Anda di halaman 1dari 9

Karya Ilmiah

AIK III

Peran Muhammadiyah Dalam Kancah Perpolitikan Nasional

Dosen Pengampu :Drs. H. Sunarto, M.Ag

Oleh :

Eki Pratama Subandi 201710160311049

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
Makalah yang berjudul dengan “Peran Muhammadiyah Dalam Kancah
Perpolitikan Nasional”tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada bapak Drs. H. Sunarto,


M.Ag yang selalu membimbing kami dalam kegiatan belajar mengajar dan
dengan tugas ini kami menjadi lebih tahu mengenai pengelolaan waktu dan
layanan. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
bagi teman-teman khususnya dan juga bagi khalayak umum. Kritik dan saran dari
bapak Drs. H. Sunarto, M.Ag sangat kami butuhkan agar dapat memberikan
yang terbaik kedepannya.

Malang, 6 November 2019

Eki Pratama Subandi

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i


Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
2.1 Pengertian politik .................................................................................................. 2
2.2 Muhammadiyah dan politik .................................................................................. 2
2.3 Peran Anggota Muhammadiyah dalam perpolitkan Indonesia ............................. 3
2.4 Kontekstualisasi amar makruf nahi mungkar ........................................................ 4

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 5


Kesimpulan ................................................................................................................... 5
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Muhammadiyah sebagai Gerakan islam haruslah memiliki strategi
perjuangan dan dakwah islam ditengah masyaraka yang terjajah dan
pemerintah yang dianggap tidak islami. Pentingnya peran politik dalam
pemerintahan membuat berebapa tokoh Muhammadiyah bergelut di dunia
perpolitikan sebagai contoh, K.H. Mas Mansur, Amien Rais dll. Namun
mereka tidak pernah melibatkan Muhammadiyah dalam perjuangan
politik mereka, Sehingga dalam sejarahnya membuat Muhammadiyah
tidak pernah menjadi partai politik. ( Prof. Dr. Syamsul Arifin, MM, AIK
3 Kemuhammadiyahan, UMM Press, Malang, hlm. 131.)

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan uraian tersebut maka didapatkan rumusan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana politik di dalam Organisasi Islam Muhammadiyah?

2.Bagaimana peran anggota Muhammadiyah dalam perpolitikan


Indonesia ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah Muhammadiyah sebagai Gerakan politik adalah
sebagai berikut :
1.Mengetahui politik di dalam Organisasi Islam Muhammadiyah

2.Mengetahui peran anggota Muhammadiyah dalam perpolitikan


Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian politik

Politik ( Arab: ‫سياسة‬, siyasah) (dari bahasa Yunani: politikos, yang


berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara),
adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara
berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu
politik.

2.2 Muhammadiyah Dan Politik

Sikap Politik Muhammadiyah dari awal pembentukan hingga sekarang

 Tahun 1912 – 1926, Muhammadiyah dinyatakan bukan sebagai organisasi


politik.
 Tahun 1927 – 1938, Muhammadiyah menetapkan diri sebagai organisasi
Indonesia untuk amal, beberapa anggota yang terlibat dalam perpolitikan
terkena disiplin karena tidak boleh rangkap jabatan.
 Tahun 1938 – 1942, Pemuka Joung Islamitten Bond ( JIB ) dan para
anggota Muhammadiyah berhasil mendirikan Partai Islam Indonesia,
Tetapi Muhammadiyah tidak menetapkan secara resmi terhadap eksistensi
partai tersebut.
 Tahun 1942 – 1945, Muhammadiyah Bersama dengan organisasi islam
lain mendirikan Majelis A’la Indonesia ( MIAI ) dan Muhammadiyah
sebagai organisasi, bukan bagian dari majelis.
 Tahun 1945 – 1960, MIAI berubah nama menjadi MASYUMI dan
Muhammadiyah sebagai anggota istimewa dan dinyatakan sebagai bagian
structural dari partai. Pada tahun 1950 Muhammadiyah tidak lagi menjadi
anmggota istimewa

2
 Tahun 1960 – 1965, Muhammadiyah dalam posisi sulit karena kondisi
pemerintahan yang sedang kacau dan adanya pengaruh komunis di
Indonesia
 Tahun 1965 – 1971, Muhammadiyah dinyatakan sebagai ormas oleh
pemerintah, dan berhak mempunyai wakil – wakil dilegislatif. Pada
periode ini segelintir orang islam yang aspirasi politiknya belum
tertampung mendirikan Partai Muslimin Indonesia, Muhammadiyah tetap
memiliki independensinya.
 Tahun 1971 – Sekarang, dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha
dengan khittah ( garis ) perjuangan dengan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar dalam arti dan proporsi yang sebenarnya.

2.3 Peran Anggota Muhammadiyah dalam perpolitkan Indonesia

Muhammadiyah tidak akan terpisah atau dipisahkan dengan politik, karena


bagaianapun politik adalah hulu dari segala kebijakan, hanya saja kegiatan politik
muhammadiyah adalah politik yang bermartabat dan tidak akan mengorbankan
nilai-nilai kepatutan dan keIslaman. Bagaimanapun Muhammadiyah tidak akan
pernah terjun langsung ke dalam kancah Power Politic yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup Muhammadiyah.

Berikut merupakan beberapa anggota Muhammadiyah yang masuk dalam


dunia perpolitikan

 Tahun 1912 – 1926, beberapa anggota Muhammadiyah aktif dalam


organisasi Budi Utomo, Sarikat Islam, Partai Sarikat Islam Indonesia.
 Tahun 1927 – 1938, beberapa anggota Muhammadiyah memasuki
Partai Sarikat Islam Indonesia.
 Tahun 1938 – 1942 beberapa anggota Muhammadiyah mendirikan
Partai Islam Indonesia ( PII ).
 Tahun 1968 Tokoh – tokoh Muhammadiyah mendirikan Partai
Muslimin Indonesia

3
 Ketua umum PP Muhammadiyah, Amien Rais mendirikan Partai
Amanat Nasional pada tahun 1998, Pada tahun 1999 partai tersebut
memperoleh 34 kursi DPR pada pemilu waktu itu. Tahun 2014 – 2019
PAN memiliki 48 kursi DPR
 Tahun 2006 Tokoh – tokoh muda Muhammadiyah mendirikan Partai
Matahari Bangsa ( PMB ), mengikuti pemilu pada tahun 2009 tetapi
gagal melanjutkan.

2.4 Kontekstualisasi amar makruf nahi munkar

Banyak orang berbicara bahwa dakwah amar makruf nahi mungkar yang telah
menjadi “khittah” Muhammadiyah sejak awal, dimaksudkan untuk membatasi
gerakan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dan sosial semata. Padahal,
apabila kita mau merenungkan, Rasulullah pernah menyatakan bahwa “apabila
engkau melihat suatu kemungkaran, maka hadapilah dengan tanganmu, dan
apabila engkau tidak bisa, maka hadapilah dengan lidahmu, dan apabila tidak bisa,
maka hadapilah dengan nuranimu, akan tetapi menghadapi kemungkaran dengan
nurani adalah selemahlemahnya Iman. Sepanjang masa orde baru, jargon amar
makruf nahi munkar tersebut oleh para petinggi Muhammadiyah sering hanya
dibatasi pada level dakwah dan pendidikan. Untuk ini terdapat beberapa alasan.
Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah dan Pendidikan masih pada
tahapan ekspansi secara kuantitas, sehingga belum menyentuh aspek politik.
Kedua, Iklim politik masa orde baru yang kurang kondusif untuk mengemukakan
gagasan-gagasan langsung yang berkaitan dengan keputusan-keputusan politik
apalagi misalnya tentang isu suksesi. Ketiga, terkait dengan yang kedua, partai
politik tidak sepenuhnya dapat merepresentasikan gagasan rakyat. Pada masa
pascareformasi sekarang ini, tidak ada salahnya, bahkan harus, bagi
muhammadiyah untuk melakukan ijtihad politik, dengan mempertegas 8
komitmen amar makruf nahi munkar pada level yang lebih tinggi

4
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya dan


tetap akan pendiriannya tidak akan pernah terjun dalam kancah Power Politics
yang dapat membahayakan kelangsungan hidup Muhammadiyah.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.tempo.co/read/1177204/kiprah-muhammadiyah-di-kancah-politik-
dari-masa-ke-masa/full&view=ok

https://id.wikipedia.org/wiki/Politik

Arifin, Syamsul. 2017. Al Islam – Kemuhammadiyahan III. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai