Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BY :
MEDAN
2019
KATA SAMBUTAN
Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa , Karena
dengan rahmat – Nya sehingga Critical Book Report ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Maksud dari penyusunan Critical Book Review ini adalah sebagai salah satu
point penilaian yang dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses
belajar mengajar mata kuliah Agama Kristen Biologi, serta dengan harapan untuk
memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala pembahasan dan aplikasi
yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Terima Kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Agama Kristen Bapak
Pdt.Boimin Sirait M.Mis atas bimbingannya, sehingga penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan Critical
Book Report ini.
Akhir kata penulis berharap agar Critical Book Review dapat bermanfaat
bagi masyarakat luas terutama mahasiswa yang ingin menjadikan refrensi.
Author
BAB I
1. INTRODUCTION
Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Pendidikan Agama Kristen pada
Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam melakukan transmisi
pengetahuan dan transformasi sikap dan perilaku mahasiswa Indonesia
melalui proses pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan pembentukan karakter bangsa perlu
dilakukan peningkatan dan perbaikan materi yang dinamis mengikuti
perkembangan yang senantiasa dilakukan perbaikan terus menerus,
diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan
perubahan zaman, dan semangat belanegara dan terakhir diperkaya dengan
muatan kesadaran pajak.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen adalah dengan mengembangkan kurikulum baru Pendidikan
Agama Kristen yang berorientasi pada pengembangan sikap beragama yang
moderat dan berwawasan keindonesiaan dan berwawasan global. Di
samping itu, kurikulum baru tersebut diarahkan untuk mentransendenkan
ajaran Kristen menjadi nilai-nilai universal yang dapat diimplementasikan
dalam konteks dunia modern. Kurikulum baru tersebut kemudian
ditindaklanjuti dengan penulisan buku yang dapat dijadikan sumber
aktivitas pembelajaran bagi mahasiswa. Sesuai dengan Standar Nasonal
Pendidikan Tinggi dan mengacu kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Pokok-pokok bahasan di dalam buku ini sengaja disajikan dengan
pendekatan aktivitas pembelajaran, pembelajaran yang diselenggarakan
merupakan proses yang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan
kritis, analitis, induktif. deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif
partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran substansi dasar
kajian, . berkarya nyata. dan menumbuhkan motivasi belajar sepanjang
hayat
1. IDENTITAS BUKU
(Sesuai kaidah yang berlaku saya mengkriti setiap BAB pada buku utama
dengan jumlah BAB 9)
Tahun : 2019
BAB IX BUDAYA
BUKU KEDUA (PEMBANDING)
Judul : Pendidikan Agama Kristen
Penulis : Murni Hermawaty
Sitanggang, S.Th., M.Th.
Pencetak : Tim PAK Univ.Jember
Tahun : 2017
BUKU PEMBANDING
Mengapa kita perlu mengenal Allah dengan baik dan benar? Berikut beberapa
jawaban untuk pertanyaan ini (Boice, 2011:10-12):
a. Pengenalan akan Allah itu penting karena melalui pengenalan akan Allah
sajalah kita dapat memasuki hidup yang kekal. Hal ini dinyatakan Yesus ketika Ia
berdoa, “Dan inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus” (Yoh. 17:3).
b. Pengenalan kita akan Allah itu penting karena melibatkan “pengenalan akan
diri sendiri.” Pengenalan akan diri melalui pengenalan akan Allah di satu sisi akan
merendahkan hati kita. Kita bukan Allah, kita juga tidak seperti Dia. Ia kudus; kita
tidak kudus.
BUKU PEMBANDING
1. Manusia diciptakan sebagai bagian dari alam, dibentuk dari debu tanah (Kej.
2:7). Manusia sebagai “daging” adalah lemah dan bergantung pada belas
kasihan Allah sebagaimana makhluk-makhluk lainnya (Yes. 2:22; 40:6; Mzm.
103:15; 104:27-30). Allah menugaskan manusia untuk memanfaatkan alam
untuk melayani kebutuhannya, namun manusia pun harus melayani Allah
dengan menjaga alam dan mengolahnya (Kej. 2:15).
2. Namun, manusia bukan hanya sekadar ciptaan, melainkan ia juga suatu pribadi.
Ini berarti manusia memiliki bentuk kemandirian. Akan tetapi, kemandirian ini
bukan bersifat mutlak, melainkan relatif. Menjadi satu pribadi artinya mampu
membuat keputusan, menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan
tersebut.
BAB IV ETIKA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER KRISTIANI
Perkataan etila berasal dari kata Yunan, yakni ethos dan etsos dapae
diartikan dengan kebiasaan, kelaziman, adat istiadat, tabiat, hakekat da watak
sescorang, cara mengungkapkan din, tingkah laku atau kecenderungan kepada
kesusilaan. Kata ethos mempunyai dua arti, lain: kebiasaan dan kelaziman
schagaimana dalam Lukas 22.39, Yohanes 19:40, Iberani 1025, adat-istiadat,
hulkum dan upacara Lukas 19 Rasul 6:14 15:1) sescorang cara mengungkapkan
din, tingkah laku atau sikap sescotang Dari kedua kata etika di atas dapat ditarik
kesimpulan babwa kata etila bersangkut-paut dengan beberapa hal antara lain:
Pertama: manusia dengan tabiat, watak, tingkah laku dan berbagai kecenderungan
hidupnya kepadi kesusilaan. Kedua: Manusia dengan segala adat-istiadat,
kebiasaan, elaziman hukum dan upacara-upacara yang diakukannya. Jadi, ethika
merupakn kebiasaan: tradisi, dan kemudian menjadi norma, kaidah, penentu dan
ukuran
BUKU PEMBANDING
1. Dalam pandangan McDowell (2002:44-45) ada beberapa faktor yang menunjang
terbentuknya citra diri dalam kehidupan seseorang, yakni:
pertama, hubungan dengan orang tua. Keluarga merupakan salah satu sumber
pembentuk citra diri seseorang. Keluarga yang harmonis akan membekaskan
kenangan yang indah bagi setiap individu yang ada di dalamnya, sedangkan
keluarga yang berantakan tentunya menimbulkan luka hati bagi para anggotanya.
Bagaimana hubungan seseorang dengan orang tuanya turut mempengaruhi
bagaimana ia memandang dirinya. Jika ia merasakan hubungan yang indah dengan
orang tuanya, dikasihi dan diterima, maka ia pun akan tumbuh dengan rasa
berharga. Namun sebaliknya bila ia tidak memiliki hubungan baik dengan orang
tuanya, merasa disisihkan dan ditolak, maka ia pun akan memandang dirinya tidak
berharga.
Kedua, penampilan diri. Kehidupan masyarakat remaja lebih didasarkan pada
penggunaan fisik. Lingkungan remaja sangat kompetitif dan umumnya mereka
yang berpenampilan fisik menarik yang menjadi pusat perhatian dan dipandang
“lebih” oleh yang lain (lebih kaya, lebih cantik, lebih kuat dan sebagainya).
BAB V HUBUNGAN IMAN KRISTIANI DENGAN IPTEK & SENI
Pendahuluan Sebagaimana manusia merupakan suatu kesatuan yang
memiliki akal, nikiran (ratio) dan gerakan hati (rohani), maka iman (kepercayaan]
tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Iman adalah aktivitas
rohani manusia, sedangkah ilmu pengetahuan adalah tindak lanjut daripada akal
pikiran sehab iman mengimani ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan membantu
orang beriman untuk memahami dunia, lingkungan dan agamanya. Oleh karena itu
antara iman, pengetahuan dan teknologi seharusnya tidak boleh dipertentangkan
satu sama lain, walaupun harus dibedakan
BUKU PEMBANDING
Dalam buku pembanding saya menemukan materi sama namun dengan bab
berbeda berikut adalah kilasan dari bab 6 yang memiliki Hubungan iman dengan
IPTEKS dalam sejarah kekristenan dapat disederhanakan menjadi dua bagian besar
saja:
a. Dominasi iman/agama terhadap ilmu pengetahuan/sains
Pada abad pertengahan, dominasi iman atas sains benar-benar terjadi. Saat itu
teologi yang menjadi acuan kehidupan iman orang Kristen dianggap sebagai ratu
ilmu pengetahuan dan ditempatkan sebagai ukuran kebenaran untuk segala hal,
bukan hanya soal iman dan etika saja. Pada masa inilah terjadi kekeliruan gereja
ketika menjatuhkan hukuman terhadap Galileo, seorang ilmuwan yang menemukan
bahwa bukan matahariyang beredar dari timur ke barat sebagaimana yang diajarkan
gereja pada masa itu, melainkan bumilah yang beredar mengelilingi matahari.
b. Dominasi ilmu pengetahuan/sains terhadap agama/iman
Sejak zaman pencerahan maka dominasi iman atas ilmu mulai dipertanyakan dan
malahan yang berkembang adalah dominasi ilmu atas iman. Tantangan utama sains
terhadap iman dalam abad ilmu pengetahuan adalah keberhasilan metode ilmu
pengetahuan sehingga nampaknya ilmu pengetahuan memberikan satu-satunya
jalan yang dapat dipercaya menuju pengetahuan (knowledge). Agama dianggap
bersifat subjektif, parokial (sempit skopnya), emosional, dan didasarkan pada
tradisi atau sumber kewibawaan yang saling bertentangan satu sama lain.
BAB VI MENCIPTAKAN KERUKUNAN UMAT
Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tingi
ntar umat beragama dalam masyarakat multikultural sehingga umat beragama ami
istilah diri PKI dapat hidup rukun, damai dan berdampingan. Untuk memah
kerukunan ini baiklah dipahami juga up di M aya pemerintah dalam kerukunan.
terse mult yang berarti plural dan kulturalisme berisi pengertian kultur atau hal-hal
yang berjenis-jenis tetapi juga pengakuan itu mempunyai implikasi dengan hak
hidup kelompok masyarakat dalam suatu komunitas dan Multikulturalisme
mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yait NKR budaya. Dengan
demikian pluralisme bukan sekedar pengertian akan adanya Pres politik, sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu pluralisme juga berkenan gera komunitas itu mempunyai
budaya (H.A.R Tilaar,82) mis Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya
mengakui agamanya sebagai ga agama yang paling benar dan baik Sikap fanatisme
sempit seperti ini akan 84 Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama.
BUKU PEMBANDING
Dalam buku pembanding saya menemukan materi sama namun dengan bab
berbeda berikut adalah kilasan dari bab 12 yang memiliki hubungan sama.
Iklim demokrasi. Kata “toleransi” memegang peranan penting dalam iklim
demokrasi. Sejak kecil kita diajar untuk saling menghormati kemajemukan suku,
bahasa, dan agama. Bukankah semboyan bangsa Indonesia adalah Bhineka Tunggal
Ika (berbeda-beda tetapi satu jua).
1. Pragmatisme. Dalam konteks Indonesia maupun dunia yang penuh dengan konflik
horizontal antar pemeluk agama, keharmonisan merupakan tema yang digemakan
di mana-mana. Aksi-aksi ”fanatik” dari pemeluk agama yang bersifat destruktif dan
tidak berguna bagi nilai-nilai kemanusiaan membuat banyak orang menjadi muak.
Inilah yang lalu mendorong pragmatisme bertumbuh subur.
2. Relativisme. Relativisme menganggap kebenaran itu relatif, tergantung siapa yang
melihatnya. Pandangan ini begitu populer mulai dari kalangan intelektual sampai
rakyat jelata. Dalam era postmodern ini penganut relativisme percaya
bahwaagama-agama yang ada juga bersifat relatif. Masing-masing agama benar
menurut penganutnya-komunitasnya sehingga kita tidak berhak menghakimi iman
orang lain. Kita hanya dapat berkata ”agamamu benar menurutmu, agamaku benar
BAB VII MANUSIA SEBAGAI PENJAGA CIPTAAN ALLAH
Mandat Ilahi Pembaruan 1. Pembaharuan dalam Matius 28:16-20 Dan
kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ditunukkan Yesus kepada mercka. Ketika
melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa Ku telah diberikan segala
kuasa disorga dan dibumi. Karena itu jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptisah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,
Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. kebukit yang telah
orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: kepada- Setelah kematian
dan kebangkitan Yesus, murid-murid dalam keadaan bingung). Yesus menyatakan
kepada murid-muridNya bahwa Ia diberi kuasa dibumi dan disurga itu artinya
bahwa Dialah yang berkuasa atas semua yang ada didunia maupun disurga. Tugas
Amanat Agung adalah untuk menjadikan murid Yesus Kristus. Seorang murid yang
baik mengenal, mengikuti, dan bersekutu dengan gurunya. Seorang murid yang
baik belajar dari gurunya, Seorang murid yang baik mentaati gurunya. Dalam
proses pelaksanaan Amanat Agung ada tiga langkah utama (ayat 19.20) Langkah
pertama Pergi inilah langkah dimana Injil diberitakan kepada 98 Manusia Sebagai
Peniaga Ciptaan Allah
BUKU PEMBANDING
Dalam buku pembanding saya menemukan materi sama namun dengan bab
berbeda berikut adalah kilasan dari bab 13 yang memiliki hubungan sama.Melayani
orang lain adalah cara kita menerapkan iman kita sebab apa yang kita percayai
seharusnyalah tampak bukan hanya melalui perkataan melainkan juga melalui
perbuatan kita. Efesus 2:10 menyatakan bahwa kita buatan Allah, yang diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya supaya kita hidup di dalamnya. Allah memiliki sebuah rencana bagi
kehidupan setiap orang Kristen dan pekerjaan baik ada di dalam rencana itu. Orang
Kristen memang perlu berdoa, menelaah Alkitab, dan unsur-unsur lainnya dari
suatu kehidupan dan pelayanan Kristen yang sehat. Kita juga perlu mendirikan dan
mendukung program-program aksi sosial yang efektif.
BAB VIII PERGAULAN BAIK MENURUT AGAMA KRISTEN
Bergaul yang baik menurut iman Kristen. Bergaul di sini lebih diarahkan
kepada seni bergaul di kalangan mahasiswa Kristen atau muda-mudi Kristen.
Beberapa hal permasalahan dalam topik kajian di atas: banyak kalangan muda-mudi
Kristen tidak mengerti konsep bergaul, bagaimana cara mencari teman hidup,
tujuan pernikahan Kristen dan bagaimanakah sebenarnya ciri-ciri sahabat yang
sejati Metode penelitian dengan mengkaji Alkitab dan buku-buku di luar buku
teologia. Kajian dimaksud adalah kajian pustaka, ayat-ayat Alkitab sebagai sumber
utama dieksposisi dan dikeluarkan apa arti teks. Sedangkan sumber
BUKU PEMBANDING
1. Eksklusivisme, pandangan yang meyakini hanya agamanya yang benar dan
yang baik. Eksklusivisme menegaskan bahwa hanya di dalam agama Kristen ada
kebenaran dan keselamatan, sedangkan di luar agama Kristen sama sekali tidak ada
keselamatan. Ayat yang digunakan umumnya adalah Kisah Para Rasul 4:12 dan
Yohanes 14:6. Hendrik Kraemer merumuskan bahwa penyataan di dalam Yesus
Kristus merupakan kriteria satu-satunya yang dengannya semua agama-agama,
termasuk agama Kristen, dapat dimengerti dan dinilai. Yesus Kristus ditempatkan
sebagai satu-satunya kriteria dalam memahami dan menilai agama-agama.
Penyataan umum diakui keberadaannya, tetapi tidak berdiri sendiri karena harus
terkait dalam penyataan diri Yesus. Titik tolak Kraemer adalah “biblical realism”
(kenyataan alkitabiah) yang mengandung dua hal: realitas alkitabiah, menunjuk
pada kesaksian mendasar Alkitab tentang kemahakuasaan Allah dan keberdosaan
manusia yang diperhubungkan dengan inkarnasi Yesus Kristus; dan pandangan
mengenai agama-agama lain sebagai sistem yang meliputi segalanya, yang masing-
masing ditandai pemahaman-pemahaman tersendiri akan totalitas eksistensi.
Dengan demikian, antara injil dan agama-agama tidak ada kesinambungan.
BAB IX BUDAYA
Pendahuluan Budaya, selalu berkembang Ada sejarah pertumbuhan dan
perkembangannya. Manusia selalu sedang berjalan di dalam scjarah
kebudayaannya. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan itu tidak
selalu sama bagi setiap manusia. Ada kalanya berjalan lambat sckali (culurtal-lag)
tetapi ada kalanya sangat cepat sckali, inilah yang disebut dengan sosial rapid
change. Tidak ada manusia yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh karena itu selalu
disebut: Homo sapiens itu selalu Homo faber artinya: tiap-tiap manusia yang
berakal budi selalu berbuat dan sanggup bekerja. 127 isten
BUKU PEMBANDING
A. Definisi Kebudayaan
1. Secara etimologis, kata “kebudayaan” berasal dari kata kerja Latin colere,
yang secara harfiah menunjuk pada agrikultur, yaitu mengelola tanah untuk
menanam dan menumbuhkan sesuatu. Secara lebih luas, kata ini juga diterapkan
pada mengembangkan atau membangkitkan sesuatu yang tidak berasal dari tanah,
misalnya equiculture (peternakan kuda) dan aviculture (peternakan burung).
2. The Lausanne Committee on World Evangelism mendefinisikan
kebudayaan sebagai “suatu sistem yang mengintegrasikan kepercayaan, nilai,
kebiasaan, dan lembaga, serta mengikat suatu masyarakat menjadi satu dan
memberikan identitas, martabat, rasa aman, dan keberlangsungan pada mereka”
(dalam Frame, 2005).
3. Kebudayaan dimulai setelah penciptaan. Allah memerintahkan Adam dan
Hawa untuk membuatnya (Kej. 1:28). Kebudayaan bukan suatu ciptaan, melainkan
suatu perintah atau “mandat.” Ada dua elemen dalam mandat budaya tersebut yang
terdapat di dalam Kejadian 1:28 tersebut, yakni: penuhi dan taklukkan. Adam dan
Hawa diperintahkan untuk beranak cucu dan bertambah banyak untuk memenuhi
bumi. Kejadian 2:24 mencatat bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah
dan ibunya dan tinggal bersama isterinya. Jadi, akan ada multiplikasi keluarga-
keluarga sampai ke ujung bumi.
BAB III
PERBANDINGAN BUKU
1. BUKU UTAMA
Bahasa dalam buku ini lebih mudah dimengerti. Seperti yang sudah
dijelaskan dalam ulasan buku, buku dengan penulis Pdt.Dr.Sampitmo
Habeahan,Mth,M.Pd.K,D.Th, Dkk memiliki keuntungan bahwa diskusi disajikan
dengan bahasa yang mudah dan ilustrasi yang menarik. Buku ini disampaikan
dalam bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain
itu, buku ini juga didukung oleh tampilan tata letak yang baik, desain dan ilustrasi
yang menarik sehubungan dengan tingkat pemahaman pembaca dewasa dan muda.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam ulasan buku, buku dengan penulis
Pdt.Dr.Sampitmo Habeahan,Mth,M.Pd.K,D.Th, Dkk . Buku ini disampaikan dalam
bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, buku
ini juga didukung oleh tampilan tata letak yang baik, desain dan ilustrasi yang
menarik sehubungan dengan tingkat pemahaman pembaca dewasa dan muda.
2. BUKU PEMBANDING
BAB V
IMPLIKASI
1. TEORI
Dari segi teori yang ada pada Buku ersebut merupakan teori yang
benar mengenai Theory hanya saja pada jurnal ini kurang mencantumkan
mengenai hasil dari penelitian dengan jelas serta tidak terdapat metode dan
mungkin kisah nyata dalam kehidupan kristiani.
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Menurut penulis buku yang pantas untuk dibuat sebagai buku acuan
pembelajaran ialah buku utama karena buku tersebut sangat membahas secara luas
dan terperinci sehingga penggunapun bisa mengerti dengan maksud dari
buku tersebut.
REFERENCES