PEMBAHASAN
1. Anastesik inhalasi
Obat anastesik yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk
membantu. pembedahan ialah N2O. Dalam dunia modern anastesik inhalasi
yang umum digunakan untuk praktek klinik adalah N2O, halotan, enfluran,
isofluran, desfluran, dan sevofoluran. Agen ini dapat diberikan dan diserap
secara terkontrol dan cepat karena diserap serta dikeluarkan melalui paru-
paru. Sebagian besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh paru-paru sebagian
lagi dimetabolisme oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Sisa
metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.
2. Anestesik intravena
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi
anestesia, induksi dan pemeliharaan anestesia bedah singkat, suplementasi
hypnosis pada anesthesia atau tambahan pada anelgesia regional dan sedasi
pada beberapa tindakan medik atau untuk membentu prosedur diagnostik
misalnya tiopental, ketamin dan propofol. Untuk anestesia intravena total
biasanya menggunakan propofol. Anestesia intravena ideal membutuhkan
kriteria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu larut dalam air
dan tidak iritasi terhadap jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat
menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh
amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh
obat antagonisnya, cepat dieliminasi oleh tubuh, tidak atau sedikit
mendepresi fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik
tidak tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek samping (mual-muntah),
menghasilkan pemulihan yang cepat. Untuk mencapai tujuan diatas, kita
dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau cara anestesi lain.
Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek salah
satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain.
Keuntungan anestesi intravena lebih dapat diterima pasien, tahap yang
tidak sadar lebih cepat dan lebih menyenangkan bagi ahli anestesi. Oleh
karena itu, agen intravena dapat digunakan sendiri untuk menimbulkan
anestesi.
Kekurangan anestesi intravena paling menonjol yaitu terjadi induksi
cepat dan depresi cerebrum yang jelas, seperti terlihat pada gangguan
pernapasan yang mengharuskan digunakannya ventilasi dan
ketidakstabilan hemodinamik. Agen induksi intravena biasanya digunakan
bersama dengan anestesi inhalasi lain untuk mendapatkan analgesia yang
memadai dan dengan relaksan otot untuk mendapatkan operasi yang
optimum.
2. Komplikasi Pernafasan
a. Obat-obatan
Beberapa jenis obat bisa digunakan untuk mengobati hipoksemia. Obat-obatan
tersebut biasanya diberikan melalui inhaler. Jadi, pemakaian obat-obatan
tersebut adalah dengan cara dihirup untuk bisa sampai ke paru-paru.
b. Terapi oksigen
Terapi oksigen bisa menjadi solusi untuk mengatasi kejadian hipoksemia. Cara
ini baru direkomendasikan oleh dokter apabila pasien memiliki hipoksemia
yang lebih parah. Terapi oksigen ini adalah tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan tabung agar pasien bisa menerima oksigen tambahan.
3. Komplikasi Kardiovaskuler
Hipotensi merupakan komplikasi dengan presentase terbanyak dari
intraoperatif sampe pascaoperatif. Untuk penanganan hipotensi biasanya
meningkatkan volume intravaskular dengan pemberian cairan intravena sebelum
tindakan anestesia atau secara mekanik dengan cara menaikkan preload dengan
elevasi kaki, membungkus kaki, atau juga posisi kepala lebih rendah (Siddik,
2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
General anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komplikasi anestesi
dapat berakhir dengan kematian atau tidak diduga walaupun tindakan anestesi
sudah dilaksanakan dengan baik. secara umum komplikasi anestesi yang sering
dijumpai antara lain kerusakan fisik, gangguan fungsi pernapasan, gangguan pada sistem
kardiovaskuler, gangguan fungsi hati dan suhu tubuh.
Penanganan komplikasi pada general anestesi diantaranya komplikasi pada suhu
tubuh ditangani secara farmakologis dan non farmaklologis. Komplikasi pada pernafasan
penangangannya dengan obat-obatan dan terapi oksigen. Komplikasi kardiovaskuler
penangannnya dengan pemberian cairan intravena sebelum tindakan anestesi, atau
pemberian efedrin.
B. Saran
Kepada tim operasi yang terlibat dalam penanganan pasien dengan general anestesi
agar dapat melaksanakan peran tersebut dengan baik dan berkolaborasi antar sesama
mengingat pasien yang mengalami operasi dengan general anestesi memerlukan
pemantauan yang ketat serta penatalaksanaan yang tepat.
Daftar Pustaka
Siddik S, Nasr VG, Taha SK, Zbeide RA, Shehade JMA. A randomized trial comparing
colloid preload to colload during anesthesia for elective cesarean delivery. Anesth
Analg. 2009;109:1219–24.