – 80

 Prosedur Pemadatan
- Tahap awal penggilasan dan penggilasan akhir akan dikerjakan semuanya
dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan
dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas awal akan
beroperasi dengan roda kemudi sedekat mungkin paver.

32
- Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda
baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu cukup
lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis penggilasan
tidak boleh terlalu berubah-ubah atau arah penggilasan berbalik secara tiba-
tiba, yang akan menimbulkan penggeseran campuran.
- Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis
mungkin di belakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan
sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur bahwa akan
menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan
bilamana tersebut masih dalam suatu kondisi cukup dapat dikerjakan untuk
membuang semua tanda bekas injakan roda mesin gilas.
- Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu jalan
menuju ke bagian tengah perkerasan. Kecuali pada lengkungan super elevasi,
penggilasan akan mulai pada sisi rendah yang bergerak maju menuju sisi tinggi.
Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang tindih pada paling
sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh berhenti pada titik-
titik di tempat satu meter dari titik ujung lintasan-lintasan sebelumnya.
- Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama
harus bergerak diatas jalan yang sudah dilewati sebelumnya demikian sehingga
tidak lebih dari 15 cm roda kemudi jalan/ lewat diatas pinggir perkerasan yang
tidak terpadatkan. Mesin gilas harus terus menerus sepanjang lajur ini
menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang sambungan tersebut
dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu sambungan yang dipadatkan
rapi secara menyeluruh.
- Penggilasan akan bergerak maju secara terus menerus sebagaimana diperlukan
untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu campuran tersebut
dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua tanda-tanda bekas roda
mesin gilas dan ketidak teraturan lainnya dihilangkan. Untuk mencegah
menempelnya campuran pada mesin gilas, roda-roda tersebut harus dijaga
selalu basah tetapi air yang berlebihan tidak diizinkan.
e) Penyelesaian
 Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri diatas permukaan yang baru selesai
sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan memadat.
 Permukaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas sesudah pemadatan harus halus dan rata
sampai punggung jalan dan kemiringan yang ditetapkan di dalam toleransi yang
ditentukan. Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur, bercampur dengan
kotoran atau yang tidak sempurna. Harus segera dipadatkan supaya sama dengan
sekitarnya dan setiap luas yang menunjukkan suatu kelebihan atau kekurangan bahan
aspal atas instruksi Direksi Teknik akan disingkirkandan diganti. Semua tempat
tinggi, sambungan tinggi. Bagian ambles dan bagian yang berongga harus
diselesaikan sebagaimana diminta oleh Direksi Teknik.
 Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memperbaiki pinggiran-pinggiran menjadi segaris secara rapih. Setiap bahan-bahan
berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan akhir dan dibuang oleh Kontraktor
menurut Direksi Teknik.
f) Penyelesaian Sambungan
Tidak boleh ada campuran yang dipasang menempel pada lapisan yang sudah digilas
sebelumnya, kecuali pinggirannya telah dipotong satu permukaan tegak, satu penyiraman
tipis aspal yang digunakan untuk lapis aspal pengikat harus dipakai sebelum tambahan
campuran dipasang menempel pada bahan yang digilas sebelumnya.

5. Pengendalian Mutu
a) Test Laboratorium
 Test laboratorium harus dilaksanakan oleh Tenaga Ahli yang bertugas dan bertanggung
jawab pada CMP (Instalasi Campur Pusat) yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi

33
Umum dan untuk memenuhi persyaratn spesifikasi yang diberikan pada Tabel 2.7.
Data uji harus disediakan oleh Kontraktor dan Pimpinan Proyek jika perlu, dan
pengujian lebih lanjut harus dilaksanakan bila diminta demikian oleh Direksi Teknik.
 Untuk pengujian pengendalian mutu campuran, Kontraktor harus mendapatkan dan
menyediakan catatan-catatan pengujian untuk produksi setiap hari. Meliputi analisa
saringan, pengendalian suhu, kepadatan/ stabilitas/ aliran Marshall dan penyerapan
aspal oleh agregat. Ujian ini dicatat dalam Tabel 2.7..
b) Pengendalian Lapangan
 Test pengendalian lapangan berikut ini harus dilaksanakan selama pelaksanaan
pekerjaan terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Pemotongan lubang uji
untuk contoh inti dan mengembalikan ke keadaan semula dengan bahan ATB
dipadatkan dengan baik harus dikerjakan oleh Kontraktor dibawah pengawasan
Direksi Teknik Tabel 2.15.

Tabel 2.15. Persyaratan Pengendalian Lapangan


Test Pengendalian Prosedur

Test permukaan perkerasan untuk Permukaan harus diuji setiap


kesesuaian dengan punggung jalan, hari dengan mal dan punggung
ketinggian dan kemiringan dan batang lurus panjang 3 m
melintang setelah pemadatan akhir.

Contoh bahan inti harus diambil


setiap 200 m, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi
Pengujian berat/kepadatan inti aspal
Teknik. Kepadatan campuran
beton terpasang dan dipadatkan
yang sudah disatukan yang telah
(AASHTO T 166)
diuji, tidak boleh kurang dari 97
% bahan (spesimen) padat
laboratorium.

Ketebalan lapis permukaan Tebal lapis aspal beton terpasang


yang harus dipantau dengan inti
perkerasan atau dengan cara lain
yang diminta oleh Direksi
Teknik. Inti tersebut harus
diambil oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Dierksi Teknik pada
suatu titik uji yang diperintahkan
demikian.

34
Pemeriksaan setiap hari
pekerjaan terselesaikan, untuk
Kualitas
pengendalian mutu, keseragaman
dan pemadatan

6. Cara Pengukuran Pekerjaan


a) Produksi lapis ATB perata harus diukur untuk pembayaran sebagai volume yang diukur
dalam ton campuran aspal yang dikirim ke lapangan dan dapat diterima Direksi Teknik.
Pengukuran akan berdasarkan pada jumlah tiket pengiriman muatan yang diterima dan telah
dihitung, dan disertai dengan data uji yang relevan mengenai campuran pelaksanaan . berat
jenis padat ATB akan diambil sebagai 2.29 ton/m3 terkecuali dinyatakan lain.
b) Volume ATB Lapisan Perata yang dihampar dan dipadatkan akan diukur untuk pembayaran
sebagai jumlah meter kubik terpasang dan dapat diterima oleh Direksi Teknik, dihitung
sebagai panjang bagian perkerasan yang diukur pada garis sumbu dikalikan denagn lebar
rata-rata yang diukur dan disetujui bersama diantara Kontraktor dan Direksi Teknik.
c) Bilamana suatu lapis aspal pelekat dipasang sesuai dengan persyaratan kontrak tertentu
dan Daftar Penawaran, lapis aspal pelekat tersebut akan diukur dalam liter.
d) Pekerjaan yang diperlukan untuk memperbaiki perkerasan yang ada termasuk memperbaiki
lubang-lubang, pinggiran runtuh dan daerah-daerah ambles, tidak boleh diukur dan tidak
boleh dibayar dibawah bab ini, tetapi akan diukur dan dibayar menurut item-item
pembayaran yang relevan.
e) Bilamana perbaikan lapis perata yang tidak memuaskan telah diminta sesuai dengan
Spesifikasi ini, tidak ada tambahan pembayaran akan dibuat untuk pekerjaan ekstra atau
volume yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan.
f) Tidak ada penambahan pengukuran atau pembayaran akan dibuat untuk pengujian bahan-
bahan yang diperlukan dibawah spesifikasi ini, dan semua pekerjaan demikian akan
dianggap sudah dimasukkan dalam item pembayaran untuk pemasangan Lapis Aspal Beton
Pondasi Atas Perata (LATASTON).

4.16 Pek. Lapisan AC Tb 4 cm Manual

1. Umum
a) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan suatu lapis aus permukaan tahan lama dan padat
dari campuran aspal dikenal sebagai Lapisan Aspal Beton (LASTON), tersusun dari
sejumlah agregat tertentu, filter dan aspal semen dihasilkan dari instalasi campuran pusat
(CMP) dan dipasang sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi ini dengan ketebalan nominal 4
cm atau diatur tersendiri oleh Direksi Teknik atau ketentuan lain dalam dokumen kontrak,
seperti yang diminta dalam Daftar Penawaran. Campuran Aspal beton tersebut akan
dipasang sebagai satu lapis permukaan baru di atas lapis pondasi atas yang dibentuk
sebelumnya atau sebagai satu lapis ulang diatas suatu perkerasan dengan lapis penutup
yang ada, dan perlu digunakan di atas jalan dengan lalu lintas berat serta kemiringan
terjal.
b) Toleransi Ukuran
 Tebal rata-rata terpasang harus sama dengan atau lebih tebal dari tebal nominal
rencana. Tidak ada satu titikpun akan memiliki ketebalan Aspal Beton padat kurang
dari 90 % tebal rencana. Namun tebal rencana dapat disesuaikan dengan persyaratan
di lapangan atau keputusan Direksi Teknik dan diberitahukan secara tertulis kepada
kontraktor.

35
 Variasi permukaan Aspal Beton selesai dari tingkat dan ketinggian yang ditentukan
tidak boleh melebihi 5 mm pada setiap titik bilamana diuji dengan satu mistar batang
lurus panjang 3,0 m.
c) Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Direksi Teknik pada paling
lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai :
 Contoh bahan campuran aspal beserta rincian sumber pengadaan.
 Formula campuran pelaksanaan dan data uji pendukung yang diperoleh dari
laboratorium Instalasi Campur Pusat (CMP) yang menunjukkan kesesuaian dengan
persyaratan mutu spesifikasi ini.
 Pembatasan Cuaca
 Aspal beton akan dipasang hanya dibawah kondasi cuaca kering dan bilamana
permukaan perkerasan kering pula.
d) Pengendalian Lalu Lintas
 Pengendalian lalu lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan
syarat-syarat umum kontrak dan disetujui oleh Direksi Teknik, serta dilakukan
tindakan-tindakan untuk memberi petunjuk dan mengendalikan lalu lintas selama
pelaksanaan pekerjaan.
 Harus disediakan sarana untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan separuh
lebar perkerasan, kecuali disediakan satu pengalihan (alternatif) jalan yang sesuai
sehingga disetujui oleh Direksi Teknik.
 Tidak ada lalu lintas yang akan diizinkan lewat di atas permukaan jalan yang baru
selesai sampai lapis permukaan aspal beton di padatkan sepenuhnya hingga
memuaskan Direksi Teknik.

e) Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan.


Lapis permukaan yang selesai (jadi) dari Aspal Beton harus diselesaikan sesuai
dengan persyaratan Spesifikasi ini dan mendapat persetujuan Direksi Teknik. Luas lapis
permukaan yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan ini dan yang dianggap tidak
memuaskan Direksi Teknik harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti,
menambah lapisan tambahan dan/ cara lain yang dipandang perlu oleh Direksi Teknik.
2. Syarat – Syarat Bahan
a) Persyaratan Umum
 Semua bahan yang diperlukan untuk Aspal Beton akan didapat dari Sumber deposit
bahan dan bahan hasil olahan industri dan dipasok langsung ke CMP (Instalasi
Campur Pusat), kecuali DPUK membuat pengaturan alternatif.
 Tanggung jawab untuk menyetujui semua sumber pengadaan dan melaksanakan test
laboratorium yang diperlukan yang berhubungan dengan campuran percobaan dan
pengendalian mutu produksi berada pada Ahli Teknik (Engineer) yang bertugas dan
bertanggung jawab di CMP (Instalasi Campur Pusat).
 Kualitas aspal beton harus memenuhi persyaratan Spefikasi Umum Bina Marga.
b) Agregat
 Agregat kasar
Agregat kasar terdiri dari batu atau kerikil pecah atau campuran yang sesuai dari batu
pecah dengan kerikil alami yang bersih.
Gradasi agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 2.1. berikut :
Tabel 2.1. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar untuk Aspal Beton

Presentasi Lolos
Ukuran Saringan
Saringan Atas
(mm)
Berat

19,0 100
12,5 30 – 100
9,5 0 – 55

36
4,75 0 – 10
0,075 0-1

 Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam dan atau batu pecah tersaring dalam kombinasi
yang cocok, dan harus bersih serta bebas dari gumpalan lempung dan benda-benda
lain yang harus di buang, Gradasi agregat halus sesuai dengan Tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Persyaratan Gradasi Agregat Halus Aspal Beton

Presentasi Lolos
Ukuran Saringan
Saringan Atas
(mm)
Berat

9,5 100
4,75 90 – 100
2,36 80 – 100
0,60 25 – 100
0,075 3 – 11
 Filler
Bahan filler terdiri dari debu batu sabak atau semen serta harus bebas dari suatu
benda yang harus dibuang. Ia berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan 0,60
mm dan tidak kurang dari 75 % atas berat partikel yang lolos saringan 0,075
(saringan basah).
 Syarat-syarat Kualitas Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan untuk aspal beton harus memenuhi syarat kualitas
yang diberikan pada Tabel 2.3. di bawah :

Tabel 2.3. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar


Uraian Batas Test

Kehilangan berat karena


Maksimum 30 %
abrasi ( 500 putaran )

Bahan Aspal setelah


pelapisan dan Minimum 95 %
pengelupasan

c) Bahan Aspal
 Bahan aspal harus AC-20 aspal semen gradasi kental (kurang lebih ekivalen dengan
Pen. 60/70) memenuhi persyaratan AASHTO M 226
 Suatu bahan adhesif (pengikat) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada
bahan aspal, jika diminta demikian oleh Direksi Teknik yang bertugas dan
bertanggung jawab pada CPM (Instalasi Campur Pusat). Bahan tambahan tersebut
harus satu jenis yang disetujui oleh ahli Teknik (Engineer) yang bertugas pada CMP
dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk Pabrik Pembuat.
3. Persyaratan Campuran
a) Komposisi Campuran
 Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, bahan filter, dan bahan aspal.
Komposisi rencana campuran berada dalam batas-batas rencana yang diberikan pada
Tabel 2.4.

37
Tabel 2.4. Komposisi Campuran

Presentase Lolos Atas


Fraksi Rencana Campuran Berat Total Campuran
Aspal

Fraksi Agregat Kasar ( > 2.36 mm ) 30 – 50

Fraksi Agregat Kasar ( 2.36 mm –


39 – 59
0.075 mm )

Fraksi Filter 4.5 – 7.5

Kandungan Aspal (% total atas volume)


Kandungan aspal efektif - Minimum 5.2
Kandungan aspal terserap - Maksimum 1.7
Total kandungan aspal sebenarnya - Minimum 6.0
Tebal film aspal - Minimum 8 micron
 Perbandingan campuran final dan formula kualitas aspal beton harus ditentukan oleh
pengujian laboratorium yang dilaksanakan oleh laboratorium CMP dan campuran
rencana sebenarnya harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek yang sesuai dengan
persyaratan spesifikasi ini.
b) Sifat-sifat Campuran
 Sifat-sifat campuran yang harus dipenuhi oleh CMP (Instalasi Campur Pusat)
diberikan pada Tabel 2.5. di bawah.
Tabel 2.5. Sifat-Sifat Campuran
Sifat-Sifat Campuran Pengukuran Batas-Batas

Kandungan rongga udara % atas volume


4% - 6%
campuran padat total campuran

Tebal film aspal Micron Minimum 8


Kuosien Marshall KN/mm 1.8 – 5.0
Stabilitas Marshall Kg 550 – 1250

Stabilitas Marshall
tertahan (rendaman 24 % stabilitas asli Minimum 75%
jam)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Peralatan Pelaksanaan
 Jenis peralatan dan metoda operasi harus sesuai dengan Daftar Peralatan dan Instalsi
Produksi yang telah disetujui dan menurut petunujuk lebih lanjut Direksi Teknik.
Pada umunya peralatan yang harus dipilih untuk penghamparan dan penyelesaian
harus paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja mencapai garis dan

38
ketinggian yang diperlukan dengan penyediaan untuk pemanasan, screeding dan
sambungan perata campuran aspal beton.
 Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penghamparan, pemadatan dan
penyelesaian.
- Alat pengangkutan
Sejumlah dump truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk mengangkut
campuran aspal yang sesuai dengan program perkerjaan yang telah disetujui.
Dump truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar bak logam rata ketat,
dibersihkan dan yang sebelumnya dilapisi minyak bakar.
- Peralatan untuk Penghamparan dan Penyelesaian
Bilamana diminta demikian dibawah Daftar Penawaran dan Daftar Unit
Produksi, peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus satu paver
(perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai ke garis, kemiringan dari
penampang melintang yang diperlukan dan dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan terhadap kinerja volume dan kinerja kualitas.
- Peralatan Pemadatan
Untuk pemadatan lapis permukaan tersebut diperlukan peralatan sebagai berikut
:
Vibratory roller atau Baby roller ini merupakan aplikasi untuk meratakan
permukaan dengan operating weight kurang dari 3 ton.
Sebuah mesin gilas ban bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan 8,5
kg/cm2 (120 lbs/sq.in) dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500 kg –
2500 kg muatan per roda.
- Peralatan untuk Penyemprotan lapis Aspal Resap Pelekat atau Lapis Aspal
Pelekat. Sebuah dstributor/ penyemprotan aspal bertekanan harus disediakan
dengan penyediaan untuk pemanasan aspal.
b) Penyediaan Lapangan
 Pemasangan diatas lapis Pondasi Atas.
- Bila memasang diatas pondasi jalan, pondasi tersebut bentuk dan profilnya harus
sama benar dengan yang diperlukan untuk penampang melintang rencana dan
dipadatkan sepenuhnya sampai mendapat persetujuan Direksi Teknik, yang sesuai
dengan persyaratan pemadatan. Pondasi tersebut harus disapu bersih dari setiap
benda yang lepas dan harus dibuang.
- Sebelum memasang aspal beton, pondasi jalan tersebut harus dilapisi dengan
Lapis Aspal resap Pengikat pada saatu tingkat pemakaian 0,60 l/m2 atau tingkat
lainnya menurut perintah Direksi Teknik.
 Pemasangan di atas satu Permukaan Aspal yang ada.
- Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang diatas satu permukaan
aspal yang ada, setiap kerusakan pada permukaan perkerasan yang ada termasuk
lubang-lubang, bagian yang ambles, pinggiran hancur dan cacat permukaan
lainnya harus dibetulkan dan diperbaiki sampai disetujui Direksi Teknik.
- Sebelum pemasangan aspal beton, permukaan yang ada harus kering dan
dibersihkan dari semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang, dan akan
disemprotkan aspal perekat pada tingkat pemakaian tidak melebihi 0,50 l/m2,
kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik.
c) Penghamparan
 Screed samping atau cetakan yang disetujui harus dipasang sepanjang perkerasan/
bahu jalan sampai garis dan ketinggian yang diperlakukan.
 Penghamparan dengan Mesin
- Sebelum operasi pengaspalan dimulai, screed paver harus di panaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan/ dituang ke dalam paver pada satu
temperatur didalam batas-batas antara 140 – 110 C.
- Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar dan
diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk penampang melintang yang
diperlukan diatas seluruh lebar perkerasan yang mungkin.

39
- Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak menimbulkan
retak-retak pada permukaan. Tingkat penghamparan harus sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi Teknik memenuhi persyaratan tebal rencana.
- Jika terjadi suatu segresi, penyobekan atau penyungkilan permukaan, paver
tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali sampai penyebabnya
ditemukan dan diperbaiki. Bagian-bagian yang kasar atau bahan yang telah
segresi harus dibuat betul dengan menyebarkan bahan halus (fines) serta
digaruk dengan baik. Akan tetapi penggarukan harus dihindari sejauh mungkin
dan partikel kasar tidak boleh disebarkan diatas permukaan yang discreed.
- Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada sisi
hopper atau dimana saja pada paver.
- Bilamana jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada waktu, pengerasan
separuh lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer didepan pengerasan
separuh lebar jalan yang kedua.
d) Pemadatan Lapis Aspal Beton
 Pengendalian Suhu
- Secepat setelah campuran tersebut selesai dihampar dan diratakan ,permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap kualitas yang tidak baik harus segera
diperbaiki.
- Suhu campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan dimulai
ketika suhu campuran tersebut turun hingga 110o C dan harus diselesaikan
sebelum suhu turun di bawah 65o C.
- Pengilasan campuran tersebut akan terdiri dari tiga penggilasan secara berturut-
turut dengan urutan pengilasan dari Tabel 2.6. sebagai berikut:
Tabel 2.6. Tahapan Penggilasan

Waktu Suhu Penggilasan ( o C)


Tahapan Penggilasan Sesudah
Penghamparan
AC - 10 AC - 20

1. Tahap Awal
0 – 10 menit 110 – 100 125 – 110
Penggilasan

2. Penggilasan Kedua/
10 – 20 menit 100 – 80 110 – 95
Antara

3. Penggilasan Akhir 20 – 45 menit 80 – 65 95 – 80

 Prosedur Pemadatan
- Tahap awal pengilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya dengan
mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan
dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas awal akan
beroperasi dengan roda kemudi dekat paver.
- Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda
baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu cukup
lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis penggilasan
tidak boleh terlalu berubah – ubah atau arah penggilasan berbalik secara tiba-
tiba, yang akan menimbulkan penggeseran campuran.

40
- Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis
mungkin dibelakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan
sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur yang memungkinkan
akan menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan
bilamana bahan tersebut masih dalam suatu kondisi cukup dapat dikerjakan
untuk membuang semua tanda bekas roda mesin gilas.
- Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu jalan
menuju ke bagian tengah perkerasan, kecuali pada lengkungan superelevasi,
penggilasan akan mulai pada sisi rendah yang bergerak maju menuju sisi tengah
yang lebih tinggi. Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang tindih
pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh berhenti
pada titik-titik ditempat satu meter dari titik ujung lintasan-lintasan
sebelumnya.
- Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama
harus bergerak diatas jalan yang sudah dilewati sebelumnya demikian sehingga
tidak lebih dari 15 cm roda kemudi jalan/ lewat diatas pinggir perkarasan yang
tidak terpadatkan. Mesin gilas harus terus menerus lewat sepanjang lajur ini
menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang sambungan tersebut
dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu sambungan yang dipadatkan
rapih secara menyeluruh.
- Penggilasan akan bergerak maju secara terus menerus sabagaimana diperlukan
untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu bahwasannya
campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua tanda-
tanda bekas roda mesin gilas dan ketidak teraturan lainnya dihilangkan. Untuk
mencegah menempelnya campuran pada mesin gilas, roda-roda tersebut harus
dijaga selalu basah tetapi air yang berlebihan tidak diizinkan.
e) Penyelesaian
 Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri diatas permukaan yang baru selesai
sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan matang.
 Permukaan Aspal Beton sesudah pemadatan harus halus dan rata sampai punggung
jalan dan ketinggian yang ditetapkan di dalam toleransi yang ditentukan. Setiap
campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur, bercampur dengan kotoran atau yang
telah menjadi tidak sempurna dalam setiap arah, harus dipadatkan segera untuk
menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan setiap luas yang menunjukkan suatu
kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas instruksi Direksi Teknik akan
disingkirkan dan diganti. Semua tempat tinggi, sambungan tinggi, bagian ambles dan
rongga-rongga udara harus diselesaikan sebagaimana diminta oleh Direksi Teknik.
 Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, kontraktor harus
memperbaiki pinggiran- pinggiran menjadi segaris secara rapih. Setiap bahan-bahan
yang berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan final dan dibuang oleh
kontraktor sehingga disetujui oleh Direksi Teknik.
f) Penyelesaian Sambungan
 Tidak boleh ada campuran yang dipasang menempel bahan ujung yang sudah digilas
sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali sampai satu
permukaan tegak. Satu penyiraman tipis aspal yang digunakan untuk permukaan-
permukaan kontak harus dipakai tepat sebelum tambahan dipasang menempel bahan
yang digilas sebelumnya.

5. Pengendalian Mutu
a) Test Laboratorium
 Test laboratorium harus dilaksanakan oleh Tenaga Ahli yang bertugas
dan bertanggung jawab pada CMP (Instalasi Campur Pusat) yang sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi Umum dan untuk memenuhi persyaratan Spesifikasi yang
diberikan pada Tabel 2.7. Data uji harus disediakan untuk Kontraktor dan Pimpinan

41
Proyek jika perlu, dan pengujian lebih lanjut harus dilaksanakan bila demikian yang
diminta oleh oleh Direksi Teknik.

Tabel 2.7. Test Laboratorium Aspal Beton


Referensi Test
Test Tipe
AASTHO Bina Marga

Ketahanan
terhadap abrasi
agregat kasar
Test abrasi untuk
ukuran kecil T 96 PB 0206 – 76
agregat < 19 mm
menggunakan
mesin Los
Angeles

Pelapisan dan
Penahanan aspal
pengelupasan
T 182 PB 0205 – 76 sesudah pelapisan dan
campuran
pengelupasan
agregat aspal

Test Marsahll untuk


Ketahanan pemilihan gradasi
terhadap optimum dan kandungan
kelelahan plastis bahan pengikat ,
campuran aspal T 245 PC 0201 – 76 termasuk : - Stabilitas
menggunakan Marshall, Nilai Aliran
instrumen Marshall, Koefisien
Marshall Marshall, Kepadatan
Marshall

Berat jenis T209 Untuk menentukan


maksimum rongga udara dalam
campuran campuran dan

42
perkeraasan penyerapan aspal oleh
aspal agregat

Berat jenis Menentukan kerapatan


menyeluruh pemadatan HRS thd
T 166
campuran aspal presentasi kepadatan
dipadatkan Marshall

Pengaruh panah
dan udara
Menentukan pengaruh
terhadap bahan T 179
minimum ketebalan film
aspal ( Test Film
Oven ini )

 Untuk pengujian pengendalian mutu campuran, Kontraktor harus mendapatkan dan


menyediakan catatan-catatan pengujian untuk produksi setiap hari, meliputi analisa
saringan, pengendalian suhu, kepadatan/ kestabilan/ aliran Marshall dan penyerapan
oleh agregat. Ujian ini dicatat dalam Tabel 2.7.

b) Pengendalian Lapangan
 Test pengendalian lapangan berikut harus dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan
terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Pemotongan lubang uji dan
mengembalikan ke keadaan semula dengan bahan Aspal Beton dipadatkan dengan
baik harus dikerjakan oleh Kontraktor di bawah pangawasan Direksi Teknik Tabel
2.8.
Tabel 2.8. Pengujian Mutu Campuran
Test Pengendalian Prosedur

Test permukaan perkerasan Permukaan harus diuji setiap hari


untuk kesesuaian dengan dengan mal dan punggung dan
punggung jalan, ketinggian dan batang lurus panjang 3 m setelah
kemiringan melintang pemadatan akhir.

Pengujian berat/kepadatan inti Contoh bahan inti harus diambil


aspal beton terpasang dan setiap 200 m, kecuali diperintahkan
dipadatkan (AASHTO T 166) lain oleh Direksi Teknik. Kepadatan
campuran yang sudah disatukan yang
telah diuji, tidak boleh kurang dari
97 % bahan (spesimen) padat
laboratorium.

43
Tebal lapis aspal beton terpasang
yang harus dipantau dengan inti
perkerasan atau dengan cara lain
yang diminta oleh Direksi Teknik.
Ketebalan lapis permukaan
Inti tersebut harus diambil oleh
Kontraktor dibawah pengawasan
Dierksi Teknik pada suatu titik uji
yang diperintahkan demikian.

Pemeriksaan setiap hari pekerjaan


Kualitas terselesaikan, untuk pengendalian
mutu, keseragaman dan pemadatan

6. Cara Pengukuran Pekerjaan


a) Produksi lapis Aspal Beton harus diukur untuk pembayaran sebagai volume yang diukur
dalam ton campuran aspal yang dikirim ke lapangan dan dapat diterima oleh Direksi
Teknik. Pengukuran akan berdasarkan jumlah tiket pengiriman muatan yang diterima dan
telah dihitung, dan disertai dengan data uji yang relevan mengenai campuran pelaksanaan.
Berat jenis padat AC akan diambil sebagai 2,29 ton/m3.
b) Volume Aspal Beton yang dihampar dan dipadatkan yang harus dukur untuk pembayaran,
sebagai jumlah meter persegi terpasang dan dapat diterima oleh Direksi Teknik, dihitung
sebagai panjang bagian perkerasan yang diukur pada garis sumbu dikalikan dengan lebar
rata-rata yang diukur dan disetujui bersama diantara Kontraktor dan Direksi Teknik.
c) Tebal Aspal Beton yang harus diukur untuk pembayaran adalah tebal rencana padat yang
telah ditetapkan atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik secara tertulis. Dalam
hal bahwa tebal padat yang dipasang kurang dari tebal rencana, penyesuaian akan
dilakukan dengan menggunakan ukuran luas yang diperbaiki sama dengan :
Tebal diukur rata – rata sebenarnya
Luas diukur sebenarnya =
Tebal rencana

d) Tidak ada penyesuaian yang sama dari luas yang diukur akan dibuat untuk tebal yang dapat
diterima yang melebihi tebal rencana, kecuali penambahan tebal tersebut telah diminta oleh
Direksi Teknik secara tertulis.

44
e) Bila lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat dipasang yang sesuai dengan kontrak
khusus dan Daftar Penawaran, lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat tersebut
akan diukur dalam liter.
f) Bilamana aspal beton diletakkan diatas lapis pondasi atas, pekerjaan mempersiapkan dan
memelihara lapis pondasi atas tidak boleh diukur untuk pembayaran dan akan dimasukkan
dalam pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaian lapis pondasi atas tersebut yang
sesuai dengan persyaratan Spesifikasi ini.
g) Bila aspal beton dipasang diatas perkerasan aspal yang ada, pekerjaan yang diperlukan
untuk membuat betul permukaan termasuk perbaikan lubang-lubang, pinggiran hancur dan
bagian-bagian ambles, tidak boleh diukur dan dibayar dibawah bab ini, tetapi akan diukur
dan dibayar sesuai dengan item-item pembayaran yang relevan.
h) Bila perbaikan lapis perata yang tidak memuaskan, telah diminta sesuai dengan spesifikasi
ini, tidak ada tambahan pembayaraan akan dibuat untuk pekerjaan ekstra atau volume yang
diperlukan bagi perbaikan-perbaikan.
i) Tidak ada penambahan pengukuran atau pembayaran yang dibuat untuk pengujian bahan-bahan
yang diperlukan dibawah spesifikasi ini dan semua pekerjaan demikian akan dianggap telah
dimasukkan dalam item pembayaran untuk pemasangan Lapis Aspal Beton.

4.18 PEKERJAAN SLOOF MANHOLE BETON K-350

1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB Tentang Pekerjaan Beton
Bertulang.
2. Syarat - syarat Pelaksanaan
 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau
jumlah luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada
luas tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan
diameter besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton.

45
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan
selimut beton sesuai dengan ketentuan
 Pemasangan bekesting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan
pada waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas
beton yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan
yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.

46
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas.
Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton, dan sebagainya
harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

4.19 PEKERJAAN MANHOLE CAST IRON TB 7 CM


• Umum
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk member akses maintance agar saluran ini bida dibersihkan dari
tumpukan sedimen yang mengendap dan juga untuk tangkapan air dari jalan bias masuk ke saluran ini.

• Pekerjaan Pemasangan Grill


Pekerjaan ini mencakup mulai pengadaan pengangkutan sampai pemasangan sesuai gambar kontrak.

• Bahan
Besi Cor ( Cast Iron )
Besi Cor yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi hal - hal sebagai berikut:
1. Bahan terbuat dari Besi Cor “ tuang kelabu “ ( Cast Iron )
2. Kekerasan 170 – 229 HB (Hardness Brinell) (SAE grade G2500).
3. Standart ASTM dan JICA.
4. Kemampuan menahan beban pada Grill dan mutu bahan, yaitu:
a. Untuk grill tangkapan air mampu menahan beban terpusat 20 Ton, (FCD 45).
b. Untuk grill manhole mampu menahan beban terpusat 5 Ton, (FC 25).
c. Untuk grill tanaman mampu menahan beban terpusat 1 Ton, (FC 25).
d. Untuk grill khusus Crossing Saluran (terletak pada badan jalan) mampu menahan beban
terpusat 40 Ton, (FCD 45).
e. Mutu terdiri dari laju korosi, tes tekan, performance (cat, dimensi, bentuk desain (sesuai
dengan gambar), tidak berkarat, tidak berpori)

f. Setiap pabrikan grill harus melaksanakan pengujian komposisi kimia besi tuang FC 25 di
laboratorium independen dan disaksikan oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Pengawas,
dan Direksi Pekerjaan.

• Pengukuran dan Pembayaran


1) Cara Pengukuran
a) Grill akan diukur dengan jumlah pekerjaan Grill yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi
yang ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Pemasangan Grill sebagaimana yang disyaratkan di
atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan

47
pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain.

BAB V
PEKERJAAN TAMAN

5.1 PEMBONGKARAN PASANGAN EXISTING


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran pasangan lama seperti tertera pada
gambar rencana dan juga pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama.
Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembongkaran pasangan batu kali existing harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati
sehingga tidak merusak bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar dan tidak
membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang terlibat dalam pelaksanaan ini maupun
pekerjaannya sendiri.
b. Semua Material bekas bongkaran diangkut keluar proyek.

5.2 Pek. Kerb 20.30.50 tipe B K-350 Fabrikasi


Pas. Curbing Type A Panjang 0.5 m yang dimaksud adalah Kerb Precast yang berasal dari
pabrikasi, ada 2 jenis kerb yang digunakan dalam pekerjaan ini yaitu kerb tanpa lubang dan kerb
berlubang untuk mengalirkan air dari jalan kesaluran tepi. Ukuran lubang sesuai gambar rencana.

5.3 SPESI 1 PC : 2 PS T= 3 CM
Umum
1. Pekerjaan ini mencakup pembuatan spesi yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi.
2. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.

Bahan – Bahan :
Semen PC 50 Kg
Pasir Pasang
Air Bersih

Mutu Bahan.
a. Semen PC 50 Kg
Semen yang digunakan adalah :
Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang berlaku di
Indonesia.
Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan.
Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk
diperiksa dan diambil

b. Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :

48
1. Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
2. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya.

c. Air
Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda yang menggangu
seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang diketahui dapat
diminum juga dapat dipakai.

Prosedur Pelaksanaan
Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air
Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat
pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru
sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit.
Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi
( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang
digunakan.
Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu,
adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang.
Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan Concrete
Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l.
Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 2 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 2 bagian
Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu
dengan ukuran yang sama.

Tebal spesi adalah 3 cm.

5.4 PEKERJAAN BATA MERAH 1 PC : 4 PS


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik. Pekerjaan
pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar .

1. PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN


Pekerjaan Adukan dan Pasangan.

2. STANDAR
- Batu bata harus memenuhi NI-10
- Semen Portland harus memenuhi NI-8.
- Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
- Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.

3. BAHAN/PRODUK
Batu bata marah yang digunakan batu bata merah ex. lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan sama ukuranya 5 x 11 x 23
cm.

4. PELAKSANAAN

49
- Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 5 pasir
pasang.
- Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah
setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar
menggunakan simbol aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat air dengan
campuran 1pc : 2 pasir pasang.
- Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
- Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
- Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
- Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
- Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom
dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan
pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
- Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
- Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm
jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali
ditentukan lain.
- Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
- Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

5.5 PEKERJAAN PLESTERAN HALUS Tb=1,5 cm


Umum
a. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukan pada gambar
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan benangan
c. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.

Bahan – Bahan :
 Semen PC 50 Kg
 Pasir Pasang
 Air Bersih

Mutu Bahan.
a. Semen PC 50 Kg
Semen yang digunakan adalah :
1. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia.
2. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal
atau membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan.
3. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian
rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil

50
b. Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :
a) Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
b) Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya.

c. Air
Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda yang
menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang
diketahui dapat diminum juga dapat dipakai.

Prosedur Pelaksanaan
Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air
a. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna
merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima
sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan
dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari
berat semen yang digunakan.
b. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses
pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
c. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang.
d. Sebelum permukaan bidang pasangan batu diplester terlebih dahulu bidang yang akan
diplester harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Bidang-bidang yang telah bersih
kemudian disiram dengan air sampai rata dan jenuh baru kemudian diplester. Plesteran
tebal 1,5 cm terdiri dari campuran 1 Pc: 4 Ps dengan menggunakan pasir pasang yang telah
diayak .
e. Pertemuan bidang plesteran vertikal dan horizontal harus lurus, rata (tidak bergelombang)
dan tidak retak.
f. Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan
Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l.
g. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan
4 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak
takaran dari kayu dengan ukuran yang sama.
h. Pada bagian sudut atas plesteran dibuatkan benangan sepanjang saluran, benangan harus
tajam dan lurus serta tidak mudah terkelupas. Tebal plesteran adalah 1.5 cm.

5.6 PEKERJAAN BENANGAN SUDUT


Pada setiap sudut plesteran dibuatkan benangan sepanjang sepanjang plesteran itu sendiri.
Benangan berfungsi sebagai pembentuk sudutan pekerjaan plesteran agar mempunyai
estetika yang bagus. Benangan mempunyai komposisi 1Pc : 2 Ps.

5.7 Pekerjaan Beton Rabat (1 Pc : 3 Ps : 6 Kr)


-Umum
 Pekerjaan ini mencakup pembuatan spesi yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi.
 Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.

1. Bahan – Bahan :
 Semen PC 50 Kg
 Pasir Pasang

51
 Air Bersih

2. Mutu Bahan
 Semen PC 50 Kg
Semen yang digunakan adalah :
a. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang
berlaku di Indonesia.
b. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau membatu
tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan.
c. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa sehingga
mudah untuk diperiksa dan diambil.
 Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :
a. Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
b. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic
lainnya.
 Air
Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda yang
menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang
diketahui dapat diminum juga dapat dipakai.
3. Prosedur Pelaksanaan
 Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air.
 Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna
merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima
sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan
dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari
berat semen yang digunakan.
 Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses
pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
 Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang.
 Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan
Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 7 m3.
 Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 2 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan
2 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak
takaran dari kayu dengan ukuran yang sama.
 Tebal spesi adalah 3 cm.

5.8 URUGAN TANAH TAMAN


1. Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah tanah urugan taman
2. Mutu Bahan.
- tanah harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic.
3. Prosedur Pelaksanaan
- Pelaksanaan Urugan tanah taman di maksudkan untuk melevelkan tinggi taman selevel
dengan jalan rencana.

BAB VI
PEKERJAAN LAIN – LAIN
6.1. UMUM

52
Yang dimaksud pekerjaan lain-lain adalah pekerjaan yang belum tercantum dalam RKS ini, tetapi masih
berhubungan dengan pekerjaan di lapangan yang harus diselesaikan : misalnya pembersihan lokasi /
pengembalian sesuatu yang rusak akibat pekerjaan di lapangan Dan Pembongkaran Saluran Lama. Untuk
pembentukan dasar saluran dengan meratakan sesuai kemiringan dasar saluran rencana pada permukaan tanah
galian saluran.

6.2. QUALITY CONTROL BAHAN


 Toleransi
a) Toleransi Dimensi :

 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm

 Panjang keseluruhan lebih dari 6m + 15 mm

 Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala jembatan 0 dan + 10
mm
b) Toleransi Bentuk :

 Persegi (selisih dalam panjang diagonal)10 mm

 Kelurusan atau lengkungan (PenYimPangan dari garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3
m 12 mm

 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm

 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 mm

 Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :

 Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm

 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm

 Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm


d) Toleransi Alinyemen Vertikal :

 Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm


e) Toleransi Ketinggian (elevasil :

 Puncak lantai kerja di bawah fondasi ± 10 mm

 Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm

 Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm


d) Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
f) Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :

 Selimut beton sampai 30 mm 0 dan + 5 mm

 Selimut beton 30 mm - 50 mm 0 dan + 10 mm

53
 Selimut beton 50 mm - 100 mm ± 10 mm
 Pengujian Kuat Tekan
a) Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton dari
pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata rata dari dua nilai kuat
tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah benda uji ), yang selisih nilai antara
keduanya < 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji
beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150 x
150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus
dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai
dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
c) Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan data
hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak. Hasil-hasil
pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya boleh
digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini harus
disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
d) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-
masing mutu beton  60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m3
beton dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian
tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton
mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton terikutnya setelah
jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
e) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton harus diperoleh
satu hasil uji untuk setiap satu ready mix beton (5-7 m3 / ready mix).
f) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 7.1.6.(1) atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Tabel 7.1.6.(1) Ketentuan Kuat Tekan


Mutu Beban Kuat Tekan Karakteritik (kg/m2)
fc' ’bk Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(MPa) (kg/cm2) 150mm – 300mm 150x150x150 mm

50 K600 500 600


45 K500 450 500
40 K450 400 450
35 K400 350 400
30 K350 300 350
25 K300 250 300
20 K250 200 250
19 K225 185 225

54
15 K175 150 175
10 K125 100 125
g) Slump harus dipertahankan dalam batas toleransi ± 20 mm
h) Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik.
i) Jumlah benda uji yang di tes di lab adalah minimal 10 benda uji.
 Pekerjaan Quality Control CBR
 Pelaksanaan pengujian dengan menggunakan metode CBR ( California Bearing Ratio) untuk
menentukan kepadatan dari material sirtu, Aggregat Klas B, atau Aggregat Klas A yang
sudah dihampar dan dipadatkan di lokasi pekerjaan.
a. Material yang diuji adalah material urugan Sirtu, Aggregat Klas B, Aggregat Klas A
atau lainnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b. Sebelum pelaksanaan pengujian CBR, Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat
request dan menginformasikan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan
minimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan pengujian.
c. Pelaksanaan pengujian CBR harus disaksikan bersama dengan Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan.
d. Pengambilan jumlah dan letak titik yang akan dilksanakan untuk pengujian CBR dipilih
oleh Direksi Pekerjaan.
e. Nilai CBR yang dipersyaratkan untuk tiap-tiap material urugan sesuai dengan jenis
agregat dimana syarat untuk Agregat Klas A min. ≥ 90%, dan syarat untuk Agregat Klas
B min. ≥ 60%, sirtu minimal ≥ 40%
f. Jika nilai CBR lapangan setelah diuji masih kurang atau dibawah dari persyaratan nilai
CBR desain, Kontraktor Pelaksana diwajibkan memperbaiki dan memadatkan material
urugan atau mengganti material urugan.

6.3. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN SELAMA PROYEK BERLANGSUNG.


Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama proyek berlangsung
termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi
pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-
sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang timbul
akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan

6.4. PENGANGKUTAN TANAH KELUAR PROYEK


1. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah ditentukan, dan apabila tidak
bisa dibuang secara langsung , maka untuk sementara dapat diletakan didaerah sekitar saluran.
2. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu sekitarnya.

55
3. Walapupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak dibenarkan berada pada tempat
tersebut sampai 1 ( satu hari )
4. Seluruh hasil material bekas galian drainase harus dibuang dan tempat bekas penempatan
sementara hasi galian, ditinggalkan dalam keadaan rapih dan bersih.
5. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalh Dump Truk
dengan kapasitas muat 5 T atau bila kondisi jalan / area yang tidak memungkinkan bisa menggunakan
kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan
Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan mengadakan pengangkutan material
sisa galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m3 volume dari material yang telah diangkut
setiap ada pekerjaan pengangkutan.

6.5. REKONDISI
Setelah pekerjaan selesai, kontraktor berkewajiban melakukan pengembalian kondisi (rekondisi) bangunan-
bangunan di lokasi maupun di sekitar lokasi proyek yang terganggu akibat pelaksanaan proyek. Rekondisi
biasanya dilakukan pada perkerasan paving, taman, dll.

Photo Dokumentasi
Foto-foto yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan, peralatan atau hal-hal yang
menarik perhatian lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau lingkungannya harus dibuat sedikitnya tiga kali,
yakni :
 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan……………..….....……… …..( 0 % )
 Selama berlangsungnya pekerjaan………………………….….…....... (25-75 %)
 Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode Pemeliharaan...(100 %)
Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga posisi (depan, belakang dan samping ), serta pada posisi yang
sama untuk masing-masing kejadian. Ukuran dari foto-foto tersebut tidak boleh kurang dari 140 x 90 mm dan
enam lembar hasil cetakan masing-masing foto (dialbumkan), dengan membubuhkan nomor seri, tanggal
pengambilan dan keterangan ringkasnya harus disampaikan kepada Direksi. Semua klise/negatif filmnya harus
dinomori, ditempatkan dalam arsip dan disimpan di lokasi dan menjadi Pemberi Proyek. Biaya foto-foto tersebut
seperti ditentukan harus ditanggung oleh Kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam over head yang
disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya.

6.6. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA


Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara lain:
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan.
3. Pembersihan
4.Penyerahan kedua dapat dilaksanakan apabila kontraktor telah melaksanakan kewajiban pada masa
pemeliharaan
5.Selama masa pemeliharaan, kontraktor pelaksana diwajibkan membuat laporan berkala yang berisi
kondisi bangunan / saluran (yang selesai dibangun ) serta laporan pekerjaan perbaikan bila ada bangunan
yang rusak. Laporan tersebut dibuat dengan persetujuan / diketahui pihak pengawas lapangan / direksi dan
konsultan pengawas.

BAB VII
PENUTUP

Peraturan ini harus dipelajari seksama oleh Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya akan
merupakan bagian yang mengikat dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Hal-hal yang belum diatur
dalam RKS ini, akan dijelaskan pada pelaksanaan penjelasan pekerjaan dan semua tambahan atas
Penjelasan dalam dokumen pengadaan, akan dibuat dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
yang ditanda tangani Gugus Tugas Pengadaan dan merupakan pedoman dalam proses
pelaksanaan berikutnya.

56
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN PEMATUSAN
KOTA SURABAYA

GANJAR SISWO PRAMONO, ST., MT.


Pembina
NIP 19731105 200112 1 002

57

Anda mungkin juga menyukai