Anda di halaman 1dari 5

“Menahan Amarah"

ِ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


‫ض ّل لَهُ َو َم ْن‬ ُ ‫ِإ ّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ َو َنعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
ِ ‫سيّئ َا‬
ُ ‫ِي لَهُ أَ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوأَ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬
ْ ُ‫ي‬

‫سلَّ َم‬
َ ‫اط ال ُم ْستَ ِق ْي ِم إِلَى يَ ْو ِم ال ِدّي ِْن َو‬ ّ ِ ‫ار َعلَى َن ْه ِج ِه القَ ِوي ِْم َودَ َعا إِلَى‬
ِ ‫الص َر‬ َ ‫س‬ ْ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آ ِل ِه َوأ‬
َ ‫ص َحابِ ِه َو َم ْن‬ َ
‫تَ ْس ِل ْي ًما َكثِي ًْرا‬

} َ‫{يَا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِالَّ َوأَنت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya
dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan solat berjamah
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada
umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu
berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita.

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah,

Manusia adalah makhluk yang sudah mendapat amanah dari Allah untuk menjadi
khalifah di bumi ini dengan segala kelebihannya atas makhluk-makhluk Allah lainnya.
Allah juga sudah menurunkan segala bentuk syariat dan aturan yang harus kita patuhi
agar bisa mejadi mukmin yang kaffaah. Namun, manusia juga adalah makhluk yang
paling lemah jika sudah dihadapkan pada nafsu, salah satunya adalah nafsu amarah.
Sering kali manusia sekarang tidak dapat mengendalikannya dan malah
meluap-luapkannya dengan membabi buta, tanpa kenal waktu, tanpa sadar tempat,
dan tanpa tahu malu. Allah Ta’ala berfirman :

ِ َّ ‫ظ ِم ي َن ال ْ غ َ ي ْ ظ َ َو ال ْ ع َ ا ف ِ ي َن ع َ ِن ال ن‬
ُّ ‫اس ۗ َو َّللاَّ ُ ي ُِح‬
‫ب‬ ِ ‫ال َّ ِذ ي َن ي ُ ن ْ ف ِ ق ُ و َن ف ِ ي ال س َّ َّر ا ِء َو ال ضَّ َّر ا ِء َو ال ْ ك َا‬
‫س ن ِ ي َن‬ ِ ‫ال ْ ُم ْح‬
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran : 134)

Dalam tafsir Al-Mukhtashar yang diterbitkan oleh Markaz Tafsir Lid Diraasatil
Qur’aniyyah – Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin
Humaid (Imam Masjidil Haram), َ‫ظ َو ْال ٰك ِظ ِمين‬
َ ‫( ْالغَ ْي‬dan orang-orang yang menahan
amarahnya) bermakna yakni yang menyembunyikan kemarahan mereka dan
menahannya dalam hati mereka, sehingga tidak berbuat zalim kepada seorangpun
sebab kemarahan mereka. Dikatakan (‫ )غيظه كظم‬apabila ia mendiamkannya dan tidak
memperlihatkannya.

Sedang dalam tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, ayat ini mengisahkan
tentang seseorang yang bertamu di rumah Maimun bin Mahram, dengan sesegera
mungkin pembantu yang bekerja di rumah beliau datang melayani Maimun dan
tamunya membawakan semangkuk gulai, tiba-tiba kakinya tergelincir dan kuah gulai
itupun tumpah menyiram tubuh Maimun hingga basah. Dengan gerakan spontan,
Maimun hendak memukulnya, namun pembantunya segera mengingatkan Maimun,
seraya berkata, "Wahai Tuanku, sampai sejauh mana engkau melaksanakan firman
ِ ‫ظ َو ْالك‬
Allah Swt. yang berbunyi : { َ‫َاظ ِمين‬ َ ‫" } ْالغَ ْي‬... dan orang-orang yang mengekang
amarahnya.". "Itu sudah kulaksanakan," jawab Maimun.

Kemudian pembantunya itu berkata kembali, "Bagaimana dengan ayat berikutnya :


{ َ‫اس َع ِن َو ْال َعافِين‬
ِ َّ‫" } الن‬...dan saling memaafkan kesalahan orang lain". "Ya, sekarang
kumaafkan kekhilafanmu itu" ucap Maimun. Namun, pembantunya itu kembali
َّ ‫" } ْال همحْ ِسنِينَ ي ِهحب َو‬Sesungguhnya Allah
berkata, melanjutkan ayat tersebut : { ‫ّللاه‬
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan". Atas kejadian seperti itu, akhirnya
Maimun berkata, "Kini aku berbuat baik kepadamu, dengan membebaskan
(memerdekakanmu) dirimu, semata-mata hanya karena Allah Swt."

Termaktub juga dalam Kitab Shahih Bukhari: Kitabul Adab, Bab Al-Hadzar Min
Al-Ghadhab, hadits 5765
‫ارا قَا َل َال‬ ِ ‫سلَّ َم أ َ ْو‬
َ ‫صنِي قَا َل َال تَ ْغ‬
ً ‫ضبْ فَ َردَّدَ ِم َر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ِّ ‫َّللاُ َع ْنهُ أَ َّن َر ُج ًال قَا َل ِللنَّ ِب‬
َّ ‫ي‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬
)‫َاري‬ َ ‫تَ ْغ‬
ِ ‫ضب ) َر َواهُ البُخ‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab,
“Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.”
(HR. Bukhari)

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah,

Maksud “jangan marah” disini memiliki dua makna:

1. Menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak
marah.
2. Jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah
hingga mau mentalak istrinya, maka kita katakan, “Bersabarlah, tahanlah diri
terlebih dahulu.”

Saat nafsu dan kekuatan jahat telah bergolak dan menguasai diri, jangan menyerah
begitu saja dan membiarkan diri dikuasai oleh kemarahan. Harusnya kita bekerja keras
melawan nafsu amarah tersebut dan mengingat akhlak seorang mukmin sejati.
Sebagaimana disebutkan Allah swt. dalam ayat-Nya, “Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,. Mereka itu adalah orang-orang yang
menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, menahan amarah dan
memaafkan manusia. Allah menyukai orang-orang yang muhsin.” (Ali Imran:
133-134)

Dengan demikian kalian akan terbebas dari kemarahan Allah swt. dan menjadi
orang-orang yang bertakwa yang berhak menjadi penghuni surga yang kekal abadi.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abdullah Ibnu Umar ra. bertanya kepada Nabi
saw., “Apa yang bisa menjauhkanku dari kemurkaan Allah swt.?” Rasulullah
menjawab, “Jangan marah.”
Hasan Al-Bashry berkata, “Empat perkara, siapa pun yang dapat melakukannya,
tentulah Allah akan menjaganya dari setan dan dijauhkan dari neraka. Yaitu orang
yang mampu menguasai dirinya ketika merasa ingin, merasa takut, ketika birahinya
bergejolak, dan ketika marah.”

َّ ‫ ِإ َّنهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر‬،َ‫أقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوا ْست َ ْغ ِف ُر ْوا هللا‬


.‫الر ِح ْي ُم‬

ِ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬


ُ‫ض َّل لَه‬ ُ ‫إِ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّلِلِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُر ْه َو َنعُوذ ُ بِاهللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬
ِ ‫سيِّئَا‬
ُ‫ أ َ َّما بَ ْعدُ؛ قَا َل هللا‬.ُ‫س ْولُه‬
ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.ُ‫ِي لَه‬
َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ْ ُ‫َو َم ْن ي‬
. َ‫ ا َ ْل َح ُّق ِم ْن َر ِبّكَ فَالَ تَ ُك ْون ََّن ِمنَ ْال ُم ْمت َِريْن‬:‫ت َ َعالَى‬

Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah,

Lalu, apakah kita tidak diperkenankan marah dalam segala keadaan? bolehnya marah
sesuai yang dicontohkan Nabi saw. adalah jika karena Allah, karena al haq, dan untuk
membela agamaNya. Khususnya ketika perkara-perkara yang diharamkan Allah
dilanggar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫ظ قهلهو ِب ِه ْم‬ َ ‫هور قَ ْو ٍم مؤْ ِمنِينَ َويهذْه‬
َ ‫ِب َغ ْي‬ َ ‫صد‬ ‫قَاتِلهو هه ْم يهعَ ِذ ْب هه هم للاه بِأ َ ْيدِي هك ْم َوي ْهخ ِز ِه ْم َويَن ه‬
ِ ‫ص ْر هك ْم َعلَ ْي ِه ْم َويَ ْش‬
‫ف ه‬

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan)


tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap
mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas
hati orang-orang mu’min. [At Taubah : 14-15].”

Jika kita telah mengetahui hal di atas, maka hendaklah kita tahu bahwa begitulah
keadaan Nabi saw. yaitu beliau tidaklah membalas dengan hukuman untuk membela
dirinya, tetapi beliau membalas dengan hukuman jika perkara-perkara yang
diharamkan Allah dilanggar.

Semoga Shalawat serta Salam senantiasa dilimpahkan atas Nabi Muhammad saw.,
keluarganya, dan seluruh Sahabatnya.

Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamin.


‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫س ِلّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬‫يِ‪َ ،‬يا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َ‬
‫صلُّ ْونَ َعلَى النَّ ِب ّ‬
‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ار ْك َع َلى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ‫صلَّيْتَ َع َلى ِإب َْرا ِهي َْم َو َع َلى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪َ .‬و َب ِ‬
‫آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪.‬‬
‫بَ َ‬

‫ان َوالَ تَجْ َع ْل فِ ْي قُلُ ْو ِبنَا ِغالًّ ِلّلَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َربَّنَا ِإنَّكَ َر ُء ْو ٌ‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‪َ .‬ربَّنَا‬ ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر َلنَا َو ِإل ْخ َوا ِننَا ا َّل ِذيْنَ َ‬
‫س َبقُ ْونَا ِبا ْ ِإل ْي َم ِ‬
‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َسنَا َو ِإ ْن لَّ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا َلنَ ُك ْون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِريْنَ ‪.‬‬
‫َ‬

‫َآء َو ْال ُمنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬


‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫َآئ ذِي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش ِ‬ ‫ان َو ِإيت ِ‬ ‫س ِ‬‫ِعبَادَ هللاِ‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم ِب ْال َعدْ ِل َواْ ِإلحْ َ‬
‫تَذَ َّك ُر ْونَ ‪ .‬فَا ْذ ُك ُروا هللاَ ْال َع ِظي َْم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْسأَلُ ْوهُ ِم ْن فَ ْ‬
‫ض ِل ِه يُ ْع ِط ُك ْم َو َل ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْك َب ُر‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai