Anda di halaman 1dari 7

Apendisitis

A. Pengertian

Peradangan usus buntu atau apendititis adalah sebuah keadaan darurat medis yang
membutuhkan operasi yang cepat untuk menghilangkan usus buntu. Jika tidak diobati, usus
buntu akan meradang dan akhirnya pecah, sehingga menumpahkan isi sel-sel dan jaringan yang
meradang ke dalam rongga perut. Hal ini dapat menyebabkan peritonitis, peradangan serius dari
selaput rongga perut ini (peritoneum) bisa berakibat fatal kecuali jika ditangani dengan cepat
dengan antibiotik yang kuat.

Kadang-kadang abses berisi nanah (infeksi yang berdinding dari sisa tubuh) di luar usus
buntu yang meradang dapat terbentuk. Jaringan parut kemudian ‘menutup’ apendiks, mencegah
penyebaran infeksi apendiks ke bagian perut lainnya. Apendiks yang mengalami abses adalah
situasi yang kurang bahaya, tapi sayangnya, abses tidak dapat diidentifikasi tanpa operasi. Untuk
alasan inilah, semua kasus apendisitis diperlakukan sebagai kasus darurat, yang membutuhkan
pembedahan.

Meskipun bisa menyerang pada usia berapa pun, apendisitis paling umum terjadi antara
usia 10–30 tahun. Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun.
Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang. Namun, pada
akhir-akhir ini kejadiannya mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat pada dieit harian.

B. Etiologi

Dalam banyak kasus, penyebab radang usus buntu tidak sepenuhnya diketahui dengan jelas.
Namun risiko Anda memiliki usus buntu meningkat bila Anda memiliki kondisi di bawah ini:

1. Genetik

Tidak banyak yang tahu bahwa faktor genetik ternyata ikut berperan menjadi penyebab
meningkatnya risiko seseorang mengalami radang usus buntu akut. Sebanyak 56 persen kasus
usus buntu merujuk pada faktor genetik.
Risiko anak mengalami usus buntu dapat meningkat hingga 10 kali lipat jika ada salah
satu anggota keluarga intinya (ayah, ibu, atau saudara kandung) memiliki riwayat usus buntu,
baik aktif atau sudah pernah diobati.

Penyebab usus buntu menjadi penyakit yang diwariskan dalam keluarga dilaporkan
terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) serta golongan darah. Penelitian
menemukan bahwa orang-orang golongan darah A berisiko lebih tinggi mengalami usus buntu
daripada golongan O.

2. Infeksi virus

Penyumbatan pada lapisan usus buntu yang menyebabkan infeksi adalah kemungkinan
penyebab radang usus buntu. Dr. Edward Livingston, kepala departemen bedah gastroenterologi
di UT Southwestern, menyatakan bahwa penyebab radang usus buntu mungkin saja infeksi virus
atau infeksi lain yang tidak diketahui alasannya.

Usus buntu dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur di bagian tubuh lain
yang telah menyebar ke usus buntu. Kemungkinan terbesar dari kuman yang menyebabkan
infeksi pada usus buntu adalah E. coli. Bakteri ini dapat berkembang biak dengan cepat,
menyebabkan usus buntu menjadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah.

Selain itu, sebuah makalah yang terbit di Archives of Surgery edisi Januari tahun 2010
menemukan kasus usus buntu yang disebabkan oleh virus cenderung meningkat selama musim
panas. Meski begitu, belum ditemukan hubungan sebab-akibat pasti antara kedua faktor ini.

3. Kurang makan serat

Pada dasarnya makanan bukanlah penyebab usus buntu. Akan tetapi, makanan tertentu
yang kurang bisa dicerna dengan baik oleh tubuh dapat menumpuk dan menyumbat usus buntu
sehingga kemudian meradang.

Beberapa jenis makanan yang berisiko sulit dicerna misalnya makanan cepat saji,
makanan yang tinggi karbohidrat, dan yang rendah serat.
Sebuah penelitian yang mengamati hampir dua ribu anak di Yunani melaporkan bahwa anak
yang kurang makan serat lebih berisiko mengalami radang usus buntu ketimbang mereka yang
terbiasa makan seimbang.

Studi kasus lainnya yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan risiko usus buntu
pada anak-anak yang asupan seratnya lebih dari cukup turun hingga 30% lebih rendah dibanding
anak yang jarang makan serat.

Radang usus buntu paling sering disebabkan oleh penumpukan feses yang mengeras,
pertanda sembelit. Serat dapat meningkatkan berat dan ukuran feses karena bersifat menyerap
air, membuatnya lebih lunak sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan melalui anus. Feses yang
keras bisa menjadi tanda bahwa Anda kurang mengonsumsi makanan berserat.

4. Cedera atau benturan pada perut

Sebuah penelitian terbitan jurnal Biomed Central melaporkan sebagian kecil kasus cedera
yang mengenai perut bisa menjadi penyebab usus buntu. Khususnya apabila cedera atau trauma
terjadi di perut area dekat usus buntu, entah itu akibat terjatuh, tertusuk, atau terkena pukulan
benda tumpul.

Dalam penelitian yang dilakukan di Maroko ini, peneliti menemukan bahwa luka tusuk di
perut dapat menyebabkan usus buntu membengkak dan jaringan limfoid apendiks mengalami
pembesaran. Maka upaya yang bisa dilakukan dokter untuk menyelamatkan pasien adalah
mengangkat usus buntu untuk menghindari komplikasi berat

C. Patofisiologi

Apendisitis atau radang usus buntu terjadi ketika usus buntu tersumbat, biasanya berisi tinja,
benda asing, atau kanker. Penyumbatan juga dapat terjadi karena infeksi dan membengkak dalam
menanggapi infeksi di dalam tubuh.Dalam banyak kasus, penyebab apendisitis terkadang tidak
diketahui. Ada juga beberapa penyebab untuk satu kasus apendisitis.

Dokter percaya bahwa obstruksi pada usus buntu dapat menyebabkan radang usus buntu.
Obstruksi dapat bersifat parsial atau lengkap. Obstruksi lengkap adalah penyebab untuk operasi
darurat.Obstruksi sering diakibatkan oleh akumulasi atau penumpukan feses. Ini juga bisa
menjadi hasil dari folikel limfoid membesar, cacing, trauma, dan tumor.

Ketika ada penghambatan di usus buntu, bakteri dapat berkembang biak di dalam organ. Ini
mengarah pada pembentukan nanah. Tekanan yang meningkat bisa menyakitkan. Ini juga bisa
menghambat pembuluh darah lokal. Kurangnya aliran darah ke usus buntu dapat menyebabkan
gangren – jaringan tubuh mengalami nekrosis atau mati.Jika usus buntu pecah, feses dapat
mengisi perut. Ini adalah keadaan darurat medis.

Peritonitis adalah konsekuensi lain dari apendiks yang pecah. Ini adalah peradangan jaringan
yang melapisi dinding perut. Organ lain juga bisa menjadi meradang setelah pecah. Organ yang
terkena mungkin termasuk sekum, kandung kemih, dan kolon sigmoid.Jika usus buntu yang
terinfeksi bocor atau pecah berisiko membentuk abses, yang dapat membatasi infeksi ke area
berdinding kecil. Namun, abses masih bisa berbahaya.

D. Manifestasi klinis

Ada beberapa gejala apendisitis klasik yang muncul, meliputi:

 Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika bergerak ke
perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.

•Kehilangan selera makan

•Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai

•Pembengkakan perut

•Demam

•Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)

Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu muncul,
meliputi:

•Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah, punggung, atau
rektum
•Nyeri ketika buang air kecil

•Muntah yang mendahului nyeri perut

•Kram parah

•Sembelit atau bahkan diare

Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari bantuan
medis, karena diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan makan, minum, atau
menggunakan obat nyeri, antasida, obat pencahar, atau bantalan pemanas, yang dapat
menyebabkan apendiks meradang dan pecah.

E. Komplikasi

komplikasi yang mungkin terjadi pasca operasi usus buntu. Apa saja komplikasinya?

1. Infeksi pada luka

Jika luka mulai mengeluarkan cairan kuning atau nanah, atau jika kulit di sekitar luka
menjadi merah, hangat, bengkak, atau semakin terasa sakit, kemungkinan Anda memilki infeksi
luka.Setiap goresan merah pada kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan adanya infeksi pada
sistem yang mengalirkan cairan dari jaringan, yang disebut sistem getah bening.Infeksi ini bisa
serius, apalagi jika disertai demam. Jika Anda mengalami hal ini segera hubungi dokter untuk
mendapatkan perawatan medis.

2. Abses (nanah)

Abses adalah kumpulan nanah yang dikelilingi oleh dinding jaringan. Pembentukan
nanah umumnya terjadi di daerah usus buntu yang telah dibuang atau pada luka sayatan. Nanah
terbentuk ketika tubuh Anda mencoba untuk mengendalikan infeksi. Ini menyebabkan benjolan
menyakitkan dan dapat membuat Anda merasa tidak enak badan.

Abses kadang dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Namun pada sebagian
besar kasus, nanah perlu dikeringkan dari abses. Hal ini dapat dilakukan dengan panduan
ultrasound atau komputerisasi tomografi (CT scan) menggunakan bius lokal dan jarum
dimasukkan melalui kulit.
3. Komplikasi yang cukup jarang terjadi

Dalam kasus yang langka, Anda mungkin mengalami komplikasi-komplikasi berikut ini
pasca operasi usus buntu. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi tubuh Anda sebelum dan setelah
operasi usus buntu. Akan tetapi, bisa juga disebabkan oleh kelalaian petugas medis ketika operasi
berlangsung.

•Ileus (gerak peristaltik usus melambat-berhenti)

•Luka bedah untuk organ atau struktur

•Gangren usus

•Peritonitis (infeksi di rongga peritoneal)

•Obstruksi usus

F. Pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

2.Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi


(USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71–97%), terutama untuk
wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan
CT scan (93–98%). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks

G. Penatalaksanaan medis

Pada apendisitis akut, pembengkakan (swelling) rongga perut di mana dinding perut
tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah, sering kali
bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign)
yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat atau tungkai di angkat tinggi-tinggi,
maka rasa nyeri di perut bisa semakin parah.Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin
bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur
(rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus
buntu.

Anda mungkin juga menyukai