Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Konsep Asuhan Keprawatan Pada Kasus Sistem Persarafan


(Meningitis)

FASILITATOR :

TRIJATI PUSPITA S.Kep,. Ns. M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELAS 5-C

KELOMPOK 7

1. Aizatun Nisa’ 5. Nindya Putri R

2. Firda Zein 6. Riyan Teguh S

3. Iis Angriani 7. Wahyu Nikmah

4. Mahfudho Indah Y

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019
Kata pengantar

puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga

kami dapat menyelesaikn makalah tentang “MENINGITIS” untuk memenuhi mata kuliah

Keprawatan Medikal Bedah dengan baik. Kami berterima kasih kepada semua teman

kelompok yang telah membantu dalam menyelasaikan makalah ini, khususunya dosen

pembimbing kami yang telah hingga terselesaikan tugas makalah ini.

Kami juga menyadarai atas segala keterbatasan dan kekurangan dalam penyajian

tugas makalah ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati kami sangat mengharapkan segala

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, kami berharap malah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Lamongan, 30 september 2019

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................

1.3 TUJUAN...........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Meningoensefalitis...........................................................................................

2. Etiologi Meningoefasilitis..................................................................................................

3. Anatomi Fisiologi...............................................................................................................

4. Patofisiologi........................................................................................................................

5. Menifestasi klinis...............................................................................................................

6. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................

7. Penatalaksanaan..................................................................................................................

8. Pathways.............................................................................................................................

9. Tipe Diet.............................................................................................................................

10. Komplikasi.........................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPRAWATAN

A. Pengkajian..........................................................................................................................

B. Diagnosa dan intervensi keprawatan..................................................................................

C. Evaluasi..............................................................................................................................

BAB V PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................

3.2 SARAN...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan spinal
cord (Meningitis Foundation of America). Classic triad dari meningitis adalah
demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental (van de Beek, 2004).
Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain
Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung
tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen (van de Beek,
2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers
for Disease Control and Prevention).

Penyebab paling sering dari meningitis adalah Streptococcus pneumonie (51%)


dan Neisseria meningitis (37%) (van de Beek, 2004). Vaksinasi berhasil mengurangi
meningitis akibat infeksi Haemophilus dan Meningococcal C (Tidy, 2009). Faktor
resiko meningitis antara lain: pasien yang mengalami defek dural, sedang menjalani
spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus, alkoholisme, splenektomi,
sickle cell disease, dan keramaian (Tidy, 2009).

Patogen penyebab meningitis berbeda pada setiap grup umur. Pada neonatus,
patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Group B beta-haemolitic
streptococcus, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Pada bayi dan anak-
anak, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah Haemophilus influenza
(bila lebih muda dari 4 tahun dan belum divaksinasi), meningococcus (Neisseria
meningitis), dan Streptococcus pneumonie (pneumococcus). Pada orang remaja dan
dewasa muda, patogen penyebab meningitis yang paling sering adalah

S. pneumonie, H. influenza, N. meningitis, gram negative Bacilli, Streptococci, dan


Listeria monocytogenes. Pada dewasa tua dan pasien immunocompromised, patogen
penyebab meningitis yang paling sering adalah Pneumococcus, Listeria
monocytogenes, tuberculosis, gram negative organis, dan Cryptococcus. Sedangkan
penyebab meningitis bukan infeksi yang paling sering antara lain sel- sel malignan
(leukemia, limpoma), akibat zat-zat kimia (obat intratekal,
kontaminan), obat (NSAID, trimetoprim), Sarkoidosis, sistemis lupus eritematosus
(SLE), dan Bechet’s disease (Tidy, 2009).

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan meningeatisifalitis?
2. Apa penyebab meningeatisifalitis?
3. Apa saja etiologi meningintis?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari meningintis?
5. Apa sajakah pemeriksaan penunjang dari meningintis?
6. Bagaimana diet pada pasien meningintis?
7. Bagaimana penatalaksanaan meningintis?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu meningintis


2. Untuk mengetahui penyebab dari meningintis
3. Untuk mengetahui etiologi meningintis
4. Untuk mengetahui patofisiologi meningintis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang meningintis
6. Untuk mengetahui diet pada pasien meningintis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan meningintis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Meningoensefalitis

1. Pengertian Meningoensefalitis

Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang

menutupi otak dan medula spinalis) (Nelson, 2010). Encephalitis adalah

infeksi virus pada otak (Elizabeth, 2009). Meningoencephalitis adalah

peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak.

2. Etiologi Meningoensefalitis

a. Infeksi virus:

1) Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok

enterovirus, kelompok herpes, kelompok pox, influenza A dan B

(David, 2008).

2) Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado

tick fever (Muttaqin, 2008).

b. Infeksi non virus:

1) Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai

komponen ensefalitis.

2) Spirocheta: sifilis, leptospirosis.

3) Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis,

kandidosis,koksidiodomiro
4) Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.

5) Staphylococcus aureus

6) Streptococcus

7) E. Colli

8) Mycobacterium

9) T. palladium (Muttaqin, 2008)

c. Pasca infeksi

1) Campak

2) Rubella

3) Varisela

4) Virus Pox

5) Vacinia (David, 2008)

3. Anatomi fisiologi

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa

(3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian

oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak

merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh

tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi

glukosa (Prince,Wilson, 2006).


Gambar 2.1. Anatomi selaput otak (Prince, Wilson, 2006)

Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang

melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan

sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a. Durameter

Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus

otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.

Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput

tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal)

meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,

tentorium serebelum dan diafragma sella.


b. Arakhnoid

Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter

dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan

otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara

durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit

cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat

pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak

dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

c. Piameter

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan

pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang

banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti

gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub

arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini

mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang

(Prince,Wilson, 2006).

4. Patofisiologi

Pada umum virus masuk sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus

pemasukan pada membran mukosa oleh campak, rubella, VVZ, atau HSV :

atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain.

Di tempat tersebut mulai terjadi, multiplikasi dan masuk aliran darah

menyebabkan infeksi beberapa organ. Pada stadium ini


(fase ekstraneural) ada sakit demam, sistemik, tapi jika terjadi multiplikasi

virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran sekunder sejumlah

virus dapat terjadi. Invasi SSS disertai dengan bukti klinis penyakit

neurologis, HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung

sepanjang akson saraf.

Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung dan

penghancuran jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau

oleh reaksi hospes terhadap antigen virus, kebanyakan penghancuran saraf

mungkin karena invasi virus secara langsung, sedangkan respons jaringan

hospes yang hebat mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vaskuler

serta perivaskuler (Nelson, 2010).

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang nampak pada pasien dengan kasus

meningoensefalitis, yaitu :

a. Peningkatan tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, penurunan

kesadaran, dan muntah.

b. Demam akibat infeksi (respon nyeri terhadap cahaya).

c. Kaku kuduk.

d. Kejang dan gerakan abnormal (Elizabeth, 2009).


6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji serologi untuk mengetahui jenis virus dan menentukan etiologi

infeksi SSS nonenterovirus.

b. Pemeriksaan neuroimaging (Nelson, 2010).

c. Pungsi lumbal; untuk mengetahui adanya sel darah putih dan

sensitivitas mikroorganisme.

d. Pemeriksaan laboratorium.

e. CT-Stan dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat

pembengkakan dan tempat nekrosis.

f. Terapi kortikosteroid (deksametason) untuk mengurangi inflamasi

(Elizabeth, 2009).

g. Ditemukan kadar glukosa serum meningkat.

h. Kultur urin/urinalisis untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

i. Kultur nasofaring untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

j. Kadar elektrolit serum meningkat jika anak dehidrasi; natrium serum

(Na+) naik; kalium serum (K+) turun (Linda, 2009).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan meningoensefalitis yaitu :

a. Antibiotik

b. Pengurangan cahaya ruangan, kebisingan dan tamu.

c. Nyeri kepala diatasi dengan istirahat dan analgesik

d. Asetamenofen dianjurkan untuk demam


e. Kodein, morfin dan derivat fenotiazin untuk nyeri dan muntah

f. Perawatan yang baik dan pantau dengan teliti (Nelson, 2010).

Sedangkan menurut penelitian, penatalaksanaan pada kasus

meningoensefalitis yaitu anak ditempatkan dalam ruang isolasi pernapasan

sedikitnya selama 24 jam setelah mendapatkan terapi antibiotic IV yang

sensitif terhadap organisme penyebab, steroid dapat diberikan sebagai

tambahan untuk mengurangi proses inflamasi, terapi hidrasi intravena

diberikan untuk mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit dan memberikan

hidrasi. Dalam pemberian cairan ini perlu dilakukan pengkajian yang sering

utuk memantau volume cairan yang diinfuskan untuk mencegah komplikasi

kelebihan cairan, seperti edema serebri. Pengobatan kemudian ditujukan

untuk mengidentifikasi dan mengatasi komplikasi dari proses penyakit.


8. Pathways

Penyakit Campak
Cacar Air
Herpes
Bronchopneumonia

Virus/Bakteri masuk Jaringan Otak

Peradangan Di Otak
Meningoencephalitis
Edema Pembentukan
Transudat & Eksudat

Reaksi Kuman Iritasi Korteks Kerusakan Kerusakan


Gangguan patogen Cerebral Area Saraf V saraf IX
Perfusi Fokal
Jaringan
Cerebral Sulit mengunyah sulit makan

Resiko
Trauma
Suhu Tubuh Resiko kejang Ketidakseimbangan
Meningkat berulang nutrisi kurang dari
Nyeri akut kebutuhan tubuh

Defisit
Deficitcairan
Cairan

Kesadaran Menurun Hipovolemik

Gangguan
GangguanMobilitas
MobilitasFisik
Fisik

Gangguan Persepsi

Penumpukan sekret

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

Gambar 2.2 Pathways Keperawatan dengan kasus ME (Sumber: Arif, 2008; hlm.

8
9. TIPE DIET
Pada pasien meningitis, sebenarnya tidak memerlukan diet cair khusus

bila tidak didapati kondisi malnutrisi atau status gizi buruk. Biasanya diet TKTP

menjadi pilihan utama untuk kasus-kasus penyakit Infeksi akut seperti meningitis

guna meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan Infeksi di samping obat-

obatan supportif yang diberikan dokter. Bila dengan cara ini belum bisa

membantu asupan gizi pasien meningitis, maka dokter akan memutuskan untuk

memberikan Nutrisi Parentral seperti Amiparen dan Iriparen yang diindikasikan

pada pasien dengan infeksi berat dengan gizi buruk untuk memenuhi suplai air,

elektorlit dan kalori melalui vena.

Cara mengidentifikasi berhasil tidaknya pemberian manakan cair

melalui sonde ( dapat dicerna baik atau tidak ) adalah dengan melihat residu yang

keluar dari NGT pada saat kita menarik keluar dengan menggunakan spuit. Bila

cairan yang keluar sama seperti jumlah cairan yang kita amasukkan setelah 2 jam

pemberian sonde maka bisa dipastikan makanan cair tidak bisa dicerna dengan

baik, namun bila residu tidak lebih dari 50% dari diit cair yang masuk berarti diit

cair masih bisa ditolerir oleh sal. pencernaan. Pemberian Nutrisi parentral

merupakan alternatif terakhir yang akan dianjurkan oleh dokter.

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa pada dasarnya tidak ada

diet khusus untuk pasien meningitis namun umumnya diit TKTP untuk

memenuhi kebuthan kalori dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh

merupakan diit yang tepat terutama pada kasus- kasus penyakit infeksi akut

termasuk meningitis. Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir bila dinilai

dari makanan cair tidak mampu kebutuhan nutrisi enteral pasien.


10. KOMPLIKASI

Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain:

1. Trombosis vena cerbral, yang menyebabkan kejang, koma,atau kelumpukan.

2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan diruangan subdural karena adanyan

infeksi karena kuman.

3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormalyabg

disebabakan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.

4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.

5. Abses otak, terjadi kerena radang yang berisi pus atau nanah diotak.

6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapay mengakibatkan infark otak karena adanya infeksi

pada pembulu darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.

7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena pradangan langsung saluran pendengaran.

8. Gangguan perkembangan mental dan integrasi karena adanya retardasi mentalyang

mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.

(Harsono, 2007)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B. Diagnosis dan intervensi keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan proses infeksi dan
edema serebral.

2. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan demam dan intake cairan yang
kurang.

3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan edema serebral.

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Menejemen peningkatan


selama 3 x 24 jam diharapkan keadekuatan intrakranial,pemantauan tekanan intrakranial
aliran darah serebral untuk menunjang fungsi - Menejemen kejang
otak - Pemantauan tanda tanda vital
1. Tingkat kesadaran meningkat - Pemberian obat
2. Sakit kepala menurun
3. Kegelisahan meurun

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi status hidrasi


selama 3 x 24 jam diharapkan resiko
kekurangan cairan dapat diatasi dengan KH : - Monitor berat badan harian
1. Asupan cairan meningkat
2. Pengeluaran urine meningkat - Memberikan asupan cairan sesuai kebutuhan
3. Asupan makan meningkat
4. Dehidrasi menurun - Berikan cairan intravena sesuai advoice
5. Berat badan meningkat dokter
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Mengobservasi suhu tubuh
selama 3 x 24 jam diharapkan demam akan - Memonitor kadar elektrolit
membaik dengan KH : - Memonitor komplikasi akibat hipertermi
1. Menggigil menurun - Berikan cairan oral
2. Suhu tubuh membaik - Ajarkan tirah baring
3. Kejang menurun - Kolaboras dengan medis pemberian cairan
4. Pucat menurun intravena
5. Tekanan darah membaik

C. Evaluasi

1. Suhu tubuh kurang dari 35%

2. Tanda vital dan CVP stabil

3. Klien dapat mudah menerima rangsangan


PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Meningitis adalah penyakit infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
spinal cord (Meningitis Foundation of America). Classic triad dari meningitis adalah
demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental (van de Beek, 2004).
Sistem saraf pusat manusia dilindungi dari benda-benda asing oleh Blood Brain
Barrier dan oleh tengkorak, sehingga apabila terjadi gangguan pada pelindung
tersebut, sistem saraf pusat dapat diserang oleh benda-benda patogen (van de Beek,
2010). Angka kejadian meningitis mencapai 1-3 orang per 100.000 orang (Centers for
Disease Control and Prevention).

3.2 SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermafaat bagi pembaca.
Apabila ada saran kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.

Apabila ada terdapat kesalahan makan dapat memaafkan dan memakluminya,


karena kami hanyalah manusia yang tak luput dari salah lupa.
DAFTAR PUSTAKA

Tidy, C. 2009. Meningitis, Leeds : patient UK

Van de bee, D,. De Gans, J,. Spanjaard,L,. 2004. Clinical Featurs and Prognostic

Factors In Adults with Bacterial Meningitis. N Engl J Med.

Van de bee, D,. Drake J.M Tunkel ,. 2004. Nosocomial Bacterial Meningitis. N Engl J

Med.

Anda mungkin juga menyukai