Anda di halaman 1dari 6

Formasi Pembawa Batubara Pada Daerah Kalimantan

Formasi Kampungbaru (Tpkb)

Batulempung pasiran, batupasir kuarsa, batulanau sisipan batubara, napal,

batugamping dan lignit. Ketebalannya 700-800 m, berumur Miosen Akhir hingga

Pliosen dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini

terletak tidak selaras di atas Fm. Balikpapan.

Lapisan batupasir kuarsa loose dan terkadang kontak langsung dengan lapisan

batubara; seam tidak bervariasi dan relatif tipis; batubara lebih bersifat

lignit. Singkapan yang termasuk dalam formasi ini adalah KT-04, KT-05, KT-06,

KT-07, KT-12, KT-13, KT-14, KT-15 dan KT-16. Analisis polen menunjukkan

umur tidak lebih tua dari Pliosen dan lingkungan pengendapan pada muara sungai

dan hutan mangrove di daerah pantai yang stabil.

Jika mengacu pada lingkungan pengendapan delta-laut dangkal pada Peta Geologi

Regionalnya, maka penyebaran formasi ini tidak melingkupi daerah yang luas tapi

hanya pada daerah sekitar Delta Mahakam Purba

Formasi Marah. Formasi ini umumnya tersusun oleh batupasir, batulumpur,

batulanau dan sedikit batugamping. Setempat terdapat sisipan batubara, lempung

karbonan dan gampingan. Formasi ini berumur Eosen Akhir dan diendapkan di

lingkungan delta hingga laut

dangkal – terbuka.

Formasi Wahau menindih tak selaras Formasi Batuayau. Formasi ini tersusun

oleh perselingan batulempung, batupasir kuarsa,batupasir lempungan dan

batulempung pasiran, setempat terdapat sisipan batubara. Pada bagian bawah dari
formasi ini disisipi oleh batugamping. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen

Tengah dan diendapkan di lingkungan

laut dangkal – darat.

Formasi Balikpapan diendapkan tak selaras di atas Formasi Wahau. Batuan

penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa, batulempung bersisipan batulanau,

serpih, batugamping dan batubara. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan

diendapkan di lingkungan

delta – litoral hingga laut dangkal.

Formasi Lati tersebut tersusun oleh batulumpur dan batulempung yang sebagian

karbonan dan gampingan, serta batupasir, batupasir gampingan, serpih batubaraan,

batubara serpihan, dan batubara. Batuan itu terendapkan di lingkungan delta susut

laut dengan pengaruh pasang surut dominan sejak Miosen Awal hingga Miosen

Tengah. Lapisan batubara terkonsentrasi di bagian atas Formasi Lati, terbentuk di

wilayah pusat cekungan dataran delta yang sekali waktu terpotong oleh endapan

saluran menyebar. Batubara yang dijumpai mempunyai tebal terbatas karena

terganggu oleh banjir limpasan, jebolan tanggul, dan pengaruh pasang-surut yang

cukup intensif.

Formasi Pulaubalang (Tmpb)

Peselingan batupasir kuarsa, batupasir dan batulempung dengan sisipan

batubara. Tebal formasi ± 900 m, berumur Miosen Tengah dan diendapkan dalam

lingkungan sublitoral dangkal.Variari seamnya rendah dan diperkirakan

batubaranya bersifat lignit. Singkapan yang termasuk dalam formasi ini adalah KT-

20 dan KT-21. Analisis polen pada KT-20 menunjukkan umur Miosen Tengah.
Menurut Payenberg, et al., (1999), arah arus purba selama Miosen Tengah di

Lapangan Mutiara, Sanga-sanga Cekungan Kutai diduga sesuai dengan arah umum

struktur silang-siur di KT-02 dan KT-03 berarah selatan, dan di KT-21 berarah

Utara. Ini menunjukkan bahwa kala Miosen Tengah di bagian utara Cekungan

Kutai arah arus ke selatan dan di bagian selatan cekungan berarah ke utara.

Ferguson dan Mc.Clay (1997) menyebutkan lingkungan pengendapan sistem delta

yang berada di Kalimantan Timur, yakni: sand-shale-coal

sequence merupakanproximal deltaic facies dan shale (thick)

sequence merupakan distal marine facies.

Formasi Pembawa Pada Daerah Sumatera

Formasi Talang Akar

Tebal lapisan batubara di Formasi Talang Akar berkisar dari beberapa sentimeter

sampai 20 cm. Nilai kalori 4585 kal/gr (adb), kandungan abu 17,7% (adb), sulfur

total 0,69% (adb) dan vitrinit reflektan 0,47-0,60%. Ketebalan maksimum lapisan

batubara

Formasi Muara Enim

Formasi Muara enim diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat.

Formasi Muara Enim merupakan formasi pembawa batubara yang berumur Miosen

Atas – Pliosen Bawah. Shell, 1978 telah membagi formasi ini berdasarkan

kelompok kandungan lapisan batubara menjadi 4 (empat) anggota yaitu M1, M2,

M3 dan M4. Pada daerah penyelidikan berdasarkan hasil pemboran dangkal, tidak

seluruh satuan anggota tersebut ditembus oleh bor.


Formasi ini diendapkan sebagai kelanjutan dari fasa regresi dengan satuan anggota

terdiri atas :

 Anggota M1

Terdiri dari perulangan batupasir, batulanau, abtulempung dan batubara.

Umumnya berwarna hhhijau muda – abu-abu kecoklatan, struktur

lenticular umum dijumpai pada batulempung. Batubara di anggota M1

daerah penyelidikan tidak berkembang hanya dijumpai sebagai sisipan

dengan ketebalan 0,10 m – 0,20 m

 Anggota M2

Terdiri dari batulempung, batulempung karbonan, batulanau, batupasir dan

batubara. Batulempung karbonan berwarna abu-abu tua, umumnya masif

sebagian paralel laminasi dan “flaser bedding”, banyak dajumpai jejak

tumbuhan dan fragmen batubara. Satuan ini biasanya dijumpai sebagai

batuan pengapit batubara, Batubara pada Anggota M1 dijumpai 1 lapisan

dengan ketebalan berkisar antara 10,00m sampai 7,20m,

 Anggota M3

Terdiri atas batupassir, batulanau, batulempung dan batubara. Batupasir

abu-abu terang, berbutir sangat halus – halus terpilah baik, dominan kuarsa,

tersemen buruk. Batulanau abu-abu terang kehijauan-kecoklatan, kompak

paralel laminasi, mengandung jejak tumbuhan.

Batulempung bertindak sebagai pengapit batubara. Batubara pada Anggota

ini ditemukan 2 lapisan dengan ketebalan 7,00m dan5,00m.

 Anggota M4
Anggota M4 tidak diketemukan di daerah penyelidikan. Penyebaran

Formasi Muara Enim Meliputi 15% daerah penyelidikan.

Formasi Kasai

Diendapkan diatas Formasi Muara Enim berumur Pliosen, tersusun dari

batulempung tufaan biru kehijauan dan biru, batupasir tufaan hijau, batuapung. Di

daerah penyelidikan tidak dijumpai adanya batubara di formasi ini. Penyebaran

Formasi Kasai terletak disebelah barat daerah penyelidikan lapisan batubara di

Formasi Kasai umumnya kurang dari satu meter dengan nilai kalori 1435-3100

kal/gr (adb), kandungan abu sangat tinggi 34,5-55,8% (adb), sulfur total 0,79-

1,42% (adb) dan vitrinit reflektan 0,22%.

Formasi batuan pembawa-batubara di daerah Lampung Tengah

terletak di tepi batas cekungan atau bagian barat Cekungan Sumatra Selatan, dan

berada di dalam Lajur Palembang yang berbatasan langsung dengan ujung selatan

Lajur Barisan. Fasies batuan di bagian bawah adalah konglomerat, batupasir

konglomeratan, dan batupasir kuarsa.Di bagian atas terdiri atas perselingan

batulanau, serpih, batulempung, batulumpur, batugamping, dan ba-tubara dengan

sisipan serpih batubaraan serta batubara serpihan. Satuan fasies batuan pembawa-

batubara diyakini merupakan bagian Formasi Talangakar berlingkungan

pengendapan mulai dari uviatil – paralik,yang semakin ke atas berubah menjadi

sublitoral, dan berumur Oligo-Miosen. Kondisi lingkungan ini berpengaruh

kuat terhadap karakter dan jenis batubara yang terbentuk.Secara stratigra, runtunan

batuan ini ditindih selaras oleh satuan batugamping berumur Miosen Awal-Tengah,

dan diterobos oleh granodiorit berumur Miosen Tengah – Akhir. Batuan dasar runtunan
batuansedimen berumur Tersier ini adalah batuan malihan Kelompok Gunungkasih dan granit

berumur Kapur.

Sesar normal berarah barat laut - tenggara mengontrol daerah penelitian, dan

mempengaruhi kemiringanlapisan batubara ke arah utara - timur, dengan besar sudut

kemiringan 15º - 23º. Batubara di daerah pene-litian terendapkan dalam lingkungan

hutan berawa basah, pada saat susut laut dengan tingkat penurunan yang tinggi

sampai menengah. Batubara ini termasuk ke dalam peringkat bituminus high

volatile sampai low volatile, sementara kematangan termalnya termasuk

dalam kategori matang.

Anda mungkin juga menyukai