Anda di halaman 1dari 11

Peran Ayah dalam Kesehatan Anak

Bagaimana ayah dapat berperan di dalam memastikan kesehatan anaknya, terutama melindungi dan
mencegah terkena pneumonia?

 Mengikuti perkembangan anak sesuai dengan tahapannya


 Mendukung ibu ketika memberikan ASI eksklusif
 Memastikan anak mendapat imunisasi lengkap (membantu mengingatkan, menemani ketika imunisasi,
dll)
 Tidak merokok di lingkungan rumah dan ketika berada di dekat anak
 Membantu memastikan kecukupan gizi anak
 Mengobati ketika anak sakit (membawa ke layanan kesehatan)

Apa itu peran?

 Peran adalah sekumpulan tugas sehari-hari agar seseorang dapat menjalankan fungsi sosialnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup

Apa yang terjadi jika peran tidak dapat dijalankan?

 Ketika peran tidak bisa dijalankan, seseorang mengalami disfungsi sosial yang menyebabkan kebutuhan
hidup tidak terpenuhi dan memunculkan masalah yang dapat mengganggu keharmonisan,
keseimbangan dan cita-cita mencapai hidup sejahtera.
Anak akan mengalami masalah tumbuh kembang, bahkan mungkin masalah kelangsungan hidup,
terlebih jika terjadi kekerasan pada anak.

Apa saja yang dimaksud dengan kesehatan anak?

Kesehatan anak mencakup:


Kelangsungan hidup anak, misalnya dengan cara:
 mengontrol kehamilan secara teratur
 persalinan yang benar, aman dan bersih
 memberikan ASI eklusif 6 bulan dan menyusui dilanjutkan sampai minimal dua tahun,
 memberikan MPASI sejak 6 bulan
 memenuhi imunisasi anak secara lengkap,
 mengobati anak ketika sakit,
 menjauhkan anak dari bahaya,
 menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi anak dan
 memastikan anak aman dan selamat ketika ke luar rumah.
Tumbuh kembang anak sesuai tahap-tahap perkembangannya, baik secara koginitif, emosi/sosial,
dan psikomotorik. Gizi yang baik dan seimbang menghindari stunting dan penyakit-penyakit yang
berbahaya pada anak seperti ISPA, pneumonia, diare, campak, difteri, batuk rejan, dll.
Pemenuhan kebutuhan kesehatan anak harus berkelanjutan dan lengkap. Apabila ada salah satu
aspek yang hilang, maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak.
Apakah pengasuhan hanya tugas ibu?

Secara budaya, pengasuhan dilekatkan pada peran ibu. Tetapi ini tidak berarti bahwa ayah tidak
dapat berperan. Seorang ayah yang turut berperan dalam pengasuhan anak akan memastikan
kelangsungan hidup yang baik bagi anak, melipatgandakan tumbuh kembang dan prestasi anak,
serta anak-anak terlindungi dari bahaya.

Apa saja peran utama seorang ayah?

Mengacu pada Positive Discipline in Everyday Parenting (PDEP), seorang ayah memiliki beberapa
peran utama dalam kesehatan anak sebagai berikut:
 Menentukan tujuan jangka panjang bagi anak
 Membangun kelekatan
 Memberikan bimbingan
 Mengatasi berbagai masalah kesehatan anak
Memastikan pengasuhan yang menetap dan berkelanjutan

Apa yang dimaksud dengan tujuan jangka Panjang?

Tujuan Jangka Panjang adalah kualitas atau karakteristik baik yang menetap yang orangtua inginkan
ada pada anak ketika mereka dewasa. Misalnya menginginkan anaknya hidup sehat, tumbuh dan
berkembang dengan baik, memiliki budi pekerti dan memiliki karaktek yang baik.
Ayah dan ibu dapat mendiskusikan tujuan jangka panjang untuk anak dan bersepakat
menjadikannya sebagai pegangan dalam menumbuhkembangkan dan mengatasi berbagai masalah
anak.

Bagaimana cara memberikan kehangatan?

Kehangatan merupakan upaya yang dilakukan ayah untuk memastikan anak aman secara fisik dan
emosional, memahami kebutuhan anak, memahami pikiran anak, serta memahami apa yang
dirasakan anak.
Kehangatan memiliki pilar sebagai berikut:
 Meyakinkan anak merasa aman; misalnya selalu hadir terutama ketika anak mengalami masalah
kesehatan.
 Meyakinkan anak merasakan dicintai, tanpa syarat; misalnya selalu menyediakan waktu untuk anak
tanpa syarat apapun terutama pada saat anak membutuhkan atau turut membantu pengasuhan.
 Menunjukkan cinta dalam kata dan tindakan; misalnya menyuapi anak, mengganti popok, memandikan
anak, mengajak anak bermain, dsb.
 Mempertimbangkan yang anak pikirkan di setiap tahapan usia ; misalnya bertanya dan mengajak anak
berbicara serta memberikan kesempatan anak untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya.
 Memikirkan kebutuhan anak di setiap tahapan usia; sesuai dengan tahap perkembangan dan
kematangannya baik kognitif, emosi/sosial, dan psikomotorik.
 Memikirkan bagaimana perasaan anak anda; misalnya bertanya apa yang dirasakan anak dan
menunjukkan simpati dengan memeluk, menciumnya, dsb.

Bagaimana cara memberikan bimbingan?


Bimbingan merupakan dukungan yang dilakukan oleh ayah agar anak bisa berhasil melewati tugas
perkembangannya.
Bimbingan dapat diberikan dengan cara:
 Memberikan bimbingan yang jelas untuk anak bersikap
 Memberikan penjelasan untuk setiap alasan
 Mendukung dan membantu anak untuk berhasil
 Menjadi model yang positif
 Mendukung cara pandang dan ide anak
 Menyelesaikan masalah bersama-sama
Contoh-contoh:
 Mengantar anak berobat ke dokter dan mencari rujukan-rujukan yang tepat
 Mempelajari informasi yang terkait dengan tumbung kembang dan kesehatan anak
 Mempelajari informasi yang berhubungan dengan penyakit anak
 Memastikan anak memiliki asuransi kesehatan

Bagaimana mengatasi masalah kesehatan anak?

Jika anak mengalami masalah kesehatan tertentu, maka gunakan mantra MATKABE.
Ma = MAsalah. ——— T = Tujuan jangka panjang
KA = Kehangatan ——- Be = Bimbingan
Apa yang harus dilakukan:
 Cari tahu masalahnya.
 Ingatlah tujuan jangka panjang
 Berikan kehangatan. Lihat di atas. Mana yang bisa dilakukan
Berikan bimbingan. Lihat di atas. Mana yang bisa dilakukan
Strategi Kampanye

Save the Children, bekerja sama dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah Indonesia,

organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan mitra lainnya, melaksanakan strategi kampanye

perubahan perilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak melalui langkah-langkah:

1. meningkatkan pengetahuan tentang pneumonia dan tanda bahayanya

2. pencegahan, dengan merujuk pada Kerangka Kerja Penanganan Pneumonia

3. membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan dalam mengatasi pneumonia.


Pelaksanaan kegiatan kampanye ke wilayah kerja Save the Children yaitu di kabupaten Bandung dan
Sumba Barat.

Fokus kampanye pneumonia 2019-2021:

1. Meningkatkan penyadartahuan mencegah pneumonia pada anak dengan memahami tanda


tanda bahaya serta cara penularannya.
2. Pendekatan terpadu penatalaksanaan pneumonia pada anak dengan melindungi-mencegah
dan mengobati.
3. Bekerja sama dengan organisasi masyarakat dan pemerintah serta pihak swasta dalam
menyuarakan pentingnya pencegahan pneumonia pada anak.
Indikator Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Pada tahun 2011 kemarin WHO menerbitkan manual Manajemen Terpadu balita sakit
“merawat anak-anak dan bayi baru lahir di masyarakat”. Dalam preambule-nya disetujui,
manual ini dirancang untuk membantu pekerja kesehatan masyarakat menyetujui dan
merawat anak sakit (usia 2 - 59 bulan). Manual antara lain terkait topik yang dibahas
dan dikeluarkan oleh anak-anak dengan tanda-tanda bahaya; Merawat pneumonia,
diare dan demam; membantu dan meminjamkan anak dengan gizi buruk ke fasilitas
kesehatan; Terkait anak dengan masalah lain yang diperlukan perhatian medis, juga
aspek yang terkait saran tentang perawatan rumah untuk semua anak-anak
sakit. Manual dapat rekan-rekan UNDUH DISINI.
Kembali pada topik MTBS, kita kembali menengok beberapa latar belakang lahirnya
strategi MTBS ini. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diskusi di negara berkembang
setiap tahun terjadi 12 juta kematian anak di bawah lima tahun. Dan hampir 70%
penyebab kematian ini disebabkan oleh lima penyakit yaitu pneumonia, diare, malaria,
campak, dan masalah gizi buruk.

Untuk menurunkan angka kematian bayi WHO membuat strategi Manajemen Terpadu
Penyakit Anak (IMCI). Metode ini pada tahun 1997 mulai dikembangkan di Indonesia
dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sebuah program yang
memfasilitasi seluruh balita sakit yang datang ke rumah sakit kesehatan. Strategi ini
memadukan pelayanan terhadap balita yang sakit dengan cara memadukan intervensi
yang terpisah menjadi satu paket tunggal. Pada dasarnnya metode ini merupakan
strategi penurunan kematian melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan, meningkatkan dukungan sistem kesehatan, dan
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat.

Terkait Diharapkan, sebelum ada strategi ini, membahas program perawatan anak sakit
menggunakan program dukungan sepenuhnya untuk masing-masing
penyakit. Keputusan ini akan menimbulkan masalah, misalnya penolakan dan
pengobatan pada pasien yang menderita penyakit lain selain penyakit yang dikeluhkan
dengan gejala yang sama atau lebih sama.

Pendapat yang disediakan pada MTBS merupakan paket yang didukung oleh preventif,
promotif, kuratif juga rehabilitasi. Metode MTBS ini dalam menggunakan balita sakit
menggunakan algoritme, dapat mengklasifikasi penyakit dengan tepat, jika diperlukan
dapat melakukan rujukan sepenuhnya, melakukan status gizi dan memberikan imunisasi
kepada balita yang membutuhkan. Selain itu, untuk ibu balita juga memberikan
konseling tentang tata cara memberikan obat kepada balitanya di rumah, memberikan
nasihat tentang makanan yang diperlukan diberikan kepada balita tersebut dan memberi
tahu kapan harus kembali meminta untuk mendapatkan bantuan selanjutnya.
Prosedur Standar MTBS
Menurut Depkes (2000), manajemen Terpadu Balita Sakit adalah manajemen untuk
balita yang sakit yang dilindungi yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Terpisah
berarti mencari dan mengobati dengan dipandu buku bagan MTBS untuk beberapa
penyakit yang menyebabkan kematian bayi dan balita seperti pneumonia, diare, malaria,
campak, gizi buruk dan masalah lainnya ke dalam satu episode pemeriksaan. Setelah
diberikan, buatlah pemeriksaan dan tanda-tanda yang muncul, pembuatan klasifikasi,
pemberian tindakan dan kemudian diakhiri dengan melakukan konseling. Pemberian
intervensi dengan bantuan tiga komponen utama yaitu perawatan (kuratif), pencegahan
(preventif) serta promosi (promotif).

Menurut WHO-UNICEF (2003), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai


strategi yang penting untuk memperbaiki kesehatan anak. MTBS ini memusatkan pada
penanganan anak di bawah lima tahun (balita), tidak hanya mengenai status
kesehatannya tetapi juga penyakit-penyakit yang menyerang mereka. Fokusnya
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan pada balai perawatan dan perawatan rawat
jalan dengan menggunakan standar yang digunakan untuk mengelola kesehatan.

Menurut WHO (1998), ide keterpaduan ini didasari pada kenyataan di lapangan bahwa
sebagian besar balita sakit yang datang bertentangan dengan klinis yang saling
tumpang tindih dan bahkan tidak spesifik menimbulkan kesulitan dalam menegakkan
diagnosis membengkaknya biaya perawatan.

Pengertian Terpadu di dalam MTBS diterbitkan di atas strategi khusus yang


ditambahkan di dalam manajemen, didukung agar Balita mendapatkan pelayanan yang
lengkap di rumah atau di fasilitas kesehatan. MTBS diselesaikan dengan penuh
pertimbangan. Memadukan bersama-sama dengan pelayanan promosi, pertimbangan,
serta perawatan dalam satu strategi, yang dikelola dan dikoordinir oleh tim yang
melibatkan manajer dan para petugas yang memiliki keahlian beragam. Penerapan
MTBS menggunakan manajemen masalah untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan masyarakat yang utama melalui standarisasi dan diterbitkan pada buku
bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS

Strategi yang digunakan dalam pembahasan MTBS adalah perbaikan perbaikan balita
yang sakit dengan aspek nutrisi, imunisasi dan hal lain yang terkait pada kesehatan
anak, termasuk kesehatan ibu.

Beberapa pembelaan dijumpai pada penerapan MTBS, seperti waktu pelayanan yang
relatif lebih lama, masyarakat cenderung lebih buruk untuk melakukan kunjungan
ulang. Atas permintaan kita, kunjungan dilakukan dilakukan dua hari setelah pemberian
antibiotika, untuk pemberian persetujuan efek antibiotika yang diberikan.

Indikator MTBS
Menurut WHO dan UNICEF (1999), terdapat beberapa indikator pelaksanaan MTBS,
antara indikator lain ketrampilan petugas, manajemen manajemen, dan indikator tingkat
kepuasan pengantar terhadap pelayanan yang diberikan.
Pada iIndikator ketrampilan petugas, terdiri dari kemampuan untuk menilai empati tanda
bahaya, pemeriksaan batuk, diare, dan demam, pemeriksaan berat badan dibandingkan
dengan KMS, pemeriksaaan status imunisasi, meminta kepada pengantar terkait
bantuan ASI dan makanan tambahan, menyediakan terapi yang benar. Jugaparameter
konseling yang diberikan pada waktu pemberian, pemberian terapi antibiotika lisan yang
diresepkan sepenuhnya, pemberian nasehat untuk pemberian cairan tambahan dan
disetujui memberi makan, pemberian imunisasi yang dibutuhkan sebelum membuka
tempat pelayanan, dan bantuan pengantar tentang cara memberikan obat kepada orang
sesuai permintaan bantuan yang diberikan petugas.

Berdasarkan penilaian yang ada sistem kesehatan antara lain meliputi aspek supervisi
dan pengamatan tentang penyimpanan dalam enam bulan terakhir, aspek yang
membahas obat-obatan dan alat kesehatan yang memuat obat-obatan esensial,
kecukupan obat injeksi dalam pertolongan sebelum dirujuk, peralatan yang memadai
dan jenis vaksin yang dibutuhkan , serta aspek-aspek pelatihan MTBS.

Pada indikator kepuasan ibu balita atau pendampingnya, melengkapi indikator gizi
terkait ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, pemberian bantuan imunisasi
campak. Sementara untuk perawatan di rumah pada anak yang sakit mendapatkan
cairan yang lebih banyak dan mendapatkan bantuan makanan. Juga memastikan bahwa
pembawa bayi harus tahu, minimal dua tanda kapan saja harus dikembalikan membawa
pelayanan kesehatan.

Referensi:
• Depkes RI. (2000) Pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit.
• WHO, (1998). Manajemen Terpadu Penyakit Anak, UNICEF.
• SIAPA. (2003) Komponen IMCI, Menuju Kesehatan dan Perkembangan Anak yang
Lebih Baik,
Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah suatu ppendekatan yang terpadu yang
tata pelaksanaanya dilakukan pada balita sakit dengan fasilat rawat jalan dengan
pengetahuan pelayanan kesehatan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit

MTBS mencakup berbagai upaya yang berkaitan erat dengan penyembuhan penyakit pada
bayi berupa pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya
peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vit K,
Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan.
Pada Modul MTBS 1 Tahun 2008 menyatakan:

MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit


sekaligus sebagai pedoman bagi tenaga keperawatan ( bidan dan
perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan
signifikan, yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang
terjadi secara masal. Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki
pengetahuan dasar dari kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat
ataupun tidak sehat.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan.

Defenisi Manajemen Terpadu Balita Sakit


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu
manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu
mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang
diberikan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan
petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan
kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan
untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta
meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi
dan anak balita di negara-negara berkembang.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.

Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit


a) Meningkatkan keterampilan petugas
b) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e) Memperbaiki sistem kesehatan

Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit


 Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit


 Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
 Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus,
gangguan pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun,
penilaian pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

Langkah-Langkah Kegiatan
 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Petugas melaksanakan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan
memberikan penyuluhan
 Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke
ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.

Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
2. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
3. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
4. Persiapan pengadaan formulir
5. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
6. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa oral gula-
garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL
KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
KONSELING BAGI IBU
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :
I. Menilai cara pemberian makan anak :
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan
anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian
makan yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :
a) Apakah ibu meneteki anak?
berapa kali?
apa ibu juga meneteki pada malam hari?
b) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
makanan/minuman apa?
berapa kali sehari?
alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak makan/minum yang
diberikan?
Apakah anak dapat porsi tersendiri?
Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
c) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak di ubah? bila ya, bagaimana caranya?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat
0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex: pisang, pepaya, air
jeruk dan air tomat, makan pendamping diberikan 2x/hari ,sesuai pertambahan umur
diberikan bubur tim ditambah kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam,
kacang hijau, santan/minyak. frekuensi 7-8 sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari
bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan 3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri
makanan selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau, pisang, biskuit dan lain-lain diantara
waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang ditambah telur, ayam,
ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan
selingan 2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah, makanan
selingan 2x/hari.
Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi susu kental.

Anda mungkin juga menyukai