Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekurangan volume cairan dapat terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan
tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat).
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio
elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan defisit cairan.
2. Melakukan analisia data pada pasien dengan defisit cairan.
3. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada defisit cairan.
4. Merumuskan intervensi keperawatan pada defisit cairan.
5. Melakukan tindakan keperawatan pada defisit cairan.

1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hipovolemia
Defisit volume cairan adalah situasi fisiologis yaitu cairan hilang dengan cara
isotonik (cairan dan elektrolit hilang secara bersamaan). (Patricia, 2011)
Kekurangan volume cairan (Defisit volume cairan) adalah kondisi penurunan
cairan intravaskular, interstisial, dan intraselular dalam tubuh. (Priscilla, 2015)
Kekurangan Volume Cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang tidak
menjalani puasa mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial
atau intravaskular. Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).

2.2 Etiologi
Kekurangan volume cairan disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan,
ketidakcukupan asupan cairan atau kegagalan mekanisme pengaturan dan penggantian
cairan di dalam tubuh. Selain itu penyebab kekurangan volume cairan yang paling
umum adalah kehilangan cairan GI yang berlebihan akibat muntah, diare, pengisapan
GI, fistula usus, dan drainase usus. Penyebab kehilangan cairan lainnya meliputi
diuretik, gangguan ginjal, gangguan endokrin, kelebihan latihan fisik, lingkungan
yang panas, hemoragi, dan penyalahgunaan kronis pada laksatif dan enema.
(Pricilla,2015)
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI(2018). Penyebab dari defisit nutrisi adalah
sebagai berikut :
 Kehilangan cairan aktif
 Kegagalan mekanisme regulasi
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Kekurangan intake cairan
 Evaporasi
2.3 Batasan Karakteristik
1. Mayor ( Harus terdapat satu atau lebih )
a. Ketidakcukupan masukan cairan oral
b. Keseimbangan negatif antara masukan dan pengeluaran
c. Penurunan berat badan
d. Kulit/membran mukosa kering
2. Minor ( Mungkin Terdapat)
a. Peningkatan natrium serum
b. Penurunan pengeluaran urine atau pengeluaran urin berlebih
c. Urine memekat atau sering berkemih
d. Penurunan turgor kulit
e. Haus, mual, anoreksia
2.4 Faktor-faktor yang berhubungan
Patofisiologis
1. Berhubungan dengan pengeluaran urine yang berlebihan
 Diabetes tak terkontrol
 Diabetes insipidus (ketidakadekuatan hormon diuretik)
2. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan jalan
evaporatif karena luka bakar
3. Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat
 Demam atau peningkatan laju metabolik
 Drainase abnormal
 Luka
 Mensis yang berlebihan
 Peritonitis
 Diare
Situasional ( Personal, Lingkungan )
1. Berhubungan dengan muntah/mual
2. Berhubungan dengan menurunnya motivasi untuk minum cairan sekunder akibat
depresi, keletihan
3. Berhubungan dengan masalah diet
4. Berhubungan dengan makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
5. Berhubungan dengan kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder akibat nyeri
mulut, keletihan
6. Berhubungan dengan panas/sinar matahari yang berlebihan, kekeringan
7. Berhubungan dengan kehilangan melalui kateter indwelling atau drein
8. Berhubungan dengan ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi
cuaca
9. Berlebihan dengan penggunaan yang berlebihan laksatif, enema diuretik, dan
alkohol.
Maturasional
1. Bayi/Anak
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan kemampuan untuk memekatkan urine
2. Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan sensasi haus

2.5 Manifestasi klinis


Bersamaan dengan kehilangan cairan yang cepat (seperti hemoragi atau muntah
yang tidak terkontrol), manifestasi hipovolemia terjadi secara cepat. Penurunan berat
badan yang cepat merupakan indikator yang baik dari kekurangan volume cairan.
Tingkat keparahan kekurangan volume cairan dapat diperkirakan dengan presentase
kehilangan berat badan yang cepat : kehilangan berat badan sebesar 2 %
mengindikasikan kekurangan volume cairan ringan 5%, kekurangan volume cairan
sedang dan 8% atau lebih, kekurangan volume cairan berat. Kehilangan cairan
interstisial menyebabkan turgor kulit berkurang. Ketika dicubit, kulit pasien yang
mengalami kekurangan volume cairan yang tetap meningkat. Hipotensi postural atau
ortostatik merupakan tanda hipovolemia. Penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
15mmHg ketika berubah posisi dari berbaring ke duduk sering mengindikasikan
kehilangan volume intravaskuler. Tekanan vena juga menurun yang menyebabkan
pengempisan vena leher, bahkan ketika pasien berbaring. Mekanisme kompensasi
untuk menghemat air dan natrium serta mempertahankan sirkulasi tercatat untuk
banyak manifestasi kekurangan volume cairan, seperti takikardia : kulit pucat dan
dingin(vasokontraksi), dan penurunan keluaran urine. Berat jenis urine meningkat
karena air direabsorbsi didalam tubulus. (Pricilla,2015)
1. Penurunan berat badan akut
2. Penurunan turgor kulit
3. Penurunan tekanan darah
4. Penurunan frekuensi napas
5. Penurunan suhu tubuh
6. Penurunan kemampuan sensori
7. Penurunan denyut nadi perifer
8. Denyut nadi lemah dan cepat
9. Bola mata menonjol
10. Ekstremitas dingin/sejuk
11. Sekresi pernapasan kental dan lengket
12. Membran mukosa kering dan lengket
13. Urine pekat
14. Oliguria
15. Pusing,
16. Kelemahan,
17. Keletihan,
18. Sinkope,
19. Anoreksia,
20. Mual / muntah, dan Haus,
21. Kekacauan mental,
22. Konstipasi, (Hurst, 2015)
2.6 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu makanan,
psikologi, infeksi, dan malabsorpsi. Kehilangan volume cairan ekstraseluler dapat
menyebabkan hipovolemia, menurunkan sirkulasi volume darah. Elektrolit seringkali
hilang bersamaan dengan cairan sehingga terjadi kekurangan volume cairan isotonik .
Ketika cairan dan elektrolit hilang , kadar natrium serum tetap normal, meskipun
kadar elektrolit lainnya, seperti kalium mungkin menurun. Cairan ditarik kedalam
kompartemen vaskular dari ruang interstisial karena tubuh berupaya mempertahankan
perfusi jaringan. Kondisi ini pada akhirnya juga mengosongkan cairan di dalam
kompartemen intraselular.
Hipovolemia menstimulasi mekanisme pengaturan untuk mempertahankan
sirkulasi. Sistem saraf simpatis distimulasi, seperti mekanisme rasa haus. ADH dan
aldosteron dilepaskan, memicu retensi natrium dan air oleh ginjal. Kehilangan cairan
berat, seperti pada hemoragi, dapat menyebabkan syok dan kolabs kardiovaskular.
2.7 Pohon masalah

2.8 Komplikasi
 Dehidrasi (ringan, sedang berat),
 Renjatan hipovolemik,
 Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan penunjang.

Penurunan Tekanan Darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik),


peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit buruk, lidah kering dan kasar, mata
cekung, peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut.

Bayi dan anak - anak: penurunan air mata, depresi fontanel anterior. Pada
pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan halus,
hipotensi terlentang dan oliguria.
2. Riwayat kesehatan
3. Evalusi status volume cairan
4. Kadar Nitrogen Urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml
5. Peningkatan kadar Hematokrit > 50%
6. Berat jenis urine > 1,025

2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam -basa dan
elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
3. Rehidrasi oral pada diare pediatrik. Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-
hati dengan cairan intravena sesuai pesanan / order dari medis. Catatan :
Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan GGJK (Gagal
Ginjal Jantung Kongestif)
4. Tindakan terhadap penyebab dasar.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas px, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, no. register.
2. Keluhan utama : Pasien mengeluh Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari
dan muntah. BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair. BAB 4-10 kali
dengan konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang).
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat Nutrisi
6. Riwayat psikologis
7. Riwayat kesehatan keluarga
8. Riwayat social
9. Riwayat tumbuh kembang
10. Riwayat kebiasaan sehari-hari
11. Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menggangu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang menggangu pengobatan.
12. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Keadaan umum : Tampak lemas, composmentis
b. Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu,
pengukuran tingkat kesadaran.
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Bentuk bulat, bersih, tidak terdapat lesi
2) Rambut : Berwarna hitam, tidak berbau, warna kulit putih
3) Wajah : Bentuk simetris
4) Mata : Cekung, air mata kering, conjungtiva, sclera anikterik
5) Hidung : Normal, simetris berada di tengah, tidak ada pernafasan cuping
hidung
6) Telinga : Normal simetris, tidak ada penumpukan serumen berlebih
7) Mulut : Mukosa bibir kering, gusi kurang bersih, warna permukaan lidah
merah keputih-putihan
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
9) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
10) Pemeriksaan thorak/dada :normal, tidak terdapat lesi dan massa, pola nafas
reguler
11) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah.
12) Paru
Inspeksi : dada simetris, tidak ada luka, ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitesi
Perkusi : paru (sonor) , jantung (pekak)
Auskultasi : ronchi (-/ - ), wheezing ( -/ -)
13) Abdomen :
Inspeksi : tidak terdapat otot bantu nafas perut
Auskultasi : suara redup
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : 18x/m
14) Neurologi :reflex, tingkat kesadaran, ganguang sensorik dan montorik.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemi ( Kekurangan volume cairan ) berhubungan dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit ditandai dengan dehidrasi.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan isi rongga usus ditandai
dengan nafsu makan menurun.
c. Intervensi Keperawatan
1. Hipovolemi ( Kekurangan volume cairan ) berhubungan dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit ditandai dengan dehidrasi.
a. Jelaskan pentingnya cairan bagi tubuh
Tujuan : pasien mengerti akan pentingnya kebutuhan cairan
bagi tubuh
R/ meningkatkan intake dan output cairan
b. Kaji pemahaman pasien tentang perlunya mempertahankan
hidrasi yang adekuat
Tujuan : pasien mampu mempertahankan hidrasi yang adekuat
R/ dehidrasi menyebabkan kadar elektrolit menurun, sehingga
keseimbangan cairan terganggu
c. Kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu
Tujuan : jumlah urine pasien dalam kondisi normal 1200ml-
1500ml/24 jam
R/ diuretik mampu mengurangi penyerapan natrium dalam
ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine
d. Anjurkan pasien untuk minum 2 liter/24 jam
Tujuan : pasien dapat memenuhi kebutuhan cairan
R/ intake dan output tercukupi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan
diare.
a. Jelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan : pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya
R/
b. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Tujuan : asupan dan keluarnya makanan seimbang
R/ Kalori dibutuhkan oleh tubuh untuk imunitas
c. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori
Tujuan : untuk menentukan diet yang tepat
R/ jumlah kebutuhan kalori tubuh seimbang
d. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi
Tujuan : biar sehat
R/ tubuh sehat

Anda mungkin juga menyukai