Bagaimana ayah dapat berperan di dalam memastikan kesehatan anaknya, terutama melindungi dan
mencegah terkena pneumonia?
Peran adalah sekumpulan tugas sehari-hari agar seseorang dapat menjalankan fungsi sosialnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup
Ketika peran tidak bisa dijalankan, seseorang mengalami disfungsi sosial yang menyebabkan kebutuhan
hidup tidak terpenuhi dan memunculkan masalah yang dapat mengganggu keharmonisan,
keseimbangan dan cita-cita mencapai hidup sejahtera.
Anak akan mengalami masalah tumbuh kembang, bahkan mungkin masalah kelangsungan hidup,
terlebih jika terjadi kekerasan pada anak.
Secara budaya, pengasuhan dilekatkan pada peran ibu. Tetapi ini tidak berarti bahwa ayah tidak
dapat berperan. Seorang ayah yang turut berperan dalam pengasuhan anak akan memastikan
kelangsungan hidup yang baik bagi anak, melipatgandakan tumbuh kembang dan prestasi anak,
serta anak-anak terlindungi dari bahaya.
Mengacu pada Positive Discipline in Everyday Parenting (PDEP), seorang ayah memiliki beberapa
peran utama dalam kesehatan anak sebagai berikut:
Menentukan tujuan jangka panjang bagi anak
Membangun kelekatan
Memberikan bimbingan
Mengatasi berbagai masalah kesehatan anak
Memastikan pengasuhan yang menetap dan berkelanjutan
Tujuan Jangka Panjang adalah kualitas atau karakteristik baik yang menetap yang orangtua inginkan
ada pada anak ketika mereka dewasa. Misalnya menginginkan anaknya hidup sehat, tumbuh dan
berkembang dengan baik, memiliki budi pekerti dan memiliki karaktek yang baik.
Ayah dan ibu dapat mendiskusikan tujuan jangka panjang untuk anak dan bersepakat
menjadikannya sebagai pegangan dalam menumbuhkembangkan dan mengatasi berbagai masalah
anak.
Kehangatan merupakan upaya yang dilakukan ayah untuk memastikan anak aman secara fisik dan
emosional, memahami kebutuhan anak, memahami pikiran anak, serta memahami apa yang
dirasakan anak.
Kehangatan memiliki pilar sebagai berikut:
Meyakinkan anak merasa aman; misalnya selalu hadir terutama ketika anak mengalami masalah
kesehatan.
Meyakinkan anak merasakan dicintai, tanpa syarat; misalnya selalu menyediakan waktu untuk anak
tanpa syarat apapun terutama pada saat anak membutuhkan atau turut membantu pengasuhan.
Menunjukkan cinta dalam kata dan tindakan; misalnya menyuapi anak, mengganti popok, memandikan
anak, mengajak anak bermain, dsb.
Mempertimbangkan yang anak pikirkan di setiap tahapan usia ; misalnya bertanya dan mengajak anak
berbicara serta memberikan kesempatan anak untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya.
Memikirkan kebutuhan anak di setiap tahapan usia; sesuai dengan tahap perkembangan dan
kematangannya baik kognitif, emosi/sosial, dan psikomotorik.
Memikirkan bagaimana perasaan anak anda; misalnya bertanya apa yang dirasakan anak dan
menunjukkan simpati dengan memeluk, menciumnya, dsb.
Jika anak mengalami masalah kesehatan tertentu, maka gunakan mantra MATKABE.
Ma = MAsalah. ——— T = Tujuan jangka panjang
KA = Kehangatan ——- Be = Bimbingan
Apa yang harus dilakukan:
Cari tahu masalahnya.
Ingatlah tujuan jangka panjang
Berikan kehangatan. Lihat di atas. Mana yang bisa dilakukan
Berikan bimbingan. Lihat di atas. Mana yang bisa dilakukan
Strategi Kampanye
Save the Children, bekerja sama dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah Indonesia,
organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan mitra lainnya, melaksanakan strategi kampanye
Untuk menurunkan angka kematian bayi WHO membuat strategi Manajemen Terpadu
Penyakit Anak (IMCI). Metode ini pada tahun 1997 mulai dikembangkan di Indonesia
dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sebuah program yang
memfasilitasi seluruh balita sakit yang datang ke rumah sakit kesehatan. Strategi ini
memadukan pelayanan terhadap balita yang sakit dengan cara memadukan intervensi
yang terpisah menjadi satu paket tunggal. Pada dasarnnya metode ini merupakan
strategi penurunan kematian melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan, meningkatkan dukungan sistem kesehatan, dan
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat.
Terkait Diharapkan, sebelum ada strategi ini, membahas program perawatan anak sakit
menggunakan program dukungan sepenuhnya untuk masing-masing
penyakit. Keputusan ini akan menimbulkan masalah, misalnya penolakan dan
pengobatan pada pasien yang menderita penyakit lain selain penyakit yang dikeluhkan
dengan gejala yang sama atau lebih sama.
Pendapat yang disediakan pada MTBS merupakan paket yang didukung oleh preventif,
promotif, kuratif juga rehabilitasi. Metode MTBS ini dalam menggunakan balita sakit
menggunakan algoritme, dapat mengklasifikasi penyakit dengan tepat, jika diperlukan
dapat melakukan rujukan sepenuhnya, melakukan status gizi dan memberikan imunisasi
kepada balita yang membutuhkan. Selain itu, untuk ibu balita juga memberikan
konseling tentang tata cara memberikan obat kepada balitanya di rumah, memberikan
nasihat tentang makanan yang diperlukan diberikan kepada balita tersebut dan memberi
tahu kapan harus kembali meminta untuk mendapatkan bantuan selanjutnya.
Prosedur Standar MTBS
Menurut Depkes (2000), manajemen Terpadu Balita Sakit adalah manajemen untuk
balita yang sakit yang dilindungi yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Terpisah
berarti mencari dan mengobati dengan dipandu buku bagan MTBS untuk beberapa
penyakit yang menyebabkan kematian bayi dan balita seperti pneumonia, diare, malaria,
campak, gizi buruk dan masalah lainnya ke dalam satu episode pemeriksaan. Setelah
diberikan, buatlah pemeriksaan dan tanda-tanda yang muncul, pembuatan klasifikasi,
pemberian tindakan dan kemudian diakhiri dengan melakukan konseling. Pemberian
intervensi dengan bantuan tiga komponen utama yaitu perawatan (kuratif), pencegahan
(preventif) serta promosi (promotif).
Menurut WHO (1998), ide keterpaduan ini didasari pada kenyataan di lapangan bahwa
sebagian besar balita sakit yang datang bertentangan dengan klinis yang saling
tumpang tindih dan bahkan tidak spesifik menimbulkan kesulitan dalam menegakkan
diagnosis membengkaknya biaya perawatan.
Strategi yang digunakan dalam pembahasan MTBS adalah perbaikan perbaikan balita
yang sakit dengan aspek nutrisi, imunisasi dan hal lain yang terkait pada kesehatan
anak, termasuk kesehatan ibu.
Beberapa pembelaan dijumpai pada penerapan MTBS, seperti waktu pelayanan yang
relatif lebih lama, masyarakat cenderung lebih buruk untuk melakukan kunjungan
ulang. Atas permintaan kita, kunjungan dilakukan dilakukan dua hari setelah pemberian
antibiotika, untuk pemberian persetujuan efek antibiotika yang diberikan.
Indikator MTBS
Menurut WHO dan UNICEF (1999), terdapat beberapa indikator pelaksanaan MTBS,
antara indikator lain ketrampilan petugas, manajemen manajemen, dan indikator tingkat
kepuasan pengantar terhadap pelayanan yang diberikan.
Pada iIndikator ketrampilan petugas, terdiri dari kemampuan untuk menilai empati tanda
bahaya, pemeriksaan batuk, diare, dan demam, pemeriksaan berat badan dibandingkan
dengan KMS, pemeriksaaan status imunisasi, meminta kepada pengantar terkait
bantuan ASI dan makanan tambahan, menyediakan terapi yang benar. Jugaparameter
konseling yang diberikan pada waktu pemberian, pemberian terapi antibiotika lisan yang
diresepkan sepenuhnya, pemberian nasehat untuk pemberian cairan tambahan dan
disetujui memberi makan, pemberian imunisasi yang dibutuhkan sebelum membuka
tempat pelayanan, dan bantuan pengantar tentang cara memberikan obat kepada orang
sesuai permintaan bantuan yang diberikan petugas.
Berdasarkan penilaian yang ada sistem kesehatan antara lain meliputi aspek supervisi
dan pengamatan tentang penyimpanan dalam enam bulan terakhir, aspek yang
membahas obat-obatan dan alat kesehatan yang memuat obat-obatan esensial,
kecukupan obat injeksi dalam pertolongan sebelum dirujuk, peralatan yang memadai
dan jenis vaksin yang dibutuhkan , serta aspek-aspek pelatihan MTBS.
Pada indikator kepuasan ibu balita atau pendampingnya, melengkapi indikator gizi
terkait ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, pemberian bantuan imunisasi
campak. Sementara untuk perawatan di rumah pada anak yang sakit mendapatkan
cairan yang lebih banyak dan mendapatkan bantuan makanan. Juga memastikan bahwa
pembawa bayi harus tahu, minimal dua tanda kapan saja harus dikembalikan membawa
pelayanan kesehatan.
Referensi:
• Depkes RI. (2000) Pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit.
• WHO, (1998). Manajemen Terpadu Penyakit Anak, UNICEF.
• SIAPA. (2003) Komponen IMCI, Menuju Kesehatan dan Perkembangan Anak yang
Lebih Baik,
Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah suatu ppendekatan yang terpadu yang
tata pelaksanaanya dilakukan pada balita sakit dengan fasilat rawat jalan dengan
pengetahuan pelayanan kesehatan.
MTBS mencakup berbagai upaya yang berkaitan erat dengan penyembuhan penyakit pada
bayi berupa pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya
peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vit K,
Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan.
Pada Modul MTBS 1 Tahun 2008 menyatakan:
Langkah-Langkah Kegiatan
Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
Petugas melaksanakan anamnesa
Petugas melakukan pemeriksaan
Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan
memberikan penyuluhan
Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke
ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.