Anda di halaman 1dari 16

BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN

PENDIDIKAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kepemimpinan Pendidikan
yang dibina oleh Dr.H.Kusmintardjo.M.Pd,

oleh
Ahmad Tohirin
140131602306
Prasetyo Budi Aji
140131602735
Vonny Angeli Sudharta
140131603603

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEPTEMBER 2015
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Kantin Sekolah ....................................................... 2
B. Tujuan dan Fungsi Kantin sekolah........................................... 2
C. Jenis-Jenis Kantin sekolah ....................................................... 3
D. Prinsip-prinsip layanan kantin sekolah .................................... 5

BAB III KAJIAN EMPIRIS


A. Hasil Wawancara ........................................................................ 7
B. Kesimpulan ................................................................................. 9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 13

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan sekolah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel perlu
ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim
sekolah (school climate). Perubahan iklim sekolah perlu dilakukan untuk merespon
kondisi pendidikan dewasa ini yang semakin terpuruk. Hal ini lebih diperkuat lagi
dengan perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, yang
menuntut penyesuaian pendidikan, dan iklim sekolah yang kondusif yang
menunjang terhadap pembelajaran yang bermakna.
Perubahan dari semua aspek kehidupan termasuk dipengaruhi oleh
berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi, oleh karena itu agar kita
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman sangat diperlukannya
perubahan iklim dan budaya sekolah yang lebih up to date atau terkini. Iklim dan
buaya sekolah sangat berpengaruh pada anggota sekolah khususnya peserta didik.
Diharapkan dengan kodisi iklim dan budaya yang kondusif peserta didik dapat
merasa nyaman, aman dan tertib dalam menuntut ilmu di sekolah dengan harapan
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Kondisi iklim dan budaya yang kondusif akan membuat peserta didik lebih
mudah untuk melangsungkan pembelajaran, jika didukung dengan adanya sarana
dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik
di sekolah. Selain itu tidak hanya dari pihak pengelola sekolah saja yang hanya bisa
menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif, melainkan peserta didik pun
ikut berperan aktif, contohnya yaitu menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
mentaati peraturan yang berlaku pada sekolah tersebut, saling menghargai antar
anggota sekolah, baik kepada teman, guru, ataupun penjaga kebersihan/ penjaga
sekolah, artinya sikap saling menghargai dan menghormati juga harus dimiliki oleh
setiap individu.
Dalam kerangka ini lah perlunya manajemen kepemimpinan kepala sekolah
dalam menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif, untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif, efisien, mandiri, produktif dan akuntabel.

1
2

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya organisasi ?
2. Apa fungsi budaya organisasi ?
3. Apa komponen – komponen budaya organisasi ?
4. Bagaimana karakteristik budaya organisasi ?
5. Apa klasifikasi budaya organisasi ?
6. Apa pengertian iklim organisasi sekolah ?
7. Apa tipe-tipe iklim organisasi sekolah ?
8. Apa dimensi dan indikator-indikator iklim organisasi sekolah ?
9. Bagaimana Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim
organisasi dan keefektifan organisasi ?

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian budaya organisasi
2. Memahami fungsi budaya organisasi
3. Mengetahui komponen – komponen budaya organisasi.
4. Mengetahui karakteristik budaya organisasi
5. Memahami klasifikasi budaya organisasi
6. Mengetahui pengertian iklim organisasi sekolah
7. Memahami tipe-tipe iklim organisasi sekolah
8. Mengetahui dimensi dan indikator-indikator iklim organisasi sekolah
9. Mengetahui Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim
organisasi dan keefektifan organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi


Menurut Sonhadji dalam (Soetopo: 2010) budaya organisasi adalah proses
sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan
terhadap organisasi. Budaya organisasi mengacu kepada norma, prilaku, asumsi,
dan keyakinan dari suatu organisasi. William Ouchi dalam e-book (Sun’an, 2013:
2) mengartikan budaya organisasi sebagai simbol simbol, upacara - upacara, dan
mitos-mitos yang mengkomunikasikan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan dasar
dari organisasi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
suatu nilai, keyakinan, norma, asumsi dan mitos yang mempengaruhi cara bertindak
individu dalam organisasi.

B. Fungsi budaya organisasi


Dalam organisasi buaya merupakan jantung organisasi. Jika iklim organisasi
merupakan seter maka budaya organisasi adalah sebagai baterainya. Fungsi budaya
organisasi dibagi menjadi 2 yaitu fungsi eksternal dan internal.
Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk melalukan adaptasi
terhadap lingkungan di luar organisai oleh karena itu organisasi akan selalu ada
penyesuaian semakin kuat budaya organisasi makin tidak mudah terpengaruh oleh
budaya yang berkembang di lingkungan.
Fungsi internal yaitu berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang
ada di organisasi termasuk sumberdaya manusia. Kekentalan fungsi integrasi
semakin kuat jika di dalam organisasi berkembang norma, tradisi, peraturan dll,
yang terus-menerus dipupuk oleh anggota organisasi.
Berikut merupakan fungsi budaya organisasi menurut Soetopo (2010: 167)
yaitu :
1. Memunculkan komitmen terhadap misi organisasi.
2. Budaya mempunyai batasan dalam mendefinisikan fungsi yang dapat
membedakan antar organisasi.
3. Budaya membuat organisasi mempunyai rasa identitas.

3
4

4. Budaya memfasilitasi pembentukan komitmen dari kelompok.


5. Budaya dapat mempertinggi stabilitas organisasi dalam sistem sosial.
6. Budaya perupakan perekat sosial yang menyatukan organisasi, budaya tersebut
menyediakan standar yang sesuai dengan tingkah laku anggotanya.

C. Komponen – Komponen Budaya Organisasi.


Menurut Soetopo (2010: 168-169) komponen – komponen budaya
organisasi memiliki 12 karakteristik yaitu :
1. Nilai – nilai, yaitu keyakinan milik bersama dan filsafat anggotanya.
2. Pahlawan organisasi / keteladanan, yaitu anggota organisasi yang memiliki
kepribadian terbaik dan memiliki nilai-nilai yang kuat tentang budaya
organisasi.
3. Tanggung jawab, artinya setiap pegawai bertanggungjawab atas setiap tindakan
dan keputusan..
4. Kebersamaan / intimasi, yaitu menciptakan situasi di dalam organisasi dimana
setiap orang bias saling berhubungan.
5. Otonomi individu, yaitu kebebasan, tanggung jawab, dan kesempatan individu
untuk berinisiatif dalam organisasi.
6. Tata aturan / norma, yaitu peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk
mengontrol perilaku pegawai.
7. Dukungan, yaitu bantuan dan keramahan manajer terhadap pegawai.
8. Identitas, yaitu kenalnya anggota terhadap organisasi secara keseluruhan,
terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya.
9. Hadiah perfomansi, yaitu alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria
performansi pegawai.
10. Toleransi konflik, yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat atau
kemauan untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan.
11. Toleransi resiko, yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif,
dan berani menanggung resiko.
12. Upacara simbolik, yaitu kegiatan untuk merayakan dan memperkuat intrepretasi
nilai – nilai organisasi.
5

D. Karakteristik Budaya Organisasi


Dengan merujuk pada pemikiran Fred Luthan, dan Edgar Schein, yang
dikutip oleh Sudrajat (2008). Di bawah ini akan diuraikan tentang karakteristik
budaya organisasi di sekolah, yaitu tentang (1) obeserved behavioral regularities;
(2) norms; (3) dominant value. (4) philosophy; (5) rules dan (6) organization
climate. Yaitu sebagai berikut:

(1) Obeserved behavioral regularities; budaya organisasi di sekolah


ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota sekolah
yang dapat diamati. Keberaturan berperilaku ini dapat berbentuk acara-acara ritual
tertentu, bahasa umum yang digunakan atau simbol-simbol tertentu, yang
mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh anggota sekolah.
(2) Norms; budaya organisasi di sekolah ditandai pula oleh adanya norma-
norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa
maupun guru. Standar perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern sekolah
itu sendiri maupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Standar perilaku siswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar
siswa, yang akan menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik
kelas atau tidak. Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek
kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian
(3) Dominant values; yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh
seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi
yang rendah atau efisiensi yang tinggi; Nilai dan keyakinan akan pencapaian mutu
pendidikan di sekolah hendaknya menjadi hal yang utama bagi seluruh warga
sekolah
(4) Philosophy; yakni adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan
keyakinan organisasi dalam memperlakukan anggota sekolah. budaya organisasi
ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam
memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia, dan
sebagainya, yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi
(5) Rules; yaitu adanya pedoman yang ketat, dikaitkan dengan kemajuan
organisasi. Setiap sekolah memiliki ketentuan dan aturan main tertentu, baik yang
bersumber dari kebijakan sekolah setempat, maupun dari pemerintah, yang
6

mengikat seluruh warga sekolah dalam berperilaku dan bertindak dalam organisasi.
Aturan umum di sekolah ini dikemas dalam bentuk tata- tertib sekolah (school
discipline), di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh warga sekolah, sekaligus dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi,
jika melakukan pelanggaran
(6) Organization climate; merupakan perasaan keseluruhan (an overall
“feeling”) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara
berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan
dirinya dan pelanggan atau orang lain

E. Klasifikasi Budaya Organisasi


Menurut schein dalam Soetopo (2010:173) budaya dibagi menjadi 3 tingkat
yaitu :
1. Artifak dan kreasi, yaitu pola prilaku yang dapat dilihat atau di dengar.
2. Nilai , dapat di uji dalam lingkungan fisik, tingkat lebih tinggi mengenai
kesadaran
3. Asumsi dasar, yaitu mengenai hubungan manusia dengan lingkungan dan
manusia dengan manusia, atau hakekat sifat dasar manusia.

Sedangkan menurut John P. Kotter dan James L. Heskett memilah budaya


organisasi menjadi ke dalam dua tingkatan yang berbeda.
Tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, nilai-nilai yang dianut
bersama oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu
bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah. Pada tingkatan ini budaya
sangat sukar berubah, sebagian karena anggota kelompok sering tidak sadar akan
banyaknya nilai yang mengikat mereka bersama.
Pada tingkat yang terlihat, budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku
suatu organisasi, sehingga karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong
untuk mengikuti perilaku sejawatnya. Sebagai contoh, katakanlah bahwa orang
dalam satu kelompok telah bertahun-tahun menjadi “pekerja keras”, yang lainnya
“sangat ramah terhadap orang asing dan lainnya lagi selalu mengenakan pakaian
yang sangat konservatif. Budaya dalam pengertian ini, masih kaku untuk berubah,
7

tetapi tidak sesulit pada tingkatan nilai-nilai dasar. Untuk lebih jelasnya lagi
mengenai tingkatan budaya ini dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

Tidak Sulit
Nilai yang dianut bersama: Keyakinan dan tujuan penting yang dimiliki bersama
Tampak oleh kebanyakan orang dalam kelompok yang cenderung membentuk perilaku dirubah
kelompok, dan sering bertahan lama, bahkan walaupun sudah terjadi perubahan
dalam anggota kelompok.

Contoh: para manajer yang mempedulikan pelanggan; eksekutif yang suka


dengan pertimbangan jangka panjang.

Norma perilaku kelompok :cara bertindak yang sudah lazim atau sudah meresap
yang ditemukan dalam satu kelompok dan bertahan karena anggota kelompok
cenderung berperilaku dengan cara mengajarkan praktek-praktek (juga- nilai-
nilai yang mereka anut bersama) kepada para anggota baru memberi imbalan
kepada mereka yang menyesuaikan dirinya dan menghukum yang tidak.

Contoh: para karyawan cepat menanggapi permintaan pelanggan; para menajer Mudah
Tampak yang sering melibatkan karyawan tingkat bawah dalam pengambilan keputusan. dirubah

Sedangkan Hellriegel dan Slocum dalam Soetopo (2010: 175) mengacu


kerangka budaya organisasi sebagai berikut
1. Budaya birokratik: suatu organisasi dengan bawahan yang melakukan
segala sesuatu hal berdasarkan standart / prosedur legal.
2. Budaya clan: bawahan memiliki perasaan yang kuat untuk mengidentifikasi
diri dan bahwa mereka saling tergantung. Bawahan mempunyai atribut
tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi dll, artinya mereka berkerja
dengan hati/ kesadaran diri sendiri.
3. Budaya entrepreneurial yaitu budaya yang menunjukan tingkat pengambilan
resiko tinggi, dinamis dan kreatif. Inisiatif karyawan, fleksibilitas dan
kebebasan akan meningkatkan inovasi unik dari karyawan.
4. Budaya pasar: karyawan hanya dituntut mencapai sasaran, sedangkan
organisasi menjanjikan ganjaran sesuai sasaran yang telah dicapai
karyawan. Hubungan antar karyawan dan organisasi bersifat kontrak.
Atasan berinterkaksi dengan bawahan sangat luas.
8

F. Pengertian Iklim Organisasi


Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari
suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-
orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan
keyakinan.
Menurut Hersey dan Blancard dalam Dion (2013) aktifitas yang dilakukan
oleh manusia dapat berjalan dengan baik jika situasi dan kondisinya mendukung
serta memungkinkan aktifitas itu terlaksana. Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa kondisi lingkungan kerjaan iklim organisasi sekolah harus diciptakan
dengan sedemikian rupa sehingga guru merasa nyaman dalam melaksanekan tugas
Hoy dan Miskel dalam Suherman (2013) mengemukakan bahwa :
Organization climate is a relatively enduring quality of scool environment
that experience by teachers affect their behavior, and is besed om their collective
perpection of behavior in school. A climate emerges through the interaction of
members and exchange of sentiment omong them. The climate of a school is its
“personality”.
(Iklim organisasi adalah kualitas lingkungan sekolah yang berlangsung
secara relativ yang dialami oleh guru memengaruhi sikap-sikapnya dan itu
berdasarkan kepada kepentingan secara bersama tentang “sikap” di sekolah. Suatu
iklim timbul melalui interaksi dari anggota dan pertukaran perasaan diantara
mereka iklim organisasi sekolah adalah keperibadianya).
Dikatakan lebih lanjut, bahwa ada “tiga konsep” iklim yang berbeda telah
digambarkan dan dianalisis Yaitu
(1) iklim terbuka, yaitu adanya karakteristik yang efektif,
(2) iklim sehat, yaitu adanya dinamika yang lebih sehat dari sekolah yang lebih
besar adalah kepercayaan dan keeterbukaan dalam hubungan antar anggota
dan prestasi siswa,
(3) iklim social, iklim social dai sekolah tersusun dalam rangkauan kesatuan
yang panjang dalam orientasi pengawasan murid dari penjagaan sampai ke
perikemanusiaan. Penjagaan adalah pengawasan baku, timbul dalam
konsentrasi utamanya adalah pemerintah. Sekolah berfikir kemanusiaan
adalah karakter dengan penekanan pada disiplin pribadi siswa dan tukar
pendapat pengalamen dan kegiatan siswa dan guru.
9

Dengan demikian, iklim organisasi sekolah data didefinisikan sebagai


suasana lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
pekerjaan yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang terlibat didalam proses
pembelajaran, langsung atau tudak langsung yang tercipta akibat kondisi kultural
organisasi sekolah tersebut

G. Tipe-tipe Iklim Organisasi Sekolah


Menurut Suherman (2011) terdapat 4 klasifikasi iklim organiasi yaitu :

1. Iklim Terkendali (engaged climate)


Iklim terkendali ditandai dengan usaha yang tidak efektif oleh pimpinan
untuk mengontrol dan adanya kinerja professional dari para guru. Pimpinan keras
dan autokratik, dengan memberikan petunjuk, intruksi, perintah yang tinggi dan
tidak respek kepada kemampuan profesional serta kebutuhan para guru. Selain iu
pimpinan menghalangi para guru dengan aktivitas yang berat. Para pegawai tidak
mempedulikan prilaku pimpinan dan memperlakukan mereka sendiri seperti para
perofesional. Mereka satu sama lain saling menghormati dan saling mendukung,
mereka bangga akan pesan kerja mereka dan menikmati pekerjaan, mereka benar-
benar berteman. Selain itu guru tidak hanya respek atas kemampuan mereka
masing-masing, tetapi mereka juga menyukai satu sama lain (benar-benar intim).
Guru-gurunya profesional dan produtifitas walaupun memiliki pimpinan yang
lemah, para guru bersatu, komitmen, mendukung dan terbuka.

2. Iklim Lepas (disengaged climate)


Iklim ini ditandai dengan adanya prilaku pimpinan bersifat terbuka, peduli
dan mendukung. Pimpinan mendengar dan terbuka terhadap guru (sangat
mendukung), nenberi kebebnasan terhadap untuk berbuat sesuai deengan
pengetahuan profesional mereka. Namun demikian, guru tidak mau menerima
pimpinan, guru secara aktif bekerja untuk melakukan sabotase terhadap pimpinan,
guru tidak memperdulikan pimpinan. Guru tidak hanya tidak menyukai pimpinan,
tetapi mereka tidak respek dan tidak menyukai satu sama lain (intimasi rendah atau
hubungan kolega yang rendah). Guru benar-benar terlepas dari tugas-tugas.
10

3. Iklim Tertutup (closed climate)


Pada iklim tertutup, pimpinn dan bawahan benar-benar terlihat melakukan
usaha, pimpinan menekankan pekerjaan yang kurang penting dan pekerjaanya
sendiri, sedangkan guru merespon secara minimal dan menunjukan komitmen yang
rendah. Kepemimpinan atasan terlihat sebagai pengawasan, kaku, tidak peduli,
tidak simpatik dan memberikan dukungan yang rendah. Bahkan pimpinan
menunjukan kecurigaan, kurangnya perhatian terhadap guru, tertutup, kurang
fleksible, apatis dan tidak komitmen.

4. Iklim Terbuka (open climate)


Iklim terbuka ditandai dengan adanya kerjasama dan respek diantara guru
dan pimpinan. Kerjasama tersebut menciptakan iklim dimana pimpinan
mendengarkan dan terbuka tehadap guru, peimpinan memberikan hadiah yang
benar-benar ikhlas, terus menerus, dan respek terhadap kemampuan
professionallisme dari guru (dukungan yang tinggi) serta memberikan kebebasan
kepada guru untuk berbuat. Perilaku guru mendukung, terbuka, dan hubungan
dengan teman sejawat tinggi. Guru menunjukan pertemanan yang terbuka (intimasi
tinggi), dan komitmen terhadap pekerjaan. Singkatnya antara pemimpin dan guru
saling terbuka.

H. Dimensi dan Indikator-indikator Iklim Organisasi Sekolah


Iklim Organisasi Sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
internal dan eksternal baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik.
Aspek-aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi ikilm organisasi
sekolah meliputi (1) kebersihan ruangan dan halaman, (2) kesehatan personil (guru,
tata usaha dan siswa), (3) ketertiban dalam melaksanakan aturan atau kesepakatan
bersama, (4) interaksi kerjasama antar sekolah dengan masyarakat, (5) bukti
monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat, dan (6) pernyataan
bersama saling membutuhkan saling membantu antar sekolah dan masyarakat.
Sedangkan aspek-aspek non fisik, meliputi (1) rasa keluarga dan
kebersamaan personil, (2) semangat dan komitmen kerja personil, (3) kebanggaan
melaksanakan tugas, dan (4) saikap saling membantu antar personil.
11

Berkaitan dengan ini, maka pengukuran iklim organisasi sekolah akan


dilakukan melalui beberapa indikator yang terkait dan mempengaruhi pembelajaran
di sekolah, meliputi (1) kondisi fisik pekerjaan, meliputi aspek sarana dan
prasarana, kesejaterahan dan penghargaan, (2) kondisi sosial pekerjaan meliputi
aspek keprcayaan, desain pekerjaan, pengendalian, iklim kepemimpinan,
komunikasi dan interaksi, perumusan tujuan, dan penetapan kebijakan serta
pengambilan keputusan.

I. Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim organisasi


dan keefektifan organisasi.
Budaya organisasi mempengaruhi keefektifan organisai. Budaya organisasi
yang kuat adalah keadaan dimana setiap karyawa mengetahui tujuan organisasi dan
mereka bekerja untuk organisasi tersebut. Sedangkan budaya yang lemah tujuan
karyawan berbeda beda, kurang kejelasan aturan dan kebersamaan karyawan
kurang. Namun tidak selalu budaya organisasi kuat selalu efektif melainkan dilihat
kembali situasi yang ada.
Perilaku kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi, sedangkan
budaya iklim mempengaruhi iklim organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
budaya organisasi dipengaruhi oleh prilaku kepemimpinan, sementara budaya
organisasi mempengaruhi budaya organisasi dan keefektifan organisai. Budaya
organisasi yang kuat diikuti makin terbukanya iklim organisasi yang terbuka, dan
pada saatnya akan meningkatkan keefektifan organisasi.
KAJIAN EMPIRIS

12
PENUTUP

13
DAFTAR RUJUKAN

Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Malang.

Dion. 2013. Iklim dan Budaya Organisasi, (Online), (http://adpen.upi.edu


/lopen/iklim-dan-budaya-organisasi-pendidikan.html) diakses tanggal 20
Oktober 2015.

Sun’an A. 2013. Budaya dan Iklim Organisasi, (Online), (http://ebook-


softwaregratis.blogspot.com/Budaya-dan-Iklim-Organisasi.html), diakses
tanggal 25 Oktober 2015.

Suherman, A. 2011. Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah,(Online), (http://ade


suherman.blogspot.com/2011/06/Pengaruh-Iklim-Organisasi-sekolah),
diakses tanggal 25 Oktober 2015

14

Anda mungkin juga menyukai