Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan pada makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat ataupun
inspirasi pada pembaca.
. Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………….…………………………………………….…..1
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………….....2
C. Tujuan ……….………………………………………………………....5
B. Tindakan Sosial………………………………………………………...8
C. Kontak sosial……………………………………………………...……9
A. Simpulan …………………………………………………..….…........15
B. Saran ………………………………………………………..….…......16
DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………..…........17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem sosial adalah proses belajar mengenali, menganalisis dan
mempertimbangkan eksistensi dan perilaku organisasi dan institusi sosial
kemasyarakatan dalam berbagai ranah kehidupan manusia. Peran manusia di sini
lebih dilihat sebagai makhluk sosial dan bagian dari kelompok kepentingan, bukan
sebagai individu. Ketika kita mengamati suatu fenomena sosial, maka sebenarnya
kita sedang mencerna realitas kehidupan yang membawakan kondisi sistem
masyarakat tertentu yang sedang bekerja, berusaha tetap langgeng, dan seringkali
berbenturan dengan sistem-sistem lainnya. Sistem ini mencirikan karakteristik sifat,
tata nilai, ukuran, kualitas dan kedudukan relasional di dalam dan antar sistem. Oleh
karenanya, fenomena sosial pada hakikatnya adalah proses dialog, transaksi dan
negosiasi sejumlah sistem sosial pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Pertempuran yang terjadi dimasa pra-kemerdekaan ataupun pasca-
kemerdekaan, telah memberi gambaran pada kita apa itu konflik. Peristiwa tersebut
merupakan serentetan konflik yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga
menjadikan 17 Agustus 1945 merupakan lembaran sejarah kehidupan bangsa
Indonesia. Sebelum dan sesudah itu, bangsa indonesia mengalami pertentangan-
pertentangan yang muncul justru dari para tokoh elit sosial-poltik bangsa.
Sebelumnya itu, mereka saling membantu untuk mewujudkan Indonesia
merdeka.Mereka tak mengedepankan hasrat ego mereka masing-masing. Namun
setelah itu muncullah peristiwa pemberontakan, yang diawali dengan
pemberontakan PKI tahun 1948, DI/TII , PRRI-Permesta, G30 S/PKI,dll. Yang
berusaha meruntuhkan kesatuan NKRI.
Keadaan itu memiliki makna bahwa “Bhineka Tunggal Ika“ sesungguhnya
hanya teori semata, belum diterapkan secara nyata oleh bangsa ini. Perkataan itu
merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan bagi segenap bangsa kita ini.
Akan tetapi, konflik-konflik sosial didalam masyarakat senantiasa memiliki
kedudukan dan pola masing-masing. Dikarenakan sumber yang menjadi
3
penyebabnya pun memiliki jenis yang tidak sama. Hanya melalui pemahaman yang
mendalam mengenai sumber penyebabnya, maka konflik sosial internal bangsa
akan dapat kita hindari. Secara psikologis kita memiliki kecenderungan untuk
menekan kenyataan-kenyataan tersebut ke dalam dunia bawah sadar kita, bukan
saja kita mengira bahwa dengan demikian kita akan dapat terhindar dari konflik
yang lebih tajam, namun sesungguhnya kita tidak menyukai kenyataan tersebut.
Konflik yang terjadi diantara sesama kita adalah sesuatu yang menodai jiwa dan
semangat gotong-royong yang kita muliakan, sesuatu yang menodai jiwa dan
semangat Bhineka Tunggal Ika yang kita junjung tinggi.
Yang tidak pernah kita sadari adalah, mekanisme psikologis seperti itu akan
membawa kita berlarut-larut kedalam konflik yang berkepanjangan, dan sulit untuk
dipecahkan. Sehingga kita akan kehilangan kepekaan kita terhadap perkembangan-
perkembangan yang akan dapat memecahkan konflik. Sementara kita terpesona
dengan anggapan bahwa konflik yang terjadi akan dapat kita atasi dengan gotong-
royong dan semangat Bhineka Tunggal Ika, kita akan terkejut dengan kenyataan
bahwa konflik yang terjadi secara tiba-tiba menjadi dahsyat. Dengan menyadari
akan adanya konflik-konflik sosial yang bersifat laten di dalam masyarakat kita,
memungkinkan kita untuk mencari faktor-faktor penyebabnya.
Mata kuliah ini memberikan pemahaman dasar dan umum tentang bagaimana
mengurai ke dalam konsep-konsep dasar bentuk dan isi dari kemajemukan sistem
sosial budaya Indonesia. Materi dan ruang lingkup perkuliahan akan diawali dengan
me-review kembali konsep sistem, konsep sistem sosial, konsep sistem budaya,
dilanjutkan dengan realitas struktur majemuk masyarakat Indonesia, aspek historis
yang mempengaruhi terbentuknya sistem sosial dan sistem budaya Indonesia, aneka
nilai orientasi masyarakat Indonesia dan implikasinya pada kehidupan sosial
budaya ekonomi dan politik, dan pendekatan teoritis dalam memahami sistem sosial
serta masalah integrasi Nasional.
B. Rumusan Masalah
4
2. Apa saja tindakan sosial?
3. Apa saja kontak sosial?
4. Apa saja bentuk interaksi sosial?
C. Tujuan Penulisan
BAB II
5
PEMBAHASAN
Sistem sosial adalah semua unsur sosial yang saling berhubungan antara
satu sama lain dan dimana hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan
sosial. Dalam sistem sosial, paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih, yang
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai tujuan dari interaksi tersebut,
mempunyai struktur, simbol dan tujuan bersama.
6
Atau secara sederhana, sistem sosial juga dapat diakatakan sebagai bagian-
bagian yang saling berhubungan, masing-masing bekerja sendiri dan saling
mendukung dan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun definisi sistem sosial menurut para ahli, antara lain adalah sebagai
berikut;
Talcott Parsons
Sistem sosial hanya sebagai segmen (atau “subsistem”) dari apa yang
disebut Parsons sebagai teori tindakan. Parsons mengorganisir sistem sosial dalam
hal unit tindakan, di mana satu tindakan yang dilakukan oleh seorang individu
adalah satu unit.
Abdulsyani (1994)
7
Jhonson (1986)
Sistem sosial hanyalah salah satu dari sistem-sistem yang termasuk dalam
kenyataan sosial. Sistem sistem sosial tersebut adalah bentukan dari tindakan-
tindakan sosial individu.
Nasikun (1993)
Sistem sosial tidak lain ialah suatu sistem daripada tindakan-tindakan, yang
terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, tumbuh dan
berkembang tidak secara kebetulan, tapi tumbuh dan berkembang di atas standar
penilaiaan umum masyarakat. Sistem Sosial merupakan sistem bermasyarakat itu
sendiri.
B. Tindakan Sosial
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada
hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-
tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
8
bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang
yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah
dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun
nilai agama yang ia miliki.
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak
rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan
kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk
asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat
otomatis sehingga bias berarti
C. Kontak Sosial
Kontak Sosial Primer adalah kontak sosial yang terjadi secara langsung
dengan bertatapo muka, baik melalui sentuhan fisik ataupun tidak melalui kontak
fisik. Contoh kontak sosial primer antara lain: berjabat tangan, berbicara, bahasa
isyarat, tersenyum dan lain sebagainya.
9
Kontak Sosial Sekunder adalah kontak sosial yang terjadi secara tidak
langsung melakinkan menggunakan media tertentu. Kontak sosial sekunder terbagi
menjadi 2 yaitu kontak sosial sekunder langsung dan Kontak sosial tidak langsung.
Kontak sosial sekunder tidak langsung yaitu kontak sosial sekunder yang
dilakukan dengan bantuan pihak lain atau pihak ketiga. Contoh kontak sosial
sekunder tidak langsung antara lain: Indra menitipkan salam untuk Tria melalui
perantara Chintia.
Kontak antar kelompok. Contohnya: pertandingan dua tim sepak bola dalam
turnamen, pertandingan voli, perlombaan cerdas cermat dan lain sevagainya.
10
Imitasi
Proses imitasi akan mengarah kepada hal-hal rang positif maupun kepada
hal-hal yang negatif. Apabila mengarah kepada hal-hal yang positif dampaknya
akan positif. Kondisi masyarakatnya akan bertambah stabil dan harmonis, yang
pada akhirnya akan menciptakan keselarasan dan keteraturan sosial. Sebaliknya,
apabila proses imitasi itu mengarah kepada hal-hal yang negatif, dampaknya akan
negatif pula. Di sana-sini akan timbul berbagai proses pehyimpangan sosial yang
akan melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Lemahnya sendi-sendi
kehidupan sosial budaya pada akhirnya akan melemahkan keseluruhan proses sosial
yang terjadi dalam masyarakat.
Agar proses imitasi tidak mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatif,
maka diharapkan adanya kondisi masyarakat yang menumbuh-kembangkan sistem
nilai dan norma yang mampu menunjang sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Identifikasi
11
Proses identifikasi ini erat sekali kaitannya dengan imitasi. Pola menirunya
sudah begitu rupa eratnya, sehingga si peniru sudah mengidentifikasi- kan dirinya
menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
Sugesti
12
Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat
’’kenakalan remaja”, tanpa memikirkan akibatnya kelak.
Motivasi
Bila dibandingkan dengan sugesti yang lebih bersifat negatif karena mampu
mendorong orang berperilaku atau bertindak irasional, maka motivasi lebih bersifat
positif.
Simpati
Apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang
gadis, atau sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih atau kasih
sayang.
13
Empati
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
sistem. Sistem berfungsi ketika elemen-elemen komponennya beroperasi. Satu
elemen tunggal dari sistem tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa yang lainnya.
Misalnya, keluarga adalah sistem sosial. Para anggota keluarga memiliki interaksi
sosial yang sangat dekat satu sama lain. Mereka saling tergantung. Keluarga
berfungsi sebagai satu kesatuan. Anggotanya tidak dapat bertahan hidup atau
berfungsi sendiri. Suatu sistem sosial mengungkapkan ikatan hubungan di antara
para anggotanya. Jika hubungannya signifikan, sistemnya stabil dan jika hubungan
yang tidak signifikan, maka sistemnya juga yang tidak stabil. Signifikansi interaksi
dapat dinilai dari frekuensi, durasi, fokus, dan intensitas. Sistem sosial adalah
semua unsur sosial yang saling berhubungan antara satu sama lain dan dimana
hubungan tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan sosial. Dalam sistem
sosial, paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi satu
sama lain, mempunyai tujuan dari interaksi tersebut, mempunyai struktur, simbol
dan tujuan bersama. Atau secara sederhana, sistem sosial juga dapat diakatakan
sebagai bagian-bagian yang saling berhubungan, masing-masing bekerja sendiri
dan saling mendukung dan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan potensi kemaritiman ini yang dapat kami paparkan,
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karna
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D.P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert MZ
Lawang. Jakarta: Gramedia.
16
Ritzer, G dan Goodman Douglas J. 2005. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan
Alimandan. Jakarta: Prenada Media.
Soekanto, S. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
https://www.pelajaran.co.id/2016/22/interaksi-sosial-bentuk-interaksi-sosial-menurut-
proses-terjadinya.html
https://www.pelajaran.co.id/2017/19/pengertian-macam-macam-bentuk-dan-contoh-
kontak-sosial.html
http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2014/01/tindakan-sosial-menurut-max-
weber.html
http://dosensosiologi.com/sistem-sosial/
http://sosiologis.com/sistem-sosial
17