Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN OSTEOMIELITIS
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh

Iqbal Ramadhan 0433131420117102


Lia Sri Wahyuni 0433131420117104
Siti Devia Agustina 0433131420117116

PROGRAM STUDI SARJANA 1 KEPERAWATAN


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang Barat
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, ridho, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Adapun makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteomielitis” ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan pembimbing kepada penulis.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari
Allah SWT. Saran dan kritik sangat diterima karena penulis menyadari makalah ini
jauh dari kata sempurna. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dari penulis. Akhir kata
semoga ilmu dalam makalah ini dapat bermanfaat dan diterapkan secara efektif.
Terima kasih.

Karawang, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Osteomielitis ................................................................................3
B. Etiologi Osteomielitis.....................................................................................4
C. Patofisiologi Osteomielitis .............................................................................4
D. Pathway Osteomielitis ....................................................................................6
E. Manifestasi Klinis Osteomielitis ....................................................................6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................13
C. Intervensi ........................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................18
B. Saran ...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara-negara berkembang (contohnya dinegara Afrika dan Eropa,
yang paling sering dijumpai terjangkit Ostemielitis) osteomielitis masih
merupakan dalam bidang ortopedi. Keberhasilan pengobatan osteomielitis
ditentukan oleh faktor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan
pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan pembedahan.
Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang
disebabkan oleh invansi mikroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu
ditegakan sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan
perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami membahas tentang :
1. Apa yang dimaksud dari Osteomielitis?
2. Bagaimana Etiologi dalam Osteomielitis?
3. Bagaimana Patofisiologis dari Osteomielitis?
4. Bagaimana Perjalan Pathway pada Ostemielitis?
5. Bagaimana Manifestasi Osteomielitis?
6. Apa saja yang masuk kedalam pemeriksaan penunjang pada Ostemielitis?
7. Konsep Asuhan Keperawatan pada Oseteomielitis

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa di harapkan mampu mengetahui
dan memahami tentang Osteomielitis.

1
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
tentang :
a. Pengertian dari Osteomielitis
b. Mengetahui dan memahami etiologi dalam Osteomielitis
c. Mengetahui patofisiologis dari Osteomielitis
d. Mengetahui perjalan Pathway pada Ostemielitis
e. Mengetahui manifestasi Osteomielitis
f. Mengetahui berbagai macam pemeriksaan penunjang pada
Osteomielitis
g. Dapat menguasai konsep Asuhan Keperawatan pada Ostemielitis

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan oleh kami adalah sebagai berikut:
1. Untuk Masyarakat :
Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa :
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.
3. Untuk Tenaga Kesehatan :
Makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan
Asuhan Keperawatan pada kasus Keperawatan Medikal Bedah II

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Ostemielitis dapat terjadi
sebagai proses akut, sub akut, atau kronik. Terjadi sebagai konsekuensi luka
penetrasi, bacteremia (osteomyelitis heatogenus), invasi dari fokus infeksi
bersingungan, atau kerusakan kulit dalam adanya insufisensi vaskular (Fauci
et al., 2008; McPhee et al., 2008).
Ostemielitis dapat terjadi pada semua usia, tetapi orang dewasa yang
berusia lebih dari 50 tahun lebih umum terkena. Lansia beresiko mengalami
ostemielitis karena beberapa alas an. Fungsi imun cenderung menurun seiring
penuaan; lansia juga lebih cenderung mengalami proses penyakit kronik yang
mengenai fungsi imun. Status sirkulasi pada lansia sering kali menurun akibat
proses aterosklerosis, mengganggu aliran darah ketulang. Lansia memiliki
risiko lebih tinggi ulkus tekan karena perubahan sirkulasi, kulit, sensasi, dan
mobilitas akibat penuan.
Osteomielitis adalah peradangan atau infeksi pada struktur tulang yang
akut ataupun kronis akibat infeksi bakteri, yang terbanyak adalah jenis
staphylococcus aureus. Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh jamur dan virus.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra, tulang pelvis,
tulang tengkorak, dan mandibula. Secara umum, infeksi tulang merupakan
gangguan kondisi kesehatan yang serius. Dan osteomielitis dapat terjadi pada
semua usia.
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi dua macam, yaitu ostemielitis
primer dan osteomilitis sekunder. Osteomielitis primer, penyebarannya secara
hematogen, dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah. Osteomielitis sekunder (osteomielitis
perkontinuitatum), terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari
bisul, luka fraktur, dan sebagainya.

3
B. Etiologi Ostemielitis
Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau
memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang
berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang
tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat
melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomielitis.
Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor
penyebabnya berhubungan dengan penuaan.
Staphylococcus merupakan penyebab 70-80% infeksi tulang. Organisme
lain meliputi proteus, pseudomonas, dan Eschericia coli. Pada anak-anak
infeksi tulang sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-
tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit
(impetigo). Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka
tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.
Mikroorganisme yang menginfeksi tulang akan membentuk koloni pada
tulang perivaskular, menimbulkan edema, infiltrasi seluller, dan akumulasi
produk-produk inflamasi yang akan merusak trabekula tulang dan hilangnya
matriks dan mineral tulang.

C. Patofisiologi Osteomielitis
Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi pada tiga bulan
pertama (akut fulminant-stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat terjadi
antara 2-24 bulan setelah pembedahan (stadium 2), dan osteomielitis yang
terjadi dalam waktu lama terjadi 24 bulan atau lebih setelah pembedahan
(stadium 3).
Respons awal dari infeksi adalah inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Dua atau tiga hari setelah pembedahan, dapat terjadi thrombosis

4
pada pembuluh darah tersebut, yang mengakibatkan iskemia dengan nekrosis
tulang berhubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah periosteum
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi sekitar. Bila proses infeksi
dapat dikontrol lebih awal, pembentukan abses tulang dapat dicegah.
Biasanya abses dapat keluar secara spontan, namun lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya membentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair
dan mengalir keluar. Selain itu, rongga juga tidak dapat mengempis dan
sembuh seperti yang terjadi pada jaringan lunak, tetapi yang gterjadi adalah
pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengelilingi sequestrum. Jadi,
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
klien, dan ini dinamakan osteomielitis tipe kronik.

5
D. Pathway Osteomielitis

Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat


trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Infeksi mikroorganisme dari tempat Fraktur terbuka


lain yang beredar melalui sirkulasi

Kerusakan pembuluh darah


Masuk ke juksta epifisis dan adanya port de entree
tulang panjang

Infeksi kuman ke tulang


dan sendi

Osteomielitis

Fogositosis

Proses Inflamasi : hyperemia, pembengkakkan, gg fungsi,


pembentukan pus, dan kerusakan integritas

Proses inflamasi Keterbatasan Tekanan Pembentukan Komplikasi


jaringan Pus infeksi
tulang
Demam, Penurunan
malaise, Kemampuan Kurang
penurunan Iskemia dan terpajan
nafsu makan, nekrosis pengetahuan
penurunan Hambatan tulang dan informasi
kemampuan Mobilisasi
tonus otot Fisik
6
Demam,
malaise, Kurang
penurunan Iskemia dan terpajan
nafsu makan, nekrosis pengetahuan
penurunan Hambatan tulang dan informasi
kemampuan Mobilisasi
tonus otot Fisik
Nyeri Kronis Defisit
Penegtahuan

E. Manifestasi Klinis
Ketika infeksi ditularkan melalui darah, awitan infeksi bersifat mendadak
terjadi disertai dengan manifestasi klinis berupa sepsis. Ekstremitas menjadi
nyeri, bengkak, hangat, dan kenyal. Pasien mungkin mendeskripsikan nyeri
berdenyut yang konstan yang semakin berat dengan pergerakan. Apabila
osteomielitis disebabkan oleh infeksi yang berada didekatnya atau karena
kontaminasi langsung, tidak ada gejala sepsis; area menjadi bengkak, hangat,
nyeri dan kenyal saat disentuh.

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien
gangguan system musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi
dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
a) Provoking incident : hal yang menjadi faktor presipitasi
nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b) Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien bersifat menusuk.
c) Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
d) Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara
subjektif antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

8
1. Riwayat penyakit sekarang
kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah,
edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada
fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan
oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis akut yang tidak diberi
perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di
tulang.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Aapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
dengan imunosupresif.
3. Riwayat psikososial- spiritual
Perawat mengkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,
konsumsi alkohol yang dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah klien
melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada
klien osteomyelitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis
penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).

9
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat ( local).
1) Keadaan umum meliputi :
a) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
b) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan
pada kasus osteomielitis biasanya akut).
c) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
dengan komplikasi septicemia.
2) B1 (Breathing) : Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomyelitis
tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks,
ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
3) B2 (Blood) : Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi,
didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak ada mundur.
4) B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.
a) Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan).
b) Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
c) Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
atau bentuk.
d) Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya malnutrisi
lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.

10
f) Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
g) Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut pucat.
h) Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien.
Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf cranial :
1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
3) Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan
mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
4) Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada
otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
5) B4 (Bladder) : Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,
karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pada system ini.
6) B5 (Bowel) : Inspeksi abdomen: Bentuk datar, simetris, tidak ada
hernia. Palpasi: Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara
timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi: Peristaltik usus
normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-anus: Tidak ada hernia,
tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi
dan metabolisme. Klien osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi

11
melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein,
vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi
tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terauma kalsium atau
protein. Masalah nyeri pada osteomielitis menebabkan klien kadang
mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola
eliminasi: Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih,
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
7) B6 (Bone) : Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di
tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu
fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.
8) Look : Pada osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekan sendi dan gangguan bertambah
berat bila terjadi spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga
dapat disebab kan oleh efusi sendi atu infeksi sendi (arthritis septic).
Secara umum, klien osteolelitis kronis menunjukan adanya luka khas
yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang
berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan dan proses supurasi.
Manifestasi klinis osteomelitis akibat fraktur terbuka biasanya
berupa demam, nyeri, pembekakan pada daerah fraktur, dan sekresi
pus pada luka
9) Feel : Kaji adanya nyeri tekan.
10) Move : pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan atau
keterbatasan gerak sendi pada osteomelitis akut. Pola tidur dan

12
istirahat. Semua klien osteomelitis merasak nyeri sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur., suasana, kebiasaan, dan
kesulitan serta penggunaan obat tidur.

B. Keperawatan
1. Preoperatif
a. Nyeri yang berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan / proses inflamasi.
b. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak
sendi.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
2. Intraoperatif
a. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan.
3. Postoperatif

a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase.


b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi.
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.

C. Intervensi
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan
pembekan sendi.
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

13
D. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI

1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan Observasi


berhubungan tindakan keperawatan  identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan selama 2x24 jam durasi, frekuensi, kualitas,
proses nyeri kronis dapat intensitas nyeri
supurasi di teratasi dengan  identifikasi skala nyeri
tulang dan kriteria hasil :  identifikasi factor yang
pembekan - Melaporkan bahwa memperberat dan memperingan
sendi. nyeri hilang / nyeri
terkontrol  identifikasi pengaruh budaya
- menunjukkan lebih terhadap respons nyeri
nyaman dan rileks  monitor keberhasilan terapi
- waktu istirahat dan komplementer yang sudah
aktivitas seimbang diberikan
 monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).

14
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobilisasi tindakan keperawatan  Identifikasi adanya nyeri atau
fisik selama 2x24 jam keluhan fisik lainnya
berhubungan gangguan mobilitas  Identifikasi toleransi fisik
dengan nyeri, fisik dapat teratasi melakukan ambulasi
alat dengan kriteria hasil :  Monitpr frekuensi jantung dan
imobilisasi - Keikutsertaan dalam tekanan darah sebelum memulai
dan perawatan diri ambulasi
keterbatasan sendiri meningkat  Monitor kondisi umum selama
menahan - edema berkurang melakukan ambulasi
beban berat Terapeutik
badan.  Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis. tongkat,
kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu

15
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
 Jelaskan dan tujuan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi
dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
3 Kurang Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan tindakan keperawatan  Identifikasi kesiapan dan
tentang selama 2x24 jam kemampuan menerima informasi
kondisi atau klien mendapatkan  Identifikasi factor-faktor yang
prognosis pengetahuan lebih dapat meningkatkan dan
dan dengan kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku
kebutuhan - Menyatakan hidup bersih dan sehat
pengobatan kondisi, prognosis Terapeutik
berhubungan dan pengobatan,  Sediakan materi dan media
dengan tidak melakukan dengan pendidkan kesehatan
mengenal benar prosedur  Jadwalkan pendidikan kesehatan
sumber yang diperlukan sesuai kesepakatan
informasi. dan menjelaskan  Berikan kesempatan untuk
akan tindakan. bertanya
Edukasi

16
 Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi
mikroorganisme berupa bakteri, mycobacterium, maupun jamur.
Terbentuknya sequester, dan kemampuan mikroorganisme untuk membentuk
biofilm dan hidup secara intraselular memberi tantangan dalam eradikasi
infeksi. Deteksi dini dan pemberian antibiotika adekuat pada osteomyelitis
hematogenik akut dapat memberi kesembuhan komplit tanpa tindakan
pembedahan.
Tindakan pemberian antibiotika dini di emergensi, pembersihan dan
irigasi luka adekuat, dan stabilisasi tulang dapat menurunkan kejadian
osteomielitis pasca trauma. Pada osteomyelitis kronis, sequester harus
dieliminasi dengan tindakan bedah agresif. Defek tulang yang terjadi dapat
dilakukan implantasi dengan spacer antibiotic atau diisi dengan osteo
myocutaneous flap. Osteomelitis akibat pemasangan prostesis atau implan
membutuhkan pelepasan implan, pembersihan jaringan infeksi, temporary
spacer, dan pemasangan implant kembali pada operasi berikutnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner& Suddarth.(2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.Jakarta:EGC


Lukman, Nirsih Nurna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
LeMone, Priscilla. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan
Muskuloskeletal Edisi 5. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

iii

Anda mungkin juga menyukai