Anda di halaman 1dari 5

SYOK NEUROGENIK : GEJALA, PEMERIKSAAN DAN

PENGOBATAN

Syok neurogenik adalah kondisi yang mengancam jiwa dengan tekanan darah menurun
90/60 mmHg, disebabkan oleh sirkulasi darah yang tidak teratur karena faktor neurologis.
Trauma dan cidera medula spinalis sering menjadi penyebab. Syok tipe ini sangat berbahaya,
karena tekanan darah menurun drastis dan tiba-tiba, dan memicu kerusakan irreversibel pada
tubuh. Syok ini dapat menjadi penyebab kematian.

Penatalaksanaan Syok Neurogenik

Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif. Syok
neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya pembuluh darah secara
mendadak di seluruh tubuh. Sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh
tamping (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi
umum yang dalam).

Syok Neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal
berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus
sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu
lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh
pingsan. Setelah pasien dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara
spontan. Trauma kepala yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok. Adanya syok pada trauma
kepala harus dicari penyebab yang lain. Trauma pada medulla spinalis akan menyebabkan
hipotensi akibat hilangnya tonus simpatis. Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah
hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi perifer.

Etiologi Syok Neurogenik

Etiologi Syok Neurogenik :

1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal)


2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur
tulang
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom)
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
Penyebab Syok Neurogenik

Syok ini berasal dari cidera dan trauma medulla spinalis. Akibatnya, tubuh kehilangan
fungsi dan stimulasi syaraf simpatis. Syaraf simpatis berfungsi menjaga fungsi tubuh termasuk
menguatkan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah dan membuka saluran nafas agar
pernafasan baik.

Jika syaraf simpatis tidak bekerja dengan baik, maka tekanan darah akan turun drastic
dan dapat mempengaruhi otak, jaringan dan medula spinalis. Penyebab lain syok jenis ini
diantaranya :

a. Kecelakaan mobil yang merusak medula spinalis dan sistem syaraf pusat
b. Tertebak peluru pada medula spinalis
c. Injuri ketika olahraga dengan cidera tulang belakang
d. Mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi sistem syaraf autonom, yang mengatur
pernafasan, dan fungsi tubuh
e. Pemberian obat bius anestesi yang tidak sesuai

Gejala Syok Neurogenik

Gejala utama dari syok jenis ini adalah penurunan tekanan darah, karena sirkulasi darah
yang tidak teratur. Adapun gejala lain yang tampak, diantaranya :

a. Pusing
b. Mual dan Muntah
c. Pandangan Kosong
d. Bekeringat berlebih
e. Perasaan cemas
f. Kulit pucat

Pada kasus yang berat, gejala pada syok jenis ini diantaranya:

a. Kesulitan bernafas
b. Nyeri dada
c. Kelemahan karena sirkulasi darah tidak teratur
d. Bradikardia (denyut jantung lambat)
e. Pulsasi tidak teraba
f. Cyanosis atau perubahan warna biru pada jari dan bibir
g. Hipotermia (penurunan suhu tubuh)
Manifes Klinis Syok Neurogenik

Manifes Klinis Syok Neurogenik sama dengan syok pada umunya tetapi pada syok
neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih
lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya deficit neurologis berupa quadriplegia atau
paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi
bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.

Penatalaksanaan Syok Neurogenik

Penatalaksanaan Syok Neurogenik konsep dasar untuk syok distributive adalah dengan
pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan
penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang
berkumpul ditempat disebut :

a) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi Trendelenburg)

b) Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan


masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan
endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk
menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distress respires yang
berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan
menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
c) Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan
kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infuse secara
cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral,
turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi.
d) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti rupture lien) :
 Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa
dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.

 Norepinefrin

Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor
terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam
menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak
sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik
karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap
jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal
kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan
kontraksi otot-otot uterus.

 Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme
cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya
terhadap jantung. Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien
tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan
vasodilatasi perifer tidak boleh diberkan pada pasien syok neurogenik.

 Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac ouput.
Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer. Pasien-
pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus diterapi sebagai
hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena sentral akan sangat
membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan. Kesimpulan berhasil tidaknya
penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok,
mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja
kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok.

Pengobatan Syok Neurogenik

Syok jenis ini dapat menyebabkan kerusakan irreversibel apabila tidak diobati segera.
Pilihan pengobatan bertujuan untuk menstabilkan kondisi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Pertama, dilakukan imobilisasi. Kemudian diberikan cairan intravena untuk mengatur tekanan
darah.

Jika tekanan darah turun, maka diberikan vasopressor (obat yang menebalkan pembuluh
darah sehingga tekanan darah dapat naik). Jenis vassopressor, diantaranya:

 Epinefrin

 Norpinefrin

 Dopamin

 Dobutamin

Apabila pada pasien ditemukan denyut jantung yang rendah dan melambat, maka
diberikan sulfat atropin. Ini akan meningkatkan detak jantung dan membuat denyut jantung
kembali normal. Untuk tatalaksana lebih detilenya, silahkan baca guideline tatalaksana syok
neurogenik.

Pemeriksaan Syok Neurogenik

Untuk menentukan diagnosis, pemeriksaan fisik dilakukan termasuk mengukur tanda vital
tekanan darah. Pemeriksaan penunjang lain juga dilakukan, seperti:

1. CT-scan

CT-scan menggunakan gambaran X-ray untuk memvsualisasi tubuh. Jika terdapat cidera spinal,
CT-scan dapat membantu diagnosis derajat keparahan cidera tersebut. CT-scan juga dapat
mendeteksi perdarahan interna dan kerusakan lainnya.

2. MRI-scan

Pemeriksaan MRI berupa radiologis memvisualisasi struktur internal tubuh, seperti tulang
belakang dan jaringannya. Ini akan mendeteksi irregularitas medula spinalis. MRI juga dapat
mendeteksi sumber nyeri tulang belakang dan syok neurogenik.

3. Kateter Urin

Kateter digunakan untuk mengukur volume urin. Dengan adanya cidera spinal, maka tubuh tidak
dapat mengeluarkan urin dan memicu inkontinensia urin. Melalui tes urin ini, akan mendeteksi
berbagai infeksi.

Anda mungkin juga menyukai