Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki

kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan (Benny

A. Pribadi 2009: 6) dalam (Ruri Latifah: 2013). Belajar adalah suatu

aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungannya, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan sikap – sikap. Perubahan

itu bersifat relatif dan berbekas (Winkel, 2004: 59) dalam (Ruri Latifah:

2013).

Menurut Gagne (1977) dalam (Kokom Komalasari, 2014: 2) belajar

sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputiperubahan

kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan

kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai

jenis performance ( kinerja).

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai system atau proses

membelajarkan subyek didik / pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik /


pembelajar dapat mencapai tujuan – tujuan pembelajaran secara efektif dan

efisien (Kokom Komalasari, 2014: 3).

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal berbeda namun memiliki

keterkaitan, dimana dalam konteks aktivitas di dalam kelas. Pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhidalam mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik,

2011: 57) dalam (Ruri Latifah: 2013).

Selain itu, proses belajar dan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor

lingkungan yang menjadi masukan lingkungan (environment input) yang

berupa alam dan sisoal budaya dan faktor instrumental (instrument input)

yang berupa kurikulum, program, sumber daya guru dan fasilitas

pendidikan, dimana kedua faktor tersebut merupakan faktor yang secara

sengaja dirancang untuk menunjang

Menurut Jerome S. Bruner (1960) dalam (Syaiful Sagala, 2013: 34)

dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: (1) informasi,

dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah

pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang

telah kita ketahui sebelumnya; (2) transformasi, informasi itu harus

dianalisis, diubah atau ditransformas ke dalam bentuk yang lebih abstrak,

atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal – hal yang lebih luas dalam

hal ini bantuan guru sangat diperluakan: dan (3) evaluasi, kemudian kita
nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu

dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala – gejala lain.

Secara umum, pendidikan matematika dimulai dari sekolah dasar

hingga sekolah menengah atas bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut (Ibrahim dkk, 2008: 36) dalam (Ruri Latifah:

2013):

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


2. Soal Cerita

Soal cerita adalah soal yang diungkapkan dalam bentuk verita yang

diambil dari pengalaman-pengalaman siswa yang berkaitan dengan konsep-

konsep matematika. Sedangkan menurut Muhsetyo (2000: 115) dalam

(Endang Setyo Winarni dan Sri Harmini 2011: 122) soal matematika yang

dinyatakan dengan serangkaian kalimat disebut dengan soal bentuk cerita.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa soal

cerita adalah soal matematika yang diungkapkan dengan kata-kata atau

kalimat-kalimat dalam bentuk cerita yang dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari.

Dalam mengajarkan soal cerita dapat digunakan dua pendekatan, yaitu

pendekatan model dan pendekatann terjemahan untuk soal cerita.

a. Pendekatan Model

Pada pendekatan model, siswa membaca atau mendengarkan soal cerita,

kemudian siswa mencocokkan situasi yang dihadapi itu dengan model

yang sudah dipelajari sebelumnya. Pendekatan model jika dibandingkan

dengan pendekatan translasi, memiliki keunggulan sebagai berikut:

1) Bagi siswa yang memiliki kemampuan membaca lemah dapat

dengan mudah memahami permasalahan setelah melihat model yang

dihadapinya walaupun hanya dengan membaca sekilas permasalahan

tersebut.
2) Lebih cocok untuk soal cerita yang disajikan secara lisan atau

menggunakan audio-tape, sehingga perlu melengkapi pendekatan

translasi dengan pendekatan model,

b. Pendekatan Terjemahan Soal Cerita

Pendekatan terjemahan melibatkan siswa pada kegiatan membaca kata

demi kata dan ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang sedang

dihadapinya untuk kemudian menerjemahkan kata-kata dan ungkapan-

ungkapan tersebut ke dalam kalimat matematika.

Berikut disajikan langkah-langkah yang dapat dijadikan pedoman untuk

menyelesaikan soal cerita, yaitu:

a. Temukan / cari apa yang ditanyakan oleh soal cerita tersebut.

b. Cari informasi / keterangan yang diketahui.

c. Pilih operasi / pengerjaan yang sesuai.

d. Tulis kalimat / model matematikanya.

e. Selesaikan kalimat / model matematikanya

f. Nyatakan jawab dari soal cerita tersebut dalam bahasa Indonesia

sehingga menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut.

3. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sebagian besar

adalah karena siswa kurang memahami konsep yang ada pada materi

matematika. Hal ini disebabkan siswa mempunyai tingkat kecerdasan atau

kemampuan berfikir yang berbeda-beda. Kesalahan siswa dalam


menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel akan terulang kembali apabila tidak segera ditindaklanjuti

dengan tepat. Hanifah dalam (Arif Priyanto:2015) mengemukakan bahwa

setiap siswa yang ingin menyelesaikan masalah matematika soal cerita,

mereka harus bekerja melalui lima kategori antara lain:

a. membaca masalah (reading),

b. memahami masalah (comprehension),

c. transformasi masalah (transformation),

d. keterampilan proses (process skills),

e. penulisan jawaban (encoding)

Kesalahan membaca masalah (reading) yaitu suatu kesalahan akan

diklasifikasikan kedalam kesalahan membaca jika siswa tidak dapat

menemukan makna kata dari kata-kata sulit dan istilah-istilah matematika.

Kesalahan memahami masalah (comprehension) yaitu suatu kesalahan

dimana siswa tidak dapat menentukan hal-hal apa saja yang diketahui dan

ditanyakan dalam soal atau siswa sebenarnya sudah dapat memahami soal,

tetapi belum menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan,

sehingga siswa tidak dapat memproses lebih lanjut solusi dari

permasalahan. Kesalahan transformasi masalah (transformation) yaitu

suatu kesalahan dimana siswa tidak dapat mengidentifikasi operasi atau

metode yang diperlukan untuk menyelesaikan soal. Keselahan

keterampilan proses (processskill) yaitu suatu kesalahan dimana siswa

tidak mengetahui prosedur yang dibutuhkan untuk mengerjakan operasi


atau metode secara akurat. Kesalahan penulisan jawaban (encoding) yaitu

kesalahan dimana siswa tidak dapat mengekspresikan penyelesaian

tersebut ke dalam kalimat matematika yang dapat diterima. Kesalahan

siswa dalam matematika merupakan sumber utama untuk mengetahui

kesulitan siswa memahami matematika, serta beberapa faktor penyebab

siswa mengalami kesalahan yaitu dapat berasal dari dalam dan luar diri

siswa. Hidayah dalam (Arif Priyanto:2015) mengatakan faktor penyebab

kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dapat diketahui dari

kesalahan yang dibuatnya. Faktor penyebab kesalahan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita, dapat di golongkan menjadi beberapa bagian

yaitu siswa, guru, fasilitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar,

dan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai