Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Kecacingan

Infeksi cacing atau bisa disebut dengan penyakit cacingan yang termasuk dalam
infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil yang menyerang tubuh
inangnya dengan cara menempelkan diri baik di luar maupun di dalam tubuh, dan mengambil
nutrisi dari tubuh inangnya.
Penyakit infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang
dapat menimbulkan kekurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang
berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak.
Kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena
prevalensi kecacingan tersebut di Indonesia masih tinggi terutama kecacingan yang disebabkan
oleh sejumlah cacing perut yang ditularkan melalui tanah atau yang disebut Soil Transmitted
Helminths. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing
cambuk (Trichuris trichura).

Agen Penyebab
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap
diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang
tertelan & masuk ke dalam tubuh.
Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawal dari
telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat menginfeksi bagian
tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran
pencernaan.
Penyakit cacingan, khususnya pada anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh
sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan
anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas
beraktivitas serta berat badan rendah. cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing
gelang, cacing pita dan cacing pipih. Berikut jenis-jenis cacing :
1. CACING GELANG: (Ascaris lumbricoides)
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil

Cara Penularannya:
1. Telur cacing masuk melalui mulut
2. Menetas di usus kecil menjadi larva
3. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
4. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil dan
menjadi dewasa di sana
Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari

2 CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura)


Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya:
1. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
2. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
3. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini

3. CACING TAMBANG: (Ancylostomiasis)


Warna : Merah
Besarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus keciL

Cara Penularannya:
1. Larva menembus kulit kaki
2. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
3. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya
untuk mengisap darah.
Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan anak-anak. Infeksi
cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Cacing tambang dapat mengisap
darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
4. CACING KREMI: (Enterobius Vermicularis)
Warna : Putih
Besarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya:
1. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
2. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar. Melalui kontak
dengan tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempat lain.
3. Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.

Karakteristik
Gejala penyakit cacingan pun akan sulit dideteksi, jika jumlah cacing yang bersarang dalam
tubuh masih sedikit. Gejala akan timbul jika sudah banyak larva cacing yang bersarang dalam
tubuh. Pada umumnya cacingan mempunyai gejala sebagai berikut :
 Cacing kremi : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva
(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi
biasanya akan keluar dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar
anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di feses.
 Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis toxocara
canis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena
menimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah
ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan
bengkak di organ tubuh lain.
 Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.
Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :
 Rasa mual
 Lemas
 Hilangnya nafsu makan
 Rasa sakit di bagian perut
 Diare
 Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan
Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke organ lain,
sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :
 Demam
 Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
 Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
 Infeksi bakteri
 Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena

Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena penyakit
cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita penyakit cacing kremi, si
anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga si anak akan menagis dan
terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit karena cacing tambang, Cacing
tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan anak-anak. Infeksi
cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah), sehingga si anak akan lemas
untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya, Konsetrasi dan daya ingat anak yang
menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut survei yang
pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD) menyebutkan sekitar
49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan memiliki
prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan siswa laki-laki yang hanya 48,5
persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami kekurangan
hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak terhadap kemampuan darah
membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak. Akibatnya, penderita
cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan,
dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori
infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah
terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Epidemiologi Kecacingan

Infeksi cacing merupakan permasalahan kesehatan dunia. Saat ini diperkirakan lebih dari 1,5
miliar orang (24% dari populasi dunia) terinfeksi oleh parasit cacing (WHO., 2015). Masalah
kecacingan merupakan masalah yang serius di Indonesia. Angka infeksi cacing mencapai 28%
dari penduduk Indonesia pada tahun 2013 (Kemenkes RI., 2015). Kecacingan sering terjadi pada
anak-anak, diperkirakan sekitar 270 juta anak usia balita dan 600 juta anak usia sekolah beresiko
tinggi terinfeksi parasit cacing di seluruh dunia (WHO., 2015). Infeksi cacing umumnya terjadi
di negara-negara berkembang, dimana keadaan hidup dan pelayanan kesehatan masih kurang
baik dan higienitas masih belum memadai (Rahardja dan Tan, 2010). Prevalensi infeksi cacing
yang tinggi berdampak buruk bagi kesehatan, walaupun jarang menyebabkan kematian, namun
infeksi cacing menyebabkan penderita khususnya anak-anak mengalami kekurangan gizi,
kemunduran pertumbuhan fisik, mental, kognitif, dan intelektual (Tiwow, dkk., 2013),
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan dalam jangka
panjang, kecacingan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya manusia (Zulkoni, 2010).

Pencegahan

 Cucilah tangan sebelum makan.


 Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke
mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
 Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun
beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang
menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran
getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya
ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah,
setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak
dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi
darah dan hidup dengan cacing
 Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara
kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
 Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak
warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-
kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika
lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah
menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.
 Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram
tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin.
Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
 Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air
yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing
bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja
makan.
 Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di
samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir. Cara
mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah Sayuran :
Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
 Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang
harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan
sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan
manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat pada
artikel Diet Sunda ini.
 Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing
pada tempat pembuangan khusus
 Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang
risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain
pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan
dengan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Didik. 2012. Pencegahan Infeksi Cacing. http://aaknasional.wordpress.com/, diakses pada
tanggal 13 Appril 2013.

http://www.centurypharma.com/index.php?option=com_content&view=article&id=116:mengatasi
-cacingan-pada-anak&catid=80:info-kesehatan-cfu&Itemid=95vivanews.com

Anda mungkin juga menyukai