Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.

) ISSN: 0854-2880

DINAMIKA PSIKOLOGIS NARAPIDANA ANAK PELAKU


PEMBUNUHAN: STUDI KASUS DI LAPAS ANAK KUTOARJO
Arinal Maftukh Alifah1, Nanik Prihartanti2 dan Imron Rosyidi3
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta1, 2
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta1, 3
nprihartanti@gmail.com2

Abstract. Some studies prove that the juvenile crime violent offenders who were aged children
come from broken families, children from low socio-economic, children with access to a weapon
without adequate supervision, children who have experienced violence and neglect, and children
using substance addiction. This study used a qualitative approach with case studies. The purpose
of this study was to describe the psychological dynamics of the child prisoners perpetrators.
The informant in this research were two boys prisoners perpetrators, the selection is done by
purposive sampling. Characteristics of the informant as follows: a) An inmate child, b) male
sex, c) Aged 8-18 years, d) Not married, e) Being in Children Correctional Institution Kutoarjo.
The results of this study indicate that psychological aspect that affects children of murder among
them: anxiety, tendency to pathological disorder, frustration, stress, conflict, and revenge. As
for the external factors that affect minors commit murder is a condition that is inharmonious
family, peer influences, and alcohol and addicted to online gambling. Psychological aspects and
external factors behind child murderer has correlational relationship.

Keyword: child prisoners perpetrators, murderer, Children Correctional Institution

Abstraksi. Beberapa penelitian kriminalitas remaja menyebutkan bahwa pelaku kejahatan


kekerasan yang masih berusia anak-anak banyak yang berasal dari rumah yang tidak harmonis,
anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi rendah, anak-anak dengan akses senjata tanpa
pengawasan yang cukup, anak-anak yang pernah mengalami kekerasan dan pengabaian, serta
anak yang menggunakan atau menyalahgunakan zat adiksi terlarang. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan dinamika psikologis narapidana anak pelaku pembunuhan. Informan
dalam penelitian ini berjumlah 2 anak laki-laki narapidana pelaku pembunuhan, pemilihan
informan dilakukan dengan purposive sampling. Karakterstik informan sebagai berikut : a)
Seorang narapidana anak, b) laki-laki, c) Berusia antara 8-18 tahun, d) Belum menikah, e)
Berada dalam pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Anak di Kutoarjo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa aspek psikologis yang mempengaruhi anak di bawah umur melakukan
pembunuhan di antaranya kecemasan, kecenderungan gangguan patologis, frustasi, tertekan,
konflik dan balas dendam. Adapun faktor eskternal yang mempengaruhi anak di bawah umur
melakukan pembunuhan adalah kondisi keluarga yang tidak harmonis, pengaruh teman sebaya,
dan diperberat oleh alkohol serta teradiksi judi online. Aspek psikologis dan faktor eksternal
yang melatarbelakangi anak melakukan pembunuhan memiliki hubungan korelasional.

Kata Kunci: Dinamika psikologis, narapidana anak, pelaku pembunuhan, lembaga


pemasyarakatan anak

PENDAHULUAN menunjukkan sesuatu yang berbeda bahkan


Masyarakat secara umum menginginkan kadang-kadang berlawanan dengan cita ideal
anak-anak yang sehat, cerdas, ceria, serta yang kita angankan. Berbagai belahan dunia,
terjamin kelangsungan hidup dan tumbuh baik negara maju maupun negaranegara
kembang mereka. Namun realitas sosial terbelakang dan berkembang, menunjukkan

9
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18

fenomena yang sama. Anak remaja dengan MLM saat diminta untuk menceritakan
berbagai alasan harus berurusan dengan kronologi peristiwa pembunuhan yang
hukum. dilakukan.
Di seluruh dunia ada puluhan ribu bahkan
ratusan ribu anak yang berkonflik dengan “Pertama waktu awal mula
hukum, dengan dua pertiga diantaranya berada waktu sore-sore itu saya pergi. Pergi
dalam penjara, dan sisanya dalam pengawasan dari rumah sama temen. Lha itu mbak
lembaga-lembaga sosial (Supeno, 2010). kenapa kok bisa ngeblank sore itu,
Sebagian anak yang berhadapan dengan sebelume saya udah pusing dibuat
hukum di antaranya terjerat Pasal 338 KUHP sendiri taulah gitu, terus pulang jam
sampai dengan Pasal 350 KUHP yang sembilan masih dalam keadaan
mengatur tentang tindak pidana pembunuhan. ngenelah geleng-geleng” (W1S1.4-9)
Berdasarkan survei yang telah dilakukan
oleh peneliti pada bulan Mei 2015 di Lembaga “Koncone ngejaki kui yo manut.
Pemasyarakatan (Lapas) Anak kelas II A di Ngejaki, ayo ngene-ngene yowis
Kutoarjo, terdapat 62 orang narapidana anak mangkat. Nah kui bar jam sembilan
yang berada dalam pembinaan Lapas yang pulang. Kebo ngampiri neng ngomah
terdiri dari 61 narapidana anak laki-laki dan karo korbane, ngejak lungo tapi kan
1 narapidana anak perempuan. wis, pas Kebo masuk rumah kan dia
punya rencana lho nyerang pisau... bar
Tabel Jumlah Kasus di Lapas Anak Kutoarjo kui rencana bareng kon melu, terus
Kasus Jumlah narapidana aku melu bar kui metu muter-muter
Tindak asusila 42
nggolek nggon lah. Ketemune neng
Pencurian 7
sawah, dalan tapi pinggir-pinggire
Pembunuhan berencana 5
sawah. Terus kan sendalku, sendale
Pembunuhan anak 2
Perampokan 2
kan pura-pura jatuh, terus pas itu kan
Penganiayaan 1 beatnya behenti, tit. Berhenti, terus
KDRT 1 saya turun, lha pas saya balik, Kebo
Narkotika 1 udah nusuk, nusuk korbannya pake
pelacuran/trafficking 1 pisau, tapi pisaunya tu ndak nancep,
Jumlah 61 cuma bengkong. Lha trus Kebonya kan
Data Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan ngelawan, Kebo terjungkel trus saya
Anak Kutoarjo Per Tanggal 4 Mei, 2015
lari saya pukul der der der Kebonya
jatuh ke Sawah, terus Kebo jatuh ke
Kasus yang menjadi bahan dalam
bawah, nha terus gitu terjadi
penelitian ini adalah kasus pembunuhan
perkelahian antara Kebo dan korban,
yang dilakukan anak. Wawancara dilakukan
tapi korbannya mati karena nggak bisa
terhadap dua informan berinisial MLM dan
nafas gitu di lumpur” (W1S1. 23-43)
SP. Saat melakukan pembunuhan, keduanya
berusia ± 16 tahun yang terjerat pasal
Hal di atas menunjukkan bahwa tidak
berbeda namun memiliki persamaan yang
hanya orang dewasa saja yang dapat
menyebabkan korban meninggal. Berikut
membunuh, akan tetapi anak-anak di bawah
pernyataan salah satu informan penelitian
umur pun juga dapat melakukan hal yang

10
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880

sama. Dinamika yang ditunjukkan dapat perilaku yang dimunculkan. Pengaktifan salah
berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. satu komponen akan mengaktifkan komponen
Oleh karena itu perlu dikaji lebih serius dan lainnya yang kemudian menentukan respon
mendalam tentang faktor penyebab yang seseorang terhadap stimulus yang dihadapi
melatarbelakangi tindakan membunuh yang (Wilkowski dan Robinson dalam Siddiqah,
dilakukan anak di bawah umur. Sehingga 2010). Pikiran dan interpretasi seseorang
kedepannya dapat meminimalisir kasus mengenai kejadian eksternal juga sangat
terjadinya kejahatan khususnya pembunuhan mempengaruhi fungsi emosi dan perilakunya.
yang dilakukan anak di bawah umur. Perilaku agresif tidak hanya dipicu oleh
Pandangan Islam memberikan penjelasan kejadian-kejadian di lingkungan luar individu,
bahwa pembunuhan adalah perampasan atau namun juga dimunculkan dari bagaimana
penghilangan nyawa seseorang oleh orang kejadian tersebut diterima dan diproses secara
lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya kognitif (Berkowitz dan Knorth et al dalam
seluruh fungsi vital anggota badan karena Siddiqah, 2010).
berpisahnya roh dengan jasad korban. Dari Menurut penelitian Caspi dan Moffit
pengertian tersebut, maka tampaklah bahwa (2001 dalam Davies, Hollin dan Bull, 2004)
pembunuhan merupakan salah satu bentuk perilaku kriminalitas anak (dari kriminalitas
agresi. Perilaku agresif diartikan sebagai kecil seperti mencuri hingga kriminal berat
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai seperti pembunuhan) telah muncul dari masa
atau menyakiti orang lain, baik fisik maupun kanak-kanak namun akan meningkat pada
psikis (Berkowitz dalam Siddiqah, 2010) usia masa remaja dan mencapai puncaknya di
yang menimbulkan kerugian atau bahaya usia remaja akhir (16-18 tahun).
bagi orang lain atau merusak milik orang lain Departemen Kehakiman Amerika Serikat
(Franzoi dkk dalam Siddiqah, 2010). pada tahun 2006 juga menemukan bahwa
Tipe dari agresi pembunuhan adalah agresi sekitar 10% dari pembunuhan yang terjadi,
instrumental, yaitu agresi yang dipelajari, dilakukan oleh pelaku remaja (Schill, 2012).
diperkuat (reinforced), dan dilakukan untuk Dari berbagai studi di Amerika Serikat
mencapai tujuantujuan tertentu. Menurut diketahui bahwa pelaku kejahatan kekerasan
teori cognitive neo-associationist model sebagian besar dilakukan remaja berusia 16-
(Berkowitz dalam Siddiqah, 2010) dan teori 17 tahun, dimana jumlah pelaku kekerasan
general affective agression model (GAAM) remaja laki-laki lebih banyak daripada pelaku
dari Anderson (dalam Siddiqah, 2010) remaja perempuan (Margaretha, 2013).
penyebab munculnya perilaku agresif adalah Penelitian ini akan mengungkap dinamika
situasi yang tidak menyenangkan atau psikologis dari narapidana pembunuhan
menganggu, dan adanya faktor individual yang masih berusia kanak-kanak. Dinamika
dan situasional yang dapat saling berinteraksi psikologis adalah gambaran tentang kondisi
mempengaruhi kondisi internal seseorang. psikologis seseorang yang mendorong
Terdapat keterkaitan antara aspek afektif, munculnya perilaku tertentu. Holloway,
kognitif, dan arousal yang bereaksi dan Suzo, dan Mindnich (2006) menggunakan
berproses terhadap stimulus yang ada dan istilah dinamika psikologis dalam penelitian
memunculkan perasaan negatif, serta adanya mereka terhadap wanita Jepang. Dinamika
peran proses kognitif dalam menentukan psikologis dipergunakan untuk menerangkan

11
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18

keterkaitan berbagai aspek psikologis yang melakukan pembunuhan, dan dinamika


ada dalam diri responden dalam hubungannya psikologis narapidana anak yang melakukan
dengan masyarakat. pembunuhan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut,
maka timbul pertanyaan penelitiansebagai 1. Aspek-aspek Psikologis yang
berikut: 1) Apa sajakan aspek psikologis dan mempengaruhi anak di bawah
faktor eksternal yang mempengaruhi anak di umur melakukan pembunuhan.
bawah umur melakukan pembunuhan?; dan Berdasarkan hasil wawancara dan
2) Bagaimana dinamika psikologis terjadinya tes grafis yang dilakukan dapat diperoleh
perilaku membunuh yang dilakukan anak di gambaran tentang aspek psikologis yang
bawah umur? mempengaruhi anak di bawah umur
melakukan pembunuhan, di antaranya adalah
METODE PENELITIAN a) kecenderungan gangguan kecemasan,
Penelitian ini menggunakan jenis b) kecenderungan gangguan patologis, c)
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi frustasi, d) tekanan, e) konflik, dan f) balas
kasus. Kasus yang diteliti merupakan kasus dendam.
tunggal anak di bawah umur yang melakukan Kedua informan memiliki gejala yang
pembunuhan. Informan utama dalam sama dalam hal kecemasan atau kekhawatiran
penelitian ini adalah narapidana anak pelaku yang berlebihan. Namun, tingkat kecemasan
pembunuhan. kedua informan berbeda. Kecemasan
Metode pengumpulan data yang informan MLM lebih tinggi dibandingkan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kecemasan SP. Meskipun demikian,
wawancara dan observasi, serta menggunakan kecemasan yang dialami informan MLM
tes Grafis yang terdiri dari DAP (Draw a masih dalam tahap normal yang tidak
Person/ tes menggambar manusia), BAUM mengakibatkan terhambatnya kegiatan
(tes menggambar pohon) dan HTP (House sehari-hari.
Three Person/ menggambar rumah, pohon, Selanjutnya berdasarkan analisis tes
dan manusia). grafis didapati bahwa informan SP memiliki
Data yang diperoleh dari hasil tes grafis kecenderungan gangguan patologis tertentu,
diinterpretasi oleh psikolog Dr. Nisa Rachmah yaitu obsesif. Menurut Maslim (2013) gejala-
Nur Anganthi, M.Si, Psikolog. kemudian gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut
wawancara dan observasi dikelompokkan : a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls
dan diberi kode untuk mendeskripsikan diri sendiri, b) sedikitnya ada satu pikiran
tema-tema yang muncul kemudian digunakan atau tindakan yang tidak berhasil dilawan
untuk menjawab pertanyaan penelitian. meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan
oleh penderita, c) pikiran untuk melakukan
HASIL PENELITIAN tindakan tersebut bukan merupakan hal yang
Berdasarkan penelitian yang telah memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar
dilakukan, maka terdapat hasil penelitian ini perasaan lega dari ketegangan atau anxietas,
terdiri dari 3 bagian yaitu: aspek psikologis tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
yang mempengaruhi anak di bawah umur yang dimaksud), d) gagasan, bayangan,
melakukan pembunuhan, faktor eksternal pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
yang mempengaruhi anak di bawah umur pengulangan yang tidak menyenangkan

12
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880

(unpleasantly repetitive). Mengacu pada tipe kepribadian yang dimiliki seseorang.


keempat gejala tersebut, informan SP Orang yang neurotik tidak mampu mengatasi
cenderung memiliki semuanya. konfliknya sekalipun konflik itu kecil. Tetapi,
Hal ini dapat dilihat dari pola pikir orang yang normal akan menemukan cara-
informan SP yang seringkali berulang dan cara untuk memecahkan konflik-konfliknya
megekspresikannya dalam bentuk kata-kata melalui pertimbangan yang cerdas terhadap
yang cenderung sama tentang kekerasan masalah-masalahnya.
yang dilakukan oleh ayah terhadap keluarga, Larangan ayah informan SP untuk bekerja
khususnya ibu dan adikadik informan SP. serta ancaman kakak informan SP yang
Apabila ditinjau dari diagnosis multiaksial, dilakukan dengan cara kekerasan memukul
maka kondisi SP dapat dirinci sebagai dalam hal ini menyebabkan informan SP
berikut: 1) Predominan pikiran obsesif atau merasa frustasi sehingga mendorong informan
pengulangan (F42.0), 2) Masalah hubungan SP untuk melakukan kekerasan yang sama
oraang tua – anak (Z63.8), 3) Kehilangan terhadap obyek yang menyebabkan frustasi,
dan kematian anggota keluarga (Z63.4), yaitu ayah. Adapun informan MLM memiliki
4), Kedua orang tua selalu bertengkar, 5) dinamika yang berbeda dengan informan SP.
Ayah sering melakukan kekerasan fisik, 6) Harapan terhadap peran ayah yang ideal
Bergaul dengan teman-teman yang memiliki tidak dapat dilihat dalam diri ayah. Hal ini
kebiasaan mabuk, balap motor liar dan menyebabkan informan MLM cenderung
merokok, 7) Tidak suka belajar, 8) Sering berupaya untuk mempertahankan harga
membolos sekolah, 9) Penghasilan kedua dirinya sebagai anak pertama laki-laki dengan
orang tua yang rendah, 10) Melakukan tindak bekerja untuk menggantikan peran ayah
kriminal berupa membunuh ayah. sebagai kepala keluarga mencari nafkah.
Dari beberapa rincian tersebut, secara Frustasi pada dasarnya tidak lain
umum kondisi SP masih baik. Selain itu, daripada rintangan atau gangguan dalam
munculnya gangguan obsesi yang dialami usaha mencapai tujuan. Dengan kata lain
oleh informan SP memiliki hubungan kausal frustasi adalah suatu perasaan yang muncul
tentang trauma masa lalu serta konflik yang karena terjadinya hambatan dalam usaha
dialami informan SP. Sebagaimana yang telah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dijelaskan sebelumnya, trauma masa lalu yang atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu
dialami informan SP adalah kekerasan yang hal yang menghalangi keinginan untuk
dilakukan ayah terhadap keluarga informan mencapai kebutuhan-kebutuhan itu. Frustasi
SP serta menyebabkan konflik dalam jiwa mengakibatkan agresi yang mungkin
informan SP. diarahkan kepada orang (orang-orang)
Menurut Semium (2008), konflik yang telah menyebabkan frustasi atau pada
adalah tegangan dalam diri kita apabila substitusi atau juga diarahkan ke dalam, yakni
kita berusaha mencapai keputusan yang diri sendiri. Agresi langsung adalah cara yang
memuaskan terhadap situasisituasi yang normal untuk mempertahankan harga diri
sama menariknya atau juga situasi-situasi apabila mengalami frustasi (Semium, 2008).
yang sama tidak menariknya. Atau dapat juga Selain itu, informan SP yang merasa
dikatakan keadaan jiwa yang tegang sebagai dendam terhadap kekerasan yag dilakukan
akibat dari tingkah laku akan tergantung pada ayah dan kakak juga mendorong informan
kekuatan konflik-konflik itu sendiri dan juga SP untu membalas dendam dengan cara yang

13
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18

sama sebagaimana yang telah disebutkan mereka tidak selalu menggunakannya dalam
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan membuat keputusan. Hal ini terbukti terutama
Willis (2005) yang mengungkapkan dalam situasi yang sangat emosional. Remaja
bahwa balas dendam merupakan penyaluran rentan untuk melakukan perilaku beresiko;
frustasi melalui proses internal yakni entah karena keterbatasan kognitif atau
merencanakan pembalasan terhadap obyek keterbatasan pengalaman hidup, kurang
yang menghambat dan merugikannya. memikirkan konsekuensi hipotesis di masa
Biasanya balas dendam bisa dalam bentuk depan dan lebih memikirkan keuntungan
yang paling ringan seperti menjahili/meliciki, segera. Remaja juga lebih impulsif
dan bisa pula dengan perusakan/penganiayaan dibandingkan orang dewasa, serta lebih sulit
terhadap orang lain. dalam mengelola suasana hati dan perilaku
Kondisi keluarga yang tidak harmonis, mereka.
orangtua yang bertengkar merupakan
salah satu stressor dari lingkungan yang 2. Faktor eksternal yang mem-
menyebabkan kedua informan mengalami pengaruhi anak di bawah
tekanan yang mengakibatkan stress sehingga umur melakukan pembunuhan.
berdampak pada sikap kedua informan yang Faktor eksternal yang mempengaruhi
mencari ketenangan di luar lingkup keluarga. informan melakukan pembunuhan sangat
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang bermacam-macam. Berdasarkan penelitian
diungkapkan oleh Willis (2005) bahwa yang telah dilakukan terhadap kedua
tekanan lingkungan terhadap individu dan informan, didapati bahwa 1) kondisi keluarga
kelompok menimbulkan stress. Artinya yang tidak harmonis, 2) pengaruh pergaulan
individu merasakan pukulan hebat terhadap dengan teman sebaya, 3) sekolah dan 4)
usaha dan tujuannya. pengaruh zat adiktif merupakan faktor
Sikap konformitas kedua informan eksternal paling dominan penyebab informan
terhadap peer groupnya sangat mempengaruhi melakukan pembunuhan.
pengambilan keputusan informan. Karena Hal tersebut sejalan dengan penelitian
sifat konform yang tinggi, maka kedua kriminalitas remaja di Inggris yang dilakukan
informan tidak dapat menolak ajakan peer oleh Wilson dan kolega (2006) serta Synder
group-nya meskipun ajakan tersebut menuju dan Sickmund (2006) di Amerika Serikat
ke arah yang negatif. yang menemukan bahwa pelaku kejahatan
Informan yang sedang memasuki fase kekerasan anak banyak yang berasal
remaja, memiliki dinamika perkembangan dari rumah yang tidak harmonis, anak-
yang berbeda dengan orang dewasa. anak dari latar belakang sosial-ekonomi
Pengambilan keputusan yang dilakukan rendah, anak-anak dengan akses ke senjata
informan cenderung kurang matang. Hal tanpa pengawasan yang cukup, anak-anak
tersebut dapat dilihat dari motif pembunuhan yang pernah mengalami kekerasan dan
yang dilakukan informan, yaitu hanya ingin pengabaian, serta anak yang menggunakan
memiliki barang korban dan merasa dendam. atau menyalahgunakan zat adiksi terlarang
Hal ini sesuai dengan pendapat Papalia (2009) (Brown, 2010 dalam Margaretha, 2013).
yang mengungkapkan bahwa walaupun Hubungan antara ayah dan ibu yang
remaja dapat melakukan penalaran logis (dan tidak sejalan dimana kedua orangtua atau
banyak yang tidak dapat melakukannya), salah satu dari orang tua terlalu sibuk akan

14
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880

kepentingannya masing-masing menjadi maka anak pun akan cenderung mengikuti


penyebab informan cenderung mencari temantemannya yang memiliki kebiasaan
jati dirinya dengan mengenal lingkungan tersebut. Dalam hal ini, pemilihan teman
sekitarnya. Kurangnya jalinan komunikasi bukan merupakan hal yang remeh karena
antara orangtua dan informan mengakibatkan sudah dapat dipastikan bahwa teman bergaul
informan mencari jalan keluar untuk mencari sangat mempengaruhi seluruh kehidupan
perhatian dan kasih sayang dari pihak lain. anak, baik mempengaruhi agama, pandangan
Dalam hal ini pihak lain adalah teman hidup, kebiasaan dan sifat-sifat anak. Judi
sepergaulan baik sebaya maupun yang online merupakan faktor lain yang dapat
lebih dewasa. Namun tidak semua teman dipertimbangkan sebagai penyebab informan
sepergaulan memiliki sifat dan kebiasaan melakukan pembunuhan serta bersifat
yang baik sehingga seringkali remaja tidak situasional.
menyadari akan bahaya dan ancaman dari Secara tidak langsung, tidak ada
teman sepergaulan yang tidak baik. pengaruh yang terlihat setelah seseorang
Pada fase remaja sebagaimana fase yang bermain game online, namun hal ini akan
sedang dialami informan, merupakan fase berbahaya apabila sudah memasuki tahap
dimana remaja sangat rentan terhadap pengaruh adiksi/kecanduan. Lemmens, dkk (2009)
teman sebaya. Hal tersebut membuat informan mengungkapkan bahwa di antara indikator
semakin mudah untuk menerima ajakan seseorang teradiksi game adalah tolerance
teman sebaya tanpa mempertimbangkan (pemain menghabiskan waktu bermain
akibat yang ditimbulkannya. Papalia game yang semakin meningkat),
(2009) mengungkapkan bahwa karena relapse (kecenderungan pemain bermain
ketidakmatangan mereka, remaja dapat game kembali setelah lama tidak bermain)
menyerah terhadap tekanan yang dapat dan withdrawal (pemain merasa buruk
ditolak oleh orang dewasa. ketika tidak dapat bermain game).
Pengaruh teman sebaya meningkat Saat seseorang teradiksi oleh game
saat masa remaja karena mereka mencari online, aktivitas positif yang dilakukan
kemandirian dari kendali orang tua. Keinginan semakin berkurang, pada tahap selanjutnya
remaja untuk mendapat persetujuan dari seseorang dapat menarik diri dari lingkungan
teman sebaya dan takut mengalami penolakan sosial, cenderung tidak peka dengan
dari lingkungan memengaruhi keputusan lingkungan sekitar.
mereka, bahkan dalam ketiadaan pemaksaan Pengaruh minuman keras merupakan
yang nyata. Kelompok teman sebaya yang faktor pemberat lain penyebab informan
populer berfungsi sebagai model bagi perilaku membunuh, dan hal ini bersifat situasional
remaja sendiri. Islam telah mengarahkan para sama halnya dengan judi online. Dampak
orang tua dan pendidik untuk memperhatikan pengonsumsian minuman keras yang terjadi
dengan sempurna. Terutama sekali pada masa pada informan menunjukkan bahwa informan
analisa dan pubertas sehingga mereka benar- telah mengonsumsi alkohol dengan kadar ±
benar mengetahui siapa orang-orang yang 80 mg/dl yang menyebabkan koordinasi
menemani, dan kemana mereka akan pergi. berkurang (kemampuan mental dan fisik
Apabila anak bergaul dengan teman- berkurang, refleks menjadi lebih lambat)
teman yang memiliki kebiasaan miras, balap (Nadesul, 2006). Hal tersebut dapat terlihat
motor liar, merokok dan hal negatif lainnya dari kurangnya kesadaran informan terhadap

15
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18

apa yang sedang dilakukan. 2010).


Selain itu Singelton, dkk (2013) juga Berdasarkan hasil analisis data, didapati
mengungkapkan bahwa ketika kita minum bahwa terjadinya perilaku membunuh yang
alkohol, kita mengarahkan perspesi kita dilakukan informan memiliki pola yang sama,
terhadap suatu keadaan dan tidak dapat selalu yaitu berawal dari kondisi keluarga yang tidak
merespon terhadap semua isyarat/keadaan di harmonis sehingga mendorong informan
sekeliling kita. Di Britain orang-orang yang untuk mencari sumber kenyamanan kepada
cemas atau depresi dua kali lebih banyak pihak lain, dalam hal ini teman sepergaulan.
meminum alkohol. Hal ini menunjukkan Hal tersebut dilakukan informan karena
bahwa alkohol dan depresi memiliki perasaan frustasi, tertekan serta konflik dalam
hubungan yang menyebabkan seseorang diri.
melakukan kejahatan. Dari teman sepergaulan inilah, informan
Maka, dalam hal ini kedua informan mulai mengimitasi budaya serta kebiasaan
mengonsumsi alkohol sebelum membunuh buruk seperi merokok, mengonsumsi
korban yang mana pembunuhan merupakan minuman keras, bemain balap motor liar,
salah satu jenis kerusakan yang merugikan menggunakan narkoba, serta bermain judi
online.
3. Dinamika psikologis narapidana Adapun dinamika psikologis yang
anak pelaku pembunuhan mempengaruhi anak di bawah umur
Pembunuhan merupakan salah satu melakukan pembunuhan dapat dilihat pada
tipe agresi instrumental yaitu agresi yang bagan di bawah ini:
dipelajari, diperkuat (reinforced), dan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Penyebab perilaku agresif dalam
hal ini adalah perilaku membunuh menurut
teori cognitive-neo-associationist model
(Berkowitz dalam Siddiqah, 2010) dan teori
general affective agression model (GAAM)
dari Anderson (dalam Siddiqah, 2010)
adalah situasi yang tidak menyenangkan atau
menganggu, dan adanya faktor individual
dan situasional yang dapat saling berinteraksi
mempengaruhi kondisi internal seseorang.
Terdapat keterkaitan antara aspek afektif,
kognitif, dan arousal yang bereaksi dan
berproses terhadap stimulus yang ada dan
memunculkan perasaan negatif, serta adanya
peran proses kognitif dalam menentukan
perilaku yang dimunculkan. Pengaktifan salah
satu komponen akan mengaktifkan komponen
lainnya yang kemudian menentukan respon Bagan gambaran dinamika psikologis anak di
seseorang terhadap stimulus yang dihadapi bawah umur melakukan pembunuhan.
(Wilkowski dan Robinson dalam Siddiqah,

16
DINAMIKA PSIKOLOGI NARAPIDANA...(Arinal M. A., Nanik P. dan Imron R.) ISSN: 0854-2880

Sebagaimana yang telah dipaparkan SARAN


sebelumnya bahwa dinamika psikologis Berdasarkan penelitian yang telah
merupakan keterkaitan antara aspek dilakukan, maka saran penelitian ini
psikologis dengan faktor eksternal yang ditujukan khusus kepada informan penelitian,
mempengaruhi perilaku membunuh. hendaknya memilih teman yang baik dalam
Dari ketiga elemen utama dalam bagan di bergaul serta meminimalisir kegiatan
atas yaitu aspek psikologis, faktor eksternal yang tidak bermanfaat. Bagi Peneliti lain,
dan stimulus situasional terjadi korelasi hendaknya dapat mengkaji penelitian ini
di antara masingmasing elemen sehingga dalam lingkup yang lebih spesifik agar
apabila dirinci lebih lanjut arah hubungan penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil
di antara masing-masing aspek di dalamnya, yang lebih detil serta lebih valid.
akan terciptalah sebuah model hubungan Bagi Lembaga Pemasyarakatan,
yang saling mempengaruhi antar elemen. hendaknya perlu mempertimbangkan
Khusus untuk elemen stimulus untuk merencanakan program tentang
situasional merupakan elemen lain seorang layanan psikologi yang dikhususkan untuk
anak di bawah umur malakukan pembunuhan membantu permasalahan yang dihadapi anak
yang seringkali menjadi pemberat. Oleh didik pemasyarakatan baik selama masa
karena itu, elemen ini dinamakan sebagai pembinaan maupun orientasi masa depan
stimulus situasional dikarenakan tidak semua anak. Terlebih pembinaan ruhani sangat
perilaku membunuh murni disebabkan efek diperlukan dalam hal ini, untuk memahamkan
alkohol dan teradiksi judi online, namun betapa besar ampunan Allah bagi pelaku
hanya sebagai pemberat lain seorang anak jarimah yang bertaubat nasuha serta berjanji
di bawah umur melakukan pembunuhan. untuk tidak mengulangi perbuatan buruknya
kembali.
KESIMPULAN Bagi orangtua, hendaknya dapat
Berdasarkan pembahasan di atas, maka meluangkan waktu untuk anakanak serta
dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang menciptakan lingkungan keluarga yang
melatarbelakangi narapidana anak pelaku harmonis. Salah satu upaya yang dapat
pembunuhan disebabkan oleh ketiga elemen ditempuh adalah dengan cara membangun
utama yaitu komunikasi yang intens dengan anak untuk
1. aspek psikologis yang terdiri dari sekedar mendengarkan permasalahan yang
kecemasan, kecenderungan gangguan dihadapi anak.
patologis obsesif, tekanan, frustasi, Bagi Masyarakat, hendaknya dapat
konflik dan balas dendam saling mendukung untuk menciptakan
2. faktor eksternal yang terdiri dari kondisi lingkungan yang baik. Salah satu upaya yang
keluarga yang tidak harmonis dan dapat ditempuh adalah dengan mengadakan
pengaruh pergaulan teman sebaya. kegiatan positif khususnya bagi remaja agar
waktu luang yang dimiliki remaja lebih
Keduanya saling mempengaruhi terjadinya bermanfaat.
perilaku membunuh. Hal ini seringkali Bagi Pendidik, hendaknya dapat
diperberat oleh stimulus situasional yang membimbing serta memberikan contoh
terdiri dari efek alkohol dan adiksi judi online. yang baik bagi para peserta didik dalam

17
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 2, November 2015: 9-18

bermuamalah di kehidupan sehari-hari perlu dipertimbangkan untuk mencapai


sebagai upaya pembentukan karakter pemahaman peserta didik yang maksimal dan
peserta didik yang berakhlakul karimah. komprehensif.
Serta metode pengajaran yang digunakan,

DAFTAR PUSTAKA

Faturochman, & Ancok, D. (2001). “Dinamika Psikologis Penilaian Keadilan”. Jurnal


Psikologi. (1), 41-60 Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia. Bandung : PT Eresco Lemmens, J.S, dkk. 2009.
“Development and Validation of a Game Addiction Scale for Adolescents”. Media
Psychology. (12) : 77-95 Margaretha. (2013). Kejahatan Anak. [Online]. Tersedia :
http://psikologiforensik.com/tag/kejahatan-anak/ [1 Januari 2015]
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III
dan DSM 5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Nadesul, H. (2006). Sehat Itu Murah. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Papalia D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human Development Perkembangan
Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Semium, Y. (2008). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Shiddiqah, L. (2010). Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui
Pengelolaan Amarah (Anger Management).. Jurnal Psikologi. 37, (1) : 50-64
Singelton, dkk (2013). Alcohol and Mental Health. [Online]. Tersedia : www.drinkaware.
co.uk [16 Mei 2015]
Suharsono dan Retnoningsih, A. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang
: Widya Karya.
Supeno, H. (2010). Kriminalisasi Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ulwan, A.N. (1981). Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang : CV. Asy Syifa
Willis, S.S. (2005). Remaja dan Permasalahannya. Bandung : Penerbit CV. Alfabeta

18

Anda mungkin juga menyukai