Anda di halaman 1dari 3

Nama : Virghina Bintang Pininfarina

NIM : 101911233047

Prodi/Kelas : S1 – Gizi B 2018

PENDERITA TBC DI INDONESIA PERLU DIWASPADAI

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular
paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. TB paling sering
menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun, tidak nafsu
makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah. Saat tubuh
kita sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TB yang masuk ke dalam tubuh.
Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi kita. Basil TB yang gagal
diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu sebelum kemudian
menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Sementara
basil TB yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala
dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, basil tersebut menyebar


di udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif. Terdapat sejumlah
orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok tersebut
meliputi:

 Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS,
diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.

 Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi.

 Perokok.

 Pecandu narkoba.

 Orang yang sering berhubungan dengan pengidap TB aktif, misalnya petugas medis
atau keluarga pengidap.

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah
pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik dalam
jangka waktu tertentu.Sementara langkah utama untuk mencegah TB adalah dengan
menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam
daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Di Indonesia sendiri penyakit ini tergolong penyakit mematikan dan sudah memakan
banyak korban. Pada tahun 2016, terdapat 274 kasus kematian per hari yang disebabkan oleh
TB. Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report WHO pada tahun 2016, Indonesia
tercatat sebagai negara kedua dengan penderita TBC terbanyak di dunia, yaitu 1.020.000
jiwa.
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1882, atau 130 tahun lalu oleh Robert
Koch. Namun sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia.
TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2016,
jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian pada
1,7 juta orang diantaranya. Lebih dari 95% kematian pada penderita TB terjadi di negara
dengan penghasilan rendah dan menengah.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakir, dr. Anung Sugihantono, M.Kes
mengungkapkan TBC menular melalui udara, dan banyak terjadi di ruang publik. Biasanya
orang dengan daya tahan tubuh lemah dengan mudah tejangkit TB. Orang yang terserang TB
dapat diketahui dengan berbagai gejala, salah satunya adalah batuk, baik batuk berdahak
ataupun tidak berdahak. Selain batuk, penderita TB juga menunjukkan gejala lain seperti
demam berkepanjagan, batuk berdahak dan bisa berdarah, sesak napas dan nyeri dada,
berkeringat tanpa sebab, badan lemas, nafsu makan berkurang dan juga berat badan
menurun.
Untuk mengetahui apakah seseorang positif menderita TB perlu dilakukan pemeriksaan.
Ada tiga cara pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang
menderita TB.

Pertama, dengan melakukan pemeriksaan dahak. Dahak akan diambil dua kali dalam dua
hari. Saat datang ke fasilitas kesehatan dan pagi hari setelah bangun tidur. Namun cara ini
agak sedikit sulit karena tidak mudah untuk penderita mengeluarkan dahak.

Kedua, dengan melalukan rontgen pada bagian dada. Pemeriksaan ini dilakukan jika
pemeriksaan dahak negatif, tapi memiliki gejala TB lainnya. Namun pemeriksaan TB dengan
cara ini angka sensitivitasnya rendah karena banyak penyakit yang mempunyai gambaran
yang mirip dengan TB hanya dengan pemeriksaan rontgen.

Ketiga, pemeriksaan TB dapat dilakukan dengan menggunakan alat Tes Cepat Molekuler
(TCM). TCM ini mampu melakukan pemeriksaan secara cepat sehingga dalam waktu 90
menit paling lama, seseoran sudah bisa didiagnosa apakah seseorang menderita TB atau
tidak.
Seseorang yang sudah positif terkena TB akan menjalankan pengobatan selama 6-8
bulan yang terbagi dalam 2 tahap, tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal atau fase
intensif, pada tahap ini penderita mengonsumsi obat setiap hari selama dua atau tiga bulan.
Tahap lanjutan penderita TB mengonsumsi obat tiga kali seminggu selama 4-5 bulan.
Mari jaga diri kita dari penyakit TBC dengan cara mencegahnya. Langkah utama
untuk mencegah tuberkulosis adalah dengan menerima imunisasi BCG (Bacillus Calmette-
Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan
sebelum bayi berusia 2 bulan.
Pencegahan TB juga dapat dilakukan dengan senantiasa mengenakan masker saat
berada di tempat ramai, jika berinteraksi dengan pengidap TB, serta mencuci tangan secara
teratur (khususnya pekerja medis).

Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila Anda mengidap TB, langkah-langkah
berikut akan sangat berguna untuk mencegah penyebarannya pada keluarga dan orang-orang
di sekitar.

 Tutupi mulut Anda saat bersin, batuk, dan tertawa. Anda juga bisa mengenakan
masker. Apabila Anda menggunakan tisu, buanglah segera setelah digunakan.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya sering membuka
pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
 Tetaplah di rumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai