Anda di halaman 1dari 43

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis

seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim

berupa depresi dan mania. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara

tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan

(mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.

Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood

high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang

menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang

ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu

ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan

bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat

depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk

bunuh diri. Dahulu, penyakit ini disebut dengan manic-depressive. Suasana

hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau di saat ringan disebut

hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga sering mengalami

episode depresi, atau episode campuran di saat kedua fitur mania dan depresi

hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode

suasana hati normal, tetapi dalam beberapa depresi individu dan mania

mungkin berganti dengan sangat cepat yang dikenal sebagai rapid-cycle.


Episode manik ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikosis

seperti delusi dan halusinasi. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba

dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi

cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat

yang lebih ringan daripada manik. Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I,

bipolar II, cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan pengalaman

tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering digambarkan sebagai

spektrum bipolar.

Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang persentasenya

tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase insiden yang

dikategorikan skizofrenia. Gangguan bipolar saat ini sudah menjangkiti

sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di

Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Risiko kematian

terus membayangi penderita gangguan bipolar, dan itu lebih karena mereka

mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua.

Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin

dini seseorang menderita gangguan bipolar, risiko penyakit akan lebih berat,
berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi

mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah

dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang

berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai

anggota keluarga mengidap penyakit bipolar.

Tanda dan gejala

Gangguan bipolar dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda.

Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa

orang lebih rentan terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain

bergantian sama antara dua jenis episode. Gangguan suasana hati sering

terjadi pada seseorang, sementara yang lain hanya mengalami sedikit selama

seumur hidup.

Ada empat jenis episode suasana hati pada penderita gangguan bipolar, yakni

mania, hipomania, depresi, dan episode campuran. Setiap jenis episode

susasana hati gangguan bipolar memiliki gejala yang unik.


Tanda dan gejala mania

Gejala-gejala dari tahap mania gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

 Gembira berlebihan.

 Mudah tersinggung sehingga mudah marah.

 Merasa dirinya sangat penting.

 Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.

 Penuh ide dan semangat baru.

 Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya.

 Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya.

 Nafsu seksual meningkat.

 Menyusun rencana yang tidak masuk akal.

 Sangat aktif dan bergerak sangat cepat.

 Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan.

 Menghambur-hamburkan uang.

 Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung

membahayakan.
 Merasa sangat mengenal orang lain.

 Mudah melempar kritik terhadap orang lain.

 Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari.

 Sulit tidur.

 Merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup 24 jam.

Tanda dan gejala hipomania

Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-orang dalam

keadaan hipomanik merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka

mampu meneruskan kehidupan sehari-hari dan tidak pernah kehilangan

kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang

dengan hipomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun,

hipomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan

hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hipomania sering meningkat

menjadi mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.

Tahap hipomania mirip dengan mania, perbedaannya adalah penderita yang

berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal

serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk


didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa risiko

yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania pada gangguan

bipolar adalah sebagai berikut:

 Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya kreativitas.

 Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.

 Penurunan kebutuhan untuk tidur.

Tanda dan gejala depresi bipolar

Gejala-gejala dari tahap depresi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

 Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan.

 Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas.

 Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu.

 Tidak mampu merasakan kegembiraan.

 Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga.

 Sulit konsentrasi.

 Merasa tak berguna dan putus asa.


 Merasa bersalah dan berdosa.

 Rendah diri dan kurang percaya diri.

 Beranggapan masa depan suram dan pesimistis.

 Berpikir untuk bunuh diri.

 Hilang nafsu makan atau makan berlebihan.

 Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.

 Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan.

 Mual sehingga sulit berbicara karena menahan rasa mual, mulut kering,

susah buang air besar, dan terkadang diare.

 Kehilangan gairah seksual.

 Menghindari komunikasi dengan orang lain.

Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh

diri. dan 30% di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut

dengan berbagai cara.

Tanda dan gejala episode campuran


Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua fitur gejala

mania atau hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran

termasuk depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan,

insomnia, distractibility, dan layangan pikiran (flight of idea). Kombinasi

energi tinggi dan rendah membuat suasana hati penderita berisiko tinggi

untuk bunuh diri.

Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran (mixed state) adalah

suatu kondisi di saat tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat

tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak

bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik

(mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi

sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif

terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang

dalam waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan

sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Episode

campuran bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita

gangguan bipolar. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki

keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan
halusinasi. Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan

bunuh diri antara lain sebagai berikut:

 Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada

orang-orang di sekitarnya.

 Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.

 Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.

 Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan

telepon.

Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang

mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan

meninggalkan penderita sendirian dan jauhkan benda-benda atau peralatan

yang berisiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang di

sekelilingnya.

Faktor penyebab

Genetika

Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang

yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan
bipolar memiliki risiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15 % hingga

30%. Bila kedua orangtuanya mengidap gangguan bipolar, maka berpeluang

mengidap gangguan bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar identik dari seorang

pengidap gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi kemungkinan

berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian

mengenai pengaruh faktor genetis pada gangguan bipolar pernah dilakukan

dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan

bipolar pernah mengalami satu episode gangguan suasana hati.

Fisiologis

Sistem neurokimia dan gangguan suasana hati

Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar

adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai

organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan

neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian

tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamin, dan

serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam


penghantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan

kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.

Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar

dopamin yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif,

dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan

fase depresi yang terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di

bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan

bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.

Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan

pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system

(BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh

penghargaan (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan

dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert

(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk

tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang

melibatkan dopamin dan perilaku untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa

kehidupan yang melibatkan penghargan atau keinginan untuk mencapai

tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya


dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait

dengan perubahan pada episode mania.

Sistem neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi

hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin] dan tingkat

hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga

mempengaruhi kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan

depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan

mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari

cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi

yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi

yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan

semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga

berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah

membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang

tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan

tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.

Lingkungan
Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang

tertentu secara genetis cenderung untuk mengidap gangguan bipolar, namun

tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang yang

menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi

pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak penderita agngguan

bipolar. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan

neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan

tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan

psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar.

Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode

baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada memburuk, namun

banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.

Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya

penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-

peristiwa pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup. Contoh dari

hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian

sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk

lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita

gangguan bipolar yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja


kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang

menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain

penyebab di atas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga

dapat memicu munculnya gangguan bipolar.

Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung

penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.

Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan

bipolar:

 Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan

bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini

cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk

seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang

yang dicintai, atau dipecat dalam pekerjaan.

 Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat

membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit.

Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu

mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.


 Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu

mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu,

penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.

 Perubahan musiman merupakan episode mania dan depresi sering

mengikuti pola musiman. Episode mania lebih sering terjadi selama

musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim

dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).

 Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu

episode mania.

Terapi diri sendiri

Berikut ini cara-cara untuk membantu diri sendiri dalam penanganan

gangguan bipolar:

 Dapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi gangguan dan hal-hal

yang berkaitan dengan gangguan bipolar. Semakin banyak diketahui,

semakin baik dalam membantu pemulihan sendiri dari gangguan ini.

 Jauhkan stres dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan

dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga,

atau pernapasan dalam.


 Mencari dukungan dengan memiliki seseorang yang untuk diminta

bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok

pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.

 Buatlah pilihan yang sehat. Pola tidur, makan, dan berolahraga dapat

membantu menyetabilkan suasana hati. Menjaga jadwal tidur yang

teratur sangat penting.

 Pemantauan suasana hati secara mandiri dengan melacak gejala

dantanda-tanda ayunan suasana hati Anda berayun di luar kendali

sehingga dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.

Masih ingat film Silver Lining Playbook yang dimainkan Bradley Cooper?

Berperan sebagai Pat Solitano, seorang guru matematika yang sakit hati

karena dikhianati istrinya, Pat menjadi tak bisa mengendalikan diri. Emosinya

meledak-ledak, mudah tersinggung, dan rapuh. Setelah diperiksa, ia ternyata

didiagnosis mengidap bipolar disorder. Sebenarnya penyakit apakah ini?

Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr.

Agung Kusumawardhani, SpKJ, memaparkan tentang penyakit ini.


Apa itu bipolar disorder?

Gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah gangguan pada perasaan

seseorang akibat masalah di otak, ditandai dengan perpindahan (swing) mood,

pikiran, dan perubahan perilaku. Penderita mengalami perubahan mood yang

dramatis, dari episode manic dan episode depresi selama periode waktu

tertentu. Episode manic ditandai dengan kondisi mood yang sangat meningkat

(hipertimik) atau irritable (mudah marah dan tersinggung), episode depresi

ditandai dengan mood yang sangat menurun (hipotimik). Di antara kedua

episode mood tersebut terdapat masa mood yang normal (eutimik). Istilah

bipolar merujuk pada kondisi pasien yang mengalami perpindahan mood

antara dua kutub atau spektrum emosi yang berlawanan tersebut.

Awam sering menyebutnya ketidakstabilan mood, tetapi gejala ini baru dapat

disebut gangguan bila telah memenuhi kriteria waktu tertentu, seperti untuk

episode manic, dibutuhkan kondisi mood hipertimik dalam rentang waktu

minimal seminggu atau bahkan kurang dari seminggu. Untuk episode depresi,

dibutuhkan waktu minimal 2 minggu terus-menerus berada dalam kondisi

mood hipotimik. Bisa dipastikan disebut gangguan, bila fungsi pekerjaan atau

kehidupan sosialnya terganggu. Saat terjadi gangguan, terkadang pasien perlu

dirawat di rumah sakit.


Bipolar Disorder

oleh : Adisti Nur Afrianti (9116)

1. I. Penjelasan

Ganguan bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan

kelainan pada otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood,

energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian.

Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat

episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood

dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar

Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami

depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam

hitungan jam, minggu maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing

pengidap.Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari

gangguan ini.

Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood

meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik

atau hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan

aktivitas dan mental berkurang (episode depresi).Episode manik biasanya

mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan.
Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik

mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik.Mereka yang mengalami

gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke

perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah,

saling bergantian.

Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau

dewasa muda. setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25

tahun. beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak,

sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama.

Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai. gejalanya

terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian

dari masalah lain yang lebih besar. beberapa orang menderita kelainan ini

sampai bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan

terapi. Seperti diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan

jangka panjang yang harus di awasi dan di managed seumur hidup.

1. II. GEJALA-GEJALA BIPOLAR

2. a. Gejala-gejala dari mania atau episode manic:

Perubahan-Perubahan Suasana Hati


 Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang

sangat gembira atau ramah

 Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)"

atau "wired".

Perubahan-Perubahan Kelakuan

 Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya,

mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas

 Sangat mudah dikacaukan

 Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti

menerima proyek-proyek baru

 Menjadi gelisah

 Tidur yang sedikit

 Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-

kemampuan seseorang

 Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak

kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti

membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi

bisnis yang impulsif.


1. b. Gejala-gejala dari episode depresi:

Perubahan-Perubahan Suasana Hati

 Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong

 Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati,

termasuk seks.

Perubahan-Perubahan Kelakuan

 Merasa lelah atau "slowed down"

 Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan

membuat keputusan-keputusan

 Menjadi gelisah atau teriritasi

 Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain

 Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.

1. c. Gejala-gejala dari episode hipomania :

Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang

berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal

serta tidak mengalami hallucination dan delusion. Hipomania sulit untuk

didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko


yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder

adalah sebagai berikut.

1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.

2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.

3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.

1. d. Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :

Dalam konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana

tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita

mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-

ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi,

beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita

merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan

sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang

relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan

penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki

keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan

hallucination.

Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri

antara lain sebagai berikut.


1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada

orang-orang di sekitarnya.

2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.

3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.

4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik,

telepon.

Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:

1. Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau

campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-

gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera

perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-

episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu.

Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama

dari kelakuan normal seseorang.

2. Penyakit Bipolar II Hypomanic , ditentukan oleh pola dari episode-

episode depresi namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau

campuran.
3. Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika

seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi

kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala

mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin

mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan

bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar

dari batasan kelakuan normal seseorang.

4. Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari

penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia

mempunyai episode-episode dari hypomania dengan depresi ringan

untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak

memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja

dari penyakit bipolar.

5. Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling

bipolar disorder. Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih

episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-

gejala campuran dalam satu tahun.

III. PERSPEKTIF TEORITIS GANGGUAN MOOD1. TEORI PSIKOLOGI

TENTANG GANGGUAN MOOD


Teori Psikoanalisis Tentang Depresi

Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-

kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang terlalu terpenuhi kebutuhannya,

sehingga ia terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self

esteem. Hipotesanya adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia

mengidentifikasi diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah

kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya sendiri, merasa bersalah.

Teori Kognitif Tentang Depresi

a. Teori depresi Beck (1967)Individu menjadi depresi akibat interpretasi

negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif akibat

kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias

kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia,

masa depan)

b. Teori helplessness/ hopelessness

 Learned helplessness

Kepasifan individu dan perasaan tak berdaya mengontrol hidupnya, didapat

dari pengalaman-pengalaman buruk/ trauma, mengarah pada depresi

 Attribution and learned helplessness


Pada situasi dimana individu pernah gagal, ia akan mencoba mengatribusikan

penyebab kegagalan. Individu depresi bila mereka mengatribusikan kejadian

negatif bersifat stabil dan global. Individu depresi biasanya menunjukkan

depressive attributional styleaà mengatribusikan rasa hasil negatif sebagai

personal, global, penyebabnya stabil

 Teori hopelessness

Sejumlah bentuk depresi dianggap sebagai akibat hopelessnessaà merasa hasil

yang diharapkan takkan pernah muncul, individu tak bisa merubah situasi.

Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah, kecenderungan

anggapan bahwa kejadian negatif akan mengakibatkan sejumlah hal negative

Teori Interpersonal Tentang Depresi

 Individu depresi cenderung terbatas jaringan dan dukungan

sosialnyaaà mengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian negatif,

rentan terhadap depresi.

 Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain benar

peduli. Namun ketika yakin, rasa puasnya hanya sebentar. Berhubungan

dengan konsep diri negatif.

 Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan depresi

pada anak usia TK


 Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat meningkatkan

depresi pada remaja

Teori Psikologi Tentang Gangguan Bipolar

 Tekanan hidup adalah faktor penting munculnya gangguan bipolar

 Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan simptom depresi,

tapi tidak simtom mania

 Attributional style + sikap disfungsi + kejadian buruk ---->peningkatan

simptom depresi ataupun mania pasien bipolar

 Self esteem individu mania mungkin sangat rendah

2. TEORI BIOLOGI TENTANG GANGGUAN MOOD

Genetic Data

Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar

melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar

pernah mengalami satu episode gangguan mood (Gherson, 1990, dalam

Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun faktor
genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan

bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset

muda saat mengalami gangguan.

Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi,

munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan

alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga (Goldstein, et al., 1994; Lyons

et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

Neurochemistry dan Mood Disorders

Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah

norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan

bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi

dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin,

tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok

obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors.

Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang

berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan

serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan,

meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga

transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine

oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat


meningkatkan serotonin dan norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat

secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin

Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut

sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan

komplikasi lainnya.

Sistem Neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi

hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan

tingkat hormon yang dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan hipotalamus

juga mempengaruhi kelenjar pituitary. Relevansinya terkait dengan simtom

vegetatif pada gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan

selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi

memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi, hal itu

disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh

hipotalamus (Garbutt, et al., 1994 dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga

menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal (Rubun et al., 1995, dalam

Davison, Neale, & Kring, 2004). Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan

dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan


bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal.

Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya

tingkat cortisol pada gangguan depresi.

An Integrated Theory of Bipolar Disorder

Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional

yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi

kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari

lingkungannya dan ini telah dikaitkan dengan positive emotional states,

karakteristik kepribadian seperti ekstrovert, peningkatan energi, dan

berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait

dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan dopamine neurotransmitter

dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa

kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi

meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak

terkait dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak

terkait dengan perubahan dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan

manifestasi perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan

simtom mania dari gangguan bipolar.

3. TEORI LINGKUNGAN TENTANG GANGGUAN MOOD

Bipolar disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong
oleh faktor lingkungan. Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor

pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan

atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh

dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian

sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk

lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar

disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar

mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti

mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol,

obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya

bipolar disorder. Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat

mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan

dengan normal.

IV. PREVENSI

1. Psikodinamik

Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk

memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek)

penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau yang terancam akan

hilang. Dengan menggali perasaan-perasaan marah terhadap objek yang


hilang ini, mereka dapat mengarahkan rasa merah keluar melalui ekspresi

verbal dari perasaan, bukan membiarkannya menjadi lebih buruk.

Psikoanalisis tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk

mengungkap dan menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Pendekatan

psikoanalisis modern juga berfokus pada konflik-konflik tidak disadari, namun

secara lebih langsung, relative singkat, dan berfokus pada hubungan yang

penuh konflik di masa kini maupun masa lalu. Terapis psikodinamika yang

eklektik menggunakan metode-metode behavioral dalam membantu klien

mencapai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu

jaringan sosial yang lebih luas.

Psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/IPT) adalah suatu

bentuk singkat dari terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal klien

disaat itu, biasanya tidak lebih dari 9 hingga 12 bulan. Perintis IPT percaya

bahwa depresi terjadi dalam suatu konteks interpersonal dan bahwa isu

hubungan perlu untuk ditekankan dalam penanganan. IPT membantu untuk

menghadapi reaksi kesedihan yang tidak terselesaikan atau yang menganggu

setelah kematian orang yang dicintai dan juga konflik-konflik peran dalam

hubungan. Terapis membantu klien untuk mengekspresikan kesedihannya

dan menghadapi rasa kehilangannya sambil membimbing mereka dalam

mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan baru untuk


membantu memperbaharui kehidupan mereka.

2. Behavioral Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa

perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapis behavioral

bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk

menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak

disadari dari perilaku-perilaku ini.

Salah satu program behavioral yang ilustratif telah dikembangkan oleh

Lewisohn dan kolega-koleganya, program ini terdiri dari sebuah program

terapi kelompok. Hal ini membantu klien untuk memperoleh keterampilan

relaksasi, meningkatkan aktivitas yang menyenangkan dan membangun

keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan

reinforcement sosial. Terapi ini terdiri dari satu orang terapis yang dianggap

sebagai seorang guru, dan kliennya sebagai siswa. Dalam terapi kelompok,

orang belajar mereka tidak sendirian dengan penyakit, mereka menerima

dukungan emosional penting, belajar keterampilan untuk mengatasi obat,

masalah interpersonal dan terkait dengan pekerjaan, dan belajar cara untuk

mengatasi dengan stigma dari orang lain. Memaksimalkan fungsi pekerjaan

atau sosial merupakan aspek inti dari intervensi pemulihan dan berbasis

keterampilan - misalnya, sekolah dan pekerjaan pelatihan dapat membantu

dengan ini.
3. Kognitif Cognitive teraphy atau terapi kognitif, berfokus pada membantu

orang dengan depresi belajar untuk untuk menyadari dan mengubah pola

berpikir mereka yang disfungsional. Terapi ini biasanya brejalan selama 14

hingga 16 sesi mingguan. Terapi ini menggunakan kombinasi antara

behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan

mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku

yang lebih adaptif.

4. Terapi KeluargaTerapi keluarga pyschoeducational dapat membantu

dalam situasi ini dengan berfokus pada peningkatan komunikasi di antara

anggota keluarga, membantu orang dengan penyakit bipolar memahami

manfaat minum obat mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk

mencegah kambuh. Dalam hal ini jenis pengobatan, anggota keluarga bisa

merasa didukung dan individu dengan penyakit dapat belajar cara-cara baru

untuk mempertahankan pemulihan. perawatan psychoeducational membantu

orang dan anggota keluarganya untuk lebih memahami penyakit bipolar

sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis pendekatan,

individu dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap untuk

mendiskusikan topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi

tanda-tanda peringatan awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi

perubahan mood, obat pemahaman dan tempat untuk menemukan diri


membantu kelompok-kelompok dan mengakses pekerjaan atau pelatihan

sumber daya.

5. Biologis

Penggunaan obat untuk bipolar, yaitu obat litium karbonat, berbentuk bubuk

dari litum berelemen metalik. Litium efektif dalam menstabilkan mood orang

yang menderita bipolar dan dalam mengurangi episode-episode kambuh dari

manic dan depresi (Baldessarini & Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun

litium umumnya lebih efektif dalam menangani simptom-simptom manic dari

pada depresi. Orang dengan gangguan bipolar kemungkinan perlu

menggunakan litium secra terus-menerus untuk mengontrol perubahanmood-

nya. Dalam pemakaian litium harus dimonitor, karena adanya efek beracun

yang potensial dan efek samping lainnya. Obat ini dapat menambah berat

badan, kelesuan, pusing dan penurunsn umum dari fungsi motorik, dalam

jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan masalah liver.

Penstabil mood biasanya diresepkan untuk orang dengan perasaan "tinggi",

banyak bicara, lekas marah, pidato dipercepat dan gejala manik lainnya serta

depresi yang mengganggu fungsi seseorang. Obat-obat ini biasanya

mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya mengembalikan

orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium, Depakote dan

carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga sangat
penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali

setelah mereka dikendalikan.

Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini

mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku

lamban. Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi

sehingga orang tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari.

Penting untuk dicatat bahwa antidepresan dapat memperburuk gejala manik

dan harus digunakan hati-hati setelah berkonsultasi dengan dokter Anda.

Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang dengan gangguan

bipolar yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi. Halusinasi adalah

pengalaman persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti mendengar

suara-suara mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi adalah tetap

keyakinan palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk mendapatkan

saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini dan atau

dokter Anda kekasih Anda akan memiliki beberapa untuk memilih dari,

termasuk obat-obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan

ziprasidone.

V. CONTOH KASUS

Saat saya mulai merasa sangat senang, saya tidak tidak lagi merasa seperti ibu

rumah tangga biasaa. Saya malah terasa terorganisasi dan terampil dan saya
mulai merasa bahwa saya adalah orang yang paling kreatif. Saya dapat menulis

puisi dengan mudah. Saya dapat mengubah melod tanpa usaha keras. Saya

dapat melukis. Pikiran saya terasa lancar dan dapat menyerap apa pun. Saya

memiliki ide yang tak terhitung mengenai perbaikan kondisi anak yang

menderita keterbelakangan mental, atau tentang bagaimana rumah sakit

untuk anak-anak itu seharusnya dijalankan, apa yang seharusnya ada di

sekeliling mereka untuk membuat mereka tetap gembira.dan nyaman serta

tidak merasa takut. Saya melihat diri saya mampu mencapai banyak hal demi

kebaikan orang. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai bagaimana

masalah lingkungan dapat memberikan inspirasi terhadapat perjuangan

untuk mendapat kesehatan dan perbaikan hidup bagi semua orang. Saya

merasa mampu mencapai banyak hal demi kebaikan keluarga saya dan orang

lain. Saya merasa senang, suatu perasaan euphoria atau kegirangan. Saya ingin

hal ini berlangsung selamanya. Saya seperti tidak membutuhkan banyak tidur.

Berat badab saya turun dan terasa sehat dan saya menyukai diri saya sendiri.

Bahkan saya baru saja membeli 6 gaun baru dan semuanya terlihat bagus bila

saya pakai. Saya merasa seksi dan para pria memperhatikan saya. Mungkin

saya akan melakukan satu atau beberapa perselingkuhan. Saya merasa

mampu berbicara dan akan berhasil dalam politik. Saya ingin menolong orang

dengan masalah yang serupa seperti saya sehingga mereka tidak merasa putus
harapan.

Sangat indah bila anda merasakan hal ini…Perasaan kegembiraan yang kuat,

mood yang baik, membuat saya merasa ringan dan penuh dengan kenikmatan

hidup. Namun, saat melewati tahap ini, saya menjadi manic dan kreativitas

saya menjadi sangat membesar sehingga saya mulai melihat hal-hal dalam

pikiran saya yang tidak masuk akal. Misalnya, suatu malam saya menciptakan

suatu keseluruhan film, lengkap dengan pemerannya, dimana saya masih

berpikir bahwa hal itu akan menyenangkan. Saya melihat para pemarannya

sejelas bila saya menonton mereka dalam kehidupan nyata. Saya juga

mengalami terror yang sangat hebat, seperti benar-benar terjadi, saat saya

tahu bahwa sebuah adegan pembunuhan akan berlangsung. Saya gemetar

ketakutan dibawah selimut dan menjadi benar-benar tak berdaya. Seperti

Anda kehatui, saya menjadi seorang psikosis manic pada saat itu. Teriakan

saya membangunkan suami sya, yang mencoba meyakinkan saya bahwa kami

berada di kamar tidur dan segalnya masih tetap sama. Tidak ada yang perlu

ditakutkan. Namun, saya tetap dimasukan ke rumah sakit keesokan harinya.

−Dari Fieve, 1975 hal 12-18


DAFTAR PUSTAKA

Carson, C, Robert; Butcher, N, James. 1992. Abnormal Psychology and Modern

Life. 9th. Edition. Harper Collins Publishers, Inc. New York 100 22

Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing

World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458

Davison, C, Gerald; Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal Psychology. 9th.

Edition. New York.

Psychopathology Development.

iBerita.com – Menjadi public figur namun ternyata memiliki sifat yang

anomali bukanlah hal yang mudah. Seperti inilah hal yang mungkin dirasakan

salah satu selebriti Indonesia yang masih muda, Marshanda. Wanita yang
semula berhijab dengan rapi ini belakangan ini diduga mengalami semacam

goncangan jiwa akibat beberapa kejadian terakhir yang dialaminya.

Bintang sinetron Bidadari ini sudah divonis dokter menderita penyakit

Bipolar Disorder II. Namun demikian, dirinya masih menyangkal dan ingin

menjalani tes untuk mendapatkan second opinion atas dugaan penyakit

tersebut. Apa sebetulnya bipolar disorder?

Bipolar disorder merupakan salah satu gangguan jiwa yang bersifat episodik.

Gangguan ini dipicu oleh ketidakseimbangan cairan kimia (neurotransmitter)

di dalam otak. Kondisi ini berakibat pada terganggunya kinerja pada otak

dalam menyampaikan rangsangan (termasuk perasaan). Hal inilah yang

membuat penderitanya suatu ketika dapat menjadi orang yang bersemangat,

namun dalam waktu tertentu ia menjadi sangat sedih dan murung.

Baca juga

 Divonis Mengidap Bipolar Disorder II, Marshanda Tetap Berkilah

National Institute of Mental Health Amerika Serikat menyebutkan bahwa

penyakit ini dapat dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

mengacu pada gen yang menurut sebuah penelitian menyebutkan adanya


keterkaitan usia laki-laki saat menghamili sang istri. Semakin tua sang laki-

laki, potensi anaknya terkena penyakit bipolar disorder semakin besar.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah berkaitan riwayat hidup penderita.

Adanya riwayat di masa kecil yang tidak menyenangkan dan tekanan yang

berat yang dialaminya bisa jadi pemicu terjangkitnya penyakit kejiwaan ini.

Kelainan ini bisa muncul pada usia remaja atau ABG, terkadang bisa juga saat

menjelang akhir masa dewasa atau mendekati usia 25 tahun.

Bagi penderita bipolar disorder, ada empat periode emosi yang akan

dirasakannya, di antaranya:

Mania

Ini adalah fase penderita seolah-olah memiliki rasa bahagia yang luar biasa

namun di saat yang sama ia menjadi susah tidur karena merasa sangat

produktif. Kondisi yang lebih ekstrim adalah penderita terkadang berpikir tak

membutuhkan orang lain karena rasa percaya diri yang berlebihan.

Hipomania

Ini adalah fase yang tidak begitu berbeda dengan saat fase mania. Hanya saja

penderita menjadi lebih tenang. Ini adalah periode yang sulit terdeteksi.
Depresi

Ini adalah fase yang bertolak belakang dengan kedua fase sebelumnya. Saat

mengalami fase ini, para penderita akan mengalami kondisi murung yang

sangat. Jika tidak ditangani dengan baik dia akan terjerumus dalam hal-hal

negatif, paling fatalnya adalah bunuh diri.

Campuran

Ini adalah fase yang paling mengerikan karena kondisi mania dan depresi

berpadu jadi satu. Dia akan semangat bercerita tanpa henti, tetapi apa yang

dia ceritakan adalah hal-hal negatif yang menunjukkan dirinya sedang depresi

berat.

Ada dua tipe penyakit bipolar disorder ini, yakni bipolar disorder I dan bipolar

disorder II. Pada bipolar disorder I, penderitanya cenderung didominasi

episode mania. Sementara bipolar disorder II, penderita cenderung

didominasi oleh episode depresi.

Berdasarkan laporan penelitian yang diterbitkan pada Journal Bipolar

Disorder (2003), prevalensi penderita bipolar tipe I cenderung sama pada pria

dan wanita. Namun pada bipolar disorder tipe II, prevalensi penderita wanita

jauh lebih banyak dibanding pria yakni 2:1.

Anda mungkin juga menyukai