Pliosen dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini
Lapisan batupasir kuarsa loose dan terkadang kontak langsung dengan lapisan
batubara; seam tidak bervariasi dan relatif tipis; batubara lebih bersifat
lignit. Singkapan yang termasuk dalam formasi ini adalah KT-04, KT-05, KT-06,
KT-07, KT-12, KT-13, KT-14, KT-15 dan KT-16. Analisis polen menunjukkan
umur tidak lebih tua dari Pliosen dan lingkungan pengendapan pada muara sungai
Jika mengacu pada lingkungan pengendapan delta-laut dangkal pada Peta Geologi
Regionalnya, maka penyebaran formasi ini tidak melingkupi daerah yang luas tapi
karbonan dan gampingan. Formasi ini berumur Eosen Akhir dan diendapkan di
dangkal – terbuka.
Formasi Wahau menindih tak selaras Formasi Batuayau. Formasi ini tersusun
batulempung pasiran, setempat terdapat sisipan batubara. Pada bagian bawah dari
formasi ini disisipi oleh batugamping. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen
serpih, batugamping dan batubara. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan
diendapkan di lingkungan
Formasi Lati tersebut tersusun oleh batulumpur dan batulempung yang sebagian
batubara serpihan, dan batubara. Batuan itu terendapkan di lingkungan delta susut
laut dengan pengaruh pasang surut dominan sejak Miosen Awal hingga Miosen
wilayah pusat cekungan dataran delta yang sekali waktu terpotong oleh endapan
terganggu oleh banjir limpasan, jebolan tanggul, dan pengaruh pasang-surut yang
cukup intensif.
batubara. Tebal formasi ± 900 m, berumur Miosen Tengah dan diendapkan dalam
batubaranya bersifat lignit. Singkapan yang termasuk dalam formasi ini adalah KT-
20 dan KT-21. Analisis polen pada KT-20 menunjukkan umur Miosen Tengah.
Menurut Payenberg, et al., (1999), arah arus purba selama Miosen Tengah di
Lapangan Mutiara, Sanga-sanga Cekungan Kutai diduga sesuai dengan arah umum
struktur silang-siur di KT-02 dan KT-03 berarah selatan, dan di KT-21 berarah
Utara. Ini menunjukkan bahwa kala Miosen Tengah di bagian utara Cekungan
Kutai arah arus ke selatan dan di bagian selatan cekungan berarah ke utara.
Tebal lapisan batubara di Formasi Talang Akar berkisar dari beberapa sentimeter
sampai 20 cm. Nilai kalori 4585 kal/gr (adb), kandungan abu 17,7% (adb), sulfur
total 0,69% (adb) dan vitrinit reflektan 0,47-0,60%. Ketebalan maksimum lapisan
batubara
Formasi Muara enim diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat.
Formasi Muara Enim merupakan formasi pembawa batubara yang berumur Miosen
Atas – Pliosen Bawah. Shell, 1978 telah membagi formasi ini berdasarkan
kelompok kandungan lapisan batubara menjadi 4 (empat) anggota yaitu M1, M2,
M3 dan M4. Pada daerah penyelidikan berdasarkan hasil pemboran dangkal, tidak
terdiri atas :
Anggota M1
Anggota M2
Anggota M3
abu-abu terang, berbutir sangat halus – halus terpilah baik, dominan kuarsa,
Anggota M4
Anggota M4 tidak diketemukan di daerah penyelidikan. Penyebaran
Formasi Kasai
batulempung tufaan biru kehijauan dan biru, batupasir tufaan hijau, batuapung. Di
Formasi Kasai umumnya kurang dari satu meter dengan nilai kalori 1435-3100
kal/gr (adb), kandungan abu sangat tinggi 34,5-55,8% (adb), sulfur total 0,79-
terletak di tepi batas cekungan atau bagian barat Cekungan Sumatra Selatan, dan
berada di dalam Lajur Palembang yang berbatasan langsung dengan ujung selatan
sisipan serpih batubaraan serta batubara serpihan. Satuan fasies batuan pembawa-
kuat terhadap karakter dan jenis batubara yang terbentuk.Secara stratigra, runtunan
batuan ini ditindih selaras oleh satuan batugamping berumur Miosen Awal-Tengah,
dan diterobos oleh granodiorit berumur Miosen Tengah – Akhir. Batuan dasar runtunan
batuansedimen berumur Tersier ini adalah batuan malihan Kelompok Gunungkasih dan granit
berumur Kapur.
Sesar normal berarah barat laut - tenggara mengontrol daerah penelitian, dan
hutan berawa basah, pada saat susut laut dengan tingkat penurunan yang tinggi