Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP-PRINSIP ANTIKORUPSI

Mata Kuliah Pendidikan Budaya Antikorupsi

Disusun Oleh :

Ajeng Siti Zarifah

Arif Reza Ardiansyah

Lestari Caniago

Sephia

Unga Nur Amalia

KESEHATAN LINGKUNGAN

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Pendidikan Budaya
Antikorupsi” yang diberikan oleh dosen pengampu.
Ucapan terima kasih saya sampaikan untuk keluarga dan rekan-rekan sekalian yang telah
memberikan dorongan kepada kami, sehingga makalah Prinsip-Prinsip Antikorupsi ini dapat
kami selesaikan.
Meskipun demikian kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………………….

Kata Pengantar………………………………………………………………………..

Daftar Isi……………………………………………………………………………...

Bab I

Pendahuluan ………………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………...

Bab II

Pembahasan ………………………………………………………………………….

2.1 Pengertian Ekologi…………………………………………………………………

2.2 Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Alam………........................................................

2.3 Hubungan Ekologi Dengan Biologi………………………………………………...

2.3.1 Pengertian Biologi………………………………………………………….

2.3.2 Hubungan Ekologi Dengan Biologi…………………………………………

2.4 Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Bumi dan Antariksa..................................................

2.5 Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Kependudukan………………………………………

2.6 Hubungan Ekologi Dengan Ilmu Sosial ……………………………………………..

Bab III

Penutup……………………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, di sebut faktor internal
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi
pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua
faktor penyebab korupsi tersebut.
Korupsi juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran suatu negara
sehingga sangat penting untuk menanamkan sifat/sikap anti korupsi sejak dini. Upaya lain
adalah dengan Kementrian Pendidikan yang memasukkan mata kuliah Pendidikan Anti
Korupsi di perguruan tinggi guna meningkatkan rasa anti korupsi sehingga dapat diharapkan
membantu mengurangi angka korupsi di Indonesia.
Tingginya angka korupsi di Indonesia membuat pemerintah Indonesia membuat berbagai
usaha dalam pencegahan atau upaya pemberantasan korupsi seperti membuat sebuah
lembaga yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi/KPK.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?


b. Apa saja prinsip-prinsip anti korupsi ?
c. Apa contoh penerapan prinsip-prinsip antikorupsi?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi dari Korupsi.


b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip antikorupsi
c. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip antikorupsi
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi

Korupsi atau rasuah adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.

Kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut para ahli bahasa, corruptio berasal
dari kata kerja corrumpere, suatu kata dari Bahasa Latin yang lebih tua. Kata tersebut kemudian
menurunkan istilah corruption, corrups (Inggris), corruption (Perancis), corruptie/korruptie
(Belanda) dan korupsi (Indonesia).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan di seluruh dunia ini rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi tentu berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan
korupsi berat yang diresmikan. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan


administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain,
yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi
masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

Dari sudut pandang ekonomi, para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih
konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang
melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau
wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

Dari pengertian korupsi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Korupsi
adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan lain
sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang mengakibatkan
kerugian keuangan pada negara. Atau tindakan penyelewengan atau penggelapan uang baik itu
uang Negara atau uang lainnya yang dilakukan untuk keuntungan pribai atau orang lain.
2.2 Prinsip-prinsip Antikorupsi

Prinsip-prinsip anti korupsi pada dasarnya merupakan langkah-langkah antisipatif yang


harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung bahkan diberantas. Pada dasarnya
Prinsip-prinsip anti korupsi terkait dengan semua objek kegiatan publik yang menuntut adanya
integritas, objektivitas, kejujuran, keterbukaaan, tanggung gugat dan meletakkan kepentingan
publik diatas kepentingan individu. Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus
ditegakkan untuk mencegah terjadinya korupsi, yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi,
kewajaran dan adanya aturan maen yang dapat membatasi ruang gerak korupsi, serta kontrol
terhadap aturan maen tersebut.

a) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto)
maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada
level lembaga.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk
dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Selain itu
akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan seseorang
terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah
seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain
adalah: kuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas
outcome, akuntabilitas hukum dan akuntabilitas, politik .
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan.
Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang mana ketua
panitia melaporkan kepada para undangan.

b) Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol
bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal
yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang.
Dalam transparasi terdapat lima bagaian yaitu:
1) Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam sebuah kegiatan bersifat transparasi
dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan serta sisa dana dari
kegiatan tersebut.
2) Proses Penyusunan Kegiatan
Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, dan tempat.
3) Proses Pembahasan
Pembahasan dilakukan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dan diharapkan
mendapatkan dukungan dari semua pihak.
4) Proses Pengawasan
5) Proses Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat disampaikan
oleh semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akan
memperbaikinya.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan
dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis.
Proses pengawasan dalam pelaksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan
dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka
dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari
setiap output kerja-kerja pembangunan.
c) Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif Komperehensif
dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip
pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya
ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam
tahun anggaran berjalan.
1) Komperehensif dan disiplin
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off
budget). Seperti: Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana
yang dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan
untuk tercapainya kegiatan tersebut.

2) Fleksibilitas
Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
efektifitas. Seperti: Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda tugas.

3) Terprediksi
Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money
untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi merupakan
cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.
Seperti: panitia kegiatan dapat memprediksi berapa banyak dana yang diperlukan dengan
membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang dibutuhkan.

4) Kejujuran
Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran
yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan
bagian pokok dari prinsip fairness. Misal: memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh
pemesanan makanan/snack yang dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti nota
dari tempat pemesanan makanan/snack tersebut.

5) Informatif
Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur
dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan
proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
Misal: ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang rincian penggunaan
dana oleh masing-masing seksi.

d) Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang
dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi
kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang
terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga
pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman,
sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi.
Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.
Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi penyimpangan terdapat empat aspek
kebijakan anti korupsi yaitu:
a. Isi
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan sebuah kegiatan :
1) Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapat yang diadakan
terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.
2) Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana yang diperlukan
masing-masing seksi.
3) Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.
4) Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam waktu kurang
dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.

b. Pembuat
Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.
c. Pelaksana
Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.

d. Kultur
Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa terkecuali ataupun
merasa terpaksa.

e) Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan
reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut
serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan
menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi
yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.[5]

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini.

Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi
seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal
yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini.

Ini dapat menjadi indikator bahwa prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan
diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan
tidak dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
2.3 Penerapan Prinsip-prinsip Antikorupsi

Tak dapat dipungkiri untuk menanamkan prinsip-prinsip anti korupsi perlu diajarkan sejak
dini kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain besar baru terpusat pada
golongan tertentu di tempat tertentu. Untuk langkah yang lebih serius, seharusnya penanaman
nilai dan prinsip anti korupsi ini harus di terapkan.
Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :
a) Partisipasi
Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan yang telah
dibuat.
b) Evolusi
Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan alternatif
kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan kondisi.
c) Reformasi
Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang di usulkan
serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan oleh anggota kepanitiaan lainnya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai sebuah penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah kekuasaan
untuk mencari keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan kepercayaan yang ada pada
setiap orang. Korupsi bukan hanya milik pemerintah, tapi juga sektor swasta bahkan lembaga
pendidikan. Korupsi tidak hanya berlangsung pada level struktural, tapi juga kultural.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam
dalam diri setiap individu. Setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam
suatu organisasi /institusi/ masyarakat. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut.
Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan pada
penulisan makalah dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga
bermanfaat
Daftar Pustaka

http://diskopukm.natunakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:komitmen-
anti-korupsi&catid=58&Itemid=1150

http://gustavwiranata.blogspot.co.id/2016/03/makalah-pendidikan-anti-korupsi.html

http://heru55.blogspot.co.id/2016/03/prinsip-prinsip-anti-korupsi.html

http://salwani-alwan.blogspot.co.id/2016/03/nilai-dan-prinsip-korupsi.html

https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-hukum/nilai-dan-prinsip-anti-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai