Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Tempat Penelitian

Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19

kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah

Kecamatas Getasan, sebelah timur adalah Kota Salatiga, sebelah barat

adalah Kabupaten Magelang, sebelah utara adalah Kecamatan

Banyubiru dan sebelah selatan adalah Kecamatan Tengaran. Menurut

data SIMKAB BPDAS, pada tahun 2011, jumlah penduduk di

Kecamatan Getasan yaitu sebesar 48.089 jiwa dengan luas wilayah

1023 Ha. Desa Kopeng merupakan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Getasan dan Dusun Plalar Kulon merupakan salah satu

dusun yang ada di Desa Kopeng.

Dusun Plalar Kulon merupakan dusun yang terdiri dari 6 RT

dengan jumlah penduduk 920 jiwa. Di Dusun Plalar Kulon sarana

kesehatan yang terdekat yaitu Puskesmas Getasan yang berada di

ibukota kecamatan. Tenaga kesehatan yang bertugas adalah seorang

bidan yang melayani seluruh Desa Kopeng. Untuk pelaksanaan

Posyandu Bidan dibantu oleh Kader Posyandu di Dusun Plalar Kulon.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada saat pelaksanaan Posyandu pada

tanggal 18 Mei 2016, karena kehadiran responden kurang dari data

responden yang dibutuhkan maka keesokan harinya peneliti

57
58

mendatangi rumah-rumah responden yang tidak hadir pada saat

posyandu selama 3 hari. Oleh karena itu seluruh kuesioner dapat

terkumpul pada 21 Mei 2016.

4.3 Karakteristik Responden

a. Umur Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok umur ibu dapat dilihat

pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu


Kelompok Umur (Usia) Frekuensi Persentase (%)
18-28 20 64,5%
29-40 11 35,5%
Total 31 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia antara 18-28 tahun yang berjumlah 20 orang

(64,5%).

b. Pendidikan Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu


Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 9 29,0%
SMP 14 45,2%
SMA 8 28,8%
Total 31 100%
59

Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa sebagian besar

responden berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sebanyak 14 orang (45,2%).

c. Pekerjaan Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu


Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT 14 45,2%
SWASTA 7 22,6%
TANI 10 32,3%
Total 31 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 14

orang (45,2%).

4.4 Hasil Analisa Data

4.4.1 Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian

yang dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemberian ASI

eksklusif.
60

a. Pengetahuan ASI eksklusif

Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Baik 6 19,4 %
Cukup 11 35,5 %
Kurang 14 45,1 %
Total 31 100 %

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat responden dengan

pengetahuan baik sebanyak 6 orang (19.4%), pengetahuan cukup

sebanyak 11 orang (45,1%), pengetahuan kurang sebanyak 14

orang (45,1%).

b. Pemberian ASI eksklusif

Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian Frekuensi Presentase (%)


Setuju 16 52 %
Tidak Setuju 15 48 %

Total 31 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat responden yang setuju

untuk Pemberian ASI eksklusif sebanyak 16 responden (52%) dan

responden yang tidak setuju dengan pemberian ASI eksklusif

sebanyak 15 responden (48%).


61

4.4.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara pengetahuan

ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di dusun

Plalar Kulon. Untuk menentukan metode analisa yang digunakan

maka terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian

digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi

0,05.

Tabel 4.6, Hasil Uji Normalitas dengan `Uji Shapiro-Wilk

Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Pengetahuan ASI .966 31 .422
Pemberian ASI .898 31 .007

Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 dapat kita lihat bahwa nilai

signifikansi untuk Pengetahuan ASI 0,422 dan untuk nilai

pemberian ASI Eklsklusif sebesar 0,007, karena pada kedua

variabel terdapat nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka

disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.


62

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas digunakan untuk melihat varian dari

beberapa populasi sama atau tidak dengan taraf signifikasi 0,05.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji ANOVA

(Analisa Of Varian)

Levene Statistic df1 df2 Sig.


B
3.167 7 16 .027
B

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa signifikansi

sebesar 0,027 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

pemberian ASI Eksklusif berdasarkan Pengetahuan ibu tentang

ASI Eksklusif mempunyai varian yang berbeda.

c. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas

didapatkan hasil bahwa data berdistribusi tidak normal dan tidak

homogen sehingga analisa korelasi yang digunakan yaitu analisa

korelasi nonparametrik dengan menggunakan Spearman Rank

dengan taraf signifikansi 0,05.


63

Tabel 4.8 Hasil Analisa Korelasi dengan Spearman Rank

Pengetahuan Pemberian
ASI ASI
Spearman' Pengetahuan ASI Correlation
**
1.000 .787
s rho Coefficient

Sig. (2-tailed)
. .000

N
31 31

Pemberian ASI Correlation


**
.787 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed)
.000 .

N
31 31

Berdasarkan hasil analisa korelasi diperoleh nilai Sig. (2-

tailed) atau probabilitas (p) 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05

sehingga Nilai p value 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui

tentang asi eksklusif dengan pemberian asi eksklusif sehingga Ho

ditolak.

4.5 Pembahasan

1. Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu menyusui

tentang ASI Ekslusif di Dusun Plalar Kulon paling banyak pengetahuan

kurang yaitu sebanyak 14 responden (45,1%). Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh adanya perbedaan umur, tingkat pendidikan ataupun


64

pekerjaan. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur

ibu dengan pengetahuan kurang didominasi ibu dengan usia 29-40

tahun yakni 8 responden. Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo

(2007) yang menyatakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan

adalah umur dimana semakin tua umur seseorang ingatannya semakin

berkurang sehingga sulit menerima informasi yang diberikan,

sebaliknya semakin muda umur seseorang maka akan mudah

menerima informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk

mengetahui sesuatu hal. Sedangkan berdasarkan pendidikan

responden yang berpengetahuan kurang didominasi ibu dengan

pendidikan akhir SD yakni 8 orang. Menurut Supartini (2004) yaitu

peran penting keluarga dalam perawatan anak salah satunya

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua. Semakin tinggi

tingkat pendidikan memungkinkan seseorang mencapai tingkat

pengetahuan yang lebih tinggi. Pekerjaan juga mempengaruhi

pengetahuan seseorang, berdasarkan pekerjaan responden yang

berpengetahuan kurang didominasi Ibu dengan pekerjaan sebagai tani

yakni 8 responden. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori

Ratna Wati (2009), dimana orang yang bekerja lebih sering berinteraksi

dengan orang lain sehingga lebih banyak pengetahuannya bila

dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain

karena orang yang kurang berinteraksi kurang mendapatkan informasi

ataupun saling bertukar informasi.


65

Faktor predisposisi lain juga mempengaruhi pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif seperti informasi, dimana sesuai dengan yang

dikatakan Ibu A bahwa kegiatan yang dilakukan pada saat Posyandu

jarang sekali menjelaskan tentang ASI. Kurangnya informasi dari

petugas kesehatan tentang ASI eksklusif mempengaruhi pengetahuan

ibu tentang ASI eksklusif. Faktor dukungan keluarga/suami mungkin

juga berpengaruh dimana menurut Ibu B bahwa untuk urusan

pemberian ASI adalah urusan istri sendiri dan suami tugasnya untuk

menafkahi keluarga. Informasi juga memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan

yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari

berbagai media misalnya TV, radio, surat kabar atau media lain maka

hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

2. Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon

yang menyatakan setuju dan tidak setuju untuk memberikan ASI

eksklusif tidak terlalu signifikan dimana didapatkan hasil 16 responden

(52%) setuju dan yang tidak setuju 15 responden (48%). Dari 14

responden yang berpengetahuan kurang tentang ASI eksklusif 13

responden tidak setuju untuk memberikan ASI eksklusif dan hanya 1

responden yang setuju untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan

responden yang berpengetahuan cukup tentang ASI eksklusif sebanyak

11 orang diantaranya 9 responden setuju untuk memberikan ASI


66

eksklusif dan 2 responden tidak setuju. Sedangkan responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 6 responden semuanya setuju untuk

memberikan ASI eksklusif. Maksud dari setuju pemberian ASI eksklusif

disini dimana dari tiap item-item pernyataan pada kuesioner yang

diberikan ada hal-hal yang menurut responden setuju untuk dilakukan

walaupun pada kenyataannya untuk Pemberian ASI Eksklusif sendiri

tidak dilakukan oleh responden. Jadi pada kuesioner yang diberikan

pada responden dari 10 pernyataan terdapat 3 pernyataan yang

menentukan apakah responden memberikan ASI eksklusif atau tidak.

Dimana 3 pernyataan tersebut adalah “Saya tidak memberikan Susu

formula kepada anak saya yang berusia kurang dari 6 bulan tapi

makanan yang lain saya berikan”, “Saya memberikan tambahan air putih

kepada anak Saya yang berusia kurang dari 6 bulan”, dan “Saya

memberikan susu formula kepada anak Saya yang berusia kurang dari 6

bulan”. Jadi pernyataan ini yang menentukan apakah responden

memberikan ASI eksklusif atau tidak. Dan responden yang setuju

memberikan ASI eksklusif 7 responden benar-benar memberikan ASI

eksklusif dan 9 responden tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan

dari 15 responden yang tidak setuju untuk memberikan ASI eksklusif

semuanya tidak ada yang memberikan ASI eksklusif.

Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat bahwa tidak selamanya

pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Di mana hal ini kita bisa

lihat dari hasil penelitian di mana walaupun responden setuju untuk


67

memberikan ASI eksklusif tetapi pada kenyataannya ada responden

yang juga tetap tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini sejalan

dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat pengetahuan dimana

tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu Tahu, Paham,

Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini kita bisa

melihat bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu dalam pemberian ASI secara

Eksklusif berada pada tingkat tahu dan paham saja. Dimana Tahu

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari

sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Jadi, Ibu-ibu

Menyusui di Dusun Plalar Kulon tahu dan paham tentang ASI eksklusif

tetapi untuk mengaplikasikannya tidak dilakukan.

Pemberian ASI tidak eksklusif ini juga mungkin disebabkan oleh

faktor internal dalam diri Ibu dimana ketika menyusui Ibu tidak menjaga

gizi makanan Ibu, Ibu dalam keadaan stress, atau juga menggunakan

alat kontrasepsi pil yang dapat mempengaruhi produksi ASI yang

menyebabkan ASI yang dikeluarkan tidak dapat mencukupi kebutuhan

bayi sehingga Ibu harus memberikan makanan tambahan selain ASI.

3. Hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan

pemberian ASI eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di dusun Plalar

Kulon dengan nilai p value sebesar 0,000. Hasil ini dapat diartikan bahwa
68

pengetahuan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

terbentuknya praktik pemberian ASI. Hasil penelitian ini sejalan dengan

teori yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Hal ini sejalan pula dengan teori Green bahwa perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama dimana salah satu faktor predisposisi

yang ada di dalamnya terdapat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku kesehatan.

Sesuai dengan teori Green yang menyebutkan pengetahuan merupakan

faktor predisposisi pembentuk perilaku kesehatan. Dapat diartikan bahwa

untuk dapat melakukan perilaku yang benar memerlukan adanya

pengetahuan yang baik.

Pengetahuan tentang ASI eksklusif berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif karena pengetahuan yang dimiliki ibu

mempengaruhi pola pikir yang akan membentuk sikap positif yang

selanjutnya diaplikasikan dalam perilaku nyata. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Notoatmodjo (2003) yang menyatakan pengetahuan

sangat berpengaruh terhadap perilaku dan pola pikir seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian terdahulu Tri

Hartatik (2009), dengan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan


69

ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kota

Semarang dengan nilai p value sebesar 0,028. Hasil yang sama juga

ditunjukkan dari penelitian Maria Elisabeth Robiwala (2012), dengan hasil

bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan pemberian Asi Saja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kokap 1

Kabupaten Kulon Progo Propinsi Yogyakarta.

Kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan faktor penting bagi

terbentuknya praktik pemberian ASI eksklusif. Hal ini berimplikasi bahwa

sangat penting bagi ibu mempunyai pengetahuan tentang ASI Eksklusif

dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut dalam praktik pemberian

ASI secara eksklusif. Hasil ini didukung oleh teori Green dalam

Notoatmodjo (2003) disebutkan bahwa pengetahuan merupakan faktor

presdisposisi dan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku.

Anda mungkin juga menyukai