Anda di halaman 1dari 18

penelitian bayi paripurna

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Memasuki tahun 2011 masih banyak permasalahan dan tantangan kesehatan,
untuk itu diperlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk mewujudkan cita±cita bangsa dan tujuan
negara. Masih rendahnya status kesehatan penduduk miskin, adanya beban ganda penyakit, tidak
meratanya kualitas, kuantitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat yang
belum mendukung, pembiayaan kesehatan yang belum memadai, kuantitas, kualitas, distribusi
serta pendayagunaan SDM

Kesehatan, serta permasalahan kesehatan lainnya. (Rahayu, 2010) Banyak upaya dilakukan
dalam mengatasi permasalahan kesehatan tersebut. Diantaranya peningkatan kesehatan ibu, bayi
dan balita, perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak
menular. Diikuti kesehatan lingkungan, pengembangan sumber daya manusia kesehatan,
peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat
serta pengawasan obat dan makanan. Serta pengembangan sistem jaminan pembiayaan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan dan
peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. (Rahayu, 2010) Usaha
kesejahteraan Ibu dan Anak yang bergerak dalam pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, penting sekali untuk meningkatkan kesehatan umum dari
masyarakat. Dinas KIA melayani pemeliharaan kesehatan ibu, bayi dan anak sampai umur 5
tahun. (Entjang, 2000) Di Indonesia diperkirakan jumlah ibu yang menyusui dan ibu yang hamil
ada ± 7% dan anak umur 0±5 tahun ± 18%. Jadi jumlah yang harus dilayani oleh dinas KIA
berjumlah ± 25% dari seluruh penduduk. (Entjang, 2000)

Usaha KIA bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu±ibu secara teratur dan
terus menerus. Baik dalam waktu sakit dan sehat, pada masa antepartum, intrapartum,
postpartum dan menyusui. Serta pemeliharaan anak±anaknya dari mulai lahir sampai masa
prasekolah, mengadakan integrasi kedalam ³general health service´ (pelayanan kesehat n a
menyeluruh) dan mengadakan kerjasama serta koordinasi dengan lain ±lain dinas kesehatan,
mencari dan mengumpulkan masalah±masalah mengenai ibu, bayi dan anak untuk dicari
penyelesainnya. (Entjang, 2000) Kegiatan±kegiatan yang dijalankan di Balai Kesehatan Ibu dan
Anak (BKIA) diantaranya pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui,
pertolongan persalinan di luar rumah sakit, pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan anak,
imunisasi dasar dan revaksinasi. Selain itu pengobatan sederhana, pencegahan dehidrasi pada
anak yang menderita diare dengan pemberian cairan peroral, penyuluhan gizi untuk
meningkatkan status gizi dari ibu bayi dan anak serta mencegah timbulnya penyakit karena
kekurangan vitamin dan ³protein calori malnutrition´, dan pelayanan keluarga berencana.
(Entjang, 2000) Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Puskesmas Balongbendo,
pelayanan bayi paripurna di Desa Penambangan selama bulan Januari sampai Maret 2011
menunjukkan jumlah yang paling rendah yaitu 6,9% padahal targetnya 21,49% dalam triwulan.
Pelayanan bayi paripurna itu sendiri adalah jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai standar oleh tenaga kesehatan (nakes) minimal 4 kali dalam setahun setelah mendapat
pelayanan kesehatan (yankes) Neonatal (Kunjungan Neonatal lengkap). Dengan distribusi
pelayanan minimal umur 1±3 bulan 1 kali, 4±6 bulan 1 kali, 7±9 bulan 1 kali, 9±12 bulan 1 kali.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar lengkap, Vitamin A dosis
tinggi, Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM)/Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). (Definisi Operasional
Puskesmas, 2011)

Dengan rendahnya pelayanan bayi paripurna ini peneliti tertarik untuk mengetahui
faktor±faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya pelayanan bayi paripurna di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti mengadakan penelitian

dengan judul ³Gambaran Faktor±Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Pelayanan Bayi
Paripurna di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo (09 Mei±04
Juni 2011)´.

B. Rumusan Masalah Faktor±faktor apa saja yang berhubungan dengan rendahnya pelayanan
bayi paripurna di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran faktor±faktor yang berhubungan


dengan rendahnya pelayanan bayi paripurna di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo,
Kabupaten Sidoarjo. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Untuk
mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan terhadap rendahnya pelayanan bayi paripurna.
b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor penghasilan terhadap rendahnya pelayanan bayi
paripurna.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Peneliti Mengetahui
faktor±faktor yang berhubungan dengan rendahnya

pelayanan bayi paripurna. 2. Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang


pentingnya pelayanan bayi paripurna. 3. Puskesmas Dengan mengetahui faktor±faktor yang
berhubungan dengan rendahnya pelayanan bayi paripurna, maka puskesmas dapat
meningkatkan pencapaiannya dalam hal pelayanan bayi paripurna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Bayi Paripurna Pelayanan bayi paripurna adalah jumlah bayi yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali dalam setahun setelah
mendapat pelayanan kesehatan Neonatal dengan distribusi pelayanan minimal umur 1±3 bulan 1
kali, 4±6 bulan 1 kali, 7±9 bulan 1 kali, 9±12 bulan 1 kali. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi
pemberian imunisasi dasar lengkap, Vitamin A dosis tinggi, SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda/Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBM/MTBS). (Definisi Operasional Puskesmas, 2011)

B. Imunisasi Dasar Lengkap Pada masa awal kehidupannya bayi sangat rentan terkena penyakit
berbahaya, seperti penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak.
Bayi yang terkena penyakit tersebut memiliki risiko kematian yang lebih tinggi atau
menyebabkan derita fisik dan mental berkepanjangan, bahkan bisa menimbulkan cacat
permanen. (Sudayasa, 2010) Bayi yang kelihatannya sehat belum tentu kebal terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian 5 vaksin imunisasi sesuai jadwal
yang telah ditentukan untuk bayi dibawah 1 tahun. Jadwal pemberian imunisasi tersebut,
meliputi : (Sudayasa, 2010) 1. HEPATITIS±B : umur pemberian kurang dari 7 hari, sebanyak 1
kali, untuk mencegah penularan Hepatitis B dan kerusakan hati. 2. BCG : umur pemberian 1
bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan TBC (tuberkulosis) yang berat. 3.
DPT±Hepatitis B : umur pemberian 2 bulan , 3 bulan, 4 bulan. Diberikan sebanyak 3 kali, untuk
mencegah penularan difteri yang menyebabkan

penyumbatan jalan nafas, batuk rejan (batuk 100 hari), tetanus, dan hepatitis±B. 4. POLIO :
umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk mencegah penularan
polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan. 5. CAMPAK : umur
pemberian 9 bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan campak yang dapat
mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan. Dengan memberikan
imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, maka tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan
sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya. Membawa bayi ke
posyandu, puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan terdekat merupakan wujud tanggung
jawab terhadap anak. (Sudayasa, 2010)

C. Vitamin A Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang
menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit
tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. (Saroso, 2010)
Hipervitaminosis A akut dapat terjadi pada bayi sesudah menelan 100.000 UI atau lebih.
Gejala±gejalanya adalah nausea, muntah, mengantuk, dan fontanela cembung. Papil udem,
kelumpuhan syaraf kranialis, dan gejala lain yang memberi kesan tumor otak dapat juga terjadi.
(Barness, 1996) Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan
(susu, daging ayam, hati, telur) atau dari sayuran hijau dan buah berwarna merah dan kuning.
Dalam keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi
kapsul vitamin A menjadi sangat penting. Vitamin A dosis tinggi, baik yang biru maupun merah,
tidak diperjual belikan dan diberikan secara gratis di posyandu. (Saroso, 2010)

Sebagai upaya pencegahan di daerah bencana, satu kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000
IU diberikan kepada seluruh bayi berusia 6±11 bulan, kapsul vitmain A berwarna merah dengan
dosis 200.000 IU untuk seluruh balita usia 12±59 bulan, dan anak usia 5±12 tahun. Kapsul
vitamin A dosis tinggi aman diberikan dengan jarak minimal satu bulan. Walaupun demikian,
bila ternyata anak mengkonsumsi kapsul vitamin A dengan selang waktu kurang dari satu bulan,
biasanya tidak akan terjadi keracunan pada anak. Jika ditemukan anak mengkonsumsi lebih dari
satu kapsul dalam kurun waktu satu bulan, diharap untuk segera melaporkan kepada petugas
kesehatan. (Saroso, 2010) D. Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0±6 tahun
agar anak mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia
0±6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus±menerus pada setiap
kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh±kembang yang
bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya
bervariasi dan ditujukan terhadap kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar,
kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi dan
kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral±spiritual. (Wijaya, 2010) Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra-sekolah. Deteksi perlu dilakukan
secara dini sebab semakin dini ditemukan penyimpangannya maka semakin mudah dilakukan
intervensi untuk perbaikannya, selain itu tenaga kesehatn mempunyai waktu dalam menyusun
rencana tindakan/intervensi yang tepat. (Wijaya, 2010) Yang dimaksud intervensi dini adalah
serangkaian tindakan tertentu yang dilakukan orang tua, pengasuh atau pendidik pada anak usia
dini yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan

usianya. Tujuan intervensi dini untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah
penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang optimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. (Wijaya, 2010)

E. Manajemen Terpadu Bayi Muda/Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBM/MTBS)


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0±59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk
strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan
dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. (Wijaya, 2010) Manajemen
Terpadu Bayi Muda (Bayi muda umur kurang dari 2 bulan) sudah terintegrasi di dalam
pendekatan Manajemen terpadu Balita Sakit (MTBS), maka bagan MTBM menjadi bagian dari
Bagan MTBS. MTBM dan MTBS sudah diterapkan di seluruh provinsi di Indonesia sehingga
sudah menjadi milik masyarakat. Banyaknya permintaan bagan

MTBS (termasuk bagan MTBM) oleh Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten perlu dipenuhi
sehingga perkembangan penerapannya di lapangan tidak tersendat. Oleh karena itu masyarakat
dan tenaga kesehatan yang

memerlukan dapat memperbanyak bagan ini untuk meningkatkan kelancaran implementasi


penerapannya di Puskesmas, Polindes, Poskesdes, Klinik swasta, Rumah Sakit. Agar lebih
mudah dipelajari, maka bagan MTBM ditampilkan terpisah dengan bagan MTBS. (Wijaya,
2010)

F. Pengaruh Faktor Pengetahuan Terhadap Jumlah Balita Yang Mendapat Pelayanan Paripurna
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. (Meliono, 2007) 1.
Pengetahuan Empiris Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi aposteriori. dikenal sebagai pengetahuan empiris atau ini bisa pengetahuan dengan

Pengetahuan

didapatkan

melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan pengetahuan
empiris deskriptif tersebut bila juga dapat berkembang menjadi dan

seseorang

dapat

melukiskan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan
empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan

mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. (Meliono, 2007) 2. Pengetahuan


Rasionalisme Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori (tidak menekankan pada
pengalaman). Misalnya

pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui


pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
(Meliono, 2007)

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : (Meliono, 2007) 1.


Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka
jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Informasi
Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which one is apprised
or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu
istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan


informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data.
Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari±hari, yang
diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui
komunikasi. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
pengetahuan seseorang, maka akan semakin banyak masukan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan. Namun keputusan atau sikap yang diambil belum tentu yang terbaik
bagi orang tersebut, karena setiap orang mempunyai alasan tersendiri dalam mengambil
keputusan. Tetapi seharusnya jika seseorang mendapatkan informasi yang mengajak/mengarah
pada kebaikan, maka orang tersebut akan lebih tertarik untuk melakukannya, dalam hal ini untuk
mendapatkan pelayanan bayi paripurna.

10

G. Faktor Penghasilan dan Kaitannya Dengan Mendapat Pelayanan Paripurna

Jumlah Balita Yang

Menurut Undang±Undang Pajak Penghasilan Tahun 2000 (2000:267) memberikan pengertian


penghasilan bahwa setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib
pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipergunakan
untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun. (Laodesyamri, 2010) Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor
54 tahun 2007 tentang pedoman pembentukan kelompok kerja operasional pembinaan pos
pelayan terpadu pasal 21 ayat 3 : Pendanaan dalam pelaksanaan tugas Pokjanal Posyandu
kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. (Mardiyanto, 2007)
Dalam menilai suatu pekerjaan, kita tidak bisa terlepas dari adanya aspek biaya operasional dan
biaya emosional. Biaya operasional adalah perhitungan biaya secara nominal untuk melakukan
suatu pekerjaan. Biaya ini sering dihitung untuk menilai seberapa besar uang yang diperlukan
sehingga bisa ditentukan untung dan ruginya. Sementara biaya emosional adalah biaya yang
tidak bisa dihitung dengan uang, tetapi sangat menentukan kelangsungan suatu pekerjaan. Skala
pengukuran mungkin lebih tepat dengan tingkat kepuasan kerja. (Jaladri, 2009) 1. Biaya
Operasional Posyandu Seandainya kader posyandu diberi insentif, maka akan sangat besar uang
yang dikeluarkan. Dengan hanya memberikan Rp 5.000/bulan, Indonesia bisa menghabiskan
dana 75 milyar rupiah setiap tahun dengan asumsi ada 250.000 posyandu dan setiap posyandu
terdapat 5 kader. Itu untuk kader saja, karena sebagaimana biasa dalam pembagian dana perlu
dilakukan administrasi dan sistem pertanggungjawaban. Pengeluaran untuk kertas saja (tanpa
salah ketik) bisa dihitung sebesar 100 juta rupiah. Belum lagi tinta, honor petugas pembagi dan
pajak, maka total dana pertahun bisa mencapai 100 milyar rupiah. Perhitungan selanjutnya,

11

ternyata 100 milyar setiap tahun untuk kader tidak akan bisa menghidupkan kembali posyandu.
(Jaladri, 2009) Yang terjadi bahkan bisa sebaliknya, dengan hanya dibayar Rp 5.000, seorang
kader merasa ³terhina´. Sebuah pekerjaan yang dianggap mulia hanya dihargai uang Rp 5.000.
Ini tentu bisa berdampak kontra produktif. Di lain pihak, betapapun kadernya aktif melakukan
kegiatan, ternyata tidak bisa menjamin masyarakat untuk mendatangi posyandu, memantau
pertumbuhan anaknya secara rutin. Beberapa pengamatan terhadap posyandu menunjukkan
bahwa kader merasa ³puas´ dalam bekerja jika masyarakat mau berpartisipasi dengan
memanfaatkan setiap kegiatan posyandu. (Jaladri, 2009)
2. Biaya Emosional Posyandu Kebutuhan kader ternyata bukan semata bayaran atas pekerjaan,
walau hal itu juga diperlukan. Lebih dari itu, kader mempunyai kebutuhan berupa aktualisasi diri
di tengah masyarakat dan pemerintahnya. Selain itu kader mempunyai kebutuhan akan kepuasan
pekerjaan. Mereka akan merasa nyaman dalam bekerja jika apa yang dikerjakan mempunyai
kontribusi terhadap kemajuan masyrakat di sekelilingnya. Melihat besarnya biaya secara
nominal, untuk saat ini boleh jadi negara tidak mampu membayar. Namun jika melihat besarnya
biaya emosional, negara bisa dengan mudah untuk memenuhinya. Ketika Negara melihat bahwa
kader posyandu adalah merupakan warga pilihan, dimana tidak semua orang mau dan mampu
menjalaninya, maka akan menjadi wajar jika negara memberikan penghargaan dan perlakuan
berbeda. Mereka sudah melakukan sesuatu untuk bangsa dan negara, maka wajar jika dibebaskan
dari biaya pengurusan KTP, potongan biaya pendidikan anak±anaknya, subsidi pengobatan dan
kemudahan pelayanan publik yang lain. (Jaladri, 2009).

12

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka sudah selayaknya masyarakat mau sedikit
meluangkan waktu untuk datang ke posyandu, memeriksakan bayinya. Biaya yang di butuhkan
untuk posyandu juga relatif murah. datang ke

13

BAB III OBYEK DAN METODE

A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang hubungan
faktor pengetahuan dan penghasilan terhadap rendahnya pelayanan bagi bayi paripurna di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.

B. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah keluarga yang mempunyai
balita, yang ada di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas pada tanggal 09 Mei 2011±04 Juni 2011
terdapat sebanyak 381 balita. C. Sampel Sampel diambil dengan cara Convenience Sampling
dari seluruh penduduk yang ada di desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo. Besar sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : n = 381.p.q (N-1)D + p.q Keterangan :
n = besar sampel N = besar populasi, yaitu seluruh penduduk yang ada di Desa Penambangan. p
= estimasi proporsi dari populasi yang diharapkan, yaitu perbandingan antara balita yang pernah
mendapat pelayanan paripurna dengan seluruh jumlah balita yang ada. q = perbandingan balita
yang tidak mendapat pelayanan paripurna dengan seluruh balita yang ada. D = penyimpangan.
D = B² 4

14

B = penyimpangan yang diketahui, untuk penelitian observasi ditentukan tingkat kesalahan yang
masih bisa diterima sebesar 5% = 0,05 Dari data yang diperoleh di Desa Penambangan,
didapatkan: N = 381 p = 26 381 q = 1 ± 0,068 = 0,932 D = B² = (0,05)² = 0,000625 4 n= 4 381 x
0,068 x 0,932 (381 - 1) 0,000625 + (0,068 x 0,932) = 80 Jadi, jumlah sampelnya sebanyak 80.
Pengambilan sampel dilakukan saat diadakan penyuluhan tentang pelayanan bayi paripurna
kepada penduduk Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo khususnya
ibu±ibu yang memiliki balita. Pada saat itu sampel yang peneliti dapatkan sebanyak 96 sampel
dan diambil semua. = 80,25 = 0,068

D. Tempat Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berada di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 09 Mei 2011±04 Juni 2011.

E. Pengumpulan, Pengolahan, Dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data a. Data Primer


Dikumpulkan dengan tehnik wawancara menggunakan acuan kuesioner dan pengamatan
langsung terhadap masyarakat yang

15

mempunyai balita di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo pada


tanggal 09 Mei 2011±04 Juni 2011. b. Data Sekunder Meliputi gambaran umum daerah
penelitian yang didapat dari Puskesmas Sidoarjo. Balongbendo, Kecamatan Balongbendo,
Kabupaten

2. Pengolahan Data a. Editing Data Meneliti lengkap tidaknya kuesioner yang sudah diisi,
kejelasan jawabannya, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan yang lainnya, serta relevansi
jawaban dan keseragaman satuan data. b. Coding Mengklasifikasikan jawaban responden
menurut macamnya. c. Tabulasi Data Memasukkan data±data yang terkumpul ke dalam tabel
sehingga menghasilkan tabel-tabel distribusi frekuensi secara manual.

3. Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif yaitu : analisis data
difokuskan untuk mendapatkan faktor±faktor yang menyebabkan rendahnya pelayanan bagi bayi
paripurna di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.

4. Variabel Penelitian Variabel yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel
Bebas 1) Tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita berusia 1±5 tahun. 2) Jumlah
penghasilan keluarga.

16

b. Variabel Terikat Jumlah Pelayanan Bayi Paripurna.

5. Definisi Operasional a. Balita adalah anak yang berusia satu tahun sampai dengan lima tahun.
Sebagai acuannya peneliti melihat langsung dari KMS. b. Posyandu adalah tempat yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan di desa±desa yang dilakukan oleh
petugas kesehatan. c. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah bukti pencatatan tertulis tentang umur,
berat badan, tinggi badan, imunisasi dan status gizi yang dimiliki responden yang mempunyai
balita. d. Imunisasi adalah tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan menyuntikan
ataupun meneteskan cairan pada balita yang dimiliki responden. Yang kelengkapannya dapat
dibuktikan dari KMS. e. Tumbuh kembang berasal dari dua kata yaitu tumbuh dan kembang.
Tumbuh artinya bertambahnya ukuran dalam berat dan tinggi badan. Kembang adalah
bertambahnya kemampuan berdasarkan umur. f. Vitamin A adalah kapsul lunak yang diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata. g. Pengetahuan adalah kemampuan responden
untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Meliputi pertanyaan tentang imunisasi dan fungsi
posyandu. Dikategorikan menjadi tahu dan tidak tahu. Dianggap tahu bila dapat menjawab
pertanyaan dengan benar. h. Pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Dikatakan rendah jika tidak bersekolah, sedang jika pendidikannya mencapai SD/MI,
SMP/MTS, SMA/MA, dan tinggi jika sampai Perguruan Tinggi. i. Informasi adalah berita atau
kabar yang disampaikan ke orang lain.

17

j.

Pelayanan MTBS/MTBM adalah responden yang membawa balitanya ke puskesmas, ke


bidan, dan dokter jika sakit.

k. Penghasilan adalah setiap hasil usaha (berupa uang) yang diterima seseorang sebagai imbalan
yang dapat digunakan untuk di konsumsi atau untuk menambah kekayaan. Dikategorikan
menjadi mampu dan tidak mampu. Dianggap mampu apabila tidak keberatan terhadap biaya
yang di butuhkan untuk datang ke posyandu.

18

Kerangka Konsep

Pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan


yyy

Rendah Sedang Tinggi

2.

Informasi

Jumlah Pelayanan Bayi Paripurna

Penghasilan 1. Mampu 2. Tidak mampu

19

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan di Desa Penambangan yang masuk dalam
wilaya kerja Puskesmas Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. 1. Data
Geografi Wilayah kerja Desa Penambangan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Balongbendo,
dengan batas±batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara meliputi : Wilayah Desa Wringin Anom
(Kabupaten Gresik) b. Sebelah Timur meliputi : Wilayah Jeruk Legi dan Desa Balongbendo c.
Sebelah Selatan meliputi : Wilayah Desa Bakalan Wringinpitu d. Sebelah Barat meliputi :
Wilayah Desa Wonokarang dan Desa Bogempinggir

Luas wilayah Desa Penambangan adalah 150 ha, yang terdiri dari : a. Luas pemukiman b. Luas
kuburan c. Luas prasarana umum lainnya : 18 ha : 3,5 ha : 25,454 ha

Wilayah kerja Desa Penambangan meliputi 4 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga).
Orbitasi : a. Jarak ke ibukota kecamatan adalah 0,5 km dengan lama jarak tempuh (kendaraan
bermotor adalah 12 menit dan berjalan kaki adalah 30 menit) b. Jarak ke ibu kota kabupaten/kota
adalah 20 km dengan lama jarak tempuh (kendaraan bermotor adalah 60 menit dan berjalan kaki
adalah 180 menit)

20

c. Jarak ke ibu kota propinsi adalah 30 km dengan lama jarak tempuh (kendaraan bermotor
adalah 80 menit dan berjalan kaki adalah 360 menit)

2. Data Demografi a. Jumlah kepala keluarga b. Jumlah laki-laki c. Jumlah perempuan d. Jumlah
penduduk seluruhnya : 2.296 kepala keluarga : 1.972 orang : 2.457 orang : 4.429 orang

e. Jumlah penduduk berdasarkan umur 1) 0±3 tahun 2) 1±5 tahun 3) 4±6 tahun 4) 7±12 tahun 5)
13±15 tahun 6) 16±18 tahun 7) 19±keatas tahun 3. Data Sosial Ekonomi a. Mata Pencaharian
Pokok 1) Pegawai Negeri Sipil 2) TNI 3) Swasta 4) Wiraswasta/Pedagang 5) Petani 6)
Pertukangan 7) Buruh tani 8) Pensiunan 9) Jasa b. Menurut Agama 1) Islam 2) Kristen 3)
Katholik : 4.397 orang : 32 orang : - orang : 130 orang : 68 orang : 2.536 orang : 162 orang : 158
orang : 96 orang : 182 orang : 54 orang : - orang : 458 orang : 381 orang : 686 orang : 497 orang
: 520 orang : 498 orang : 1.680 orang

21

4) Hindu 5) Budha c. Menurut Pendidikan 1) Taman kanak±kanak 2) Sekolah Dasar 3)


SLTP 4) SLTA 5) Akademi/D1-D2 6) Sarjana/S1-S2

: - orang : - orang

: 200 orang : 803 orang : 205 orang : 105 orang : 18 orang : 34 orang

4. Upaya Kesehatan Pemerintah dan Swasta a. Sarana kesehatan 1) Bidan 2) Dokter gigi 3)
Perawat b. Prasarana Kesehatan 1) Posyandu 2) Rumah Bersalin : 4 unit : 2 unit : 7 orang : 1
orang : 5 orang

5. Sarana, Transportasi dan Komunikasi a. Sarana Desa Penambangan termasuk daerah yang
tidak rawan banjir, dan tanahnya cukup subur. Semua kebutuhan air bersih penduduk dapat
terpenuhi dengan cukup baik. b. Transportasi Keadaan Desa Penambangan sebagian besar
jalannya sudah beraspal dan bisa dilewati semua kendaraan, tetapi ada sebagian jalan yang tidak
beraspal. Sebagian sarana transportasi umum : sepeda motor, sepeda, becak, mobil, truk,
mikrolet. c. Komunikasi Desa Penambangan sudah terdapat jaringan televisi, radio, dan telepon.
Hampir sebagian besar masyarakat sudah memanfaatkannya.

22

B Karakteri tik Responden 1. Tingkat Pendidikan

Tabel IV.1 Ti t i i Terakhir Responden di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo,


Kabupaten Sidoarjo No. Pendidikan Terakhir Jumlah % 1. 2. 3. 4. 5. Tidak Sekolah SD SMP SM
Perguruan Tinggi Total Sumber data : hasil penelitian 0 12 29 50 5 6 0 12,5 30 52,5 5 100

Tingkat Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 0%

Perguruan Tinggi SD 5% 12.5% SMP 30%

SMA 52.5%

Diagram IV.1 Diagram Tingkat Pendidikan Responden di Desa Penambangan, Kecamatan


Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

23

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase responden di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo yang tidak sekolah sebesar 0 %, tingkat
pendidikan terakhir SD sebesar 12,5 %, tingkat pendidikan terakhir SMP sebesar 30 %, tingkat
pendidikan terak SM hir sebesar 52,5 %, tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi adalah
5%. 2. Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi

Tabel IV.2 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Imunisasi di Desa Penambangan,


Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No. Pengetahuan tentang Jumlah % Imunisasi 1.
2. Tahu Tidak Tahu Total Sumber : data penelitian 96 0 6 100 0 100

Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi


Tidak Tahu 0% Tahu 100%

Diagram IV.2 Diagram Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi di Desa


Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase responden di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo yang mengetahui tentang Imunisasi sebesar 100
%.
24

3. Pemahaman Responden Tentang ungsi Posyandu

Tabel IV.3 Tingkat Pemahaman Responden Tentang ungsi Posyandu di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No ungsi Posyandu Jumlah % 1. 2. Tahu Tidak
Tahu Total Sumber : data penelitian 96 0 6 100 0 100

Pemahaman Responden Tentang ungsi Posyandu


Tidak Tahu 0%

Tahu 100%

Diagram IV.3 Diagram Tingkat Pemahaman Responden Tentang Manfaat Posyandu di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase responden di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo yang mengetahui tentang manfaat Posyandu untuk
mendapatkan imunisasi dan untuk mengetahui kesehatan balita sebesar 92,5 %, yang tidak tahu
sebesar 0 %, dan yang lainnya dalam hal ini untuk memeriksakan tumbuh kembang sebesar 7,5
%.

25

4. Kelengkapan Imunisasi

Tabel IV.4 Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita di Desa Penambangan, Kecamatan


Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No. Imunisasi Dasar yang Jumlah % didapat 1. 2. Lengkap
Tidak Lengkap Total Sumber : data penelitian 77 19 6 80 20 100

Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Responden


Tidak Lengkap 20%

Lengkap 80%

Diagram IV.4 Kelengkapan Imunisasi Balita di Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Desa

Penambangan,

Kecamatan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase balita responden di Desa
Penambangan Kecamatan Balongbendo, Kabupaten , Sidoarjo yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar lengkap sebesar 80 %, yang Imunisasinya tidak lengkap sebesar 20 %.
26

5. Pemberian Vitamin A Tabel IV.5 Pemberian Vitamin A kepada Bayi Responden di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo % No. Pemberian Vitamin A
Jumlah 1. 2. Dapat Tidak Dapat Total Sumber : data penelitian 96 0 6 100 0 100

Pemberian Vitamin A
Tidak Dapat Vitamin A 0%

Dapat Vitamin A 100%

Diagram IV.5 Pemberian Vitamin A kepada Bayi Responden di Desa Penambangan,


Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase balita , responden di Desa
Penambangan Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo yang sudah mendapatkan Vitamin
A adalah 100%.

27

6. Pemeriksaan Tumbuh Kembang

Tabel IV.6 Pemeriksaan Tumbuh Kembang Bayi Responden di Desa Penambangan, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo . No. Pemeriksaan Tumbuh Jumlah % Kembang 1. 2. Pernah
Periksa Tidak Pernah Periksa Total Sumber : data penelitian 96 0 6 100 0 100

Pemeriksaan Tumbuh Kembang

Tidak Pernah 0% Pernah 100%

Diagram IV.6 Pemeriksaan Tumbuh Kembang Bayi Responden di Desa Penambangan,


Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase balita responden di Desa
Penambangan Kecamatan Balongbendo, Kabupaten , Sidoarjo yang sudah pernah memeriksakan
tumbuh kembangnya adalah 100%.

28

7. Tindakan Responden Saat Balita Sakit

Tabel IV.7 Tindakan Responden saat balita sakit di Desa Penambangan, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. No. Tindakan Responden saat Jumlah % balita sakit 1. 2. 3.
4. 5. Diobati Sendiri Ke Bidan Desa Ke Puskesmas Ke Dokter Lainnya (dukun) Total Sumber :
data penelitian 0 79 4 11 2 6 0 82 3,75 11,25 2,5 100
Tindakan Responden saat balita sakit
Dokter 11,25%
Puskesmas 3,75%

Di bati sendiri 0%

Bidan desa 82%

Diagram IV.7 Diagram Tindakan Responden saat balita sakit di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah persentase tindakan responden saat bayinya
sakit di Desa Penambangan Kecamatan Balongbendo, , Kabupaten Sidoarjo yang diobati sendiri
sebesar 0%, yang dibawa ke bidan

29

Lainnya (Dukun) 2,5%

desa sebesar 82%, yang dibawa ke puskesmas sebesar 3,75%, yang dibawa ke dokter sebesar
11,25%, lainnya dalam hal ini dibawa ke dukun sebesar 2,5%.

8. Sumber Informasi Tabel IV.8 Sumber Informasi Responden Tentang Imunisasi di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. No. Sumber Informasi Jumlah %
1. 2. 3. 4. Penyuluhan Tetangga Media (TV, Koran, Radio) Lainnya (Bidan) Total Sumber : data
penelitian 56 6 12 22 6 58,75 6,25 12,5 22,5 100

Sumber Informasi yang didapat Responden tentang Imunisasi


Lainnya (Bidan) 22,5%

Media (TV, Koran, Radio) 12,5%

Penyuluhan 58,75%

Tetangga 6,25%

Diagram IV.8 Diagram Sumber Informasi Responden Tentang Imunisasi di Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sumber
informasi yang didapat responden di Desa Penambangan Kecamatan Balongbendo, Kabupaten ,
Sidoarjo yang berasal dari penyuluhan sebesar 59%, dari bidan sebesar 23%, dari media (TV,
Koran, Radio) sebesar 12%, sedangkan dari tetangga 6%.
30

9. Kesadaran Responden Untuk Datang ke Posyandu


Tabel IV.9 Kesadaran Responden Untuk Datang ke Posyandu di Desa Penambangan, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No. Yang Mengajak Jumlah % Responden 1. 2. 3. 4.
Keinginan Sendiri Diajak tetangga Disuruh tenaga kesehatan Lainnya Total Sumber : data
penelitian 85 4 7 0 96 88,75 3,75 7,5 0 100

Kesadaran Responden Untuk Datang ke Posyandu


Diajak tetangga 3,75%

Keinginan Sendiri 88,75%

Diagram IV.9 Diagram Kesadaran Responden Untuk Datang ke Posyandu di Desa


Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui jumlah persentase kesadaran responden pergi ke posyandu di Desa Penambangan ,
Kecamatan

Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo karena keinginan sendiri sebesar 88,75%, diajak tetangga
sebesar 3,75%, disuruh tenaga kesehatan sebesar 7,5%, lainnya 0%.

31

Disuruh Tenaga Kesehatan 7,5%

Lainn a 0%

10. Pernah tidak datang ke posyandu Tabel IV.10 Gambaran sebab-sebab responden pernah tidak
datang ke Posyandu di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No 1.
2. 3. 4. 5. 6. Sebab tidak datang Pergi Sakit Tidur Lupa Repot Selalu datang Total Sumber : data
penelitian Jumlah 12 18 2 12 4 48 96 % 12,5 18,75 2,5 12,5 3,75 50 100

Sebab-sebab responden tidak datang ke posyandu


pergi 12,5% sakit 18, 5%
selalu datang 50%

tidur 2,5% lupa 12,5%

repot 3, 5%

Diagram IV.10 Diagram sebab-sebab Responden pernah tidak datang ke Posyandu di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui sebab-sebab responden pernah tidak datang ke posyandu di Desa Penambangan
Kecamatan Balongbendo, , Kabupaten Sidoarjo karena alasan pergi 12,5%, sakit 18,75%, tidur
2,5%, lupa 12,5%, repot 3,75%, selalu datang 50%.

32
¢

11. Tingkat Penghasilan

Tabel IV.11 Tingkat Penghasilan Berdasarkan Mahal Tidaknya Pelayanan di Posyandu di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo No. Pelayanan di Posyandu
Jumlah % 1. 2. Mahal Murah Total Sumber : data penelitian 0 96 96 0 100 100

Pelayanan di Posyandu
Mahal 0%

Murah 100%

Diagram IV.8 Diagram Tingkat Penghasilan Responden Berdasarkan Mahal Tidaknya Pelayanan
di Posyandu di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui pelayanan posyandu di Desa Penambangan, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo menurut responden mahal 0%, menurut responden murah
100%.

33

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan data Puskesmas Balongbendo pada bulan Januari±Maret 2011 Desa Penambangan,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo termasuk desa yang mempunyai persentase paling
rendah yang mendapatkan Pelayanan Bayi Paripurna yaitu 6,9% sedangkan targetnya 21,49%
dalam triwulan I. A. Faktor Pengetahuan Menurut Meliono, dikatakan bahwa semakin tinggi
pengetahuan

seseorang maka semakin banyak masukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan. Namun keputusan atau sikap yang diambil belum tentu yang terbaik bagi orang
tersebut, karena setiap orang mempunyai alasan tersendiri dalam mengambil keputusan. Tetapi
jika seseorang memperoleh informasi yang dapat mengajak atau mengarahkan pada kebaikan,
maka orang tersebut lebih tertarik untuk melakukan keputusan tersebut dalam hal ini pelayanan
bayi paripurna. Meliono juga berpendapat bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan informasi, oleh sebab itu peneliti membagi faktor pengetahuan menjadi
tingkat pendidikan dan informasi. Sebelum membahas tentang tingkat pendidikan dan informasi
peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan responden tentang imunisasi dan posyandu.
Dari hasil penelitian ternyata didapatkan yang mengetahui tentang imunisasi sebanyak 100%,
yang mengetahui tentang fungsi posyandu sebesar 100%. Jadi menurut peneliti untuk faktor
pengetahuan kemungkinan tidak berhubungan terhadap rendahnya pelayanan bayi paripurna.
B. Faktor Penghasilan Dalam penelitian ini, peneliti juga membahas faktor penghasilan terhadap
rendahnya jumlah pelayanan bayi paripurna untuk mendapatkan pelayanan yang paripurna.
Responden atau ibu±ibu harus rajin membawa

34

balitanya ke posyandu karena secara umum biaya yang dikeluarkan untuk datang ke posyandu
itu murah seperti yang telah di ungkapkan Iman Jaladri, S.SiT, M.Kes. Maka untuk variabel
penghasilan peneliti membagi menjadi mampu dan tidak mampu. Mampu dalam arti responden
tidak keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan tidak mampu bila responden
merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk tingkat penghasilan responden
berdasarkan mahal tidaknya pelayanan posyandu di Desa Penambangan, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo menurut responden mahal 0%, menurut responden murah
100%. Berdasarkan perolehan tersebut maka kemungkinan untuk faktor penghasilan tidak
berhubungan terhadap pelayanan bayi paripurna. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
KMS sebagai bukti kelengkapan imunisasi, ternyata didapatkan sebanyak 20% imunisasinya
tidak lengkap. Nilai ini tidak sesuai dengan UCI (Universal Child Imunization) di kecamatan
Balongbendo yang sudah mencapai 100%. Menurut keterangan responden imunisasi yang di
dapat sudah lengkap, tetapi karena dilakukan dipihak swasta maka KMS tidak diisi. Oleh sebab
itu diperlukan penelitian lebih lanjut tentang keterangan responden tersebut untuk membuktikan
kebenarannya.

35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian untuk faktor pengetahuan responden

kemungkinan tidak berhubungan terhadap rendahnya pelayanan bayi paripurna. 2. Dari hasil
penelitian untuk faktor penghasilan responden kemungkinan tidak berhubungan terhadap
rendahnya pelayanan bayi paripurna.

B. Saran 1. Diharapkan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai pelayanan
bayi paripurna dalam hal ini dengan menambah jumlah sampel untuk mencari faktor lain yang
mempengaruhi rendahnya Kecamatan pelayanan bayi paripurna Kabupaten di Desa
Penambangan, serta untuk

Balongbendo,

Sidoarjo

meningkatkan kebenaran dari penelitian tersebut. 2. Karena dari penelitian kami sumber
informasi yang terbesar berasal dari penyuluhan, diharapkan frekuensi penyuluhan yang optimal
lebih ditingkatkan untuk menambah pengetahuan penduduk di Desa
Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. 3. Diharapkan kerjasama antara
pelayanan kesehatan swasta dan Puskesmas lebih di tingkatkan. Khususnya dalam hal pencatatan
pasien balita yang mendapat pelayanan kesehatan, agar dapat di laporkan ke pihak Puskesmas.
4. Diharapkan Pelayanan kesehatan swasta tetap mengisi KMS yang merupakan bukti
kelengkapan pelayanan kesehatan untuk bayi dan balita.

36

DAFTAR PUSTAKA

Barness, L.A. & Curran, J.S. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. EGC. Jakarta. h.220
Definisi Operasional Variabel Program Pokok Pelayanan Penilaian Kinerja Puskesmas Entjang,
I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti. Bandung. h.7172 Jaladri, I. 2009. Biaya
Operasional dan Emosional Posyandu Kita. Gizi.net Laodesyamri. 2010. Pengertian Penghasilan
Menurut UU Perpajakan. Shvoong.com Mardiyanto, H. 2007. Pedoman Pembentukan Kelompok
Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
54 Tahun 2007 Meliono, Irmawati, dkk. 2007. MPKT Modul 1. FEUI. Jakarta Rahayu, E. 2010.
Memasuki tahun 2011 masih banyak permasalahan dan tantangan kesehatan. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Saroso, S. 2010. Vitamin A Untuk Meningkatkan Daya Tahan
Tubuh dan Kesehatan Mata. Infeksi.com Sudayasa, P. 2010. 5 Imunisasi Dasar Lengkap Untuk
Bayi. Puskel.com Wijaya, A. M. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). www.Infodokterku.com Wijaya, A. M.
2010. Pentingnya Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak.
www.Infodokterku.com

37

Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document

This is a private document.

Info and Rating


Follow

Andryan Syah

Anda mungkin juga menyukai