) ISSN: 0854-2880
Abstract. Some studies prove that the juvenile crime violent offenders who were aged children
come from broken families, children from low socio-economic, children with access to a weapon
without adequate supervision, children who have experienced violence and neglect, and children
using substance addiction. This study used a qualitative approach with case studies. The purpose
of this study was to describe the psychological dynamics of the child prisoners perpetrators.
The informant in this research were two boys prisoners perpetrators, the selection is done by
purposive sampling. Characteristics of the informant as follows: a) An inmate child, b) male
sex, c) Aged 8-18 years, d) Not married, e) Being in Children Correctional Institution Kutoarjo.
The results of this study indicate that psychological aspect that affects children of murder among
them: anxiety, tendency to pathological disorder, frustration, stress, conflict, and revenge. As
for the external factors that affect minors commit murder is a condition that is inharmonious
family, peer influences, and alcohol and addicted to online gambling. Psychological aspects and
external factors behind child murderer has correlational relationship.
9
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18
fenomena yang sama. Anak remaja dengan MLM saat diminta untuk menceritakan
berbagai alasan harus berurusan dengan kronologi peristiwa pembunuhan yang
hukum. dilakukan.
Di seluruh dunia ada puluhan ribu bahkan
ratusan ribu anak yang berkonflik dengan “Pertama waktu awal mula
hukum, dengan dua pertiga diantaranya berada waktu sore-sore itu saya pergi. Pergi
dalam penjara, dan sisanya dalam pengawasan dari rumah sama temen. Lha itu mbak
lembaga-lembaga sosial (Supeno, 2010). kenapa kok bisa ngeblank sore itu,
Sebagian anak yang berhadapan dengan sebelume saya udah pusing dibuat
hukum di antaranya terjerat Pasal 338 KUHP sendiri taulah gitu, terus pulang jam
sampai dengan Pasal 350 KUHP yang sembilan masih dalam keadaan
mengatur tentang tindak pidana pembunuhan. ngenelah geleng-geleng” (W1S1.4-9)
Berdasarkan survei yang telah dilakukan
oleh peneliti pada bulan Mei 2015 di Lembaga “Koncone ngejaki kui yo manut.
Pemasyarakatan (Lapas) Anak kelas II A di Ngejaki, ayo ngene-ngene yowis
Kutoarjo, terdapat 62 orang narapidana anak mangkat. Nah kui bar jam sembilan
yang berada dalam pembinaan Lapas yang pulang. Kebo ngampiri neng ngomah
terdiri dari 61 narapidana anak laki-laki dan karo korbane, ngejak lungo tapi kan
1 narapidana anak perempuan. wis, pas Kebo masuk rumah kan dia
punya rencana lho nyerang pisau... bar
Tabel Jumlah Kasus di Lapas Anak Kutoarjo kui rencana bareng kon melu, terus
Kasus Jumlah narapidana aku melu bar kui metu muter-muter
Tindak asusila 42
nggolek nggon lah. Ketemune neng
Pencurian 7
sawah, dalan tapi pinggir-pinggire
Pembunuhan berencana 5
sawah. Terus kan sendalku, sendale
Pembunuhan anak 2
Perampokan 2
kan pura-pura jatuh, terus pas itu kan
Penganiayaan 1 beatnya behenti, tit. Berhenti, terus
KDRT 1 saya turun, lha pas saya balik, Kebo
Narkotika 1 udah nusuk, nusuk korbannya pake
pelacuran/trafficking 1 pisau, tapi pisaunya tu ndak nancep,
Jumlah 61 cuma bengkong. Lha trus Kebonya kan
Data Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan ngelawan, Kebo terjungkel trus saya
Anak Kutoarjo Per Tanggal 4 Mei, 2015
lari saya pukul der der der Kebonya
jatuh ke Sawah, terus Kebo jatuh ke
Kasus yang menjadi bahan dalam
bawah, nha terus gitu terjadi
penelitian ini adalah kasus pembunuhan
perkelahian antara Kebo dan korban,
yang dilakukan anak. Wawancara dilakukan
tapi korbannya mati karena nggak bisa
terhadap dua informan berinisial MLM dan
nafas gitu di lumpur” (W1S1. 23-43)
SP. Saat melakukan pembunuhan, keduanya
berusia ± 16 tahun yang terjerat pasal
Hal di atas menunjukkan bahwa tidak
berbeda namun memiliki persamaan yang
hanya orang dewasa saja yang dapat
menyebabkan korban meninggal. Berikut
membunuh, akan tetapi anak-anak di bawah
pernyataan salah satu informan penelitian
umur pun juga dapat melakukan hal yang
10
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880
sama. Dinamika yang ditunjukkan dapat perilaku yang dimunculkan. Pengaktifan salah
berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. satu komponen akan mengaktifkan komponen
Oleh karena itu perlu dikaji lebih serius dan lainnya yang kemudian menentukan respon
mendalam tentang faktor penyebab yang seseorang terhadap stimulus yang dihadapi
melatarbelakangi tindakan membunuh yang (Wilkowski dan Robinson dalam Siddiqah,
dilakukan anak di bawah umur. Sehingga 2010). Pikiran dan interpretasi seseorang
kedepannya dapat meminimalisir kasus mengenai kejadian eksternal juga sangat
terjadinya kejahatan khususnya pembunuhan mempengaruhi fungsi emosi dan perilakunya.
yang dilakukan anak di bawah umur. Perilaku agresif tidak hanya dipicu oleh
Pandangan Islam memberikan penjelasan kejadian-kejadian di lingkungan luar individu,
bahwa pembunuhan adalah perampasan atau namun juga dimunculkan dari bagaimana
penghilangan nyawa seseorang oleh orang kejadian tersebut diterima dan diproses secara
lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya kognitif (Berkowitz dan Knorth et al dalam
seluruh fungsi vital anggota badan karena Siddiqah, 2010).
berpisahnya roh dengan jasad korban. Dari Menurut penelitian Caspi dan Moffit
pengertian tersebut, maka tampaklah bahwa (2001 dalam Davies, Hollin dan Bull, 2004)
pembunuhan merupakan salah satu bentuk perilaku kriminalitas anak (dari kriminalitas
agresi. Perilaku agresif diartikan sebagai kecil seperti mencuri hingga kriminal berat
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai seperti pembunuhan) telah muncul dari masa
atau menyakiti orang lain, baik fisik maupun kanak-kanak namun akan meningkat pada
psikis (Berkowitz dalam Siddiqah, 2010) usia masa remaja dan mencapai puncaknya di
yang menimbulkan kerugian atau bahaya usia remaja akhir (16-18 tahun).
bagi orang lain atau merusak milik orang lain Departemen Kehakiman Amerika Serikat
(Franzoi dkk dalam Siddiqah, 2010). pada tahun 2006 juga menemukan bahwa
Tipe dari agresi pembunuhan adalah agresi sekitar 10% dari pembunuhan yang terjadi,
instrumental, yaitu agresi yang dipelajari, dilakukan oleh pelaku remaja (Schill, 2012).
diperkuat (reinforced), dan dilakukan untuk Dari berbagai studi di Amerika Serikat
mencapai tujuantujuan tertentu. Menurut diketahui bahwa pelaku kejahatan kekerasan
teori cognitive neo-associationist model sebagian besar dilakukan remaja berusia 16-
(Berkowitz dalam Siddiqah, 2010) dan teori 17 tahun, dimana jumlah pelaku kekerasan
general affective agression model (GAAM) remaja laki-laki lebih banyak daripada pelaku
dari Anderson (dalam Siddiqah, 2010) remaja perempuan (Margaretha, 2013).
penyebab munculnya perilaku agresif adalah Penelitian ini akan mengungkap dinamika
situasi yang tidak menyenangkan atau psikologis dari narapidana pembunuhan
menganggu, dan adanya faktor individual yang masih berusia kanak-kanak. Dinamika
dan situasional yang dapat saling berinteraksi psikologis adalah gambaran tentang kondisi
mempengaruhi kondisi internal seseorang. psikologis seseorang yang mendorong
Terdapat keterkaitan antara aspek afektif, munculnya perilaku tertentu. Holloway,
kognitif, dan arousal yang bereaksi dan Suzo, dan Mindnich (2006) menggunakan
berproses terhadap stimulus yang ada dan istilah dinamika psikologis dalam penelitian
memunculkan perasaan negatif, serta adanya mereka terhadap wanita Jepang. Dinamika
peran proses kognitif dalam menentukan psikologis dipergunakan untuk menerangkan
11
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18
12
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880
13
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18
sama sebagaimana yang telah disebutkan mereka tidak selalu menggunakannya dalam
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan membuat keputusan. Hal ini terbukti terutama
Willis (2005) yang mengungkapkan dalam situasi yang sangat emosional. Remaja
bahwa balas dendam merupakan penyaluran rentan untuk melakukan perilaku beresiko;
frustasi melalui proses internal yakni entah karena keterbatasan kognitif atau
merencanakan pembalasan terhadap obyek keterbatasan pengalaman hidup, kurang
yang menghambat dan merugikannya. memikirkan konsekuensi hipotesis di masa
Biasanya balas dendam bisa dalam bentuk depan dan lebih memikirkan keuntungan
yang paling ringan seperti menjahili/meliciki, segera. Remaja juga lebih impulsif
dan bisa pula dengan perusakan/penganiayaan dibandingkan orang dewasa, serta lebih sulit
terhadap orang lain. dalam mengelola suasana hati dan perilaku
Kondisi keluarga yang tidak harmonis, mereka.
orangtua yang bertengkar merupakan
salah satu stressor dari lingkungan yang 2. Faktor eksternal yang mem-
menyebabkan kedua informan mengalami pengaruhi anak di bawah
tekanan yang mengakibatkan stress sehingga umur melakukan pembunuhan.
berdampak pada sikap kedua informan yang Faktor eksternal yang mempengaruhi
mencari ketenangan di luar lingkup keluarga. informan melakukan pembunuhan sangat
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang bermacam-macam. Berdasarkan penelitian
diungkapkan oleh Willis (2005) bahwa yang telah dilakukan terhadap kedua
tekanan lingkungan terhadap individu dan informan, didapati bahwa 1) kondisi keluarga
kelompok menimbulkan stress. Artinya yang tidak harmonis, 2) pengaruh pergaulan
individu merasakan pukulan hebat terhadap dengan teman sebaya, 3) sekolah dan 4)
usaha dan tujuannya. pengaruh zat adiktif merupakan faktor
Sikap konformitas kedua informan eksternal paling dominan penyebab informan
terhadap peer groupnya sangat mempengaruhi melakukan pembunuhan.
pengambilan keputusan informan. Karena Hal tersebut sejalan dengan penelitian
sifat konform yang tinggi, maka kedua kriminalitas remaja di Inggris yang dilakukan
informan tidak dapat menolak ajakan peer oleh Wilson dan kolega (2006) serta Synder
group-nya meskipun ajakan tersebut menuju dan Sickmund (2006) di Amerika Serikat
ke arah yang negatif. yang menemukan bahwa pelaku kejahatan
Informan yang sedang memasuki fase kekerasan anak banyak yang berasal
remaja, memiliki dinamika perkembangan dari rumah yang tidak harmonis, anak-
yang berbeda dengan orang dewasa. anak dari latar belakang sosial-ekonomi
Pengambilan keputusan yang dilakukan rendah, anak-anak dengan akses ke senjata
informan cenderung kurang matang. Hal tanpa pengawasan yang cukup, anak-anak
tersebut dapat dilihat dari motif pembunuhan yang pernah mengalami kekerasan dan
yang dilakukan informan, yaitu hanya ingin pengabaian, serta anak yang menggunakan
memiliki barang korban dan merasa dendam. atau menyalahgunakan zat adiksi terlarang
Hal ini sesuai dengan pendapat Papalia (2009) (Brown, 2010 dalam Margaretha, 2013).
yang mengungkapkan bahwa walaupun Hubungan antara ayah dan ibu yang
remaja dapat melakukan penalaran logis (dan tidak sejalan dimana kedua orangtua atau
banyak yang tidak dapat melakukannya), salah satu dari orang tua terlalu sibuk akan
14
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880
15
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18
16
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880
17
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18
DAFTAR PUSTAKA
18