Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Space occupying lesion merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Penyebabnya meliputi
hematoma, abses otak dan tumor otak (Ejaz butt, 2005). Tumor otak terletak pada
intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak.
Menurut National Cancer Institute USA, berdasarkan data tahun 2006 s.d.
2010, jumlah kasus baru kanker otak dan sistem saraf lainnya adalah 6,5 per 100.000
pria dan wanita per tahun. Jumlah kematian diperkirakan 4,3 per 100.000 pria dan
wanita per tahun. Tumor metastasis ke otak terdapat pada sekitar satu dari empat
pasien dengan kanker,atau sekitar 150.000 orang per tahun.
Penderita Space Occupying Lession diseluruh dunia mencapai 400000± orang
selama tahun 2005. Berdasarkan data statistik, angka insidens tahunan tumor
intrakranial di Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana
separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya
(17.380) merupakan lesi-lesi metastasis.
Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor otak sekitar 28 %

penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui itu sendiri. Di Indonesia data

tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-

anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia

40-65 tahun (Iskandar 2002).

Sementara itu RSUD.Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi sudah menerima

penderita Space Occupying Lession sebanyak 9 orang selama 6 bulan terakhir (juni –

November). Insidens tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok

umur penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia

dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi /tahun pada kelompok umur 10 tahun

menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun dan kemudian


meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun

untuk selanjutnya menurun lagi (Mardjono, 2008).

Proses desak ruang tidak saja memenuhi rongga tengkorak yang merupakan

ruang tertutup, akan tetapi proses neoplasmatik sendiri dapat menimbulkan

pendarahan setempat. Peningkatan tekanan intrakranial didefinisikan sebagai

peningkatan tekanan dalam rongga kranialis. Ruang intrakranial ditempati oleh

jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume

tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal. Peningkatan volume

salah satu dari ketiga unsur utama mengakibatkan desakan ruang yang ditempati

unsur lainnya dan menaikkan tekanan intrakranial. Hipotesis Monroe-Kellie

memberikan suatu contoh konsep pemahaman peningkatan tekanan intrakranial

(Price, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

judul “asuhan keperawatan terhadap Ny.Y dengan diagnosa Space Occcupying Lesion

di Ruang Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2018”.


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap Ny.Y dengan diagnosa Space
Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan terhadap Ny.Y dengan
diagnosa Space Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan terhadap Ny.Y dengan diagnosa
Space Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun
2018
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan terhadap Ny.Y dengan
diagnosa Space Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan terhadap Ny.Y dengan
diagnosa Space Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap Ny.Y dengan diagnosa
Space Occcupying Lesion di Ruang Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun
2018

Anda mungkin juga menyukai