Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

MAKALAH
TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK
“Produksi Semen Cair”

OLEH

NAMA : LA ODE HERMAWAN


STAMBUK : L1A117152
KELAS :D

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga masih tetap bisa menikmati
indahnya alam ciptaan-Nya. Tak lupa Shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh
insan yang dikehendaki-Nya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh Penulis. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua para pembaca khususnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Metode Penampungan Semen ....................................................................... 2
2.2 Prosesing Semen Cair ................................................................................... 2
2.3 Variabel Semen Segar ................................................................................... 3
2.3.1 Variabel Makro .................................................................................... 3
2.3.1.1 Warna ................................................................................................ 3
2.3.1.2 Bau .................................................................................................... 3
2.3.1.3 Ph ...................................................................................................... 3
2.3.2 Variabel Mikro ..................................................................................... 3
2.3.2.1 Presentase Spermatozoa Motil dan Hidup ........................................ 4
2.3.2.2 Presentase Spermarozoa Membran Plasma Utuh .............................. 4
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi
ternak adalah proses reproduksi. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
reproduksi ternak salah satunya adalah pemanfaatan teknologi reproduksi. Dari
semua teknik yang dilakukan pada bidang fisiologi reproduksi, Inseminasi Buatan
(IB) merupakan cara paling berhasil dan dapat diterima secara luas.
Pelaksaaan IB yang baik dapat menjadi salah satu upaya meningkatkan
produktivitas ternak melalui perbaikan mutu genetik ternak. Keberhasilan
kebuntingan ternak melalui program IB ditentukan oleh kualitas semen yang yang
akan digunakan. Supaya program IB tetap dapat berlangsung perlu dicari alternatif
lain yaitu dengan menggunakan Semen Cair yang dikemas didalam straw mini.
Adapun manfaat dari pengemasan dalam straw ini adalah dosis IB yang tepat
dibanding menggunakan pole, tidak mudah tumpah pada saat pendistribusian dan
guns IB untuk semen beku tetap dapat digunakan. Masalah dalam menggunakn
semen cair adalah temperatur penyimpanan yang tidak konstan yaitu pada
temperatur kamar atau lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode penampungan semen ?
2. Bagaimana prosesing semen cair ?
3. Apa saja variable semen segar ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode penampungan semen.
2. Untuk mengetahui prosesing semen cair.
3. Untuk mengetahui variable-variabel semen segar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Penampungan Semen


Menurut Varasofiari (2013) yang menyatakan Bahwa Metode
Penampungan Semen yaitu mempersiapkan dan merangkai peralatan. Alat dan
bahan untuk penampungan semen berupa handuk, vagina buatan (VB) atau
artificial vagina (AV), box AV, sarung AV, sarung tangan plastik, thermometer,
beserta inneliner, tabung sperma, thermos dan air. Pelaksanaan penampungan
semen dilakukan dengan mempersiapkan pejantan dibawa ke kandang jepit dan
dipertemukan dengan betina pemancing untuk memberi rangsangan libido kepada
pejantan yang akan ditampung semennya. Vagina buatan yang telah disiapkan
diberi pelicin, apabila terdapat tanda-tanda pejantan akan menaiki teaseratau
betina pemancing, maka vagina buatan dipasang tepat pada arah penis untuk
menampung semen.

2.2 Prosesing Semen Cair


Menurut Rizal (2006) yang menyatakan bahwa semen ditampung
menggunakan vagina buatan satu kali dalam satu minggu. Segera setelah
ditampung, semen dinilai secara makroskopik dan mikroskopik. Penilaian
makroskopik meliputi: volume, warna, konsistensi (kekentalan), dan derajat
keasaman (pH). Penilaian mikroskopik meliputi: gerakan massa, persentase
spermatozoa motil, persentase spermatozoa hidup, konsentrasi spermatozoa,
persentase spermatozoa abnormal, dan persentase membran plasma utuh (MPU).
Semen segar yang memenuhi syarat (persentase spermatozoa motil 70%,
konsentrasi spermatozoa 2000 juta sel per ml, gerakan massa ++ atau +++, dan
persentase spermatozoa abnormal <15%) diencerkan sesuai dengan perlakuan.
Semen diencerkan dengan pengencer Tris yang terdiri atas: 3,32 g Tris
(hidroksimetil) aminometan, 1,86 g asam sitrat, 1,37 g fruktosa yang dilarutkan
dengan akuabidestilata hingga mencapai volume 100 ml, kemudian ditambahkan
antibiotik berupa penisilin dan streptomisin masing-masing 1.000 g/ml (Rizal et
al., 2002).
Tabung reaksi yang berisi semen yang telah diencerkan dimasukkan ke
dalam gelas piala berisi air dan disimpan di dalam lemari es pada suhu 5 oC.
Sampel semen masing-masing perlakuan dievaluasi kualitasnya meliputi
persentase spermatozoa motil, spermatozoa hidup, dan membran plasma utuh
(MPU) setiap hari selama lima hari.

2.3 Variabel Semen Segar


Menurut Rizal (2006) yang menyatakan bahwa evaluasi terhadap kuantitas
dan kualitas semen segar dimaksudkan untuk menentukan apakah semen tersebut
layak atau tidak diproses lebih lanjut dan untuk mengetahui kadar pengenceran
yang dibutuhkan. Kuantitas dan kualitas semen yang diperoleh menunjukkan
karakteristik semen segar domba Garut dan memenuhi syarat untuk diolah
menjadi semen cair.

2.3.1 Variabel Makro

2.3.1.1 Warna
Warna semen segar sapi simental (Zelook) yang diperoleh yaitu krem. Hal ini
memenuhi syarat kelayakan semen segar untuk diproduksi menjadi semen segar yaitu
berwarna susu, krem dan kekuning-kuningan Toelihere (1993). sapi normal berwarna
putih susu atau krem keputihan dan keruh. Semen segar yang memiliki jumlah
spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warna lebih pekat
(Souhoka dkk., 2009).

2.3.1.2 Bau
Bau semen segar sapi Madura pada saat penelitian menunjukkanbau khas
semen. Kartasudjana (2001) mengemukakan bahwa semen yang normal umumnya
mempunyai bau yang khas disertai bau dari hewan tersebut. Bila dibandingkan
dari literatur, bau semen segar sapi Madura dari hasil penelitian tergolong
normaldan tidak terdapat kontaminasi.

2.3.1.3 pH
Derajat keasaman (pH) semen pada tiga kali penampungan berkisar 6,5-6,8 hasil
ini masih tergolong kondisi normal untuk semen sapi. Hal ini sesuai pendapat Toelihere
(1993) yaitu pH semen sapi berkisar 6,2–7,5 dengan rata-rata 6,8.
2.3.2 Variabel Mikro
Menurut Rizal (2006) yang meyatakan bahwa satu kali penampungan
semen mempunyai gerakan massa baik (++) dan dua kali penampungan
mempunyai gerakan massa sangat baik (+++). Pada spermatozoa yang gerakan
massanya +++ (sangat baik) terlihat gelombang-gelombang yang besar, gelap,
banyak, tebal dan aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) bahwa
spermatozoa dalam satu kelompok mempunyai kecendrungan untuk bergerak
bersama-sama kesatu arah merupakan gelombang-gelombang yang tebal atau
tipis, bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi sperma hidup
didalamnya.
Gerakan individu diperoleh hasil dengan angka penilaian yang ketiga yaitu
bergerak progresif yang gesit dan membentuk gerakan massa dengan motilitas
75%, 72% dan 75% untuk semen segar sapi Zelook. Hal ini sesuai dengan
pendapat Toelihere (1981) bahwa penilaian kualitas semen yang ketiga sangat
baik yaitu 50% sampai 80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan
gerakan massa, (Rizal et al., 2003).

2.3.2.1 Presentase Spermatozoa Motil dan Hidup


Menurut Rizal (2006) yang meyatakan bahwa Persentase spermatozoa
motil dan spermatozoa hidup. Hasil penelitian didapatkan persentase spermatozoa
motil dan spermatozoa hidup masing-masing rata-rata 75% dan 87,5%. Persentase
spermatozoa motil dan spermatozoa hidup domba Garut masing-masing rata-rata
76,67% dan 87,33% (Rizal et al., 2003).

2.3.2.2 Presentase Spermatozoa Membran Plasma Utuh


Menurut Rizal (2006) yang meyatakan bahwa Persentase MPU
spermatozoa domba Garut rata-rata 87,73% (Rizal et al., 2003b) dan 85% (Herdis
et al., 2005). Feradis (1999) melaporkan persentase MPU spermatozoa domba St
Croix ratarata 86,33%. Menurut Revell dan Mrode (1994) persentase MPU semen
segar yang kurang dari 60% dikategorikan sebagai semen yang infertil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa metode Penampungan
Semen yaitu metode untuk mempersiapkan dan merangkai peralatan. Alat dan
bahan untuk penampungan semen berupa handuk, vagina buatan (VB) atau
artificial vagina (AV), box AV, sarung AV, sarung tangan plastik, thermometer,
beserta inneliner, tabung sperma, thermos dan air.
Semen segar yang memenuhi syarat (persentase spermatozoa motil 70%,
konsentrasi spermatozoa 2000 juta sel per ml, gerakan massa ++ atau +++, dan
persentase spermatozoa abnormal <15%) diencerkan sesuai dengan perlakuan.
Semen diencerkan dengan pengencer Tris yang terdiri atas: 3,32 g Tris
(hidroksimetil) aminometan, 1,86 g asam sitrat, 1,37 g fruktosa yang dilarutkan
dengan akuabidestilata hingga mencapai volume 100 ml, kemudian ditambahkan
antibiotik berupa penisilin dan streptomisin masing-masing 1.000 g/ml (Rizal et
al., 2002).
Menurut Pendapat Rizal (2006) bahwa variabel mikro semen segar
Didapatkan presentase spermatozoa motil adalah 75 %, presentase spermatozoa
Hidup 87,5 % dan presentase membrane plasma utuh 87,73 %.
DAFTAR PUSTAKA
Herdis, M. Rizal, A. Boediono, R.I. Arifiantini, T. Saili, A.S. Aku, dan Yulnawati.
2005. Optimasi kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan
trehalosa ke dalam pengencer kuning telur. J. Pengembangan Peternakan
Tropis 30:229-236.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik inseminasi buatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Kaya, A., M. Aksoy, and T. Tekeli. 2002. Influence of ejaculation frequency on sperm
characteristics, ionic composition and enzymatic activity of seminal plasma in
rams. Small Rum. Res. 44:153-158

Krisnanto, Sigit, 2013. Manajemen Penampungan Semen Sapi Di Balai


Inseminasi Buatan Ungaran Jawa Tengah, F. Pertanian Surakarta
L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo (2013). Evaluasi Kualitas Semen
Segar Sapi Jawa Brebes Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan, Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Animal
Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 201–208
M. Rizal, 2006. Pengaruh Penambahan Laktosa Di Dalam Pengencer Tris
Terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut, Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Pattimura, Ambon
Muhammad Hijriyanto, Dasrul, Cut Nila Thasmi, 2017. Pengaruh Frekuensi
Penampungan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa Pada Ayam
Bangkok, Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Rizal, M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara, dan P. Situmorang. 2002.
Kualitas semen beku domba Garut dalam berbagai konsentrasi gliserol. J. Ilmu
Ternak dan Veteriner 7:193-198.

Rizal, M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara, dan P. Situmorang. 2003b.
Karakteristik penampilan reproduksi pejantan domba Garut. J. Ilmu
Ternak dan Veteriner 8:134140.

Rizki Indah Pratiwia, Sri Suharyatib , Madi Hartono, 2014. Analisis Kualitas
Semen Beku Sapi Simmental Menggunakan Pengencer Andromed Dengan
Variasi Waktu Pre F Reezing, Department of Animal Husbandry, Faculty of
Agriculture Lampung University
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
327 hal.

Anda mungkin juga menyukai