Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA I


KINETIKA REAKSI OKSIDASI SO2 MENJADI SO3 DALAM PEMBUATAN H2SO4

Disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet M.T.

Kelompok 7
ANGGOTA KELOMPOK:
1 Indira Octafiona D (1606871373)
2 Ivan Christopher (1606908041)
3 Miranda Talitha Zagita (1606871461)
4 Natashya Elly Febrina P (1606908054)
5 Yohanes Pandu W (1606907814)

LEMBAR JUDUL

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
DEPOK
DESEMBER 2018
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3
Proses Pembuatan H2SO4 ............................................................................................. 3
Kondisi Operasi Proses Oksidasi SO2 menjadi SO3 pada Jurnal dan pada Skala
Industri .......................................................................................................................... 4
Prinsip Kesetimbangan dalam Reaksi Oksidasi SO2 .................................................... 5
BAB II
ISI ..................................................................................................................................... 7
Mekanisme Reaksi ........................................................................................................ 7
Kinetika Reaksi ............................................................................................................ 9
Pengujian Laju Reaksi dengan Regresi ...................................................................... 13
BAB III
KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN
Proses Pembuatan H2SO4
Proses produksi H2SO4 yang paling banyak dilakukan di industri kimia merupakan proses
kontak. Proses kontak terdiri dari terdiri dari 3 proses utama:
1.) Pembuatan Sulfur Dioksida
Sulfur biasanya dihasilkan dari hasil reaksi pembakaran sulfur yaitu melalui reaksi
berikut

𝑆(𝑠) + 𝑂2(𝑔) β†’ 𝑆𝑂2(𝑔)

Namun, sulfur dapat juga didapatkan dari peleburan dan pemanasan atau pemanggangan
mineral sulfida (contoh: pyrite)

4𝐹𝑒𝑆2(𝑠) + 11𝑂2(𝑔) β†’ 2𝐹𝑒2 𝑂3(𝑠) + 8𝑆𝑂2(𝑔)

2.) Konversi SO2 menjadi SO3


Proses konversi dilakukan melalui reaksi oksidasi katalitik SO2 menjadi SO3. Reaksi pada
tahap ini merupakan reaksi kesetimbangan (eksotermis).

2𝑆𝑂2(𝑔) + 𝑂2(𝑔) β‡Œ 2𝑆𝑂3(𝑔) βˆ†π» = βˆ’196π‘˜π½π‘šπ‘œπ‘™ βˆ’1

Pada proses ini reaktan biasanya direaksikan ke dalam reaktor dengan equal proportions
atau rasio volume 1:1, hal ini didasarkan pada aspek kesetimbangan reaksi.
3.) Pembuatan asam sulfat pekat
Pembuatan asam sulfat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan
fuming sulphuric acid atau oleum. Proses ini dilakukan dengan melarutkan SO3 dalam
H2SO4 pekat. Dalam skala industri, H2SO4 tidak langsung diperoleh dengan mereaksikan
sulfur trioksida (SO3) dengan air karena reaksi ini akan mengakibatkan fuming atau
menghasilkan uap H2SO4 dalam jumlah yang besar. Reaksi pembuatan oleum adalah
seperti reaksi berikut.

𝐻2 𝑆𝑂4(𝑙) + 𝑆𝑂3(𝑔) β†’ 𝐻2 𝑆2 𝑂7(𝑙)

Tahap yang kedua adalah mereaksikan H2S2O7 dengan air sehingga didapakan H2SO4
pekat.

𝐻2 𝑆2 𝑂7(𝑙) + 𝐻2 𝑂 β†’ 2𝐻2 𝑆𝑂4(𝑙)

Proses ini disebut proses kontak karena reaksi antara SO2 dan O2 pada tahap 2 terjadi di
permukaan katalis. Berikut adalah Process Flow Diagram (PFD) proses pembuatan
H2SO4 pada industri.

3
Gambar 1. Proses kontak pada industri

Kondisi Operasi Proses Oksidasi SO2 menjadi SO3 pada Jurnal dan pada Skala
Industri
Kondisi operasi dari eksperimen reaksi oksidasi SO2 yang diberikan pada jurnal
dilakukan dalam skala laboratorium dengan kondisi-kondisi berikut.
Tabel 1. Kondisi Operasi Eksperimen dari Jurnal

Kondisi operasi yang Kondisi operasi


diuji dalam jurnal standar
Temperatur reaktor 200 – 400˚C 320˚C
Space velocity gas 10 000 – 40 000 h-1 10 000 h-1
per jam
Feed flowrate 160 sccm 160 sccm
p SO2 40 – 2000 ppm 1000 ppm

p O2 0,1 – 18% 18%

Konversi SO2 0,1 – 99% <10%

Ukuran katalis 80 – 200 ΞΌm 80 – 200 ΞΌm


Jumlah katalis 100 – 1000 mg 1000 mg
Reaktor Heat-traced quartz reactor/ micro reactor
Katalis V2O5

4
Sedangkan, dalam penerapan pada skala industri, proses oksidasi SO2 menjadi SO3,
biasanya proses ini berlangsung di dalam reaktor katalitik adiabatis dengan kondisi –
kondisi sebagai berikut.
β€’ Temperatur : 400 – 600˚C
β€’ Tekanan : 1 – 2 atm
β€’ Katalis : V, K, Na, Cs, S, O, SiO2 (yang dicairkan dan diembankan
pada padatan berpori logam pendukung)
β€’ Reaktor : Multi catalytic bed reactor (reaktor adiabatik).
Prinsip Kesetimbangan dalam Reaksi Oksidasi SO2

β€’ Temperatur
Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis, untuk menghasilkan produk yang
besar, maka dapat dilakukan dengan menurunkan temperatur serendah mungkin.
Namun reaksi oksidasi dapat berlangsung pada rentang suhu 400 - 600˚C.
Maka dari itu untuk memperbesar yield, maka gas didinginkan sebelum mengalir
melewati stage atau tahapan bed yang berikutnya, maka dari itu pada reaktor ini
diberi sistem intercooling stages.

Gambar 2. Intercooling stages pada reaktor katalitik untuk oksidasi gas SO 2

Dalam proses industri, reaktor biasanya menggunakan tiga sampai lima tahap bed
dengan ketebalan 0,5 – 1 m yang diisikan dengan katalis dengan ukuran 10 – 25
mm. Katalis yang digunakan biasanya berbentuk cincin atau β€œstar” ring.

5
β€’ Tekanan
Untuk mendapatkan jumlah SO3 yang besar dapat dilakukan dengan menaikan
tekanan operasi sebesar mungkin. Tekanan yang tinggi juga berpengaruh pada
kenaikan laju reaksi juga sehingga SO3 semakin cepat terbentuk.
Namun, tekanan operasi standar dalam reaksi oksidasi SO2 biasanya dilakukan
pada tekanan yang dekat dengan tekanan atmosfer (1 – 2 atm)
Kedua pengaruh tekanan dan temperatur sangat mempengaruhi kesetimbangan reaksi
oksidasi yang terjadi, karena keduanya mempengaruhi laju reaksi. Namun kondisi operasi
yang sesuai untuk terjadinya reaksi cenderung membuat reaksi terjadi secara lambat,
maka dari itu diperlukan:

β€’ Katalis
Katalis tidak mempengaruhi atau menggeser kesetimbangan, namun berfungsi
untuk mempercepat reaksi. Dengan tidak adanya katalis, reaksi sangat lambat
sehingga hampir tidak ada reaksi yang terjadi dalam waktu yang masuk akal.
Katalis memastikan bahwa reaksi cukup cepat untuk kesetimbangan dinamis yang
akan diatur dalam waktu yang sangat singkat.

6
BAB II
ISI

Mekanisme Reaksi
Pada pembuatas asam sulfat dari oksidasi SO2, terlebih dahulu SO2 harus diubah
menjadi SO3 kemudian direaksikan dengan air agar membentuk asam sulfat. Reaksi ini
memerlukan peran katalis. Katalis paling umum yang digunakan dalam reaksi ini adalah
vanadia dan platina. Katalis V2O5 lebih umum digunakan dan aktif bekerja pada suhu di
atas 400oC. Kelebihan vanadia adalah tidak sensitif terhadap poisoning, oksigen tidak
teradsorpsi secara kimiawi (elektron berpindah dari katalis ke spesi teradsorpsi,
ketersediaannya lebih banyak, dan harganya murah.
Vanadia sebagai katalis akan berada pada permukaan oksida sebagai spesi (M-
+5
O)3V =O tetrahedral yang terisolasi. Pembebanan Vanadia yang lebih tinggi, spesi
tersebut akan terpolimerasi memecah ikatan V-O-M dan membentuk ikatan V-O-V.
Namun, oksidasi sulfur dioksida mengubah frekuensi independen dari densitas
permukaan spesi vanadia. Hal ini berarti, hanya permukaan vanadia yang berkontribusi
dalam reaksi.
Reaktivitas oksidasi SO2 berkaitan dengan ikatan V-O-M karena perubahan ligan
oksida mengubah frekuensi dengan orde. Perbedaan antara spesi permukaan vanadia
dengan beragam oksida lainnya adalah ligannya. Elektronegativitas oksida menyebabkan
kation mempengarunhi densitas elektron pada ikatan oksiden V-O-M. Semakin rendah
elektronegativitas elekton, maka perubahan frekuensi oksidasi SO2 meningkat. Maka,
ikatan antara V-O-M dasar dapat meningkatkan aktivitas adsorpsi dan oksidasi SO2.
Alasan rendahnya oksidasi SO2 mengubah frekuensi monolayer adalah kuantitas
kompleks oksida vanadia-sulfur pada permukaan, kompleks permukaan yang stabil
dimana reaksi lambat temnghasilkan SO3 (kemungkinan adsorpsi besar, reaksi lambat).
Analisa banyaknya kompleks oksida vanadium-sulfur pada permukaan sulit
dilakukan, hanya dapat melalui hipotesis. Terdapat dua strukur kompleks dimana SO2
dapat mengadsorb V-O-M menghasilkan (V+5).SO2-ads dan (V+3).SO2-ads. Kebingungan
struktural ini dapat menghasilkan dua mekanisme yang berbeda tergantung pada ikatan
V-O-M yang terisolasi atau terpolimerasi di permukaan.
Berdasarkan jurnal Oxidation of sulfur dioxide to sulfur trioxide over supported vanadia
catalysts (Dunn et al., 1998) mekanisme reaksi oksidasi SO2 dengan katalis Vanadia
(V2O5) yang diusulkan adalah sebagai berikut:

7
Gambar 3. Mekanisme oksidasi SO2 pada katalis vanadia (Sumber: Dunn, Joseph P, et al. 1999)

SO2 diadsorpsi pada permukaan vanadia dan membentuk ikatan V–O–M yang
bersifat basa menjadi ikatan (V+5).SO2-ads yang merupakan produk intermediet
kompleks. Lalu ikatan (V+5).SO2-ads akan diputus dan terbentuk SO3. Di saat yang
bersamaan, spesi vanadia V+5 akan tereduksi menjadi V+3. Perubahan spesi vanadia dari
V+5 menjadi V+3 akan melepas O2 ke dalam reaksi. Oksigen yang dilepas akan diabsorpsi
untuk meregenerasi V+5 karena spesi tersebut telah tereduksi menjadi V3+. Sementara
untuk mengoksidasi SO2 menjadi SO3, diperlukan adanya spesi V+5 yang dapat
mengadsorpsi SO2. Maka dari itu, diperlukan reaksi regenerasi untuk membentuk kembali
spesi V+5. Oksigen yang teradsorpsi akan terikat pada V+3 yang tereduksi dan
meregenerasi spesi V+5. Sementara, sebagian SO3 akan diadsorpsi sebagai inhibitor dalam
reaksi.

Adsorpsi : SO2 + (V+5) β‡Œ (V+5).SO2-ads

Reaksi Permukaan : (V+5).SO2-ads β†’ SO3 + (V+3)

Adsorpsi Inhibitor : SO3 + (V+5) β‡Œ (V+5).SO3-ads


Pada reaksi, O2 juga akan teradsorpsi oleh permukaan lainnya (tidak disebutkan pada
jurnal, sehingga spesi teradsorpsi oksigen hanya dinotasikan sebagai O-ads), namun
bukan pada active site (V+5) atau (V+3). Sehingga terdapat reaksi adsorpsi dan desorpsi
oksigen.

Adsorpsi Oksigen : O2 β‡Œ 2O-ads

Desorpsi Oksigen : O-ads + (V+3) β†’ (V+5)

Jika dinotasikan s adalah katalis V+5, dan t adalah katalis V+3. Maka, reaksi dapat ditulis
sebagai berikut:

Adsorpsi : SO2 + s β‡Œ SO2.s

Reaksi Permukaan : SO2.s→ SO3 + t

8
Adsorpsi Inhibitor : SO3 + s β‡Œ SO3.s

Adsorpsi Oksigen : O2 β‡Œ 2O-ads

Desorpsi Oksigen : O-ads + t β†’ s


Penentuan tahap penentu laju reaksi didasari pada reaksi yang berlangsung paling lambat.
Pada jurnal, pemutusan ikatan V+5–O–SO2 dan pembentukan SO3 membutuhkan waktu
yang paling lama karena energi aktivasinya yang paling tinggi yang berlangsung di
permukaan. Selain itu, reaksi yang berlangsung merupakan reaksi single-site karena
diharapkan hanya satu reaktan yang terserap di permukaannya.
Kinetika Reaksi
Pada jurnal yang menjadi referensi utama, dari penelitian tersebut diperoleh bahwa
persamaan laju reaksi oksidasi SO2 menjadi SO3 adalah:

π‘˜[𝑆𝑂2 ]1.01Β±0.03 [𝑂2 ]0.02Β±0.04


π‘Ÿπ‘†π‘‚2 =
[𝑆𝑂3 ]1.00Β±0.03

Penurunan persamaan laju reaksi dari mekanisme yang diajukan adalah sebagai berikut:

β€’ Adsorpsi (Reaksi 1)
SO2 + s β‡Œ SO2. s

π‘Ÿ1 = π‘˜1 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐢𝑣𝑠 βˆ’ π‘˜βˆ’1 . 𝐢𝑆𝑂2 . 𝑠

𝐢𝑆𝑂2 . 𝑠
π‘Ÿ1 = π‘˜1 (𝑃𝑆𝑂2 . 𝐢𝑣𝑠 βˆ’ )
𝐾1
π‘˜1
𝐾1 =
π‘˜βˆ’1

β€’ Reaksi Permukaan (Reaksi 2)


SO2. s οƒ  SO3 + t

π‘Ÿ2 = π‘˜2 . 𝐢𝑆𝑂2 .𝑠

Pada reaksi permukaan (reaksi 2), asumsi irreversibel bisa digunakan karena SO3
akan lebih cenderung berikatan dengan inti aktif V+5 (simbol : s) dibandingkan
dengan melakukan reaksi balik untuk kembali membentuk SO2. Penyebabnya ialah
karena muatan SO3 yang sangat elektropositif (bermuatan +3), sehingga cenderung
sangat mudah diikat oleh inti aktif s pada katalis vanadia. Pada persamaan diatas t
juga merupakan site dengan V+3

β€’ Adsorpsi Inhibitor (Reaksi 3)


SO3 + s β‡Œ SO3. s

9
𝐢𝑆𝑂3.𝑠
π‘Ÿ3 = π‘˜3 . (𝑃𝑆𝑂3 . 𝐢𝑣𝑠 βˆ’ )
𝐾3
π‘˜3
𝐾3 =
π‘˜βˆ’3
β–ͺ Reaksi Adsorpsi Disosiatif Oksigen (Reaksi 4)
O2 β‡Œ 2Oads
2
𝐢𝑂.𝑑
π‘Ÿ4 = π‘˜4 . (𝑃𝑂2 βˆ’ )
𝐾4

π‘˜4
𝐾4 =
π‘˜βˆ’4

β€’ Reaksi Adsorpsi Disosiatif Oksigen (Reaksi 5)


Oads + t οƒ  s

π‘Ÿ5 = π‘˜5 . (𝐢𝑂.𝑑 . 𝐢𝑣𝑑 )

dengan s = V+5 dan t =V+3

π‘Ÿ
Di kondisi kesetimbangan, nilai π‘˜ dari reaksi lain selain reaksi 2 (Tahap Pembatas
Laju / TPL / Rate Limiting Step / Rate Determining Step) akan sama dengan nol, sehingga
persamaan laju reaksinya akan menjadi:
π‘Ÿ1 𝐢𝑆𝑂2 . 𝑠
= 0 β†’ 0 = 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐢𝑣𝑠 βˆ’ β†’ 𝐢𝑆𝑂2 .𝑠 = 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐢𝑉𝑆
π‘˜1 𝐾1
π‘Ÿ3 𝐢𝑆𝑂3 . 𝑠
= 0 β†’ 0 = 𝑃𝑆𝑂3 . 𝐢𝑣𝑠 βˆ’ β†’ 𝐢𝑆𝑂3 .𝑠 = 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂3 . 𝐢𝑉𝑆
π‘˜3 𝐾3
2
π‘Ÿ4 𝐢𝑂.𝑑
= 0 β†’ 0 = 𝑃𝑂2 βˆ’ β†’ πΆπ‘œ.𝑑 = √𝐾4 . 𝑃𝑂2
π‘˜4 𝐾4
Diasumsikan, reaksi berlangsung pada keadaan pseudo-steady state, dimana laju
reaksi pembentukan V+3 di reaksi 2 = laju reaksi penguraian V3+ di reaksi 5, sehingga
dapat dituliskan:

π‘Ÿ2 = π‘Ÿ5

π‘˜2 . 𝐢𝑆𝑂2.𝑠 = π‘˜5 (πΆπ‘œ.𝑑 . 𝐢𝑣𝑑 )

π‘˜2 . π‘˜1 . 𝑃𝑆𝑂2 . 𝐢𝑣𝑠 = π‘˜5 (√𝐾4 . 𝑃𝑂2 . 𝐢𝑣𝑑 )

π‘˜2 . 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂 2 . 𝐢𝑣𝑠
𝐢𝑣𝑑 =
π‘˜5 (√𝐾4 . 𝑃𝑂2 )

10
Dengan mengunaan neraca site maka disubtitusikan nilai yang didapat:

𝐢𝑑 = 𝐢𝑣𝑠 + 𝐢𝑣𝑑 + 𝐢𝑆𝑂3 .𝑠 + 𝐢𝑆𝑂2.𝑠

π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐢𝑑 = 𝐢𝑣𝑠 + 1/2 1/2
𝐢𝑣𝑠 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 𝐢𝑣𝑠 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐢𝑣𝑠
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐢𝑑 = 𝐢𝑣𝑠 (1 + 1/2 1/2
+ 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

𝐢𝑑
𝐢𝑣𝑠 =
π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 1/2 1/2 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

Terdapat dua kemungkinan dalam menentukan persmaan laju reaksi, yaitu dengan
memperhitungkan inhibitor dan tidak memperhitungkannya:

β€’ Menggunakan metode initial rate dengan memperhitungkan inhibitor akan


didapatkan
π‘Ÿ2 = π‘˜2 𝐢𝑆𝑂2 .𝑆
π‘Ÿ2 = π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐢𝑣𝑠
𝐢𝑑
π‘Ÿ2 = π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
π‘˜ 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 2 1/2 1/2 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

Lalu kedua penyebut dikalikan dengan PO21/2


1/2
π‘˜π΄ 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂2
π‘Ÿ2 = βˆ’π‘Ÿβ€²π‘†π‘‚2 = 1
2
(π‘˜π΅ 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂2 (1 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
π‘˜2 𝐾1
π‘˜π΄ = π‘˜2 𝐾1 𝐢𝑑 π‘˜π΅ = ( 1/2 )
π‘˜5 𝐾4
Untuk kasus dimana tekanan parsial oksigen fasa gas sangat tinggi, maka bilangan
yang tidak dikalikan tekanan parsial oksigen ditiadakan:
π‘˜π΄ 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂02
π‘Ÿ2 = βˆ’π‘Ÿβ€²π‘†π‘‚2 =
( 1 + 𝐾3 𝑃𝑆𝑂3 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa adsorpsi SO2 pada permukaan vanadia sangat
tidak efisien yang menyebabkan nilai K1 kecil. Ketidakefisien ini disebabkan oleh
adanya inhibitor SO3 yang memiliki tingkat kesamaan yang lebih tinggi dan lebih
cenderung untuk diadsorpsi oleh inti aktif vanadia, sehingga K3 >> K1 sehingga
keberadaan SO2 pada penyebut dapat diabaikan. Maka, persamaan laju reaksinya
menjadi:

11
π’Œπ‘¨ π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ π‘·πŸŽπ‘ΆπŸ π‘˜[𝑆𝑂2 ]1.01Β±0.03 [𝑂2 ]0.02Β±0.04
π’“πŸ = βˆ’π’“β€²π‘Ίπ‘ΆπŸ = β‰ˆ π‘Ÿπ‘†π‘‚2 =
π‘²πŸ‘ π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ‘ [𝑆𝑂3 ]1.00Β±0.03

dimana persaman laju reaksi diatas serupa dengan laju reaksi eksperimen.

β€’ Menggunakan metode initial rate tanpa memperhitungkan inhibitor akan didapatkan


𝐢𝑑 = 𝐢𝑣𝑠 + 𝐢𝑣𝑑 + 𝐢𝑆𝑂2.𝑠

π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
𝐢𝑑 = 𝐢𝑣𝑠 + 1/2 1/2
𝐢𝑣𝑠 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 𝐢𝑣𝑠
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

𝐢𝑑
𝐢𝑣𝑠 =
π‘˜2 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2
(1 + 1/2 1/2 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
π‘˜5 𝐾4 𝑃𝑂2

Lalu kedua penyebut dikalikan dengan PO21/2

1/2
π‘˜π΄ 𝑃𝑆𝑂2 𝑃𝑂2
π‘Ÿ2 = βˆ’π‘Ÿβ€²π‘†π‘‚2 = 1
2
(π‘˜π΅ 𝑃𝑆𝑂2 + 𝑃𝑂2 (1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )

π‘˜2 𝐾1
π‘˜π΄ = π‘˜2 𝐾1 𝐢𝑑 π‘˜π΅ = ( 1/2 )
π‘˜5 𝐾4

Untuk kasus dimana tekanan parsial oksigen fasa gas sangat tinggi:
π’Œπ‘¨ π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ
βˆ’π’“β€²π‘Ίπ‘ΆπŸ =
( 𝟏 + π‘²πŸ π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ )

Pengabaian pengaruh O2 pada konsentrasi tinggi ini dilakukan oleh karena,


berdasarkan eksperimen yang dilakukan pada jurnal, semakin tinggi konsentrasi O2
pada feed gas, maka laju oksidasi akan semakin konstan. Hal ini terlihat pada gambar
4. Dimana konversi SO2 akan cenderung konstan jika digunakan oksigen diatas
konsentrasi 1%. O2 hanya berpengaruh pada laju oksidasi ketika jumlahnya diantara
0,1 – 1% volume oksigen.

12
Gambar 4. Aktivitas SO2 sebagai fungsi dari tekanan parsial O2 dalam % volume oksigen

Pengujian Laju Reaksi dengan Regresi


I.) Dengan Inhibitor
Pada jurnal β€œOxidation of Sulfur Dioxide to Sulfur Trioxideover Supported
Vanadia Catalyst”, telah didapatkan data serta plot grafik hubungan tekanan parsial SO2
dan SO3 terhadap laju reaksi. Namun, perhitungan regresi diulang kembali dengan
menggunakan software Polymath 6.1.

Gambar 5. Grafik hubungan tekanan parsial SO2 terhadap laju oksidasi SO2
(Sumber: Dunn, Joseph P, et al. 1999)

Persamaan laju reaksi dari grafik tersebut yaitu:

13
π’Œβ€²π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ
π’“πŸ = βˆ’π’“β€²π‘Ίπ‘ΆπŸ =
π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ‘

Dari grafik tersebut, didapatkan data pengamatan reaksi SO2 dengan adanya inhibitor:
Tabel 2. Data percobaan jika memperhitungkan adsorpsi inhibitor

-ln PSO2 -ln Rate – ln PSO3 PSO2 Rate . PSO3


6.25 1.23 0.00193 0.292293
6.3 1.3 0.001836 0.272532
6.45 1.45 0.001581 0.23457
6.7 1.71 0.001294 0.180866
6.85 1.9 0.001059 0.149569
6.95 1.98 0.000959 0.138069
7.25 2.3 0.00071 0.100259
7.49 2.5 0.000559 0.082085

Selanjutnya, dilakukan pengujian ketepatan persamaan laju reaksi yang sudah


didapatkan dari penurunan mekanisme reaksi di atas, serta mencari nilai konstanta k. Data
yang digunakan yaitu data laju reaksi dan tekanan parsial pada tabel, serta persamaan laju
reaksi yang diketahui. Sebelum persamaan laju reaksi tersebut diuji, dilakukan linearisasi
terlebih dahulu sebagai berikut:
π‘˜. 𝑃𝑆𝑂2
Rate = π‘Ÿ =
𝑃𝑆𝑂3

π‘Ÿ. 𝑃𝑆𝑂3 = π‘˜. 𝑃𝑆𝑂2

ln(π‘Ÿ. 𝑃𝑆𝑂3 ) = ln(π‘˜. 𝑃𝑆𝑂2 )

ln(π‘Ÿ) + ln(𝑃𝑆𝑂3 ) = ln(π‘˜) + ln(𝑃𝑆𝑂2 )

βˆ’ π₯𝐧(𝒓) βˆ’ π₯𝐧(π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ‘ ) = βˆ’π₯𝐧(π’Œ) βˆ’ π₯𝐧(π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ )

π’š = 𝒂𝒐 + π’‚πŸ 𝒙

Persamaan laju reaksi yang telah dilinearisasikan di atas diuji dengan menggunakan
software Polymath 6.1, sebagai berikut:

14
Gambar 6. Output Polymath jika inhibitor diperhitungkan

Dari hasil perhitungan software Polymath 6.1 di atas, didapatkan nilai a0 dan a1 sebagai
berikut:
a0 = -ln k = -5,186815
maka nilai k = 178,897 mol L-1 s-1
a1 = n = 1,030901
R2 = 0,9968 dan variansi = 0,000769
Kemudian, mensubstitusi hasil perhitungan di atas ke persamaan laju reaksi sehingga
didapatkan:

15
(πŸπŸ•πŸ–, πŸ—). π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ
βˆ’π’“β€²π‘Ίπ‘ΆπŸ =
π‘·π‘Ίπ‘ΆπŸ‘

Dapat dilihat dari nilai R2 yang didapatkan yaitu 0,9968965 merupakan nilai yang
mendekati 1. Nilai variansi yang didapatkan juga kecil dan ketidaktelitiannya juga cukup
kecil (dilihat dari 95% confidence level). Hal tersebut membuktikan bahwa mekanisme
reaksi oksdasi SO2 mengikuti mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya dengan
memperhitungkan adanya inhibitor yaitu SO3. Dapat disimpulkan bahwa dalam
eksperimen ini terjadi adsorpsi inhibitor SO3.

II.) Tanpa Inhibitor


Berikut adalah perhitungan dengan kondisi dimana inhibitor tidak diperhitungkan.
Dari literatur didapat persamaan:
β€² 𝑛
βˆ’π‘Ÿπ‘†π‘‚2 = π‘˜π΄ . 𝑃𝑆𝑂2
Kemudian dengan persamaan tersebut kita dapat membuat grafik seperti berikut

Gambar 7. Grafik hubungan tekanan parsial SO2 terhadap laju oksidasi SO2
(Sumber: Dunn, Joseph P, et al. 1999)

Grafik tersebut dijabarkan di dalam tabel sebagai berikut:


Tabel 3. Data percobaan dengan mengabaikan inhibitor

-ln PSO2 -ln Rate PSO2 Rate


6.1 1.85 0.002243 0.157237
6.15 1.84 0.002133 0.158817
6.37 1.9 0.001712 0.149569
6.55 2 0.00143 0.135335
6.75 2.03 0.001171 0.131336
6.8 2.1 0.001114 0.122456

16
7.05 2.3 0.000867 0.100259
7.25 2.5 0.00071 0.082085

Persamaan yang diuji adalah

β€²
π‘˜π΄ . 𝑃𝑆𝑂2
βˆ’π‘Ÿπ‘†π‘‚2 =
(1 + 𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )

Persamaan di atas dilinerisasi sebagai berikut:


π‘˜. 𝑃𝑆𝑂2
π‘Ÿ=
1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
1 1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
=
π‘Ÿ π‘˜. 𝑃𝑆𝑂2
𝑃𝑆𝑂2 1 + (𝐾1 . 𝑃𝑆𝑂2 )
=
π‘Ÿ π‘˜
𝑃𝑆𝑂2 1 𝐾1
= +
π‘Ÿ π‘˜ π‘˜
y = a0 + a1.x
Persamaan tersebut diuji menggunakan metode regresi linear berganda di polymath.
Berikut adalah hasil pengujiannya:

Gambar 8. Output polymath jika inhibitor diperhitungkan (metode regresi linear berganda)

Dari hasil polymath tersebut kita mendapatkan bahwa:


π‘šπ‘œπ‘™β„πΏ
a0 = 1/k = 0.005142 οƒ  k = 194.4768 dengan satuan ( )
𝑠𝑃

17
a1 = K1/k = 3.85611 οƒ  K1 = 749.9239 dengan satuan (Pressure-1)
R2 = 0.9538335
Dari hasil regresi linear berganda dengan polymath, diperoleh persamaan laju reaksinya
akan menjadi:
194.4768 (𝑃𝑆𝑂2 )
π‘Ÿ=
1 + [749.9265 (𝑃𝑆𝑂2 )]
Nilai R2 yang diperoleh dari hasil linearisasi persamaan ini dapat dibilang cukup baik
Jika diuji dengan metode regresi non-linear pada polymath, saat initial guess
untuk k dan k1 = 100, diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 9. Output polymath jika inhibitor diperhitungkan (metode regresi non-linear)

Dari hasil polymath tersebut kita mendapatkan bahwa:

18
π‘šπ‘œπ‘™β„πΏ
K = 198.7653 dengan satuan ( )
𝑠𝑃
K1 = 775.478 dengan satuan (1/Pressure)
R2 = 0.9557149
Dari hasil regresi non-linear dengan polymath, diperoleh persamaan laju reaksinya akan
menjadi
198.76 (𝑃𝑆𝑂2 )
π‘Ÿ=
1 + [775.48(𝑃𝑆𝑂2 )]

Nilai R2 yang diperoleh dari hasil linearisasi persamaan ini bernilai 0.9558 yang
merupakan nilai yang cukup baik.

19
BAB III
KESIMPULAN

β€’ Reaksi oksidasi SO2 menjadi SO3 merupakan reaksi reversibel yang menjadi salah
satu proses dalam pembuatan asam sulfat dengan proses kontak.
β€’ Proses kontak terdiri dari tiga tahap utama yaitu, proses pembuatan sulfur, proses
oksidasi SO2 menjadi SO3 di permukaan katalis dan proses pembuatan H2SO4 pekat
melalui pengenceran.
β€’ Katalis dalam reaksi oksidasi yang digunakan dalam industri biasanya adalah logam
Vanadium teremban (V2O5).
β€’ Tahap penentu laju atau rate limiting step dalam mekanisme reaksi oksidasi SO2
menjadi SO3 adalah reaksi permukaan.
β€’ Jenis reaksi permukaan dalam mekanisme reaksi oksidasi SO2 menjadi SO3 dengan
katalis V2O5 adalah single-site mechanism dengan vacant site pada permukaan
katalisnya adalah oksida vanadium (M-O)3V+5=O tetrahedral.
β€’ Laju reaksi yang didapatkan dari penurunan laju reaksi dari mekanisme reaksi adalah:
π‘˜π΄ 𝑃𝑆𝑂2
βˆ’π‘Ÿβ€²π‘†π‘‚2 =
( 1 + 𝐾1 𝑃𝑆𝑂2 )
β€’ Laju reaksi yang didapatkan dari memperhitungkan pengaruh SO3 sebagai inhibitor
adalah:

β€²
(178,9). 𝑃𝑆𝑂2
βˆ’π‘Ÿπ‘†π‘‚2 =
𝑃𝑆𝑂3
β€’ Laju reaksi yang didapatkan dengan mengabaikan pengaruh SO3 sebagai inhibitor
adalah:

β€²
194.4768 (𝑃𝑆𝑂2 )
βˆ’π‘Ÿπ‘†π‘‚2 =
1 + [749.9265 (𝑃𝑆𝑂2 )]

20
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, J., Koppula, P., G. Stenger, H. and Wachs, I. (1998). Oxidation of sulfur dioxide
to sulfur trioxide over supported vanadia catalysts. Applied Catalysis B:
Environmental, 19(2), pp.103-117.
Chemguide.co.uk. (2018). The Contact Process for the manufacture of sulphuric acid.
[online] Available at:
http://www.chemguide.co.uk/physical/equilibria/contact.html [Accessed 17 Nov.
2018].
Martín Martín., M. (2017). Industrial Chemical Process Analysis and Design. Oxford:
Elsevier, p.370.

21

Anda mungkin juga menyukai