Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila
Dosen pengampu : Alfian
Disusun oleh
Nama : Siwi Tri Wulandari
Nim : 1702120
DIII KEPERAWATAN/KELAS IIIC
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2019
A. Rumusan masalah 1. Bagaimana toleransi umat beragama di Indonesia ? 2. Mengapa toleransi sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa teruma dalam beragama ? B. Pembahasan 1. Konsep/teori Pengertian Toleransi secara umum Toleransi berasal dari bahas latin dari kata “tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana sesorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan – golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain. Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definis “golongan/kelompok” yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik, dan lain – lain. Sampai sekarang masih banyak kontroversi serta kritik mengenai prinsip – prinsip toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan,untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain. Toleransi umat beragama di Indonesia pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar umat beragama di Indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama tersebut antara lain : “Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.” Konflik anatar agama dapat meninggalkan bekas yang mendalam,dan tidak seorang pun dapat bersikap netral dalam mengatasi konflik tersebut. Terjadinya konflik tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu : 1. Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 1945 yang selama ini menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya amandemen UUD 1945 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi agama tertentu 2. Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya ataupun sesama pemeluk agama 3. Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar pemeluk agama. Pada sila pertama dalam pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing – masing merupakan hal yang mutlak. Karena semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling menghargai. Sehingga, terbina kerukunan hidup antar umat beragama. Pengertian toleransi menurut Para Ahli Selain penjelasan diatas, ada beberapa ahli dan pakar yang memiliki definisi berbeda mengenai apa itu toleransi, berikut ini pengertian toleransi menurut para ahli : a. W.J.S Purwadarminta Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. b. KBBI Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), definis toleransi adalah sifat atau sikap toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja. c. Dewan Ensiklopedia Indonesia Toleransi merupakan suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagi pengakuan dan menghormati hak asasi manusia. d. Ensiklopedi American Toleransi memilik makna sangat terbatas. Ia berkonotasi menahan diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikain, ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi dan biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang diperbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat. e. Heiler Ia menyatakan toleransi yang diwujudkan dalam kata dan perbuatan harus dijadikan sikap menghadapi pluralitas agama yang dilandasi dengan kesadaran ilmiaj dan harus dlakukan dalam hubungan kerjasama yang bersahabat dengan antar pemeluk agama. f. Djohan Efendy Pengertian toleransi adalah sikap menghargai terhadap kemajemukan. Dengan kata lain sikap ini bukan saja untuk mengakui eksistensi dan hak – hak orang lain, bahkan lebih dari itu, terlibat dalam usaha mengetahui dan memahami adanya kemajemukan. 2. Pendapat penulis Menurut saya “manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia memiliki toleransi kepada orang lain dalam urusan apapun. Meskipun manusia makhluk individu tetapi manusia tidak akan busa selalu sendirian , manusia akan selalu memiliki kebutuhan dengan orang lain, maka dari itu toleransi sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidup manusia. Kita dapat menerapakn toleransi dalam kehidupan sehari – hari antara lain : menghargai pendapata mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong menolong antar sesama tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan. Sebagai manusia agama adalah sebuah kewajiban yang harus dimiliki oleh sesorang. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksud untuk mejelaskan makna hidup. Memang di beberapa negara manusia banyak yang tidak memiliki agama, tapi di negara kita beragama adalah suatu kewajiban yang sudah disepakati. Menurut saya toleransi antar umat beragama adalah adanya sikap yang ditujukan dengan perilaku, perbuatan dan menghargai pendapat orang lain mengenai pemikiran dalam memilih keyakinan antar individu.” 3. Toleransi umat beragama di Indonesia Pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar umat beragama di Indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama tersebut antara lain : a. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agamanya sendiri dan agama pihak lain. b. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat. c. Sifat dari setiap agama yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah. d. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat. e. Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati bahkan memandang rendah agama lain. f. Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama atau antara umat beragama dengan pemerintah. Pluralitas agama hanya dapat dicapai seandainya masing – masing kelompok bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kemajuan dan kehidupan masyarakat, apabila ia diwujudkan dalam : a. Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain. b. Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya. c. Sikap saling menhan diri terhadap ajaran, keyakinan, dan kebiasaan kelompok agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan, dan kebiasaan sendiri. C. Penyelesaian 1. Contoh Kasus yang berhubungan dengan toleransi beragama di Indonesia yang berada disekitar kita : Masjid dan Gereja Berdampingan di Daerah Surakarta Keberadaan gereja dan masjid yang berdempetan di Kota Surakarta,Jawa Tengah merupakan saksi bisu perwujudan tenggang rasa dan welas asih, yang dirawat terus – menerus oleh pemimpin dan umat dua tempat ibadah tersebut. Awalnya, kira – kira tahun 1939, gereja didirikan oleh jemaat Kristen Danukusuman di Joyodiningratan,Surakarta,di atas tanah di beli dati seorang Muslim. Bangunan itu didirikan karena ada kebutuhan untuk beribadah bagi warga Kristen yang terus tumbuh di kawasan tersebut. Saat itu, pemilik tanah memperbolehkan tanahnya dibeli oleh pengelola gereja,dengan syarat mereka dibolehkan mendirikan mushola di samping gereja, yang kelak diperbesar menjadai masjid. Kesepakatan pun dibuat antara kedua pihak,yang ditandai pendirian semacam prasasti setinggi sekitar 1,5 meter berbentuk lilin di antara dua bangunan ibadah itu. “Jadi prasasti itu menandakan tidak akan terjadi apapun, meskipun dua tempat ibadah itu saling berdampingan, “ kata Muhammad Nasir Abu Bakar, ketua takmir Masjid Al Hikmah, mengisahkan sekelumit sejarah dua bangunan ibadah itu,pada Rabu (7/8). “Makna tugu lilin juga supaya tetap selalu rukun dan tidak akan terjadi apapun, “kata Nasir,seperti dilansir pada Minggu (10/8). Dan sejarah mencatat, sejak 80 tahun berdiri, tidak ada gesekan berarti di antara umat Islam dan Kristen di kawasan itu,bahkan hubungan harmonis pemimpin dan umat dua bangunan ibadah itu kerap menjadi rujukan berbagai anggota masyarakat. “Antara pengurus gereja gereja dan masjid benar – benar menjunjung tinggi sejarah yang sudah terjalin dua tempat ibadah ini,” kata salah – seorang pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan,Beritha Tri Setyo Nugroho. Tugu lilin yang masih berdiri kokoh, kini posisinya terletak di dekat tempat wudhu perempuan masjid tersebut. Pihak gereja merelakan tanahnya untuk lokasi pendirian prasasti tersebut. 2. Penyelesaian Kasus di Atas Pada saat idul Adha gereja meniadakan kebaktian pagi. Itu sebabnya ketika sejumlah masjid dan gereja di beberapa kota ramai – ramai diberitakan saling mengalah untuk menunda atau membatalkan jadwal ibadahnya demi umat lain, pengelola dua tempat ibadah di Joyodiningratan, Surakarta, sudah mempraktikannya sejak dahulu. Kedua belah pihak lebih mengedepankan sikap bertenggang rasa ketika dihadapkan jadwal ibadah yang bersamaan waktunya. Menurut pemimpin gereja dan masjid, hal itu sudah sering dilakukan. Sepanjang Nasir ingat, hanya pernah sekali waktu pihak masjid lupa menjalin komunikasi dengan gereja saaat ada pelaksanaan salat Id yang jatuh pada hari minggu. Pihak gereja tidak memundurkan jadwal kebaktian pagi, namun hal tersebut juga tidak menjadi masalah yang berarti. “Pernah sekali kelupaan, tetapi semuanya tetap berjalan dengan lancar dan damai. Jadi ada yang ke masjid dan ke gereja,biasa saja,semuanya saling menghormati. Tidak ada ketersinggungan dari pihak mana pun karena semuanya bertujuan beribadah kepada Tuhan. Pihak Masjid juga pernah mengalah ketika tempat ibadah tetangganya itu merayakan hari besarnya. Bahkan, Nasir menceritakan saat peringatan Maulid Nabi yang hampir berdekatan dengan perayaan Natal, pihaknya memutuskan memajukan acara pengajian untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. “ Natal tetap di tanggalnya, tetapi kalau pengajian untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kan bisa diundur atau maju. Itu tidak ada masalah. Pengajian kita gelar tangga 23 Desember pada waktu itu,sehingga tidak terjadi suatu peribadahan yang berbarengan.” Selain itu, dia mengungkapkan saat umat Kristen melakukan ibadah Natal di GKJ Joyodiningratan, pihak masjid juga memutuskan menurunkan suara volume speaker masjid. Bahkan, pembacaan ayat suci Al qur’an yang dilakukan sebelum adzan salat lima waktu juga dihilangkan. “Suara adzan melalui pengeras suara direndahkan. Untuk ngajinya (membaca Al qur”an sebelum adzan), kita tidak ngaji tapi langsung adzan. Jadi kita harus tahu diri karena mereka juga beribadah. Jadi jemaah masjid sudah paham kalau yang biasanya ada ngaji 10 – 15 menit tidak ada dan langsung adzan.” Menurut Nasir pada saat pelaksanaan salat Id yang memanfaatkan jalan di depan gereja dan masjid, biasanya pihak gereja akan ikut membantu membersihkan di depan bangunan tempat ibadah yang akan digunakan untuk salat Id. Sedangkan saat perayaan Natal dan Paskah, halaman depan masjid difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan para jemaat gereja. “ Biasanya kalau Natal atau Paskah, lampu di depan masjid ini dinyalakan untuk parkir karena halaman masjid ini jadi tempat parkir.”
Kesaksian warga muslim kami sudah seperti keluarga
Salah satu jemaah Masjid Al Hikmah, khalid badres, mengaku sangat senang dengan kerukanan yang terjalin antar pemeluk dua tempat ibadah tersebut. Ia pun merasa sangat nyaman dan tidak terganggu meskipun berbeda agama. “ Masjid Al Hikmah dan gereja memang selama ini rukun, tidak pernah terjadi apa – apa sama sekali. Kami disini itu sudah seperti saudara, alhamdulillah,” kata Khalid yang keturunan Arab.” Ia telah tinggal di kampung yang menjadi lokais dua tempat ibadah yang berbeda itu sejak 40 tahun. Selama puluhan tahun itu, Khalid mengaku belum pernah terjadi gesekan sedikit pun antar umat beragama. “ Kita selalu bekerja sama jika ada apa – apa. Kalau di gereja ada apa – apa, kita hormati. Kalau di masjid ada kegiatan, gereja juga hormat. Kalau kita butuh bantuan, mereka akan membantunya. Karena kita keluarga.” Terpisah, salah satu jemaat GKJ Joyodiningratan,Susiati mengaku sangat suka ketika pertama kali menjadi jemaat gereja tersebut, pasalnya bangunan gereja ini berdampingan dengan masjid. Tak hanya itu, ia juga merasa takjub dengan kerukunan yang terjalin di antara umat gereja dan masjid. “ Saya dari kecil sampai dewasa belum pernah melihat yang namanya masjid dan sampingnya gereja.” Susiati mengungkapkan, pengalaman yang paling mengesankan menjadi jemaat di gereja tatkala terdapat hari besar umat islam yang jatuh pada hari Minggu, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. D. Kesimpulan Toleransi beragama di Indonesia dalam penerapan Pancasila Sebagai Ideologi Negara tidak membeda – bedakan antar pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya,semua saling tolong menolong, tidak ada suatu konflik dalam hal apapun. Semua saling menghargai dan menghormati tidak ada unsur kesalahpahaman dari semua pihak pemeluk agama. Hal ini lebih meningkatkan hubungan silahturahmi dan komunikasi agar tetap erat hubungan antar pemeluk agama,sehingga dapat terciptanya masyarakat yang damai,tentram dan sejahtera tanpa ada permasalahan antar semua orang.