Anda di halaman 1dari 9

1.

PJB Non Sianotik

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau
dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh
darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis
yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan
vaskuler paru (Roebiono, 2003).

a. Ventricular Septal Defect (VSD)

Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada besarnya lubang, juga sangat
tergantung pada tingginya tahanan vaskuler paru. Makin rendah tahanan vaskuler paru makin besar
aliran pirau dari kiri ke kanan. Pada bayi baru lahir dimana maturasi paru belum sempurna, tahanan
vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya aliran pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun
lubang yang ada cukup besar. Tetapi saat usia 2–3 bulan di mana proses maturasi paru berjalan dan
mulai terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka aliran pirau dari kiri ke kanan akan
bertambah. Ini menimbulkan beban volume langsung pada ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi
gagal jantung (Roebiono, 2003).

b. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Pada PDA kecil umumnya anak asimptomatik dan jantung tidak membesar. Sering ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan rutin dengan adanya bising kontinyu yang khas seperti suara mesin
(machinery murmur) di area pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 2–3 kiri dan di bawah klavikula
kiri. Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang berlebihan pada PDA yang besar akan terlihat saat
usia 1–4 bulan dimana tahanan vaskuler paru menurun dengan cepat. Nadi akan teraba jelas dan keras
karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan nadi yang lebar akibat aliran dari aorta ke arteri
pulmonalis yang besar saat fase diastolik. Bila sudah timbul hipertensi paru, bunyi jantung dua
komponen pulmonal akan mengeras dan bising jantung yang terdengar hanya fase sistolik dan tidak
kontinyu lagi karena tekanan diastolik aorta dan arteri pulmonalis sama tinggi sehingga saat fase
diastolik tidak ada pirau dari kiri ke kanan. Penutupan PDA secara spontan segera setelah lahir sering
tidak terjadi pada bayi prematur karena otot polos duktus belum terbentuk sempurna sehingga tidak
responsif vasokonstriksi terhadap oksigen dan kadar prostaglandin E2 masih tinggi. Pada bayi prematur
ini otot polos vaskuler paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses penurunan tahanan
vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan dan akibatnya gagal jantung timbul lebih awal
saat usia neonatus (Roebiono, 2003).

c. Atrial Septal Defect (ASD)

Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum atrium dan aliran dari
kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban
volum pada jantung kanan. Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan pada anak walaupun pirau
cukup besar, dan keluhan baru timbul saat usia dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau anak dengan
ASD besar yang simptomatik dan gejalanya sama seperti pada umumnya kelainan dengan aliran ke paru
yang berlebihan yang telah diuraikan di atas. Auskultasi jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua
yang terpisah lebar dan menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi halus di
area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan terdengar bising diastolik di parasternal sela
iga 4 kiri akibat aliran deras melalui katup trikuspid. Simptom dan hipertensi paru umumnya baru
timbul saat usia dekade 30 – 40 sehingga pada keadaan ini mungkin sudah terjadi penyakit obstruktif
vaskuler paru (Roebiono, 2003).

d. Aorta Stenosis (AS)

Aorta Stenosis derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik sehingga sering terdiagnosis
secara kebetulan karena saat pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik
ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Bayi dengan AS derajat berat
akan timbul gagal jantung kongestif pada usia minggu minggu pertama atau bulan-bulan pertama
kehidupannya. Pada AS yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu
dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus
segera dilakukan pada neonatus dan bayi dengan AS valvular yang kritis serta pada anak dengan AS
valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg (Roebiono, 2003).

e. Coarctatio Aorta (CoA)

Coartatio Aorta pada anak yang lebih besar umumnya juga asimptomatik walaupun derajat
obstruksinya sedang atau berat. Kadang-kadang ada yang mengeluh sakit kepala atau epistaksis
berulang, tungkai lemah atau nyeri saat melakukan aktivitas. Tanda yang klasik pada kelainan ini
adalah tidak teraba, melemah atau terlambatnya pulsasi arteri femoralis dibandingkan dengan arteri
brakhialis, kecuali bila ada PDA besar dengan aliran pirau dari arteri pulmonalis ke aorta desendens.
Selain itu juga tekanan darah lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi pada AS atau CoA yang
berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia dini dan akan mengancam kehidupan bila tidak cepat
ditangani. Pada kelompok ini, sirkulasi sistemik pada bayi baru lahir sangat tergantung pada pirau dari
kanan ke kiri melalui PDA sehingga dengan menutupnya PDA akan terjadi perburukan sirkulasi
sistemik dan hipoperfusi perifer (Roebiono, 2003).

f. Pulmonal Stenosis (PS)

Status gizi penderita dengan PS umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang
memuaskan. Bayi dan anak dengan PS ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan
neonatus dengan PS berat atau kritis akan terlihat takipnu dan sianosis. Penemuan pada auskultasi
jantung dapat menentukan derajat beratnya obstruksi. Pada PS valvular terdengar bunyi jantung satu
normal yang diikuti dengan klik ejeksi saat katup pulmonal yang abnormal membuka. Klik akan
terdengar lebih awal bila derajat obstruksinya berat atau mungkin tidak terdengar bila katup kaku dan
stenosis sangat berat. Bising sistolik ejeksi yang kasar dan keras terdengar di area pulmonal. Bunyi
jantung dua yang tunggal dan bising sistolik ejeksi yang halus akan ditemukan pada stenosis yang berat
(Roebiono, 2003).

2. PJB Sianotik

Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada pasien dengan PJB sianotik
adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya >5mg/dl
hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung kepada kadar
hemoglobin (Prasodo, 1994).

a. Tetralogy of Fallot (ToF)

Tetralogy of Fallot merupakan salah satu lesi jantung yang defek primer adalah deviasi anterior
septum infundibular. Konsekuensi deviasi ini adalah obstruksi aliran darah ke ventrikel kanan (stenosis
pulmoner), defek septum ventrikel, dekstroposisi aorta, hipertrofi ventrikuler kanan. Anak dengan
derajat yang rendah dari obstruksi aliran ventrikel kanan menimbulkan gejala awal berupa gagal
jantung yang disebabkan oleh pirau kiri ke kanan di ventrikel. Sianosis jarang muncul saat lahir, tetapi
dengan peningkatan hipertrofi dari infundibulum ventrikel kanan dan pertumbuhan pasien, sianosis
didapatkan pada tahun pertama kehidupan.sianosis terjadi terutama di membran mukosa bibir dan
mulut, di ujungujung jari tangan dan kaki. Pada keadaan yang berat, sianosis langsung ditemukan
(Bernstein,2007).

b. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum


Saat duktus arteriosus menutup pada hari-hari pertama kehidupan, anak dengan Pulmonary
Atresia with Intact Ventricular Septum mengalami sianosis. Jika tidak ditangani, kebanyakan kasus
berakhir dengan kematian pada minggu awal kehidupan. Pemeriksaan fisik menunjukkan sianosis berat
dan distress pernafasan. Suara jantung kedua terdengar kuat dan tunggal, seringnya tidak terdengar
suara murmur, tetapi terkadang murmur sistolik atau yang berkelanjutan dapat terdengar setelah aliran
darah duktus. (Bernstein, 2007)

c. Tricuspid Atresia

Sianosis terjadi segera setelah lahir dengan dengan penyebaran yang bergantung dengan derajat
keterbatasan aliran darah pulmonal. Kebanyakan pasien mengalami murmur sistolik holosistolik di
sepanjang tepi sternum kiri. Suara jantung kedua terdengar tunggal. Diagnosis dicurigai pada 85%
pasien sebelum usia kehamilan 2 bulan. Pada pasien yang lebih tua didapati sianosis, polisitemia, cepat
lelah, dan sesak nafas saat aktivitas berat kemungkinan sebagai hasil dari penekanan pada aliran darah
pulmonal. Pasien dengan Tricuspid Atresia berisiko mengalami penutupan spontan VSD yang dapat
terjadi secara cepat yang ditandai dengan sianosis. (Bernstein, 2007).
Sistolik dan Diastolik frekuensi tiga kali frekuensi denyut normal, sistol
berlangsung 0,65 bagian dari seluruh siklus jantung.
Empat katup jantung mengalirkan darah ke
Hal ini berarti bahwa jantung yang berdenyut dengan
arah yang benar dan mencegah darah mengalir dalam
frekuensi yang sangat cepat, tidak memiliki waktu
arah sebaliknya. Katup atrioventrikular (AV) kanan
relaksasi yang cukup untuk pengisian sempurna ruang
dan kiri mengarahkan darah dari atrium ke ventrikel
jantung, sebelum kontraksi berikutnya.
selama diastol dan mencegah aliran balik darah dari
ventrikel ke atrium selama sistol. Katup semilunaris Hubungan antara Gambaran Elektrokardiogram
aorta dan pulmonal masing-masing meng-arahkan dari dengan Siklus Jantung
ventrikel ke aorta dan arteri pulmonaris selama sistol
Gelombang-gelombang P, Q, R, S, T yang
dan mencegah aliran balik darah dari kedua pembuluh
ditunjukkan oleh elektro- kardiogram pada Gambar 9-
utama ini ke ventrikel selama diastol
6 akan dibicarakan dalam Bab 11, 12, dan 13.
Siklus jantung terdiri atas satu periode Gelombang-gelombang ini merupakan tegangan
relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode listrik yang ditimbulkan oleh jantung dan direkam oleh
pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu elektrokardiograf dari permukaan tubuh. Gelombang
periode kontraksi yang disebut sistolik. P disebabkan oleh penyebaran depolarisasi melewati
atrium, yang diikuti oleh kontraksi atrium, yang
Lama berlangsungnya keseluruhan siklus
menyebabkan kurva tekanan atrium naik sedikit
jantung termasuk sistol dan diastol, berbanding
segera sesudah gelombang P pada elektrokardiogram.
terbalik dengan frekuensi denyut j jantung. Sebagai
Kira-kira 0,16 detik sesudah dimulainya gelombang P,
contoh, bila frekuensi denyut jantung adalah 72
muncul gelombang QRS sebagai hasil depolarisasi
denyut/menit, lama siklus jantung adalah 1/72 denyut/
listrik pada ventrikel, yang mengawali kontraksi
menit–sekitar 0,0139 menit per denyut, atau 0,833
ventrikel dan menyebabkan tekanan ventrikel mulai
detik per denyut.
meningkat, seperti yang ditunjukkan pula dalam
Gambar 9-6 memperlihatkan berbagai gambar. Oleh karena itu, kompleks QRS dimulai
peristiwa berbeda yang terjadi selama siklus jantung sesaat sebelum sistolik ventrikel, Akhirnya, marilah
untuk sisi kiri jantung. Keti- ga kurva teratas secara kita lihat gelombang T ventrikel pada
berurutan menunjukkan perubahanpeperubahan eletrokardiogram. Gelombang T ventrikel mewakili
tekanan di dalam aorta, ventrikel kiri, dan atrium kiri. tahap repolarisasi ventrikel ketika serat-serat otot
Kurva keempat melukiskan perubahan volume ventrikel mulai berelaksasi. Oleh karena itu,
ventrikel kiri, kurva kelima adalah elektrokardiogram, gelombang T terjadi sesaat sebelum akhir dari
dan kurva keenam adalah fonokardiogram, yang kontraksi ventrikel.
merupakan rekaman bunyi yang dihasilkan oleh
Fungsi Atrium sebagai Pompa Pendahuluan
jantung terutama oleh katup jantung sewaktu
memompakan darah. Kiranya sangat penting bagi Pada keadaan normal, darah mengalir secara
mahasiswa untuk mempelajari diagram dalam gambar terus-menerus dari vena-vena besar menuju ke atrium;
ini secara lebih de- tail dan mengerti akan penyebab kira-kira 80 persen dari darah tersebut akan mengalir
dari semua peristiwa-peristiwa yang digambarkan di langsung melewati atrium dan masuk ke dalam
atas. ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi.
Selanjutnya, kontraksi atrium biasanya menyebabkan
Pengaruh Frekuensi Denyut Jantung terhadap
tamba- han pengisian ventrikel sebesar 20 persen.
Lama Siklus Jantung Apabila frekuensi denyut
Oleh karena itu, atri- um dikatakan berfungsi sebagai
jantung meningkat, lama berlangsungnya setiap siklus
pompa primer yang mening- katkan efektivitas pompa
jantung akan turun, termasuk fase kontraksi dan
ventrikel sebanyak 20 persen. Namun, jantung bahkan
relaksasi. Lama potensial aksi dan periode kontraksi
dapat terus bekerja pada keadaan tanpa tamba- han
(sistol) juga turun, namun tidak sebesar persentase fase
efektivitas sebesar 20 persen tersebut, karena secara
relaksasi (diastol). Pada frekuensi denyut jantung
normal jantung mempunyai kemampuan untuk
normal sebesar 72 denyut/ menit, sistol berlangsung
memompakan darah 300 sampai 400 persen lebih
sekitar 0,4 bagian dari seluruh siklus jantung. Pada
banyak darah daripada yang dibutuhkan oleh tubuh kenaikan tegangan di dalam otot namun tidak ada atau
pada keadaan istirahat. Oleh karena itu, bila atrium terjadi sedikit pemendekan serat-serat otot.
gagal berfungsi, perbedaan ini tidak terlalu
Periode Ejeksi. Bila tekanan ventrikel kiri
diperhatikan kecuali kalau orang tersebut berolahraga;
meningkat sedikit di atas 80 mm Hg, (dan tekanan
maka adakalanya timbul gejalagejala gagal jantung
ventrikel kanan meningkat sedikit di atas 8 mm Hg),
akut, terutama sesak napas.
maka tekanan ventrikel ini akan men- dorong katup
Fungsi Ventrikel sebagai Pompa semilunaris supaya terbuka. Segera setelah itu, darah
mulai mengalir keluar dari ventrikel, sekitar 70 persen
Pengisian Ventrikel Selama Diastol. Selama
dari proses pengosongan darah terjadi selama
fase sistol ventrikel, sejumlah besar darah berkumpul
sepertiga pertama dari periode ejeksi dan 30 persen
dalam atrium kiri dan kanan, karena katup A-V
sisa pengosongan terjadi selama dua pertiga
tertutup. Oleh karena itu, segera sesudah sistol selesai
berikutnya. Oleh karena itu, waktu sepertiga yang
dan tekanan ventrikel turun lagi sampai ke nilai
pertama disebut sebagai periode ejeksi cepat dan
diastolnya yang rendah, tekanan yang cukup tinggi,
waktu duapertiga yang terakhir disebut sebagai
yang telah terbentuk di dalam atrium selama fase sistol
periode ejeksi lambat.
ventrikel, segera mendorong katup A-V agar terbuka
sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke dalam Periode Relaksasi Isovolemik (Isometrik).
ventrikel, seperti yang diperlihatkan dengan naiknya Pada akhir sisto- lik, relaksasi ventrikel mulai terjadi
kurva volume ventrikel kiri dalam Gambar 9-6. secara tiba-tiba, sehingga baik tekanan intraventrikel
Keadaan ini disebut sebagai periode pengisian cepat kiri maupun kanan menurun de- ngan cepat.
pada ventrikel. Periode pengisian cepat berlangsung Peninggian tekanan di dalam arteri besar yang ber-
kira-kira pada sepertiga pertama dari diastolik. Selama dilatasi, yang baru saja diisi dengan darah yang berasal
sepertiga kedua dari diastolik, biasanya hanya ada dari ventrikel yang berkontraksi, segera mendorong
sedikit darah yang mengalir ke dalam ventrikel; darah darah kembali ke ventrikel sehingga aliran darah ini
ini adalah darah yang terus mengalir masuk ke dalam akan menutup katup aorta dan katup pulmonalis
atrium dari vena-vena, dan dari atrium langsung dengan keras. Selama 0,03 sampai 0,06 detik
masuk ke ventrikel. Selama periode sepertiga akhir berikutnya, otot ventrikel terus berelaksasi, meskipun
dari diastolik, atrium berkon- traksi dan memberikan volume ventrikel tidak berubah, sehingga
dorongan tambahan terhadap aliran darah yang masuk menyebabkan periode relaksasi isovolemik atau
ke dalam ventrikel; dan merupakan kira-kira 20 persen isometrik. Selama periode ini, tekanan intraventrikel
dari pengisian ventrikel pada setiap siklus jantung. menurun dengan cepat sekali ke tekanan diasto- liknya
yang rendah. Selanjutnya katup A-V akan terbuka
Pengosongan Ventrikel Selama Sistolik
untuk memulai siklus pemompaan ventrikel yang
Periode Kontraksi Isovolemik (Isometrik). baru.
Segera sesudah ventrikel mulai berkontraksi, tekanan
Volume Diastolik-Akhir, Volume Sistolik-
ventrikel meningkat de- ngan tiba-tiba, seperti yang
Akhir, dan Curah Isi Sekuncup. Selama fase
digambarkan dalam Gambar 9-6, sehingga
diastolik, pengisian ventrikel yang normal akan
menyebabkan katup A-V menutup. Selanjutnya dibutu
meningkatkan volume setiap ventrikel sam- pai kira-
tuhkan tambahan waktu sebanyak 0,02 sampai 0,03
kira 110 hingga 120 ml. Volume ini disebut volume
detik bagi ventrikel agar dapat menghimpun tekanan
diastolik-akhir. Selanjutnya, sewaktu ventrikel
yang cukup untuk mendorong katup semilunaris
mengosongkan isinya selama fase sistolik, volume
(katup aorta dan katup pulmo- nalis) agar terbuka
ventrikel akan menurun sampai kira-kira 70 ml, yang
melawan tekanan di dalam aorta dan arteri
disebut sebagai curah isi sekuncup. Volu- me yang
pulmonalis. Oleh karena itu, selama periode ini, akan
masih tertinggal dalam setiap ventrikel, yakni kira-kira
terjadi kontraksi di dalam ventrikel, namun belum ada
40 sampai 50 ml, disebut sebagai volume sistolik-
pengosongan. Periode ini disebut sebagai periode
akhir. Bagian dari volume diastolik-akhir yang
kontraksi isometrik atau isovolemik, yang berarti ada
disemprotkan keluar disebut bagian ejeksi biasanya
sama dengan kira-kira 60 persen. Bila jantung
berkontraksi dengan kuat, volume sistolik-akhir dapat Katup Aorta dan Katup Arteri Pulmonalis.
berkurang hingga mencapai 10 sampai 20 ml. Cara kerja katup semilunaris aorta dan arteri
Sebaliknya, bila sejumlah besar darah mengalir masuk pulmonalis cukup berbeda dari katup A—V. Pertama,
ke dalam ventrikel selama fase diastolik, volume tekanan yang tinggi dalam arteri pada akhir sistolik
diastolik akhir ventrikel dapat menjadi 150 sampai 180 akan menyebabkan katup semilunaris tersentak dan
ml pada jantung yang sehat. Dengan menaikkan menutup dengan keras, berlawanan dengan penutupan
volume diastolik-akhir dan menurunkan volume katup A-V yang lebih lembut. Kedua, karena
sistolik-akhir, curah isi sekuncup sering kali dapat lubangnya yang lebih kecil, kecepatan ejeksi darah
ditingkatkan sampai kira-kira lebih dari dua kali melewati katup aorta dan pulmonalis jauh lebih besar
volume normal. daripada kecepatan ejeksi yang melewati katup A-V
yang jauh lebih Iebar. Juga, karena penutupan dan
Fungsi Katup Katup Atrioventrikel.
ejeksi yang berlangsung cepat, tepi katup aorta dan
Katup A-V (katup trikuspid dan katup mitral) pulmonalis cenderung mendapat abrasi mekanis yang
mencegah aliran balik darah yang berasal dari lebih besar dibandingkan dengan katup A—V.
ventrikel menuju ke atrium selama fase sistolik, dan Akhirnya, katup A-V juga disokong oleh korda
katup semilunaris (yakni katup aorta dan arteri tendinea, sedangkan katup semilunaris tidak
pulmonalis) mencegah aliran balik darah yang berasal memilikinya. Hal ini terlihat nyata dari anatomi katup
dari aorta dan arteri pulmonalis kembali ke ventrikel aorta dan pulmonalis (seperti yang terlihat pada bagian
selama diastolik. Katup-katup ini, seperti yang bawah Gambar 9-7 untuk katup aorta) bahwa katup-
ditunjuk- kan dalam Gambar 9-7 untuk ventrikel kiri, katup tersebut harus tersusun dengan dasar jaringan
menutup dan membuka secara pasif. Yaitu, katup- fibrosa yang sangat kuat namun sangat lentur untuk
katup ini akan menutup sewaktu gradien tekanan balik dapat mena- han trauma fisik tambahan.
mendorong darah kembali ke belakang, dan katup-
Kurva Tekanan Aorta
katup ini membuka bila gradien tekanan ke arah depan
mendorong darah ke depan. Berkaitan dengan Bila ventrikel kiri berkontraksi, tekanan
anatominya, penutupan katup AV yang tipis dan mirip ventrikel dengan cepat meningkat sampai katup aorta
selaput ini hampir tidak membutuhkan aliran balik membuka. Selanjutnya, setelah katup terbuka, tekanan
darah, sedangkan katup semilunaris yang jauh lebih di dalam ventrikel hanya akan mening- kat sedikit,
tebal membutuhkan aliran balik yang agak cepat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9-6, karena
selama beberapa milidetik untuk menutup. darah segera mengalir ke luar dari ventrikel dan masuk
ke dalam aorta lalu masuk ke arteri penyalur sistemik.
Fungsi Otot Papilaris. Gambar 9-7 juga
menunjukkan otot papilaris yang melekat pada daun- Masuknya darah ke dalam arteri akan
daun katup A-V melalui kor- da tendinea. Otot menyebabkan dinding arteri tersebut meregang dan
papilaris berkontraksi bila dinding ventrikel tekanan meningkat sekitar 120 mm Hg.
berkontraksi, tetapi berlawanan dengan apa yang
Selanjutnya, pada akhir sistolik, setelah
diperkirakan, otot papilaris ini tidak membantu
ventrikel berhenti mengejeksikan darah dan katup
menutup katup tersebut. Sebaliknya, selama kontraksi
aorta tertutup, elastisitas dinding arteri akan tetap
ventrikel, otot papilaris ini menarik daun-daun katup
mempertahankan tekanan yang tinggi di dalam arteri,
ke dalam, menuju ke arah ventrikel untuk mencegah
bahkan selama diastolik.
agar katup tidak menonjol terlalu jauh ke belakang, ke
arah atrium. Bila korda tendinea robek atau salah satu Bila katup aorta menutup, pada kurva tekanan
otot papilaris ini lumpuh, katup akan menonjol jauh ke aorta akan timbul suatu insisura. Insisura ini
belakang selama kontraksi ventrikel, begitu jauh disebabkan oleh periode singkat aliran balik darah
sehingga kadang-kadang terjadi kebocoran yang hebat segera sebelum penutupan katup, yang selanj utnya
dan mengakibatkan payah jantung yang parah atau akan diikuti dengan penghentian aliran balik tersebut
yang mematikan. secara tiba-tiba
Sesudah katup aorta menutup, tekanan di  Fase IV: Periode relaksasi isovolemik. Pada akhir
dalam aorta akan berkurang secara perlahan-lahan periode ejeksi (titik D), katup aorta menutup, dan
sepanjang fase diastolik kare- na darah yang disimpan tekanan ventrikel turun kembali ke nilai tekanan
di dalam arteri elastis yang berdilatasi akan mengalir diastolik. Garis berlabel "IV" mencatat penurunan
secara terus-menerus melalui pembuluh darah perifer tekanan intraventrikular tanpa disertai perubahan
kembali ke vena. Sebelum ventrikel berkontraksi lagi, volume. Jadi, ventrikel tersebut kembali ke titik
biasanya tekanan aorta turun sampai kira-kira 80 mm awalnya, dengan kira-kira 50 ml darah tertinggal di
Hg (tekanan diastolik), yang merupakan dua pertiga dalam ventrikel dan pada tekanan atrium sekitar 2
sampai 3 mm Hg.
dari tekanan maksimum sebesar 120 mm Hg (tekanan
sistolik) yang terjadi di dalam aorta selama kontraksi
ventrikel.
Mekanisme Eksitasi Jantung oleh Saraf Simpatis
Kurva tekanan di dalam ventrikel kiri dan
arteri pulmonalis mirip dengan kurva tekanan yang Perang- sangan simpatis yang kuat dapat
terdapat di dalam aorta, ha- nya saja tekanan tersebut meningkatkan frekuensi denyut jantung pada manusia
besarnya kira-kira seperenam dari te- kanan di dalam dewasa muda dari frekuensi normal sebesar 70 denyut/
aorta, seperti yang akan dibicarakan di dalam Bab 14. menit menjadi 180 sampai 200 dan, walaupun jarang
terjadi, 250 denyut/menit. Di samping itu,
perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung sampai dua kali normal
 Fase I: Periode pengisian. Pada diagram volume-
sehingga akan meningkatkan volume darah yang
tekanan, fase ini dimulai pada volume ventrikel
dipompa dan meningkatkan tekanan ejeksi. Jadi,
sebanyak kira-kira 50 ml dan tekanan diastolik sebesar
2 sampai 3 mm Hg. Sejumlah 50 ml darah yang tetap perangsangan simpatis sering dapat meningkatkan
tinggal dalam ventrikel sesudah denyut jantung yang curah jantung maksimum sebanyak dua sampai tiga
terdahulu disebut sebagai volume sistolik-akhir. kali lipat, di sam- ping peningkatan curahan yang
Sewaktu darah vena yang berasal dari atrium kiri disebabkan oleh mekanime Frank-Starling yang sudah
memasuki ventrikel, biasanya volume ventrikel akan dibahas sebelumnya.
meningkat sampai sekitar 120 ml, disebut sebagai
Sebaliknya, penghambatan saraf simpatis ke
volume diastolik-akhir, yang merupakan suatu
kenaikan sebesar 70 ml. Oleh karena itu, diagram jantung dapat menurunkan pemompaan jantung
volume-tekanan selama fase I berlangsung sepanjang menjadi sedang dengan cara sebagai berikut. Pada
garis yang diberi label "I," dari titik A ke titik B, keadaan normal, serat-serat saraf simpati ke jantung
dengan volume yang meningkat sampai 120 ml dan secara terus-menerus melepaskan sinyal dengan
peningkatan tekanan diastolik mencapai sekitar 5 kecepatan rendah untuk mempertahankan pemompaan
sampai 7 mm Hg. kirakira 30 persen lebih tinggi bila tanpa perangsangan
 Fase II: Periode kontraksi isovolemik. Selama simpatik. Oleh karena itu, bila aktivitas sistem saraf
kontraksi isovole- mik, volume ventrikel tidak simpatis ditekan sampai di bawah normal, keadaan ini
mengalami perubahan karena semua katup tertutup. akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan
Akan tetapi, tekanan di dalam ventrikel akan meni- kekuatan kontraksi otot ventrikel sehingga akan
ngkat sampai sama dengan tekanan di dalam aorta, menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai
yaitu tekanan sebesar 80 mm Hg, seperti yang sebesar 30 persen di bawah normal.
digambarkan oleh titik C.
 Fase III: Periode ejeksi. Selama ejeksi, tekanan sistolik Perangsangan Parasimpatis (Vagus) pada
meningkat lebih tinggi lagi, sebab ventrikel masih Jantung. Perang- sangan serat saraf parasimpatis di
berkontraksi. Pada waktu yang sama, volume ventrikel dalarn nervus vagus yang kuat pada jantung dapat
akan menurun karena katup aorta sekarang telah menghentikan denyut jantung selama beberapa detik,
terbuka dan darah mengalir keluar dari ventrikel tetapi biasanya jantung akan "mengatasinya" dan
masuk ke dalam aorta. Oleh karena itu, kurva berlabel berdenyut dengan kecepatan 20 sampai 40
"III" atau "periode ejeksi, mencatat perubahan volume denyut/menit selama perangsangan parasimpatis terus
dan tekanan sistolik selama periode ejeksi ini. berlanjut. Selain itu, perangsangan vagus yang kuat
dapat menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung terutama mengurangi frekuensi denyut jantung, dan
sebesar 20 sampai 30 persen. bukan terutama mengurangi kekuatan kontraksi
jantung. Meskipun demikian, penurunan frekuensi
Serat-serat vagus didistribusikan terutama ke
denyut jantung yang besar digabungkan dengan
atrium dan tidak begitu banyak ke ventrikel, tempat
penurunan kekuatan kontraksi jantung yang kecil akan
terjadinya tenaga kontraksi yang sebenarnya. Hal ini
dapat menurunkan pemompaan ventrikel sebesar 50
menjelaskan pengaruh perangsangan vagus yang
persen atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai