EKONOMI POLITIK
DISUSUN OLEH
NIM. 18081104016
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 21
KESIMPULAN ........................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
4
US dollars pada tahun 2021. Dari survey yang sama, diperoleh data yang
menunjukkan bahwa aktivitas online masyarakat dunia yang paling banyak dilakukan
adalah pada aktivitas online shopping (Statista, 2018). Menangkap peluang ini, sudah
selayaknya Indonesia berupaya untuk turut terlibat aktif di pasar e-commerce. Hal ini
dapat menjadi langkah untuk meningkatkan aktivitas perdagangan internasionalnya,
yang pada akhirnya juga mampu meningkatkan kesejahtaraan ekonomi masyarakat.
Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana diplomasi e-commerce yang dijalankan
Indonesia dalam upaya mendorong ekspor ke pasar global. Dengan mengkaji potensi
Indonesia dalam ecommerce, dapat pula diketahui bagaimana kemampuan pelaku
industri dan perdagangan Indonesia dalam menghadapi globalisasi perdagangan,
terkhusus dengan memanfaatkan e-commerce.
1.2.Tujuan
1. Menjadikan e-commerce sebagai strategi dalam ekspor produk yang ada di
Indonesia
2. Meningkatakan daya tarik pelaku bisnis melalui ekspor e-commerce
3. Mewujudkan Indonesia yang siap menghadapi pasar bebas dunia melalui e-
commerce ekspor
1.3. Manfaat
1. Sebagai inovatif untuk mengunakan e-commerce dalam mengekspor produk
yang ada di Indonesia
2. Menguntungkan Indonesia dalam kegiatan ekspor dengan menarik perhatian
para pelaku bisnis
3. Menguntungkan Transaksi Indonesia melalui e-commerce ekspor produk
Indonesia
1.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi tepat dalam menangani ekspor melalui e-commerce ?
2. Apa yang sasaran yang tepat produk ekspor melalui e-commerce?
5
BAB II
KERANGKA TEORI
6
barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini. Pengertian E-Commerce Menurut
Para Ahli yaitu :
1. Loudon (1998)
E-commerce adalah suatu proses transaksi yang dilakukan oleh pembeli dan
penjual dalam membeli dan menjual berbagai produk secara elektronik dari
perusahaan ke perusahaan lain dengan menggunakan komputer sebagai perantara
transaksi bisnis yang dilakukan.
2. Kalakota dan Whinston (1997)
E-commerce adalah aktivitas belanja online dengan menggunakan jaringan
internet serta cara transaksinya melalui transfer uang secara digital. Keduanya
meninjau pengertian. E-Commerce dari empat perspektif, yaitu:
1. Perspektif Komunikasi
E-Commerce adalah sebuah proses pengiriman barang, layanan, informasi,
atau pembayaran melalui jaringan komputer ataupun peralatan elektronik lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis
E-Commerce adalah aplikasi dari sebuah teknologi menuju otomatisasi dari
transaksi bisnis dan aliran kerja.
3. Perspektif Layanan
E-Commerce adalah alat yang dapat memenuhi keinginan perusahaan,
manajemen, dan konsumen untuk mengurangi biaya layanan (service cost) ketika
meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan pengiriman.
4. Perspektif Online
E-Commerce menyediakan kemudahan untuk menjual dan membeli produk
serta informasi melalui layanan internet maupun sarana online yang lainnya
3. Jony Wong
E-Commerce adalah pembelian, penjualan, dan pemasaran barang serta jasa
melalui sistem elektronik.
4. Vermaat
7
E-Commerce adalah transaksi bisnis yang terjadi dalam jaringan elektronik
seperti internet. Dengan kata lain, siapapun yang memiliki jaringan internet dapat
berpartisipasi dalam kegiatan E-Commerce.
2.1.1. Jenis-Jenis E-commerce
Ada beberapa jenis transaksi di dalam e-commerce ini, karena itu, istilah e-commerce
dan e-business selalu dikaitkan.
1. E-Commerce Business to Business (B2B)
Transaksi e-commerce ini dilakukan oleh dua belah pihak yang sama-sama
memiliki kepentingan bisnis. Dua belah pihak ini saling mengerti dan mengetahui
bisnis yang dijalankan. Umumnya bisnis tersebut dilaksanakan secara
berkesinambungan, atau secara sederhana berlangganan. Contoh sederhana dari B2B
ini yaitu produsen dan suplier yang saling bertransaksi secara online baik untuk
konsultasi kebutuhan barang, hingga proses pembayarannya.
2. E-commerce Business to Consumer (B2C)
Business to consumer dilakukan oleh pelaku bisnis dan konsumen. Transaksi e-
commerce ini terjadi layaknya jual-beli biasa. Konsumen mendapatkan penawaran
produk dan melakukan pembelian secara online.
3. E-commerce C2C (Konsumen Ke Konsumen)
Untuk C2C, transaksi dilakukan oleh konsumen ke konsumen. Transaksi jual beli
di lakukan secara online melalui marketplace. Jadi C2C disini menjadi perantara
antara penjual dan pembeli.
8
2.2.Pengertian Ekspor
Pengertian Ekspor Menurut bea cukai, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku
UndangUndang Kepabeanan. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari
daerah pabean. Eksportir adalah orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean. Pemberitahuan pabean ekspor adalah pernyataan yang
dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang
ekspor dalam bentuk tulisan di atas formulir atau data elektronik. Bentuk dan isi
pemberitahuan pabean ekspor ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Bea dan Cukai. Nota Pelayanan Ekspor yang selanjutnya disingkat dengan
NPE adalah nota yang diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau
Sistem Komputer Pelayanan atas PEB yang disampaikan, untuk melindungi
pemasukan barang yang akan diekspor ke Kawasan Pabean dan/atau pemuatannya ke
sarana pengangkut. Kantor Pabean adalah Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai
dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban
pabean. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan
laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/ekspor.html).
9
melakukan ekspor produk kehutanan. ETPIK NonProdusen adalah perusahaan
perdagangan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan ekspor Produk
Industri Kehutanan.Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) adalah lembaga
berbadan hukum yang melakukan verifikasi legalitas kayu. Sertifikat Legalitas Kayu
(SLK) adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemegang izin, pemegang hak
pengelolaan, atau pemilik hutan hak yang menyatakan bahwa pemegang izin,
pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak telah memenuhi standard legalitas
kayu. Dokumen V-Legal adalah dokumen yang menyatakan bahwa produk kayu
memenuhi standard verifikasi legalitas kayu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Unit Informasi Verifikasi Legalitas Kayu atau Licensing
Information Unit (LIU) adalah unit pengelola informasi legalitas kayu yang
berkedudukan di Kementrian Kehutanan. Ekspor Produk Industri Kehutanan hanya
dapat dilaksanakan oleh: 1. Perusahaan industri kehutanan yang telah mendapat
pengakuan sebagai ETPIK; dan 7 2. Perusahaan perdagangan di bidang ekspor
produk industri kehutanan yang telah mendapat pengakuan sebagai ETPIK Non-
Produsen. ETPIK dan ETPIK Non-Produsen diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
Direktur Jenderal melimpahkan kewenangan penerbitan ETPIK dan ETPIK Non-
Produsen kepada Direktur. Pengakuan sebagai ETPIK yang telah diterbitkan
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/5/2008
dinyatakan tetap berlaku dan disamakan dengan pengakuan sebagai ETPIK
sebagaimana diatur dalam Permendag 64 tahun 2012. Pada saat Permendag 64 tahun
2012 ini mulai berlaku:
10
3. Ketentuan mengenai ekspor produk industri kehutanan sebagaimana diatur
dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
01/M-DAG/PER/1/2007;
BAB III
PEMBAHASAN
11
commerce yang dapat diajak kerja sama dalam pendataan sebatas pelaku e-commerce
besar saja. Di luar masalah pendataan ini, perkembangan e-commerce di Indonesia
sebetulnya sudah menunjukkan peningkatan positif. Hal ini beriringan dengan
perkembangan teknologi digital secara global, yang juga berimbas bagi sektor
perdagangan di Indonesia. Berbagai pihak secara global pun sudah banyak yang
berusaha memetakan data terkait ecommerce, termasuk yang berlangsung di
Indonesia. Menurut BPS, dalam pendataannya pelaku e-commerce sendiri dapat
dikelompokkan dalam tujuh kategori, yaitu : (1) marketplace dan e-retail, (2)
classified horizontal, (3) classified vertical, (4) travel, (5) transportation, (6) speciality
store, dan (7) daily deals.
Di Indonesia, ketujuh kelompok ini sama-sama menunjukkan pertumbuhan
positif, baik yang dilakukan oleh pelaku e-commerce pada skalaperusahaan besar
maupun pada skala UMKM (Mustami, 2018). Dari tahun ke tahun, nilai transaksi e-
commerce di Indonesia juga menunjukkan kenaikan signifikan. Katadata riset center
telah melakukan riset terkait e-commerce di Indonesia, melalui berbagai kanalya.
Hasilnya, menunjukkan bahwa nilai transaksi e-Commerce Indonesia melonjak naik
hingga 250 persen dalam 4 (empat) dari tahun 2011 ke tahun 2015. Di tahun 2015,
nilai ini telah mencapai US$ 3,5 miliar, atau meningkat 34,6 persen dari tahun
sebelumnya (databooks, 2017). Lebih jelasnya, perkembangan nilai transaksi e-
commerce di Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2015, dapat dilihat dari grafik
berikut ini.
12
Gambar Grafik 1.Grafik Nilai Transaksi ECommerce Indonesia 2011-2015
13
solusi memperkenalkan produk UKM, terutama kerajinan di pasar dunia. Dengan
bergabung dalam bisnis e-commerce, pelaku UKM tidak perlu sering
melakukanhanya perlu mendaftar pada suatu online shopping mall untuk
memperkenalkan produknya di pasar dunia, atau bahkan dapat membangun website
sendiri yang berfungsi sebagai online shopping mall. E-commerce di Indonesia relatif
lebih rendah dibandingkan negara Asia Pasifik lainnya, seperti RRT, Jepang, Korea
Selatan, Australia dan India. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis e-commerce di
Indonesia masih potensial untuk dikembangkan mengingat besarnya proporsi kelas
menengah serta tingkat digitalisasi masyarakat yang berkembang pesat. Berdasarkan
data dari konsultan Deliotte (2015), Indonesia merupakan salah satu negara dengan
pengguna sosial media terbesar di dunia. Indonesia merupakan basis pengguna
Facebook keempat terbesar dan basis pengguna Twitter kelima terbesar di dunia.
Selain itu, pengguna smartphone di Indonesia aktif menggunakan online messaging,
seperti Whatsapp, Line dan Blackberry Messanger. Strategi peningkatan ini harus
berlandaskan bukan hanya pada optimalisasi kelebihan produk yang diperdagangkan,
tetapi juga melakukan pengembangan dalam tim manajemen yang handal, pengiriman
yang tepat waktu, pelayanan excellent, struktur organisasi bisnis, serta desain situs
web yang menarik . Dalam pengembangan strategi peningkatan ekspor khususnya
untuk produk kerajinan, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan produk dalam memenangkan pasar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
(i) Kemampuan menentukan harga yang kompetitif, (ii) Penyediaan jasa pembelian
yang tanggap dan cepat , (iii) Adanya informasi barang dan jasa yang lengkap dan
jelas, (iv) Pemberian bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon, (v)
Adanya ruang komunitas untuk berdiskusi, menerima masukan dari pelanggan, dan
lain-lain serta (vi) Adanya kemudahan dalam melaksanakan kegiatan perdagangan.
Dengan memperhatikan faktorfaktor yang menjadi penentu keberhasilan bisnis e-
commerce maka akan bisa membantu mengembangkan komoditi kerajinan untuk
dapat terus meningkatkan perdagangannya. (Ayu Wulandani & Fitria Faradil aktivitas
promosi seperti pameran di luar negeri yang pada umumnya membutuhkan biaya
yang besar. Strategi ekspor yang tepat dapat membantu mendorong aktivitas
14
perdagangan internasional dengan lebih baik. Dalam hal ini, pemetaan strategi ekspor
dapat dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha sendiri, pemerintah, dan
pihak terkait lain yang berhubungan langsung sebagai sarana ekspor. Yang pada
intinya, dibutuhkan kolaborasi yang mampu mengakomodasi kepentingan para pihak
yang terkait dalam kegiatan eskpor itu sendiri. Kita dapat merujuk pada strategi
ekspor dari faktor-faktor untuk menggaet pasar yang diutarakan oleh Branch (1994)
berupa potensi pasar; faktor pasar bersama dan promosi; akses pasar; dan timbal balik
dana. Jika merujuk dari faktor tersebut, dapat dipahami bahwa untuk bisa
meningkatkan ekspor, kita perlu untuk menguasai pasar beserta akses menuju pasar
tersebut. Sebab, pasar menjadi faktor utama yang harus dipenuhi dalam aktivitas
ekspor. Hal ini sejalan dengan pendapat H. Chee dan R. Harris (1994) yang juga
menekankan pada perhatian level risiko dan kontrol pasar. Pada era sebelum
teknologi digital merebak, untuk dapat mengetahui informasi dan melakukan lobi
untuk menggaet pasar ini dilakukan cara-cara konvensional.
Cara- acara tersebut dapat berupa pengadaan pameran, bahkan juga survei pasar
langsung di wilayah pasar yang dituju. Cara-cara ini memiliki kelemahan tersendiri,
yang utamanya pada cost yang lebih besar. Misalnya, untuk pengadaan pameran,
akan dibutuhkan budget dalam rangka pengadaan tempat, pembuatan stand pameran,
display produk, penjagaan, dan juga transportasi. Cost untuk kegiatan tersebut tentu
tidak sedikit. Hal ini juga berlaku untuk survei pasar yang juga membutuhkan biaya
tinggi, terutama jika ingin melakukan survei di negara lain dengan lokasi yang cukup
jauh. Di era teknologi digital saat ini, caracara konvensional ini sudah dapat
digantikan dengan cara-cara yang lebih praktis dan minim biaya. Yang dibutuhkan
adalah gadget yang mampu terhubungan dengan internet. Artinya, melalui personal
computer, leptop, smartphone atau perangkat digital lain yang terkoneksi internet,
kita sudah mampu melakukan pemetaan pasar sasaran sekaligus melakukan promosi
dengan jangkauan yang hampir tak terbatas. Setiap pangsa pasar yang juga memiliki
akses terhadap internet mampu dijangkau oleh pelaku usaha dan juga menjangkau
pelaku usaha tersebut. Hanya saja, untuk dapat melakukan akses terhadap teknologi
digital dan juga memanfaatkan teknologi digital ini dengan maksimal memang masih
15
butuh faktor lain. Faktor tersebut berupa skill khusus untuk menggunakan teknologi
digital sehingga mampu melakukan kontrol pasar secara tepat. Sebab, teknologi
digital membutuhkan perlakukan khusus, terutama jika ingin mendapatkan hasil
maksimal. Pemanfaatan teknologi digital secara tepat ini berkaitan dengan usaha
untuk memperhatikan level risiko usaha. Dengan teknologi digital yang
termanfaatkan dengan baik, level risiko usaha bahkan bisa diminimalisir hingga ke
titik terendah.
16
Total penjualan ritel dunia melalui bisnis e-commerce tahun 2015 mencapai USD 1,7
triliun, meningkat 25,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih dari setengah
penjualan tersebut berasal dari kawasan Asia Pasifik yang mencapai USD 0,9 triliun.
Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kelas menengah (middle class income) di
negara RRT, India dan Indonesia serta tingginya popularitas smartphone yang
mendorong masyarakat terhubung secara online. Penjualan ritel e-commerce
diperkirakan akan terus meningkat rata-rata sebesar 20% per tahun selama 2015-2018
(eMarketer, 2016).
Dominasi penjualan ritel e-commerce di kawasan Asia Pasifik terutama
berasal dari RRT dengan total penjualan sebesar USD 0,7 triliun. Walaupun RRT
sedang mengalami perlambatan ekonomi, preferensi konsumen dalam melakukan
pembelian online tetap tinggi. Selain RRT, penjualan bisnis e-commerce di Jepang
dan Korea Selatan juga tinggi. Sementara itu, angka penjualan ritel e-commerce di
Indonesia relatif rendah dibandingkan negara Asia Pasifik lainnya, sebesar USD 3,2
miliar pada tahun 2015.
Sebagai negara yang multi etnis, Indonesia kaya akan kebudayaan.
Kebudayaan tersebut seringkali tercermin melalui berbagai seni di masingmasing
etnis, termasuk seni kerajinan. Negara yang kaya akan kebudayaan seperti Indonesia
seharusnya mempunyai potensi ekspor produk kerajinan yang lebih besar, apalagi
permintaan dunia akan produk kerajinan juga sangat tinggi.
Di tengah perlambatan ekonomi dan tren penurunan permintaan impor dunia,
permintaan produk kerajinan di pasar dunia masih positif. Kondisi ini menunjukkan
bahwa ekspor produk kerajinan masih potensial. Pada tahun 2014, total permintaan
impor produk kerajinan di pasar dunia mencapai USD 29,2 miliar dengan tren
kenaikan rata-rata per tahun sebesar 3,3% selama 2010-2014. Permintaan impor
produk kerajinan terutama berasal dari kelompok produk topi/ikat kepala dengan
17
pangsa sebesar 17,7%, diikuti oleh kelompok kerajinan lainnya dan kerajinan logam
lainnya yang sama-sama memiliki pangsa sebesar 15,1%.
Impor dunia untuk produk topi/ikat kepala pada tahun 2014 tercatat USD 5,2
miliar dengan kenaikan rata-rata sebesar 4,3% per tahun selama 2010-2014. Besarnya
pangsa impor kelompok ini terutama berasal dari topi dan tutup kepala dari rajutan
atau kaitan, dari renda, kain kempa atau kain tekstil lainnya (HS 650500). Kelompok
produk kerajinan lainnya yang memiliki pangsa impor dunia yang besar adalah
bunga, daun dan buah buatan dari plastik (HS 670210) dan produk bunga, daun dan
buah buatan dari bahan lainnya (HS 670290). Kelompok produk logam untuk pakaian
dan alas kaki (HS 830810), manik-manik dan payet spangles untuk pakaian dan
18
alas kaki (HS 830890), serta papan nama yang berisi huruf dan nama dari logam
tidak mulia (HS 831000) mendominasi impor kelompok kerajinan logam lainnya.
Amerika Serikat merupakan negara importir produk kerajinan terbesar di dunia.
Pangsa pasar Amerika Serikat sebesar 23,9% terhadap total impor dunia. Dengan
pangsa pasar tersebut Amerika Serikat merupakan pasar potensial dengan tren
pertumbuhan yang selalu positif. Selain pasar Amerika Serikat, pasar lain yang
potensial bagi produk kerajinan adalah Jerman, Jepang dan Inggris. Ketiga negara
tersebut mempunyai pangsa pasar masing-masing sebesar 6,5%, 5,6% dan 4,5%.
Kendati demikian, Uni Emirat Arab (UEA) merupakan pasar yang paling
menjanjikan bagi produk kerajinan karena peningkatan impor yang cukup signifikan
yaitu 38,3% pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Uni Emirat Arab juga
memiliki tren kenaikan rata-rata lima tahunan sebesar 21,8%.
Gambar Tabel 3. Impor Produk Kerajinan di Pasar Dunia Menurut Negara Importir
Total ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai USD 620,6 juta pada tahun
2015, dengan pangsa ekspor tercatat 1,7%. Kinerja ekspor produk kerajinan masih
tumbuh dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD 610,4 juta. Kenaikan
rata-rata per tahun juga masih mencatatkan angka yang positif walaupun cenderung
rendah yakni sebesar 1,2% per tahun selama 2011 - 2015. Lebih dari setengah ekspor
produk kerajinan Indonesia berupa kelompok wig atau rambut palsu. Pada tahun
19
2015, ekspor wig mencapai USD 346,6 juta dengan kenaikan rata-rata per tahun
sebesar 8,1% selama 2011-2015. Tingginya ekspor wig terutama berasal dari produk
wig dari bahan sintetik (HS 6704110000) dan wig, kumis, bulu mata serta alis palsu
dari rambut manusia (HS 6704200000). Walaupun demikian, kelompok anyaman
atau keranjang rotan dan patung serta ornamen logam merupakan produk kerajinan
yang paling potensial jika dilihat dari tren pertumbuhan lima tahunan. Baik anyaman
atau keranjang rotan maupun patung dan ornamen logam memiliki nilai tren ekspor
yang tinggi yakni masing-masing sebesar 23,9% dan 22,8%.
20
BAB III
KESIMPULAN
3.3. Kesimpulan
Peningkatan Ekspor dengan Perkembangan e-commerce untuk perdagangan
komoditi ekspor Indonesia perlu ditingkatkan dengan pembuatan strategi dalam
memenangkan pasar ekspor di mancanegara. E-commerce juga dapat dijadikan alat
untuk meningkatkan ekspor non migas Indonesia, di saat rendahnya nilai neraca
perdagangan. Namun, sebelum melakukan pembentukan strategi perlu dilakukan
pemetaan komoditi yang akan dijadikan sasaran pengembangan dengan
menggunakan e-commerce. Indonesia dan produk kerajinan adalah dua sisi yang
sangat melekat dan berkaitan khususnya di mancanegara. Produk kerajinan asal
Indonesia cukup menjadi primadona di pasar ekspor, terutama produk anyaman dan
patung serta ornamen logam. Untuk itu, pemetaan terhadap negara yang potensial
bagi kedua produk kerajinan tersebut perlu dilakukan misalnya terhadap negara yang
tren impornya tinggi dalam lima tahun terakhir. Sebagian besar ekspor produk
kerajinan Indonesia ditujukan ke Amerika Serikat dengan pangsa 48,9%. Ekspor
produk kerajinan Indonesia sudah membidik ke pasar tujuan dengan pangsa
permintaan impor yang tinggi seperti Jerman, Jepang dan Inggris. Namun, ekspor
produk kerajinan Indonesia ke pasar potensial seperti UEA masih sangat jarang.
Pangsa ekspor produk kerajinan ke UEA hanya mencapai 0,7%. Selain membidik
pasar dengan pertumbuhan yang tinggi, ekspor produk kerajinan Indonesia juga
diharapkan dapat menembus pasar-pasar potensial seperti UEA mengingat tren
permintaan impor akan produk kerajinan di pasar tersebut relatif tinggi.
21
3.4. Saran
Indonesia sebagai Negara yang memiliki berbagai produk barang atau jasa
haruslah memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi pasar bebas dunia melalui
ecommerce. Ini sangat menguntungkan seluruh sektor sehinggah kita lebih siap dan
memanfaatkan e-commerce strategi baru dalam mengekspor produk Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
22
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3866375/e-commerce-adalah-
perdagangan-elektronik-pengertian-menurut-ahli-dan-contohnya-di-indonesia[diakses
jam 22;33 tgl 26/10/2011]
23