Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan pada makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat ataupun
inspirasi pada pembaca.

. Makassar, 25 Oktober 2019

. Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………….…………………………………………….…..1
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………….....2

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…….3

A. Latar Belakang ….…….…………………………………………….....3

B. Rumusan Masalah ….……………………………………….………....5

C. Tujuan ……….………………………………………………………....5

BAB II PEMBAHASAN ……………..……………………………………..........6

A. Pengertian sistem sosial…………………….……………….......……..6

B. Tindakan Sosial………………………………………………………...8

C. Kontak sosial……………………………………………………...……9

D. Bentuk interaksi sosial…………………………………………..……11

BAB III PENUTUP ……………………………………..………………….........15

A. Simpulan …………………………………………………..….…........15

B. Saran ………………………………………………………..….…......16

DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………..…........17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem sosial adalah proses belajar mengenali, menganalisis dan
mempertimbangkan eksistensi dan perilaku organisasi dan institusi sosial
kemasyarakatan dalam berbagai ranah kehidupan manusia. Peran manusia di sini
lebih dilihat sebagai makhluk sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan
sebagai individu. Ketika kita mengamati suatu fenomena sosial, maka sebenarnya
kita sedang mencerna realitas kehidupan yang membawakan kondisi sistem
masyarakat tertentu yang sedang bekerja, berusaha tetap langgeng, dan seringkali
berbenturan dengan sistem-sistem lainnya. Sistem ini mencirikan karakteristik sifat,
tata nilai, ukuran, kualitas dan kedudukan relasional di dalam dan antar sistem. Oleh
karenanya, fenomena sosial pada hakikatnya adalah proses dialog, transaksi dan
negosiasi sejumlah sistem sosial pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Pertempuran yang terjadi dimasa pra-kemerdekaan ataupun pasca-
kemerdekaan, telah memberi gambaran pada kita apa itu konflik. Peristiwa tersebut
merupakan serentetan konflik yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga
menjadikan 17 Agustus 1945 merupakan lembaran sejarah kehidupan bangsa
Indonesia. Sebelum dan sesudah itu, bangsa indonesia mengalami pertentangan-
pertentangan yang muncul justru dari para tokoh elit sosial-poltik bangsa.
Sebelumnya itu, mereka saling membantu untuk mewujudkan Indonesia
merdeka.Mereka tak mengedepankan hasrat ego mereka masing-masing. Namun
setelah itu muncullah peristiwa pemberontakan, yang diawali dengan
pemberontakan PKI tahun 1948, DI/TII , PRRI-Permesta, G30 S/PKI,dll. Yang
berusaha meruntuhkan kesatuan NKRI.
Keadaan itu memiliki makna bahwa “Bhineka Tunggal Ika“ sesungguhnya
hanya teori semata, belum diterapkan secara nyata oleh bangsa ini. Perkataan itu
merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan bagi segenap bangsa kita ini.
Akan tetapi, konflik-konflik sosial didalam masyarakat senantiasa memiliki
kedudukan dan pola masing-masing. Dikarenakan sumber yang menjadi

3
penyebabnya pun memiliki jenis yang tidak sama. Hanya melalui pemahaman yang
mendalam mengenai sumber penyebabnya, maka konflik sosial internal bangsa
akan dapat kita hindari. Secara psikologis kita memiliki kecenderungan untuk
menekan kenyataan-kenyataan tersebut ke dalam dunia bawah sadar kita, bukan
saja kita mengira bahwa dengan demikian kita akan dapat terhindar dari konflik
yang lebih tajam, namun sesungguhnya kita tidak menyukai kenyataan tersebut.
Konflik yang terjadi diantara sesama kita adalah sesuatu yang menodai jiwa dan
semangat gotong-royong yang kita muliakan, sesuatu yang menodai jiwa dan
semangat Bhineka Tunggal Ika yang kita junjung tinggi.
Yang tidak pernah kita sadari adalah, mekanisme psikologis seperti itu akan
membawa kita berlarut-larut kedalam konflik yang berkepanjangan, dan sulit untuk
dipecahkan. Sehingga kita akan kehilangan kepekaan kita terhadap perkembangan-
perkembangan yang akan dapat memecahkan konflik. Sementara kita terpesona
dengan anggapan bahwa konflik yang terjadi akan dapat kita atasi dengan gotong-
royong dan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita akan terkejut dengan kenyataan
bahwa konflik yang terjadi secara tiba-tiba menjadi dahsyat. Dengan menyadari
akan adanya konflik-konflik sosial yang bersifat laten di dalam masyarakat kita,
memungkinkan kita untuk mencari faktor-faktor penyebabnya.
Mata kuliah ini memberikan pemahaman dasar dan umum tentang bagaimana
mengurai ke dalam konsep-konsep dasar bentuk dan isi dari kemajemukan sistem
sosial budaya Indonesia. Materi dan ruang lingkup perkuliahan akan diawali dengan
me-review kembali konsep sistem, konsep sistem sosial, konsep sistem budaya,
dilanjutkan dengan realitas struktur majemuk masyarakat Indonesia, aspek historis
yang mempengaruhi terbentuknya sistem sosial dan sistem budaya Indonesia, aneka
nilai orientasi masyarakat Indonesia dan implikasinya pada kehidupan sosial
budaya ekonomi dan politik, dan pendekatan teoritis dalam memahami sistem sosial
serta masalah integrasi Nasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sistem sosial?

4
2. Apa saja tindakan sosial?
3. Apa saja kontak sosial?
4. Apa saja bentuk interaksi sosial?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sistem sosial?


2. Untuk mengetahui tindakan sosial?
3. Untuk mengetahui kontak sosial?
4. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial?

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Sosial

Dalam sosiologi, sistem sosial ialah jaringan pola hubungan yang


membentuk keseluruhan yang koheren yang ada antara individu, kelompok, dan
institusi. Ini merupakan struktur formal peran dan status yang dapat terbentuk
dalam kelompok kecil yang stabil. Seorang individu bisa menjadi bagian dari
banyak sistem sosial sekaligus.

Sistem sosial menekankan adanya saling ketergantungan antar berbagai


contoh fenomena sosial. Fakta tunggal dipelajari sebagai bagian dari keseluruhan
sistem. Sistem berfungsi ketika elemen-elemen komponennya beroperasi. Satu
elemen tunggal dari sistem tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa yang lainnya.

Misalnya, keluarga adalah sistem sosial. Para anggota keluarga memiliki


interaksi sosial yang sangat dekat satu sama lain. Mereka saling tergantung.
Keluarga berfungsi sebagai satu kesatuan. Anggotanya tidak dapat bertahan hidup
atau berfungsi sendiri.

Suatu sistem sosial mengungkapkan ikatan hubungan di antara para


anggotanya. Jika hubungannya signifikan, sistemnya stabil dan jika hubungan yang
tidak signifikan, maka sistemnya juga yang tidak stabil. Signifikansi interaksi dapat
dinilai dari frekuensi, durasi, fokus, dan intensitas.

Sistem sosial adalah semua unsur sosial yang saling berhubungan antara
satu sama lain dan dimana hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan
sosial. Dalam sistem sosial, paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih, yang
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai tujuan dari interaksi tersebut,
mempunyai struktur, simbol dan tujuan bersama.

6
Atau secara sederhana, sistem sosial juga dapat diakatakan sebagai bagian-
bagian yang saling berhubungan, masing-masing bekerja sendiri dan saling
mendukung dan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.

Adapun definisi sistem sosial menurut para ahli, antara lain adalah sebagai
berikut;

Talcott Parsons

Sistem sosial hanya sebagai segmen (atau “subsistem”) dari apa yang
disebut Parsons sebagai teori tindakan. Parsons mengorganisir sistem sosial dalam
hal unit tindakan, di mana satu tindakan yang dilakukan oleh seorang individu
adalah satu unit.

Beliau mendefinisikan sistem sosial sebagai jaringan interaksi antar aktor.


Menurut Parsons, sistem sosial bergantung pada sistem bahasa, dan budaya harus
ada dalam masyarakat agar memenuhi syarat sebagai sistem sosial.

Ogbum dan Nimkoff

Ogbum dan Nimkoff telah memberikan versi sederhana dari definisi


Parsons yaitu sistem sosial dapat didefinisikan sebagai pluralitas individu yang
berinteraksi satu sama lain sesuai dengan norma dan makna budaya bersama.

Abdulsyani (1994)

Sistem sosial adalah konsep yang paling umum digunakan dalam


menjelaskan dan mempelajari hubungan manusia di dalam kelompok atau dalam
organisasi sosial. Dalam hal ini manusia sebagai anggota masyarakat adalah
individu-individu yang saling bergantungan.

lnteraksi antar individu berkembang berdasarkan standar penilaian dan


kesepakatan bersama yaitu berpedoman pada norma-norma sosial merupakan dasar
dari terbentuknya sistem sosial.

7
Jhonson (1986)

Sistem sosial hanyalah salah satu dari sistem-sistem yang termasuk dalam
kenyataan sosial. Sistem sistem sosial tersebut adalah bentukan dari tindakan-
tindakan sosial individu.

Nasikun (1993)

Sistem sosial tidak lain ialah suatu sistem daripada tindakan-tindakan, yang
terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, tumbuh dan
berkembang tidak secara kebetulan, tapi tumbuh dan berkembang di atas standar
penilaiaan umum masyarakat. Sistem Sosial merupakan sistem bermasyarakat itu
sendiri.

B. Tindakan Sosial

Weber membedakan tindakan sosial manusia ke dalam empat tipe yaitu:

1. Tindakan rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)

Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang


didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan
tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.
Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat
transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal
dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia
mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan
itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain.

2. Tindakan rasional nilai (Werk Rational)

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada
hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-
tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang

8
bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang
yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah
dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun
nilai agama yang ia miliki.

3. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)

Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak
rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan
kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk
asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat
otomatis sehingga bias berarti

4. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional Action)

Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu


karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau
perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri.

C. Kontak Sosial

Macam-macam atau jenis-jenis kontak sosial dibedakan berdasarkan proses


berlangsungnya dan juga berdasarkan jumlah individu yang terlibat didalamnya.

Berdasarkan Proses Berlangsungnya

Berdasarkan proses berlangsungnya, kontak sosial dibedakan menjadi 2


yaitu kontak sosial primer dan kontak sosial sekunder.

Kontak Sosial Primer adalah kontak sosial yang terjadi secara langsung
dengan bertatapo muka, baik melalui sentuhan fisik ataupun tidak melalui kontak
fisik. Contoh kontak sosial primer antara lain: berjabat tangan, berbicara, bahasa
isyarat, tersenyum dan lain sebagainya.

9
Kontak Sosial Sekunder adalah kontak sosial yang terjadi secara tidak
langsung melakinkan menggunakan media tertentu. Kontak sosial sekunder terbagi
menjadi 2 yaitu kontak sosial sekunder langsung dan Kontak sosial tidak langsung.

Kontak sosial sekunder langsung yaitu kontak sosial sekunder yang


dilakukan dengan menggunakan bantuan alat tertentu. Contoh kontak sosial
sekunder langsung antara lain: melalui telepon, surat, televisi atau yang lainnya.

Kontak sosial sekunder tidak langsung yaitu kontak sosial sekunder yang
dilakukan dengan bantuan pihak lain atau pihak ketiga. Contoh kontak sosial
sekunder tidak langsung antara lain: Indra menitipkan salam untuk Tria melalui
perantara Chintia.

Berdasarkan Jumlah Individu yang terlibat didalamnya

Berdasarkanjumlah individu yang terlibat didalamnya, kontak sosial dibagi


menjadi: kontak sosial antar individu, kontak sosial antar kelompok dan kontak
sosial antara individu dengan kelompok.

Kontak antar individu. Contohnya: kontak antara karyawan dengan


karyawan, kontak antara penjual dan pembeli, kontak antara dokter dan pasien dan
lain sebagainya.

Kontak antar kelompok. Contohnya: pertandingan dua tim sepak bola dalam
turnamen, pertandingan voli, perlombaan cerdas cermat dan lain sevagainya.

Kontak antara individu dengan kelompok. Contohnya: pemateri dengan


peserta seminar, guru dengan muridnya dan lain sebagainya.

D. Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya

Terdapat 6 bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya, antara lain:


Imitasi, Identifikasi, Sugesti, Motivasi, Simpati, dan Empati. Dibawah ini akan
diuraikan penjelasan masing-masing.

10
Imitasi

Proses imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga.


Misalnya, seorang anak sering- fccaJi meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya
seperti cara bicara dan cara berpakaian. Dari lingkungan keluarga proses imitasi ini
terus berkembang kepada lingkungan yang lebih luas lagi, mulai oari lingkungan
tetangga sampai kepada lingkungan masyarakat lainnya. Media audio visual seperti
radio dan televisi akan mempercepat proses imitasi fang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.

Semakin kompleks keberadaan suatu masyarakat, dan semakin tinggi


intensitas interaksi sosial, maka akan semakin besar pula dorongan proses mitasi
yang terjadi dalam masyarakat. Contoh rang paling jelas antara lain gaya dan mode
berpakaian di kalangan remaja di kota-kofa besar.

Proses imitasi akan mengarah kepada hal-hal rang positif maupun kepada
hal-hal yang negatif. Apabila mengarah kepada hal-hal yang positif dampaknya
akan positif. Kondisi masyarakatnya akan bertambah stabil dan harmonis, yang
pada akhirnya akan menciptakan keselarasan dan keteraturan sosial. Sebaliknya,
apabila proses imitasi itu mengarah kepada hal-hal yang negatif, dampaknya akan
negatif pula. Di sana-sini akan timbul berbagai proses pehyimpangan sosial yang
akan melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Lemahnya sendi-sendi
kehidupan sosial budaya pada akhirnya akan melemahkan keseluruhan proses sosial
yang terjadi dalam masyarakat.

Agar proses imitasi tidak mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatif,
maka diharapkan adanya kondisi masyarakat yang menumbuh-kembangkan sistem
nilai dan norma yang mampu menunjang sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Identifikasi

11
Proses identifikasi ini erat sekali kaitannya dengan imitasi. Pola menirunya
sudah begitu rupa eratnya, sehingga si peniru sudah mengidentifikasi- kan dirinya
menjadi sama dengan orang yang ditirunya.

Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaiah proses peniruan


pola perilaku saja, akan tetapi juga melalui proses kejiwaan yang sangat dalam.
Sebagai contoh seorang pengagum berat yang begitu rupa mengagumi bintang film
pujaannya, sering mengidentifikasikan dirinya menjadi bintang idolanya dengan
meniru model rambut atau gaya perilakunya dengan menganggap dirinya sama
dengar bintang pujaannya tersebut.Interaksi sosial yang sangat akrab dan terpola
melalui jaringan komunikasi yang harmonis, juga banyak memungkinkan
terjadinya proses identifikasi. Seorang anak laki-laki yang begitu deka: dan akrab
dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.

Sugesti

Sugesti bisa diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok


kepada kelompok atau kelompok kepada seorang individu. Wujud sugesti bisa
berbagai bentuk sikap atau tindakan. seperti sikap perilaku, pendapat, saran,
pertanyaan, dan lain sebagainya. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak
atau media elektronika, juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat
massal. Contohnya, obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor
dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan
sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar
negeri.

Seperti diungkapkan pada contoh tersebut, umumnya orang yang mudah


tersugesti adalah orang atau kelompok masyarakat yang berada dalam kondisi
lemah, tertekan atau frustrasi. Contoh lainnya adalah sebagai berikut.

Seorang yang menderita penyakit menahun akan mudah tersugesti untuk


pergi ke dukun daripada berobat tekun ke dokter.

12
Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat
’’kenakalan remaja”, tanpa memikirkan akibatnya kelak.

Motivasi

Bila dibandingkan dengan sugesti yang lebih bersifat negatif karena mampu
mendorong orang berperilaku atau bertindak irasional, maka motivasi lebih bersifat
positif.

Motivasi bisa juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok,


kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu.Wujud motivasi bisa
dilihat dari berbagai contoh sikap atau perilaku, pendapat, saran, pertanyaan, dan
lain sebagainya. Pemberian tugas dari seorang guru

kepada murid-muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya


mereka mau belajar dengan dan penuh rasa tanggung jawab.

Motivasi diberikan pula oleh orang-orang yang kedudukan atau statusnya


lebih tinggi dan berwibawa.

memiliki unsur-unsur keteladanan dan panutan masyarakat. Contoh lain


adalah sebagai beriku Seorang ayah yang baik dan bijak adalah tokoh panutan yang
disegani bagi seluruh anggota Keluarganya. Apa yang dilakukan sang ayah akan
menjadi motivasi bagi keluarganya untuk berbuat dan berperilaku sebaik ayahnya.

Simpati

Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau


sekelompok orang, atau suatu embaga formal pada saat-saat khusus, misalnya pada
peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, dan tada saat kenaikan jabatan.

Apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang
gadis, atau sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih atau kasih
sayang.

13
Empati

Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan


kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisma tubuh yang sangat dalam.
Contohnya, kalau kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat
atau teman dekat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut
celaka. Kita tidak hanya merasa kasihan terhadap yang terkena musibah itu, tetapi
kita ikut merasakan penderitaannya. Demikian juga kalau seorang teman dekat kita
yang orang tuanya meninggal dunia. Kita sama-sama merasa kehilangan, seolah-
olah orang tua kita sendiri yang meninggal dunia itu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem sosial menekankan adanya saling ketergantungan antar berbagai


contoh fenomena sosial. Fakta tunggal dipelajari sebagai bagian dari keseluruhan

14
sistem. Sistem berfungsi ketika elemen-elemen komponennya beroperasi. Satu
elemen tunggal dari sistem tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa yang lainnya.
Misalnya, keluarga adalah sistem sosial. Para anggota keluarga memiliki interaksi
sosial yang sangat dekat satu sama lain. Mereka saling tergantung. Keluarga
berfungsi sebagai satu kesatuan. Anggotanya tidak dapat bertahan hidup atau
berfungsi sendiri. Suatu sistem sosial mengungkapkan ikatan hubungan di antara
para anggotanya. Jika hubungannya signifikan, sistemnya stabil dan jika hubungan
yang tidak signifikan, maka sistemnya juga yang tidak stabil. Signifikansi interaksi
dapat dinilai dari frekuensi, durasi, fokus, dan intensitas. Sistem sosial adalah
semua unsur sosial yang saling berhubungan antara satu sama lain dan dimana
hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan sosial. Dalam sistem
sosial, paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi satu
sama lain, mempunyai tujuan dari interaksi tersebut, mempunyai struktur, simbol
dan tujuan bersama. Atau secara sederhana, sistem sosial juga dapat diakatakan
sebagai bagian-bagian yang saling berhubungan, masing-masing bekerja sendiri
dan saling mendukung dan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan potensi kemaritiman ini yang dapat kami paparkan,
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karna
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, D.P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert MZ
Lawang. Jakarta: Gramedia.

Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan


Alimandan. Jakarta: Rajawali.

16
Ritzer, G dan Goodman Douglas J. 2005. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan
Alimandan. Jakarta: Prenada Media.

Soekanto, S. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

https://www.pelajaran.co.id/2016/22/interaksi-sosial-bentuk-interaksi-sosial-menurut-
proses-terjadinya.html

https://www.pelajaran.co.id/2017/19/pengertian-macam-macam-bentuk-dan-contoh-
kontak-sosial.html

http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2014/01/tindakan-sosial-menurut-max-
weber.html

http://dosensosiologi.com/sistem-sosial/

http://sosiologis.com/sistem-sosial

17

Anda mungkin juga menyukai