Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMERIKSAAN SIFILIS PADA IBU HAMIL

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Selama beberapa waktu,sifilis telah keluar dari pandangan,pikiran, dan memori.Tetapi
insiden didunia barat sekarang telah bangkit lagi dan bisa sekali lagi menjadi masalah
kesehatan utama.Perubahan ini telah mengikuti jumlah meningkat pesat manusia
Immunocodeficiency virus(HIV) positif diseluruh dunia,bersama dengan kedatangan
wisatawan kesehatan,ekonomi migrant,pencari suaka,dan ketersediaan mudah murah
perjalanan.Sama seperti sifilis tetapi menghilang sebagai sebuah entitas dalam memori
kerja.
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS).Lesi sifilis
bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas.Penampakan lesi bisa dipastikan
hamper seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi didalam
kandungan melalui plasenta.Pada sifilis Kongetal terjadi pada bulan ke-4
kehamilan.Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum.Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi,rata-rata 3-
4 minggu.Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung,kerusakan otak maupun kematian.Infeksi oleh Treponema Pallidum
berkembang melalui 4 tahapan yaitu fase primer,sekunder,laten dan tersier.
Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis congenital
jarang sekali terjadi,transfuse darah dari darah penderita sifilis,transplasenta,melakukan
hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis.
Pengobatannya dapat diberikan antibiotic pilhan yaitu Penisilin selain itu juga diberikan
eritromisin karena tidak mempengaruhi janinnya.

1.2 TUJUAN
Menjelaskan tentang penyakit infeksi sifilis yang menyertai kehamilan serta pengaruhnya
terhadap janin,sehingga ibu hamil mengerti dan mengetahui tentang penyakit sifilis
khususnya pada kehamilan dan persalinan.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Masalah yang dibahas adalah tentang infeksi sifilis yang menyertai kehamilan yang
meliputi :
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Tanda dan Gejala
5. Klasifikasi
6. Klompikasi
7. Penularan
8. Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Persalinan
9. Diagnosis
10. Penatalaksanaan dan terapi
11. Prognosis
12. Asuhan Setelah persalinan Pada Penderita Sifilis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit yang menular Seksual ( PMS ).
Lesi sefili bisa terlihat jelas ataupun terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa
dipastikan hamper seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Penyakit ini bisa menular jika melakukan hubungan seksual dengan wanita
lainya.
Namu tidak hanya sebatas itu, Seorang ibu yang sedang hamil yang telah tertular
penyakit ini bisa menularkan kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan sebagai
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan penyakit
kronis dan dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi
didalam kandungan melalui plasenta.
Efek sifilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut
terjadi, dan pada pengobatannya, jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan
melahirkan bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaiknya jika tidak segera diobati
akan menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal didalam
rahim atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis congenital terjadi pada bulan ke- 4
kehamilan.
Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberikan
perlindungan terhadap janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan
apabila infeksi sifilis terjadi sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan
pengobatan dengan segera, sehingga kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.

2.2 Etiologi
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bateri ini berbentuk spiral. Terdapat empat
subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum, Treponema pallidum
pertunue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum.
Treponema pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya
menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk kedalam tubuh inang melalui
celah diantara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis. Ditularkan
kepada janin melalui jalur transplasental selama masa – masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yangberupa elit memungkinkan Treponema pallidum
bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak didalam medium serta
seperti lender, ( muncul ). Dengan demikian organisme ini tidak dapat mengakses
sampai kesistem peredaran darah dengan getah bening inang melalui jaringan dan
mebral mukosa.

2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kroni dan bersifat sistemik. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakit kejanin sehingga menyebarkan
sifilis kogenita yang dapat menyebabkan kelainan bawahan atau bahkan kematian.
Jika cepat terdektesi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan anti biotika. Tetapi
jika tidak diobati sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas kebagian
tubuh lain diluar alat kelamin.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata
rata 3-4 minggu infeksi bisa menetap selama bertahun tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema
pallidum berkembang melalui 4 tahapan :

1. Fase Primer.
Terbentuk luka atau kur yang tidak nyeri ( cangker ) pada tempat terinfeksi:
yang terserih adalah pada penis,kuva atau vagina. ( Cangker ) juga bisa ditemukan
dianus rectum, bibir, lidah, tengerokan, leher rahim, jari – jari tangan atau bagian
tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki 1 ulkus, tetapi kadang kadang
terbentuk beberapa ulkus cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan yang
dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus ( Luka terbuka ), tampa disertai
nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan
mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat
biasanya akan membesar, juga dapat di sertai nyeri.
Luka tersebut menyebabkan sedikit gejala sehingga sering kali tidak
dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya
penderita tampa sehat secara keseluruhan.

2. Fase sekunder.
Fase sekunder bisanya dimulai dengan seuatu ruang kulit, yang muncul dalam
waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi ruang ini bisa berlangsung hanya sebentar
atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruang ini akan menghilang.
Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruang yang baru.
Pada fase sekunder sering ditemukan luka dimulut. Sekitar 50% penderita memiliki
pembesaran kelenjar getah bening diseluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita
perandagan mata. Perandagan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur.
Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang
disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein kedalam air
kemis.Peradangan bisa menyebabkan penyakit kuning ( Jaunnice ). Sejumlah kecil
penderita mengalami peradangan pada selaput otak ( menginitis sifilitis akut ),
yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian.
Didaerah pembatasan kulit dan selaput lender serta didaerah kulit yang lembat,
bisa terbentuk daerah yang menonjol ( Kondilomalata ). Daerah ini sangat
infeksius ( Menular ) dan bisa kerontokan dengan pola tertentu,sehingga pada kulit
kepala tampak gambaran digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak
badan ( malaise ), kehilangan nafsu makan, mual,lelah,demam dan anemia.

3. Fase Laten.
Setelah penderitaan sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase
laten dimana tidak Nampak gejala sama sekali, fase ini bisa berlangsung bertahun
– tahun atau berpuluhan tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal
fase laten kadang luka yang infeksi kembali muncul.

4. Fase Tersier.
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala
bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3
kelompok utama :
1) Sifilis tersier jinak.
Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma di berbagai
organ; tubuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan
jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan hamper semua bagian tubuh, tetapi
yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuhbagian atas,wajah
dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang
sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari.
2) Sifilis Kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta
atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung
atau kematian .
3) Neurosifilis.
Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak di obati. 3
jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler paretic dan
neurosifilis tabetik.
a. Neurosifilis meningovaskuler.
Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada
bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis:
- Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing,kosentrasi yang
buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan
kabur,kelainan mental,kejang, pembengkakan saraf mata ( papiledema ), kelainan
pupil, ganguan berbicara ( afasia ) dan kelumpuhan anggota gerak pada separuh
badan.
- Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam
menguyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan legan;
kelumpuhan disertai kejang otot ( paralisa spastic ); ketidak mampuan untuk
mengosongkan kandungan kemih dan peradangan sebagian medulla spinalis yang
menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih serta kelumpuhan
mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur ( paralisa flasid ).
b. Neurosifilis paratik.
Juga disebut kelumpuhan menyuluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap
sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai
mengalami demesia. Gejala berupa kejang,kesulitan dalam berbicara,
kelumpuhan separuh badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung,
kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan kebiasaan berpakaian, perubahan
suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayala akan kebesaran dan
penurunan persepsi.
c. Neurosifili tabetik.
Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang
progresif, yang secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang
sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderitaan
berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang bsambil mengentakan
kakinya.
Penderita tidak dapat merasakan ketika kandung kemihnya penuh sehingga
pengendalian terhadap kandung kemih dan sering mengalami infeksi saluran
kemih. Bisa terjadi impotensi. Bibir ,lidah, tangan dan seluruh tubuh penderitaan
gemetaran. Tulisan wajah yang memelas. Mereka mengalami kejang di sertai
nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa
menyebabkan mumtah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum kandungan
kemih dan pita suara. Rasa dikaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk
luka di telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya
sampai ketulang dibawahnya karena rasa nyeri sudah hilang maka sendi penderita
bisa mengalami cedera
5. Gejala sifilis kogelinita ( Kelainan kogenital dini )
a. Kelainan kogenital dini
 Makulopakular pada kulit
 Retinitis
 Terdapat Tonjolan kecil pada mukosa
 Hepatosplenomegali
 Ikterus
 Limfadenoppati
 Osteokondrosis
 Kordioretinitis
 Kelainan Pada iris mata
b. Kelainan Kongenital terlambat(lanjut)

 Gigi hutghinnson
 Gambaran mulberrypada gigi molar
 Keratitis intertinal
 Retaldasi mental
 Hidrosefalus
2.5 klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer,sekunder,laten,tersier.Tiap stadium
perkembangan memilki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ tubuh yang
berbeda-beda pula.
2.5.1 Stadium Dini atau 1(Primer)
Tiga minggu setelah infeksi,timbul lesi pada tempat masuknya Treponema
pallidum.Lesi pada umumnya hanya satu.Terjadi efek primer berupa penonjolan-penonjolan
kecil yang erosif, berukuran 1-2 cm,berbentuk bulat,dasarnya bersih,merah,kulit disekitarnya
tampak meradang,dan bila di raba ada pengerasan.Kelainan ini tidak nyeri.Dalam beberapa
hari,erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus,sedangkan sifat lainnya seperti
pada efek primer.Keadan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat
paha.Kelenjar tersebut membesar,padat,kenyal pada perabaan,tidak nyeri,tunggal dan dapat
digerakkan bebas dari sekitarnya.Keadaan ini disebut sebagai sifilis stadium1 komplek
primer.Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin,dapat pula dibibir,lidah,tonsil,putting
susu,jari dan anus.Tanpa pengobatan,lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu,cepat atau
lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.
2.5.2 Stadium II(Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul,sifilis stadium sudah
sembuh.Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu.Kadang-kadang terjadi
masa transisi,yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal.Gejala Konstitusi seperti nyeri
kepala,demam’anoreksia,nyeri pada tulang,dan leher biasanya mendahului,kadang-kadang
bersamaan dengan kelainan pada kulit.Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau
tonjolan-tonjolan kecil.Tidak terdapat gelembung bernanah.Sifilis stadium II sering kali
disebut sebagai The Greatest Immitator of All skin Diseases karena bentuk klinisnya
menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain.Selain pada kulit,stadium ini juga dapat
mengenai selaput lender dan kelenjar getah bening diseluruh tubuh.
2.5.3 sifilis stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.Guma
umumnya satu,dapat multipel,ukuran militer sampai berdiameter beberapa sentimeter.Guma
dapat timbul pada semua jaringan dan organ,termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar
mulut .
Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti lambung,hati limpa,paru-paru,testis
dll.Kelainan lain berupa nodus dibawah kulit,kemerahan dan nyeri.
2.5.4 Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis(pada
jaringan saraf).Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer.Sejumlah 10% penderita
sifilis akan mengalami Stadium ini.Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak
terkena.Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.Diagnosis pasti sifilis
ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum.Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali(selama 3 hari berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer,dan menjadi
positif setelah 1-4 minggu.TSS(tes serologic sifilis) di bagi dua,yaitu treponemal dan non
treponemal .Sebagai antigen pada TSS non spesifik digunakan ekstrak jaringan,misalnya
VDRL,RPR,dan ikatan komplemen Wasserman/kolmer.TSS nonspesifik akan menjadi
negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan pengobatan.Pada TSS spesifik, sebagai antigen digunakan treponema atau
ekstraknya,misalnya Treponema pallidum hemagglutination assay(TPHA) dan TPI.walaupun
pengobatan di berikan pad stadium dini,TSS spesifik akan tetap positif,bahkan dapat seumur
hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis.

2.6 Komplikasi
2.6.1 Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebakan kematian janin,partus immaturus dan partus premature.Bayi dengan sifilis
kongenital memiliki kelainan pada tulang,gigi,penglihatan,pendengaran,gangguan mental dan
tumbuh kembang anak.Oleh karena itu,setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk
memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya.Karena pengobatan yang cepat dan tepat
dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2.6.2 Komplikasi Terhadap Ibu
a. Menyebabkan Kerusakan berat pada otak dan jantung
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar,pucat,Keabu-abuan dan
licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran premature dan menimbulkan cacat.

2.7 Penularan
Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak dalam
kandungannya.Sifilis congenital,melalui infeksi transplasental terjadi pada saat janin berada
didalam kandungan ibu yang menderita sifilis.Penularan karena mencium atau pada saat
menimang bayi dengan sifilis congenital jarang sekali terjadi.
Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah.Hal ini bisa terjadi jika
pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal .Ada lagi kemungkinan penularan cara
lain,yaitu penularan melalui barang-barang yana tercemar bakteri penyebab sifilis,Treponema
pallidum,walaupun itu baru secara teoritis saja,karena kenyataannya boleh dikatakan tidak
pernah terjadi.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko penularan penyakit syphilis
dapat terjadi jika:
1. Melakukan hubungan seksual dengan seorang yang mengidap penyakit sifilis,jika tidak
(pernah)melakukan hubungan seksual aktif dengan penderita sifilis maka dia tidak akan
punya resiko terkena penyakit ini.
2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat transplasental
3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.

2.8 Pengaruh Terhadap Kehamilan


Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses kehamilannya dan
janin.Berikut ini adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan yaitu:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan
dini,dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta
2. Akhibatnya kelahiran mati dan partus prematurus
3. Bayi lahir dengan lues konginetal:Pemfigus sifilitus,diskuamasi telapak tangan –kaki
,serta kelainan muut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.

2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.Infeksi pada janin terjadi minggu 16
kehamilan dapat terjadi:Partus prematurus,kelahiran mati,cacat bawaan pada janin.Diagnosis
pada ibu hamil agak sulit ditegakkan karena pada ibu hamil terjadi perubahan
hormon.Diagnosis dapat ditegakkan
a. Pemeriksaan serologik: VDRL:(Veneral diesses research laboratory)
b. DEngan mempergunakan lapangan gelap,untuk membuktikan langsung terdapat
spirokaeta treponea palidum.
c. Fungsi lumbal untuk membuktikan neurosifilis.

2.10 Penatalaksanaan dan Terapi


Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin,sebaiknya sebelum hamil atau pada
triwulan 1 untuk mencegah penularan terhadap janin.Suami harus diperiksa dengan
menggunakan tes reaksi wasserman dan VDRL,bila perlu diobati dengan terapi penisilin G
injeksi.penting untuk diketahui dalampemilhan obat-obatan untuk ibu hamil perlu
memperhatikan pengaruh burujk yang akan terjadi pada janinnya.Sedangkan jenis pemilihan
dan eritrosin merupakan obat untuk ibu hamil yang tidak memberikan efek atau pengaruh
buruk terhadap janinnya.Berikut ini adalah table terapi atau pengobatan Sifilis pada ibu yang
sedang hamil.
Terapi Infeksi sifilis Pada Kehamilan
Tingkat Penyakit Altenatif Terapi Dasar Terapi
 Infeksi Primer
 Infeksi Sekunder
 Fase Laten kurang dari 1 tahun: Penisilin G Benzathine 2,4 juta unit IM,Eritromisin PO
500 mg/4 kali/selama 15 hari,Ceftriaxone IM 250 mg/4 kali selama 15 hari
 Sifilis laten lebih dari 1 tahun : Penisilin G Benzathin 2,4 juta IM/3 kali dalam
seminggu,Eritromisin 500 mg/4 kali/hari selama 30 hari
 Kardiovaskuler atau neurosifilis: Pinisilin cristal G 2,4 juta unit setiap 4 hari selama 10-
14 hari diikuti Pinisilin G Benzathin secara IM 2,4 juta unit
Penisilin Procain G secara IM setiap hari 2,4 juta unit ditambah probenecid 500 mg sebanyak
4 kali/hari selama 10-14 hari kemudian diikuti penisilin G Benzatin sebanyak 2,4 juta unit
secara IM Sebenarnya penisilin merupakan obat pilihan.
Anjuran obat sifilis yang harus dilakukan pada ibu hamil stadium primer,sekunder,atau laten
durasi kurang dari 1 tahun dapat diberikan pengobatan utama yaitu penisilin G Benzathin 2,4
juta unit secara IM.Tetapi jika ibu mengalami alergi dapat diganti dengan
Eritromisin 500 mg PO selama 15 hari serta setriakson 250 mg secara IM selama 10
hari.Sedangkan pada Sifilis laten durasi lebih dari 1 tahun atau sifilis Kardiovaskuler
diberikan obat utama penisilin G Benzathin 2,4 juta unit secara Im setiap minggu 3×,tetapi
jika ibu mengalami alergi penisilin dapat diganti dengan Eritromisin 500 mg PO selama 30
hari.Sedangkan pada Neurosifilis diberikan pengobatan utama pinisilin G akueous kristalin
2,4 juta unut 4× selama 10-14 hari diikuti dengan penisilin G akueous prokain 2,4 juta unit
IM.Atau dapat diberi pinisilin G akueous prokain 2,4 juta unit IM setiap hari dengan
probenesid 500 mg PO selama 10-14 hari,kemudian diikuti dengan penisilin G Benathin 2,4
juta secara IM.

2.11 Pognosis
Setelah menjalani pengobatan,prognosis untuk sifilis fase primer,sekunder dan fase laten
adalah baik.Prognosis untuk sifilis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk,karena
kerusakan yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki.

2.12 asuhan setelah persalinan pada penderita sifilis


1. Bila keadekuatan pengobatan pada ibu tidak diketahui atau jika ibu tidak mendapatkan
pinisilin ibu harus mendapatkan terapi
2. Diantara bayi yang selamat,banyak yang menderita sifilis congenital yang dapat
menyebabkan kecacatan fisik dan retardasi mental.
BAB III
KEGIATAN
3.1 Kegiatan
3.1.1 Konseling pre test
Dilaksanakan oleh bidan sehingga sehingga diharapkan semua ibu hamil
diwilayah kerja Pukesmas Muara Tiga terlayani konseling. Saat konseling ini di
sampaikan informasi tentang Sifilis baik cara penularan, cara pencegahan serta
dampak dari penyakit tersebut.

3.1.2 Test sifilis


Setelah konseling kemudian ibu hamil diambil darahnya dan dilakukan
pemeriksaan skrening sefilis di laboratorium.

3.1.3 Konseling pasca test


Pada tahapini disampaikan hasil pemeriksaan dari laboratorium, jika hasil
negatif maka pasien dihimbau untuk menjaga pola hidup sehat. Jika hasil positif
maka akan dilaporkan ke Dinkes Pidie dan akan di rujuk kelaboratorium Rumah
Sakit Umum Tgk Chik Di Tiroe untuk mendapatkan Pelayanan tindak lanjut dan
pengobatan.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan sifilis dilaksanakan dengan cara :
3.2.1 Pelayanan dalam gedung yang meliputi pemeriksaan sifilis pada seluruh
ibu hamil secara suka rela maupun inisiatif petugas kesehatan di
Puskesmas.
3.2.2 Pelayanan diluar gedung yang meliputi penyeluhan dan pemeriksaan sifilis
kerumah ibu hamil
3.3 Sasaran Kegiatan
Seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga
3.4 Jadwal Kegiatan
Untuk Pasien ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas, kegiatan pemeriksaan
dilakukan setiap hari jam kerja. Sedangkan luar gedung di sesuaikan dengan jadwal
BOK.
3.5 Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
3.5.1 Pencatatan
Pencatatan hasil pemeriksaan akan dicatat pada buku harian kemudian akan
direkap pada akhir bulan.
3.5.2 Pelaporan
Laporan bulanan program dan hasil pemeriksaan akan dilaporkan pada Kepala
Puskesmas kemudian akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Pidie.
3.5.3 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan akan dilakukan oleh penanggung jawab program dan akan
diserahkan ke Dinkes Kabupaten Pidie untuk dievaluasi.

Anda mungkin juga menyukai